Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Tentang Ilmu Sintaksis

DISUSUN OLEH

Kelompok 1

Rama Yana (20080036)

Maharani Fajri (20080037)

Ervina (20080038)

Anggun Gusti Pratama (20080039)

Ulfia Rahmi (200800 )

Dosen Pembimbing

Upit Yulianti DN, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

UPGRISBA SUMATERA BARAT

PADANG

2022

KATA PENGGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita kemudahan sehingga dapatmenyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
meneyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan sayafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmatsehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampumenyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia dengan
dosen pengampu Upit Yulianti DN, M.Pd

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menajdi makalah yang
lebih baik lagi.

Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf sebesar-
besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya bagi ibuk Upit
Yulianti DN, M.Pd yang telah memberikan tugas pembuatan makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
tentang Ilmu Sintaksis kelompok ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami para penulis
dan para pembaca.

Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Padang 6 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................

DAFTAR ISI ......................................

BAB 1 PENDAHULUAN .....................

A. Latar Belakang ....................

B. Rumusan masalah .....................

C. Tujuan Pembahasan .....................

BAB II PEMBAHASAN ...................

A. Pengertian Sintaksis ................

B. Objek Kajian Sintaksis ......................

C. Ruang Lingkup Kajian Sintaksis .............

D. Hubungan Sintaksis dengan Subsistem Kajian Bahasa lainnya ..............

E. Sejarah Perkembangan Kajian Sintaksis ....................

BAB III PENUTUP ..................

A. Kesimpulan ...........................

B. Saran ..........................................

DAFTAR PUSTAKA ....................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama
(Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa analisis sintaksis
membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu dalam satuan-satuan yang lebih besar,
yang disebut satuan-satuan sintaksis, yakni kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Sintaksis
adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frasa (Ramlan, 2001: 1).

Verhaar (2004: 161) sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam
tuturan. Tuturan adalah apa yang dituturkan orang. Salah satu tuturan adalah kalimat. Kalimat
adalah satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai
pemarkah keseluruhan itu. Sebuah kalimat tersebut dapat terbentuk dari kata, frasa, dan klausa.
Frasa ialah satuan sintaksis yang dibentuk dari dua buah kata atau lebih dan hanya mengisi satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat (Ramlan, 2001: 138). Frasa mempunyai beberapa variasi,
sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis frasa-frasa juga mempunyai kategori.

Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap hierarki gramatikalnya sehingga dapat


direalisasikan dalam bentuk karangan yang berupa paragraf, kalimat, dan katanya membawa
amanat lengkap (Kridalaksana, 2001: 231). Dalam kaitan dengan kaidah sintaksis ini, penulis
menganalisis mengenai apa saja yang dipelajari dalam ilmu sintaksis itu. Seperti mempelajari
mengenai pengertian sintaksis, objek kajian sintaksis, ruang lingkup sintaksis, hubungan
sintaksis dengan subsistem kajian bahasa lainnya dan sejarah perkembangan kajian sintaksis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.

1. Pengertian sintaksis ?

2. Objek kajian sintaksis ?

3. Ruang lingkup kajian sintaksis ?

4. Hubungan sintaksis dengan subsistem kajian bahasa lainnya ?

5. Sejarah perkembangan kajian sintaksis ?

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, ada lima tujuan pembuatan makalah yang
akan dicapai, yaitu sebagai berikut.

1. Pengertian sintaksis.

2. Objek kajian sintaksis.

3. Ruang lingkup kajian sintaksis

4. Hubungan sintaksis dengan subsistem kajian bahasa lainnya.

5. Sejarah perkembangan kajian sintaksis

BAB II
PEMBAHASAN

ILMU SINTAKSIS

A. Pengertian Sintaksis

Pengertian sintaksis secara umum

Sintaksis merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang kajiannya mencakup seluk-beluk
tata bahasa dalam satuan kalimat. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sintaksis
memiliki tiga arti yaitu; (1) pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain
yang lebih besar (2) cabang ilmu linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata
kalimat; ilmu nahwu (3) subsistem ilmu bahasa yang mencakup hal tersebut.

Secara etimologi atau asal usul katanya, sintaksis berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu sun
yang berarti “dengan” dan tattein yang berarti “menempatkan”. Melihat dari dua kata tersebut,
secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan kata-kata menjadi kelompok kata, frasa atau
kalimat. Sintaksis merupakan kata serapan dari bahasa Belanda syntaxis dan bahasa Inggris,
syntax.

Sintaksis, dilihat dari sudut pandang linguistik, sebenarnya memiliki cakupan kajian yang sama
dengan analisis morfologi. Keduanya sama-sama mengkaji mengenai tata bahasa. Perbedaannya
adalah, morfologi mengkaji dengan melihat hubungan gramatikal yang ada pada kata-kata hingga
kalimat. Sementara sintaksis mengkaji hubungan gramatikal di luar batas kata dalam satuan
kalimat.

Pengertian sintaksis menurut para ahli:

• Verhaar mengatakan sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki semua hubungan antar
kata dan antar kelompok kata (frasa) dalam satuan dasar yaitu kalimat.

• Moeliono mengatakan sintaksis adalah studi tentang kaidah kombinasi kata menjadi satuan
yang lebih besar, frasa dan kalimat.

• Tarigan mengatakan sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan
struktur kalimat, klausa dan frasa.

• Keraf mengatakan sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari atau
membicarakan dasar-dasar serta proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa, seperti kata
intonasi dan sistem tata bahasa yang dipakai.

• Ramlan mengatakan sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat klausa dan frasa.

• Manaf mengatakan sintaksis bahasa Indonesia adalah cabang ilmu bahasa yang membahas
tata kalimat bahasa Indonesia.
• Carnie mengatakan sintaksis sebagai studies of level of language that lies between words
and the meaning of utterance: sentence. Yang apabila diartikan berarti kajian mengenai level
bahasa yang menekankan pada kata dan makna ujaran dari sebuah kalimat.

• A. Chaer mengatakan sintaksis adalah sebagai cabang linguistik yang mengkaji tentang
satuan-satuan kata dan satuan lain di atas kata (frasa, kalimat, dsb), hubungan satu dengan yang
lainnya, serta penyusunannya hingga menjadi suatu ujaran.

• Miller mengatakan sintaksis berarti hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana kata-kata
disatukan bersama untuk membentuk frasa-frasa, frasa-frasa kemudian disatukan bersama untuk
membuat klausa atau frasa yang lebih panjang, klausa lalu dibentuk untuk membuat kalimat.

• Hocket mengatakan sintaksis sebagai sebuah proses perangkaian kata menjadi susunan
gramatikal yang ditunjukkan untuk membentuk ujaran.

• Fromkin dan Rodman mengatakan sintaksis adalah bagian dari pengetahuan linguistik yang
menelaah struktur kalimat.

• Robert (1964:1) mengatakan sintaksis adalah bidang tata bahasa yang menelaah hubungan
kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata itu untuk membentuk sebuah kalimat.

• Gleason mengatakan sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu yang membicarakan seluk
beluk wacana kalimat, klausa dan juga frase.

• Djoko Kentjono mengatakan sintaksis adalah ilmu yang berusaha menerangkan pola-pola
yang mendasari satuan-satuan sintaksis serta bagian-bagian yang membentuk satuan-satuan
tersebut.Selain itu, sintaksis juga membahas tentang alat-alat hubung untuk menghubungkan
bagian pembentuk (konstituen) satuan sintaksis serta menunjukkan makna gramatikalnya.

• Rustam Rusmadji mengatakan sintaksis sebagai subsistem tata bahasa yang mencakup kelas
kata dan satuan-satuan yang lebih besar yaitu frasa,klausa,kalimat dan hubungan-hubungan
diantara satuan-satuan sintaksis tersebut.

• Hari murti Kridalaksana (1982:154) menyatakan bahwa sintaksis adalah: (1) pengaturan dan
hubungan antara kata dengan kata,dengan satuan-satuan yang lebih besar, antara satuan yang
lebih besar itu dalam bahasa; (2) Sub sistem bahasa yang mencakup hal tersebut; (3) Cabang
linguistik yang mempelajari hal tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk
beluk pembentukan kalimat dengan kata menjadi bahan dasar, gabungan kata membentuk frasa,
gabungan frasa membentuk klausa, dan gabungan klausa membentuk kalimat.

B. Objek Kajian Sintaksis

Melihat dari pengertian sintaksis di atas bisa dikatakan bahwa kajian utama dari sintaksis adalah
kalimat. Di dalam kalimat sendiri terdapat beberapa unsur di dalamnya seperti kata, frasa dan
klausa. Unsur di dalam kalimat inilah yang termasuk ke dalam objek kajian sintaksis atau satuan
sintaksis. Ingin tahu pengertian dari masing-masing satuan sintaksis ini? Langsung saja, simak
penjelasannya di bawah berikut ini.
1. Kata

Kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis yang memiliki peran sebagai pengisi fungsi
sintaksis, memberikan tanda kategorisasi sintaksis serta sebagai perangkai dalam satuan atau
bagian sintaksis di atasnya (frasa, klausa, kalimat). Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, dapat
terbagi menjadi dua macam, yaitu kata penuh dan kata tugas.

Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, merupakan kelas terbuka serta
dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kosakata. Kategori kata yang termasuk ke dalam kata penuh
adalah nomina, verba, adjektiva, adverbia dan numeralia. Misalnya seperti kata “rumah” yang
termasuk ke dalam kategori nomina dan memiliki arti: bangunan untuk tempat tinggal.

Sementara kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak memiliki makna, tidak mengalami
proses morfologi serta secara aturan tidak dapat berdiri sendiri. Contoh dari kata tugas adalah
kata preposisi seperti di, pada, ke, dari, dsb., dan kata konjungsi (kata hubung) seperti dan, tetapi,
bahwa, dsb. Biarpun tidak memiliki makna secara leksikal, kata tugas memiliki fungsi untuk
menggabungkan atau menambahkan dua kata.

2. Frasa

Menurut Chaer, frasa dapat diartikan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif—tidak berstruktur subjek, predikat, objek—dan mengisi salah satu fungsi sintaksis
di dalam sebuah kalimat. Sederhananya, frasa dapat diartikan sebagai gabungan kata yang tidak
memiliki predikat. Beberapa contoh frasa adalah:

Kambing hitam,

Bunga harum,

Tiga orang mahasiswa,

Tangan panjang,

Hujan angin,

dan lain sebagainya

Satuan kata “kambing hitam” termasuk ke dalam frasa karena tidak bersifat predikatif—adanya
keterlibatan predikat di dalamnya. Kambing hitam menjadi gabungan kata yang menjadi satu.
Apabila penulisan frasa kambing hitam ditambahkan menjadi: Kambing saya berwarna hitam,
tentunya akan mengubah fungsinya sebagai frasa karena memberikan keterlibatan predikat di
dalamnya.

3. Klausa

Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memiliki unsur
predikat di dalamnya (bersifat predikatif). Menurut M. Ramlan klausa dapat diartikan sebagai
satuan gramatik dan terdiri atas predikat, dapat disertai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan,
maupun tidak.
Klausa memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat tunggal mengingat di dalamnya sudah
memiliki fungsi sintaksis wajib yakni subjek dan predikat. Contoh dari klausa adalah:

Kambing itu berwarna hitam

Kakak menang

Ayah sedang makan

Adik sedang bersepeda

Hujan besar dan berangin,

dan lain sebagainya.

4. Kalimat

Kalimat dapat diartikan sebagai susunan kata atau ujaran yang berfungsi sebagai alat untuk
mengungkapkan konsep pikiran atau perasaan secara utuh. Kalimat terbentuk dari beberapa
klausa dan dapat berdiri sendiri serta memiliki pola intonasi yang tuntas.

M. Ramlan menyebutkan bahwa kalimat dapat diartikan sebagai satuan gramatikal yang dibatasi
dengan adanya jeda panjang serta disertai oleh nada akhir (intonasi) turun atau naik. Intonasi
kalimat inilah yang kemudian menentukan satuan kalimat bukan oleh banyaknya kata yang ada di
dalamnya.

Konstituen kalimat adalah klausa, penanda hubungan atau konjungsi (bila diperlukan) dan pola-
pola intonasi final. Intonasi final inilah yang kemudian menjadi salah satu ciri utama dari kalimat.
Terdapat tiga intonasi final yang dapat digunakan dalam pembentukan kalimat yaitu intonasi
deklaratif yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik (.), intonasi interogatif,
dilambangkan dengan tanda tanya (?), dan intonasi seru yang dilambangkan dengan tanda seru (!).

Contoh kalimat:

Ayah sedang memasak ayam goreng di dapur.

Kakak menang lomba melukis di sekolah.

Siapa yang sedang menonton televisi di kamar?

Hujan sore ini besar dan disertai angin kencang.

Perbedaan Klausa dan Kalimat

Lantas apa perbedaan antara klausa dengan kalimat? Ternyata masih ada beberapa orang yang
kesulitan untuk membedakan keduanya lho. Mudahnya, klausa dapat dikatakan sebagai kalimat
apabila memiliki intonasi final. Kalimat juga memiliki ide atau gagasan utuh yang dapat
membuatnya berdiri sendiri, sementara klausa tidak.

Klausa dapat diartikan sebagai satuan kata-kata yang belum selesai. Mengingat klausa merupakan
satuan yang lebih kecil dari kalimat.
Objek kajian sintaksis

Yaitu struktur internal kalimat,antara lain struktur frasa,klausa dan kalimat.

Struktur sintaksis yang di topang oleh alat2 sintaksis yaitu.

 Struktur sintaksis

- Fungsi terdiri atas SPOPK.

- Kategorinya nomina,verba,ajektifa,dan numerila

- Peran berupa pelaku,penerima dan penderita.

 Alat-alat sintaksis

- Urutan kata

Yaitu susunan kata-kata menjadi suatu konstruksi sintaksis.

Cth: jam tiga----tiga jam

- Bentuk kata

Yaitu perbedaan kata yg bermakna berbeda dalam kalimat meski secara gramatikal sama

Cth : 1. Nenek melirik kakek tadi pagi

2. Nenek dilirik kakek tadi pagi

3. Nenek terlirik kakek tadi pagi.

- Intonasi(lagu kalimat)

Yaitu untuk menghindari kebingungan jika intonasi kalimat berbeda maka makna akan jadi
berbeda.

Cth: 1. Kucing/makan tikus mati

2. Kucing makan tikus/mati

3. Kucing makan/tikus mati

- Konektor

Yaitu Morfem yang tugasnya menghubungkan konstituen satu dan lainnya.yang di dalam atau
luar kalimat.

Ada 2 konektor yaitu

a. Konektor koordinator

Yaitu menghubungkan konstituen yang kedudukannya sama.seperti dan,atau,tetapi

Cth : paman dan ayah pergi berburu

b. Konektor subordinatif
Yaitu menghubungkan konstituen yg Tidak sama kedudukannya.yang terdapat konstituen atas
dan bawah seperti kalau, meskipun,Karena

Cth : kalau ibu sudah datang,saya akan segera berangkat

C. Ruang Lingkup Kajian Sintaksis

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka ruang lingkup sintaksis
mencakup kata, frasa, klausa, dan kalimat. Intinya adalah semua komponen yang menelaah
tentang struktur kalimat.

1. Kata

Kata dapat dikelompokkan menurut kategorinya, yaitu nomina, verba, adjektiva, adverbial,
numeralia, preposisi, konjungsi, dan pronomina.Dalam konteks sintaksis, verba,nomina, dan
adjektiva adalah kategori utama, sedangkan yang lain adalah kategori tambahannya.

2. Frasa

Pengisi fungsi sintaksis dapat berupa kata dan dapat berupa pula frasa.Sehingga ada jenis frasa
yang berupa frasa nominal,frasa verbal, dan frasa adjektifal.Selain itu, ada juga frasa
adverbial,frasa numeral, dan frasa preposisional.Dilihat dari hubungan kedua unsurnya dikenal
adanya frasa koordinatif, dan frasa subordinatif.

Frasa nominal adalah kelompok kata yang sama-sama berdistribusi kata benda
(nomina).Contohnya dalam Bahasa Aceh seperti bajèe brôk, rumôh batee, pinto busoe,dll.Kategori
ini merupakan pengisi fungsi subjek (S) dan objek (O).

Frasa verbal adalah kelompok kata yang berdistribusi sama berupa kata kerja (verba), Contohnya
gohlom deuek, h’an trôk, gohlom geuwoe,ka leupah, ka matee, dll.Kategori ini merupakan pengisi
fungsi predikat (P).

Frasa adjektifal adalah kelompok kata yang berdistribusi sama berupa kata sifat
(adjektifa).Contohnya ceudah that, caröng that,teungöh sakét, brȏk that,hana trép,dll.Kategori ini
bertugas sebagai pengisi fungsi predikat (P) dan keterangan (ket.)

Frasa numeral adalah kelompok kata yang memiliki distribusi sama kata bilangan
(numeralia).Contohnya limöng neuk, dua ribèe, lhè jeungkai, dll.Frasa preposisional adalah
kelompok kata yang berdistribusi kata depan .Contohnya di gampông, u kuta, ngön moto, dll.
Terakhir ada frasa adverbial yang berfungsi sebagai pengisi fungsi sintaksis kategori kata
keterangan.Contohnya seperti buno beungӧh, baroe supôt,dll.

Dilihat dari keutuhannya sebagai frasa, maka frasa terbagi menjadi:

a. Frasa Endosentrik

Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frasa
endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
Frasa endosentrik yang koordinatif, yaitu: frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, biasanya
sering dihubungkan dengan penghubung. Misalnya dalam Bahasa Aceh seperti mawa-abuwa,
lakoe ngön binoe, haluwa atawa dôdôi.

Frasa endosentrik yang atributif, yaitu frasa yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Sehingga unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan. Misalnya: Mano laôt,saka takengon,boh
mamplam maméh. boh mamplam merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional
sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan maméh
merupakan atributif atau sebagai pelengkap.

Frasa endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan
tambahan.Kedudukan kata dalam frasa ini dapat ditukarkan atau dibalik.Misalnya

Si ma’e, aneuk pak keuchiek, sép lagak ureuengjih.Atau Aneuk pak keuchiek, si Ma’e, sép lagak
ureuengjih.

Dalam frasa Si Ma’e, aneuk Pak keuchiek secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur
aneuk Pak keuchiek, sama dengan unsur lainnya, yaitu si Ma’e. Karena, unsur aneuk pak keuchiek
dapat menggantikan unsur si Ma’e. Perhatikan jajaran berikut:

Si Ma’e, aneuk Pak keuchiek, sép lagak ureuengjih.

Si Ma’e, …., sép lagak ureuengjih

…., aneuk Pak keuchiek sép lagak ureungjih.

b. Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentrik ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.

Misalnya: Gobnyan geujak woe u gampȏng.

Frasa u gampông tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu
dapat dilihat dari jajaran berikut:

Gobnyan geujak woe u….

Gobnyan geujak woe….gampȏng

Dilihat dari hubungan kedua unsurnya dikenal adanya frasa koordinatif, dan frasa
subordinatif.Frasa koordinatif adalah frasa yang kedua unsurnya sederajat.Frasa koordinatif
terbagi lagi menjadi:

a)Frasa nominal koordinatif seperti dalam Bahasa Aceh, Glé neuheun, manok iték.

b)Frasa verbal koordinatif contohnya bloe peubloe.

c) Frasa ajektival koordinatif,contohnya get brôk, tuha muda, ubiet rayek.

Sedangkan frasa subordinatif adalah frasa yang kedudukan kedua unsurnya tidak sederajat, yang
satu menjadi atasan dan yang lain menjadi bawahan.Frasa subordinatif terbagi lagi menjadi:

a) Frasa nominal subordinatif seperti sidroe ureueng, sate kaméng, saboh teumpat.
b) Frasa verbal contohnya seperti kaleuh pajôh bu, gohlom manô,teungöh piyôh hèk.

c) Frasa adjektifal contohnya seperti jiôh that, hana tari,mangat that.

3. Klausa

Klausa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang terikat oleh subjek dan predikat.

Contoh : Gobnyan geujak

s p

Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa yaitu :

a. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.

Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur utama
klausa, yaitu S dan P. Dalam klausa, S adalah unsur yang boleh tidak hadir, sedangkan P sebagai
unsur inti klausa yang selalu harus hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya, berikut klasifikasinya :

1) Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi
berdasarkan urutan S dan P.

2) Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.Misalny

Teungӧh geuceumeucop mak lam kama.

P S ket.

3) Klausa Tidak Lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa
ini yang hadir hanya S saja atau P saja.

Soe nyan? ureueng nyang peugӧt meusekatlon.

Hoe adoekeuh? Ka dijak keumawé

b. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan
predikat.

Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa
berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :

Klausa Positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contohnya, gobnyan tuha peuet bak gampȏng nyoe.
Klausa Negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.Contohnya,
gobnyan bukӧn tuha peuet gampông nyoe.

c. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.

Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi:

 Klausa Nominal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.

Contoh: Maklon sidroe gurè bak sikula.

 Klausa Verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.

Contoh: Ayahjih ka geuba u rumôh sakét.

 Klausa Adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contohnya aneuk ureuengnyan maméh that.
 Klausa Numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.
Contohnya, aneuk cudalôn dua droe.
 Klausa Preposisional ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisional. Contohnya, mie di ateuh tika éh.

d. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat

Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :

 Klausa Bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa
bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat
dalam klausa tersebut.Contohnya, aneuk nyan badanjih leupi, tapih gakijih seu-uem.
 Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya
berpotensi untuk menjadi kalimat minor.Contohnya,semua murid sudah pulang kecuali yang
dihukum.

e. Klasifikasi klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.

Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.

 Klausa Atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang
lain.Contoh : Ketika paman datang, kami sedang belajar.
 Klausa Bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa
yang lain.Contoh : Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.

3. Kalimat

Kalimat merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan makna
minimal terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh tanda baca.

Kalimat terbagi atas:

a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat
(subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan
(objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.

Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat

Ayah sakét. S-P

Mak geupajôh bu. S-P-O

Abuwa ka geujak u banda bunoe beungӧh S-P-O-K

b. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk dapat terjadi dari:

Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu
membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.Misalnya: Pancuri
ka jidrop. (kalimat tunggal)

Pancuri nyang cue meueh nyan ka jidrop.(subjek pada kalimat pertama diperluas)

Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua
atau lebih pola kalimat.

Misalnya: Chiek teungöh geumagun.(kalimat tunggal I)

Mak teungöh geucang gulè.(kalimat tunggal II)

Chiek teungӧh geumagun,seudangkan Mak teungöh geucang gulè.

Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.

1) Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya
sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:

a) Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas.Misalnya: Si


Nyak Jah that caröng ngӧn tarie lom.

b) Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas.

c) Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tapi, malingkan.
Misalnya:Jih hana kaya,tapi gasien jih.
2) Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas
sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian
tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal
adanya:

a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.

Misalnya: soalnyan ka meuphom jih

P S

bah beuet masalah seumayang ka meuphom jih

anak kalimat pengganti subjek

b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.

Misalnya: jih jipeugah lagèe nyan.

Jih jipeugah hana peng barosa

c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.

d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.

Misalnya: Ayah geuwoe malam uroe.

S P K

Ayah geuwoe watèe kamoepajôh bue malam

anak kalimat pengganti keterangan

Ayah geuwoe watèe kamoepajôh bue malam

anak kalimat pengganti keterangan

3) Kalimat majemuk campuran


Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan
beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.

c. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi

a) Kalimat inti

Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti
kalimat.

b) Kalimat luas

Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya
terdiri dari dua kata, tetapi lebih.

c) Kalimat transformasi

Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat
syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu
kalimat luas.

Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi

a) Kalimat Inti. Contoh: Si Aminah teungӧh sakét.

b) Kalimat transformasi.

i) Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah
kalimat luas.Contohnya, Adoelôn teumo-mo muba-e baroe beungӧh.

ii) Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas.Contohnya, adoelôn
teumo-mo muba-e ngӧn jimeurunéng jilakè komputer.

iii) Dengan perubahan kata urut kata. Contohnya, adoelôn ka jikliek.

d. Kalimat Mayor dan Minor

1) Kalimat mayor

Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.

Contoh:Ceceklôn na lam kama.

2) Kalimat Minor

Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.

Contoh: iem!,pu peugah?

e. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singkat, jelas, dan
tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.

Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

f. Kalimat Tidak Efektif

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat
pada kalimat efektif.

D. Hubungan Sintaksis dengan Subsistem Kajian Bahasa lainnya.

Sintaksis dipandang sebagai cabang ilmu bahasa yang tidak dapat berdiri sendiri sintaksis
berhubungan dengan subsistem kajian bahasa lainnya, seperti fonologi morfologi, semantik
pragmatik dan wacana.

a. Sintaksis dengan fonologi

Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang seluk beluk kalimat mulai dari kata
frasa klausa dan kalimat sedangkan fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bunyi
bahasa dalam fungsinya sebagai pembeda makna. Kalimat yang diucapkan haruslah tepat agar
mudah dipahami oleh pendengar kalimat yang tidak tepat dalam pengucapan atau diucapkan
dengan lafal yang berbeda akan menimbulkan makna yang berbeda.

b. Sintaksis dengan morfologi

Hubungan antara sintaksis dan morfologi dapat dilihat dari kalimat dan satuan bahasa
pembentuknya dapat kita ketahui bahwa morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji
seluk-beluk pembentuk kata. Kalimat dibentuk dari untaian kata. kalimat yang tepat adalah
kalimat yang dibentuk dari kata yang tepat susunannya.

c. Sintaksis dengan semantik

Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang makna satuan kalimat. Hubungan
sintaksis dan semantik dapat dilihat dari syarat kalimat yang harus memenuhi kesesuaian bentuk
dan makna. Kalimat yang tepat struktur tetapi tidak tepat makna adalah kalimat yang tidak dapat
diterima misalnya: kambing memetik bunga. Secara struktur kalimat tersebut benar akan tetapi
tidak dapat diterima karena tidak tepat makna.

d. Sintaksis dengan pragmatik

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi
komunikasi. Hubungan sintaksis dan pragmatik dapat dilihat dari hubungan antar tuturan dan
kalimat. Kalimat yang tidak tepat ketika dituturkan akan menyebabkan komunikasi tidak berjalan
lancar.

e. Sintaksis dan wacana


Wacana adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk-beluk untaian kalimat dalam bentuk teks.
Hubungan sintaksis dan wacana dapat dilihat dari sudut pandang teks sebagai satuan bahasa yang
dibentuk oleh kalimat kalimat yang saling berhubungan maknanya.

E. Sejarah Perkembangan Kajian Sintaksis

Sejarah perkembangan sintaksis tak lepas dari perkembangan aliran-aliran dalam linguistik. Aliran
fungsional muncul sebagai perkembangan aliran linguistik untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan berbahasa yang tidak bisa dijelaskan oleh aliran struktural. Bahasa terus mengalami
perkembangan karena sifat bahasa yang dinamis.

Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang cukup tua. Sintaksis telah sejak lama
digunakan untuk menyelediki bahasa-bahasa dibenua asia dan benua-benua lainnya. Ilmu bahasa
ini digunakan untuk menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat. Berdasarkan hal
ini, sintaksis sering disebut dengan istilah tata kalimat.

Hasil penyelidikan sintaksis bahasa-bahasa di Eropa mempengaruhi pola pikiran para ahli bahasa
yang menyelidiki bahasa-bahasa di Asia termasuk juga di Indonesia. Sebelum abad ke-20 beberapa
orang telah menulis mengenai tata bahasa Indonesia yakni Werndly (1736) dan masrden (1812).
Buku-buku hasil karya mereka disusun menggunakan bahasa asing, khususnya bahasa inggris dan
bahasa belanda karena pada tahun-tahun ini indonesia masih dalam pendudukan penjajah. Kedua
penulis tersebut meninjau bahasa Indonesia ketika masih bernama bahasa Melayu yang
merupakan embrio dan unsur penting dalam pembentukan bahasa Indonesia yang seperti
sekarang ini. Oleh ahli bahasa tersebut, bahasa Melayu dipandang dengan menggunakan
kacamata bahasa Barat sehingga konsep-konsep yang ada dalam bahasa Barat tersebut diterapkan
begitu saja dalam uraiannya tentang bahasa Melayu. Dalam beberapa buku yang telah ditulis oleh
kedua ahli bahasa tersebut, uraian tentang sintaksis bahasa Melayu sangat sedikit, akan tetapi
lebih banyak menguraikan tentang masalah pembentukan kata.

Kridalaksana (1991) menunjukkan bahwa konsep-konsep yang terdapat dalam buku bahasa yang
ditulis oleh Werndly diwarisi secara langsung oleh Hollander dan diteruskan oleh Sosrosoegondo,
Alisjahbana, dan Keraf dalam buku-buku tata bahasa yang ditulisnya. Sepanjang proses
pewarisannya tersebut, tentu saja konsep-konsep yang ada semakin bertambah luas seiring
dengan perubahan kata dan pengejaan kata serta berkembangnya ilmu bahasa.

Pada awal pembicaraan sintaksis hanya merupakan bagian kecil dalam buku tata bahasa
Indonesia. Seorang ahli tata bahasa yang dipandang sebagai penulis yang cukup terkenal yaitu,
Zain pernah menulis buku tata bahasa Indonesia pada tahun 1942 yang diberi nama Djalan Bahasa
Indonesia. Dalam buku tersebut, Zein menguraikan masalah frasa atributif, frasa posesif,
pemakaian kata “yang” dan kata “ada”, serta persoalan kalimat pasif. Namun, pembicaraan yang
lebih banyak dalam adalah uraian tentang jenis kata dan pembentukan kata.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sintaksis adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk pembentukan
kalimat dengan kata menjadi bahan dasar, gabungan kata membentuk frasa, gabungan frasa
membentuk klausa, dan gabungan klausa membentuk kalimat. Objek kajian sintaksis adalah
struktur internal kalimat yang terdiri atas frasa, klausa dan kalimat. Struktur sintaksis tersebut
ditopang oleh alat-alat sintaksis berupa urutan kata, bentuk kata, intonasi/lagu kalimat, dan
kolektor. Ruang lingkup kajian sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Sintaksis sebagai salah
satu cabang ilmu bahasa mempunyai hubungan dengan ilmu bahasa yang lain, seperti fonologi,
morfologi, semantik, wacana, dan pragmatik. Dan sejarah perkembangan sintaksis tak lepas dari
perkembangan aliran-aliran dalam linguistik. Aliran fungsional muncul sebagai perkembangan
aliran linguistik untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan berbahasa yang tidak bisa dijelaskan
oleh aliran struktural. Bahasa terus mengalami perkembangan karena sifat bahasa yang dinamis.

B. Saran

Penulis sangat memahami bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali kekurangan untuk
diperbaiki dan bersumber dari data yang terbatas. Penulis mengharapkan saran demi
meningkatkan kualitas makalah selanjutnya tersusun dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Sumiati. 1987. Sari Tata Bahasa Indonesia. Klaten:

PT. Intan Pariwara.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis.

Yogyakarta:UP Karyono.

Noortyani, R. (2017). Buku Ajar Sintaksis. Yogyakarta:

Pustaka Media.

Verhaar,J.W.M.1999.Asas-Asas Linguistik Umum.Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Kentjono,Djoko.1982.Dasar-Dasar Linguistik Umum.Jakarta:

Fakultas Sastra Universitas Indonesia

Ba’dulu, Abdul Muis. 2004. Morfosintaksis.Jakarta:

Rineka Cipta.

Chaer, Abdul.2007.Kajian Bahasa.Jakarta: Rineka Cipta.

Samsuri.1985.Tata Kalimat Bahasa Indonesia.Jakarta:

Sastra Hudaya.

Chaer, Abdul. 2009. (Pendekatan Sintaksis Bahasa Indonesia Proses).

Jakarta: Rineka Cipta. Irwan.(2011).Frase,Klausa,Kalimat.[online].

Tersedia:http://irwansipetualang.blogspot.com/2011/10/frase-
klausa-dan-kalimat.html [4 Oktober 2012]

Trisna Helda, Dina Ramadhani, Dian permata Yanda,

Ngusman Abdul Manaf, Novia juita.2018. Pengajaran

sintaksis berbasis problem Base learning (PBL). Padang

Anda mungkin juga menyukai