Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

TUGAS X

PERKEMBANGAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK

TENTANG

ANALISIS JURNAL

Dosen Pengampu

Citra Imelda Usman, M.Pd., Kons

Disusun Oleh

Rama Yana (20080036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(UPGRISBA) SUMATERA BARAT

PADANG

2021

A. Cover Judul
Judul Artikel Usaha Meningkatkan Konsep Diri yang Positif
Siswa Kelas XII TKJ 2 SMKN 2 Pinrang Melalui
Konseling Peer Group

ISSN 322-969-1
Nama Jurnal al-iltizam

Tahun Terbit Juni 2017


Volume dan Nomor Vol. 2, No. 1

Penulis Jurnal Dahlia Haruna


Sub Topik yang Terbait  Konsep diri positif
 Kelompok sebaya

B. Bagian Isi

 Analisis/Resume Jurnal
Usaha Meningkatkan Konsep Diri yang Positif Siswa Kelas XII TKJ 2 SMKN 2 Pinrang
Melalui Konseling Peer Group

Pakar psikologi remaja Santrock (2013: 392) bahwa guru dan teman sebaya atau sekelas
dapat memberi kontribusi bersama untuk pembelajara siswa. Dalam penelitian tindakan
bimbingan dan konseling ini, hal yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku siswa yang
awalnya masih menunjukkan gejala-gejala konsep diri yang negatif, kemudian setelah
mendapatkan layanan konseling peer group, sikap dan perilaku siswa berubah ke arah
konsep diri yang positif.
Sedikit demi sedikit para siswa mulai bisa memahami dirinya dan menunjukkan
kemampuannya, mengerti tentang kelemahan dan kelebihan dirinya, merasa bahwa dirinya
juga merupakan bagian dari teman yang lain dan berguna untuk orang lain. Selain itu siswa
juga sudah tidak malu-malu berkomentar, bertanya ketika berdiskusi, dan bisa menjalankan
konseling peer group walaupun belum begitu sempurrna. Hal tersebut terjadi karena dalam
kelompok teman sebaya, individu memiliki kedudukan yang sama.
Konseling peer group sebagai salah satu metode bimbingan kelompok terbukti dapat
meningkatkan konsep diri yang positif pada siswa, dalam penelitian ini dibuktikan dengan
tercapainya peningkatan konsep diri yang positif pada siswa kelas XII TKJ 2 pada siklus I
sebesar 8,66% dan meningkat lagi dalam siklus II sebesar 11,46%. Peningkatan konsep diri
yang positif ini, guru pembimbing/ konselor memanfaatkan dinamika kelompok, yaitu
interaksi dan komunikasi yang berlangsung antara anggota-anggota kelompok yang
bekerjasama untuk memenuhi suatu kebutuhan yang dihayati bersama untuk memecahkan
suatu problema yang dihadapi bersama melalui penukaran pikiran dalam diskusi, atau untuk
merencanakan suatu aksi yang akan dilakukan bersama.
Dalam tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti, konseling peer group menunjuk pada
cara bagaimana kelompok bekerja, bagaimana kelompok menganalisis problema yang
dihadapin dan mencari pemecahan bersama, bagaimana kelompok menjaga dan membina
kebersamaan sehingga semua anggota kelompok merasa terlibat dan sebagainya.
Dengan mengerjakan sesuatu, mempelajari sesuatu, atau mendiskusikan sesuatu, tentu ada
tujuan yang ingin dicapai. Kejelasan tujuan adalah penting, baik bagi peneliti maupun bagi
siswa karena kejelasan tujuan membuat siswa melibatkan diri dalam proses konseling dan
siswa paham bahwa kegiatan yang mereka lakukan akan membuahkan hasil (Winkel, 1991).
Demikian halnya dengan konseling peer group yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan konsep diri yang positif dapat tercapai, sebagaimana hasilnya seperti
pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Konsep Diri yang Positif Siswa XII TKJ 2 Per Siklus

Siklus I Siklus II

78,54% 90%

Berdasarkan data pada Tabel 1 tersebut terlihat terjadinya peningkatan konsep diri yang
positif pada siswa sebesar 20,12% setelah siswa mengikuti siklus II, maka dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan konsep diri positif dari siklus I ke siklus II yang signifikan.
Hasil angket tentang peningkatan konsep diri yang positif terbagi menjadi 3 kategori, yaitu
sangat tinggi, tinggi dan cukup. Sebagaimana tercantum pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil Penilaian Angket Konsep Diri Siklus II

Nilai Kategori Jumlah

47-50 Sangat Tinggi 13


42-46 Tinggi 32

37-41 Cukup 3

Dari tabel 2, terlihat bahwa terdapat 13 orang mencapai peningkatan konsep diri positif
sangat tinggi, 32 orang siswa mencapai peningkatan konsep diri positif tinggi, dan 3 orang
siswa mencapai peningkatan konsep diri cukup.
Dengan demikian tindakan bimbingan dan konseling yang dilakukan peneliti untuk
meningkatkan konsep diri yang positif pada siswa melalui konseling peer group dikatakan
berhasil karena terdapat peningkatan yang signifikan pada konsep diri yang positif pada
siswa kelas XII TKJ 2 SMK Negeri 2 Pinrang.

 Pelengkap Resume yang Berkaitan dengan Materi

Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik


A. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah gagasan atau keseluruhan gambaran tentang diri sendiri yang mencakup
keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri
atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang
diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang
kita harapkan.

B. Dimensi Konsep Diri

1. Pengetahuan (kognitif). Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui
tentang diri sendiri atau penjelasan dari ”siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang
diri saya. Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri (self image). Dimensi
pengetahuan dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita
sebagai pribadi, seperti ”saya pintar”, ”saya cantik”, ”saya anak baik”, dan seterusnya.

2. Harapan. Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-
citakan di masa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita
sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang
kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai
pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri
yang dicita-citakan.

3. Penilaian. Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai
pribadi. Menurtu Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai
tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan: a) pengharapan bagi diri kita
sendiri (saya dapat menjadi apa), b) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya
seharusnya menjadi apa). Hasil dari penilaiantersebut membentuk apa yang disebut dengan
rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita meyukai diri sendiri. Orang yang hidup dengan
standar dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri – yang menyukai siapa dirinya, apa yang
sedang dikerjakannya, dan akan kemana dirinya – akan memiliki rasa rasa harga diri yang
tinggi (high self-esteem). Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari satndar dan harapn-
harapannya akan memiliki rasa harga diri yang rendah (low self esteem). Dengan demikian
dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk penerimaan terhadap diri, serta harga diri
seseorang.

C. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

1. Konsep diri negatif

Menurut Colhoun dan Acocella (1995) individu yang mempunyai konsep diri negatif umumnya
memiliki sedikit pengetahuan tentang dirinya sendiri, biasanya memiliki pandangan tentang
dirinya yang sedikit, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, benar-benar tidak
tahu siapa dirinya, kekuatannya dan kelemahannya. Konsep diri bisa terlalu stabil atau kaku,
mungkin karena didikan yang sangat keras. Individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak
mengizinkan adanya penyimpangan dari aturan. Keadaan inilah yang menyebabkan
kecemasan yang mengancam dirinya.
Harapan individu yang mempunyai konsep diri negatif tidak realistis. Individu ini mempunyai
sedemikian rupa sehingga dalam kenyataannya ia tidak mencapai apapun yang berharga. Bila
ia mengalami kegagalan, maka kegagalan ini akan merusak dirinya sendiri. Individu ini
menjebak dan menghantam dirinya sendiri.

Individu yang mempunyai konsep diri negatif akan memberi penilaian terhadap dirinya juga
negatif. Apapun keadaan dirinya, tidak pernah cukup baik. Apapun yang diperolehnya tampak
tidak berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain. Individu ini sering
menghadapi kecemasan karena menghadapi informasi tentang dirinya yang tidak diterimanya
dengan baik dan mengancam dirinya.

Individu yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai pengertian tidak tepat tentang
dirinya, pengharapan yang tidak realistis dan harga diri yang rendah. Individu ini memandang
dirinya tidak punya potensi dan mempunyai motivasi yang rendah untuk belajar, mudah
cemas dan putus asa, kurang mampu mengaktualisasikan potensinya, sensitif dan mudah
curiga. Individu dengan konsep diri negatif menganggap suatu keberhasilan diperoleh bukan
karena kemampuannya tapi karena suatu kebetulan atau nasib semata.

2. Konsep diri positif

Individu yang mempunyai konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik. Konsep diri yang
positif bersifat stabil dan bervariasi. Indvidu ini dapat menyimpan informasi tentang dirinya
sendiri baik positif atau negatif. Individu dengan konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya.

Pengahrapan individu yang berkonsep diri positif dirancang dengan tujuan-tujuan yang sesuai
dengan realistis. Artinya memiliki kemunginan besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Individu ini dapat menghadapi kehidupan di depannya. Indvidu dengan konsep diri positif
dapat tampil ke depan dengan bebas, ia akan bertindak dengan berani, spontan dan
memperlakukan orang lain dengan hangat serta hormat. Individu ini memandang hidup lebih
menyenangkan dan penuh harapan.

Konsep diri positif cukup luas untuk menampung seluruh pengalaman mental individu,
penilaian tentang dirinya menjadi positif. Individu ini dapat menerima dirinya apa adanya dan
juga dapat menerima orang lain apa adanya.

Individu yang mempunyai konsep diri positif, memiliki pengertian yang luas dan bermacam-
macam tentang dirinya, pengharapan yang realistis dan harga diri yang tinggi. Individu ini
akan mampu mengatasi dan mengarahkan dirinya, memperhatikan dunia luar.

Kemampuan ini dalam berinteraksi dengan lingkungan sangat bagus. Inidvidu berkonsep diri
positif sangat menghargai dirinya dan orang lain, spontan dan orisinil, bebas dan dapat
mengantisipasi hal-hal negatif, bebas mengemukakan pendapat, memiliki motivasi yang tinggi
untuk mencapai prestasi serta mampu mengaktualisasikan potensinya

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

1. Usia. Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan
dibentuk. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang diperoleh seseorang
sehingga akan semakin mempengaruhi luasnya wawasan kognitif. Selanjutnya akan
menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap pengalamannya dan akhirnya turut juga
berpengaruh dalam mempersepsi dirinya.
2. Peran seksual. Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia termasuk
laki-laki ataukah perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan konsep diri
individu. Itu berarti, peran seksual yang diterapkan pada seorang anak lambat-laun akan
membentuk konsep diri anak. Misalnya, seorang anak perempuan tunggal yang mempunyai
beberapa saudara laki-laki, dapat dimungkinkan bahwa lambat laun akan berperilaku seperti
layaknya laki-laki, bahkan konsep dirinya juga dibangun dalam kerangka konsep laki-laki.
Perbedaan peran kedua jenis kelamin tersebut mengakibatkan adanya perbedaan perilaku
terhadap laki-laki dan perempuan. Perbedaan perilaku terhadap kedua jenis kelamin ini telah
diterapkan sejak diri pada kehidupan anak. Orangtua akan memberikan perlakuan yang
berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Orangtua mengajarkan anak laki-laki untuk
bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri, bertanggung jawab, dan harus melindungi
perempuan dan anak-anak. Orangtua mengajarkan anak perempuan untuk bersikap lemah
lembut, emosional, patuh, pasif, dan harus dilindungi. Perbedaan perilaku tersebut akan
membentuk konsep diri sesuai dengan jenis kelaminya.

3. Keadaan fisik. Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang, khususnya
bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan penting dalam
pembentukan konsep diri. Gambaran fisik dipahami melalui pengalaman langsung dan
persepsinya mengenai tubuhnya sendiri. Adanya ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan
mempengaruhi konsep diri secara tidak langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang
tubuhnya didasarkan pada norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian yang
positif terhadap keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat
membantu perkembangan konsep diri yang positif.

4. Sikap-sikap orang di lingkungan sekitarnya. Roger (1961) menyatakan bahwa


perkembangan konsep diri ditentukan oleh interaksi yang terbentuk antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed back atau umpan balik yang diberikan
oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut. Umpan balik yang
diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi konsep diri indvidu. Jika umpan balik
yang diberikan orang-orang di lingkungannya menunjukkan penerimaan maka individu
merasa diterima dan akan membantu perkembangan konsep diri ke arah positif. Tetapi jika
umpan balik yang diberikan oleh orang-orang dlingkungannya menunjukkan penolakan,
individu akan merasa terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk konsep
diri yang negatif.

5. Figur-figur bermakna. Banyak figur yang bermakna bagi individu yang pada intinya
memberi pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik ataupun melalui perilaku yang
kemudian diinternalisasikannya. Figur-figur tersebut memberi pengaruh yang sangat terasa
dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri. Figur bermakna biasanya orang yang
mempunyai arti khusus bagi individu meliputi orangtua, angota keluarga, guru, teman, pacar
dan tokoh idola.

E. Karekteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik

1. Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah


Pada awal masuk SD, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin
disebabakan oleh tuntutan baru dalam akademik dan perubahan sosial yang muncul
disekolah. SD banyak memberikan perubahan kesempatan kepada anak-anak untuk
membandingkan dirinya dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual
menjadi lebih realistis.

Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama tahun-tahun
SD dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri, yaitu:

a. Karakteristik Internal

Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia SD lebih memahami dirinya melalui
karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal. Penelitian F. Abound dan S.
Skerry (1983) menerumakan bahwa anak-anak kelas dua jauh lebih cenderung
menyebutkan karakteristik psikologis (seperti sifat-sifat kepribadian) dalam pendefinisian
diri mereka dan kurang cendrung menyebutkan karakteristik fisik (seperti warna mata atau
pemilikan). Misalnya, anak usia 8 tahun mendeskripsikan drinya sebaga: ”Aku seorang yang
pintar dan terkenal”. Anak usia 10 tahun berkata tentang dirinya: ”Aku cukup lumayan tidak
khawatir terus menerus, Aku biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah lebih baik.

b. Karakteristik aspek-aspek sosial

Selama tahun-tahun SD, aspek-aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat. Dalam
suatu investigasi, anak-anak SD seringkali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai
acuan dalam deskripsi mereka. Misalnya, sejumlah anak mengacu diri mereka sebagai
Pramuka perempuan, sebagai seorang yang memiliki dua sahabat karib.

c. Karakteristik perbandingan sosial

Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang
lain secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak anak usia SD tidak lagi
berpikir tentang apa yang ”aku lakukan’ atau yang ”tidak aku lakukan”, tetapi cenderung
berpikir tentang ”apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan ”apa yang dapat
dilakukan oleh orang lain”.

2. Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)

a. Abstract and idealistic.

Pada masa remaja, anak-anak lebih mungkin membuat gambaran tentang diri mereka
dengan kata-kata yang abstrak dan idealistik.

b. Differentiated

Konsep diri remaja bisa menjadi semakin terdiferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang
lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks
atau situasi yang semakin terdiferensiasi.

c. Contradictions within the self

Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks
yang berbeda-beda, kaka muncullah kontradiksi antara diri-diri yang terdeferensiasi ini.
d. The Fluctiating Self

Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan fluktuasi diri dalam
berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan. Diri remaja akan terus memiliki
ciri ketidakstabilan hingga masa di mana remaja berhasil membentuk teori mengenai
dirinya yang lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir, bahkan hingga
masa dewasa awal.

e. Real and Ideal, True and False Selves

Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di samping diri
yang sebenarnya. Kemampuan utnuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata
dengan diri yang ideal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif dan adanya
perbedaan yang terlalu jauh antara diri yang nyata dengan diri ideal menunjukkan
ketidakmampuan remaja untuk menyesuaikan diri.

f. Social Comparison

Remaja lebih sering menggunakan social comparison (perbandingan social) untuk


mengevaluasi diri mereka sendiri. Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri
mereka cenderung menurun pada masa remaja karena menerut mereka perbandingan
social itu tidaklah diinginkan Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka
cenderung menurun pada masa remaja karena menerut mereka perbandingan social itu
tidaklah diinginkan

g. Self-Conscious

Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan
tentang pemahaman diri mereka.

h. Self-protective

Remaja juga memiliki mekanisme untuk melindungi dan mengembagkan dirinya. Dalam
upaya melindungo dirinya, remaja cendrung menolak adanya karakteristik negatif dalam
diri mereka.

i. Unconscious

Konsep diri remaja melibatkan adanya pengenalan bahwa komponen yang tidak disadari
termasuk dalam dirinya, sama seperti komponen yang disadari. Pengenalan seperti ini tidak
muncul hingga masa remaja akhir. Artinya, remaja yang lebih tua, yakin akan adanya aspek-
aspek tertentu dari pengalaman mental dari mereka yang berada di luar kesadaran atau
control mereka dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.

j. Selfintegration

Terutama pada masa remaja akhir, konsep diri menjadi lebih terintegrasi, dimana bagian
yang berbeda-beda dari diri secara sistematik menjadi satu kesatuan. Remaja yang lebih
tua, lebih mampu mendeteksi adanya ketidakkonsistenan.

F. Implikasi Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik terhadap Pendidikan

1. Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru


Dukungan guru dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support),
seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik. Dapat juga dengan
dukungan penghargaan (esteem support), seperti melalui ungkapan hormat (penghargaan)
positif terhadap siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
siswa dan perbandingan positif antara satu siswa dengan siswa lain

2. Membuat siswa merasa bertanggung jawab

Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat
diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa Memberi
kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan
sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa

3. Membuat siswa merasa mampu

Dapat dilakukan denga cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap
kemampuan yang dimiliki siswa. Guru harus berpandangan bahwa semua siswa pada
dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum dikembangkan

4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistik

Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian di
masa lampau, sehingga pencapaina prestasi sudah dapat diramalkan dan siswa akan terbantu
untuk bersikap positif terhadap kemampuan dirinya sendiri

5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realisitik

Guru perlu membantu siswa menilai prestasi siswa secara realistis, yang membantu rasa
percaya akan kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan
prestasi belajar di kemudian hari.

6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistik

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik adalah dengan
memberikan dorongan kepada siswa agar bangga atas prestasi yang dicapai. Ini merupakan
salah satu kunci untul menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.

G. Perkembangan Konsep Diri Remaja

Menurut Rini (2004 : 15) perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.

a) Konsep Diri Remaja Yang Sehat

Tanda-tanda remaja yang memiliki konsep diri yang positif adalah:

1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa
percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi,
tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela
atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta
perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang
lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh
masyarakat.

5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian


tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya
sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi
lebih baik agar diterima di lingkungannya.

b) Konsep Diri Dan Prestasi Sekolah

Konsep diri merupakan seperangkat instrument pengendali mental dan karenanya


mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Gunawan (dalam Nuryoto, 1993 : 58)
menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan menjadi invidu yang
mampu memandang dirinya secara positif, berani mencoba dan mengambil resiko, selalu
optimis, percaya diri, dan antusias menetapkan arah dan tujuan hidup. Konsep diri dan
pencapaian akademik siswa adalah dua hal yang saling memperngaruhi. Seseorang dengan
konsep diri yang positif cenderung memiliki pencapaian akademik yang lebih baik.

Langkah-Langkah Mempertahankan Konsep Diri adalah sebagai berikut.

1) Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri

Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah
dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk
mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan
semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.

2) Hargailah diri sendiri

Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa
menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak
mampu meandang hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang
lain dan melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif. Jika kita tidak bisa
menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita?

3) Jangan memusuhi diri sendiri

Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri
sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada
permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self).
Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah
dan negatif konsep dirinya.

4) Berpikir positif dan rasional

Semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan
maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita ika pikiran itu mulai menyesatkan
jiwa dan raga.

H. Konsep Diri dan Prestasi Belajar

Konsep diri dan prestari belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (dalam Syarif, 2015 :
132) mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membutikan hubungan positif yang kuat
antara konsep diri dengan prestasi belajar disekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif,
memperlihatkan prestasi belajar yang baik disekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi
disekolah memiliki penialaian diri yang tinggi serta menujukkan hubungan antar pribadi yang
positif pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan
kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas mereka selalu
diarahkan pada kegiatan akademis. Mereka juga memperlihatkan kemandirian dalam belajar,
sehingga tidak tergantung pada guru semata.

Konsep diri merupakan seperangkat instrument pengendali mental dan karenanya


mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Gunawan (dalam Phomi, 2013 : 30)
menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan menjadi invidu yang
mampu memandang dirinya secara positif, berani mencoba dan mengambil resiko, selalu
optimis, percaya diri, dan antusias menetapkan arah dan tujuan hidup.

Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan prestasi belajar, Fink (dalam Syarif,
2015 : 133) melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah siswa laki-laki dan perempuan
yang dipasangkan berdasarkan tingkatan inteligensi mereka. Disamping itu mereka
digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu kelompok berprestasi lebih
(overachievers) dan kelompok berprestasi kurang (underachiever) : Siswa yang overachievers
menunjukkan konsep diri yang lebih positif, dan hubungan yang erat antara konsep diri dan
prestasi belajar terlihat jelas pada siswa laki-laki. Sedangkan penelitian Walsh, uga
menunjukkan bahwa siswa yang tergolong underachiever mempunyai konsep diri yang
negative, serta memperlihatkan karakteristik kepribadian : 1) Mempunyai perasaan dikritik,
ditolak dan diisolir; 2) Melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara menghindar dan
bahkan bersikap menentang; 3) Tidak mampu megekspresikan perasaan perilakunya.

 Pemahaman Sendiri
Menurut saya konsep diri adalah pandangan dan sikap kita sebagai individu terhadap diri
kita sendiri. Dimana hal tersebut berkaitan dengan pandangan diri kita terhadap fisik,
karakter kita sendiri, dan motivasi diri kita sendiri. Pandangan diri tidak hanya berkaitan
dengan kekuatan-kekuatan individu tetapi juga mencakup kelemahan dan bahkan juga
kegagalan diri kita sendiri. Contohnya saya Rama Yana tahu bagaimana fisik saya dan saya
menerimanya, karena saya sadar bahwa masih ada orang yang kekurangan dari saya. Begitu
pula terhadap potensi, saya tahu apa kekurangan dan kelebihan saya. Nah jika saya sudah
tau kelebihan dan kekurangan saya otomatis saya tau bakat saya itu bagian mana kan seperti
saya lebih berbakat ke melukis atau menggambar jadi saya akan lebih fokus pada bakat yang
akan saya kembangkan.
Sedangkan konsep diri positif merupakan keadaan dimana kita dapat menerima diri kita
sendiri, dan kita tahu cara meluapkan emosi dengan baik. Konsep diri positif ini saat ini
sudah jarang kita temui karena sudah banyak orang yang tidak lagi menerima apa adanya
diri mereka sendiri atau tidak menghargai diri sendiri lagi. Seperti melakukan operasi plastik,
suka tauran, tidak percaya diri dan pesimis.

C. Penutup

Kesimpulan

Analisis Jurnal :

1. Penerapan konseling peer group dalam proses layanan bimbingan dan konseling dapat
meningkatkan konsep diri siswa yang positif, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya
konsep diri yang positif pada siswa kelas XII TKJ 2 SMK Negeri 2 Pinrang pada siklus I
sebesar 8,66% dan meningkat lagi sebesar 11,46% setelah mengikuti siklus II.

2. Melalui penerapan konseling peer group, siswa terlatih dan terampil untuk bekerjasama
dengan teman dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
konsep diri yang positif pada siswa.

Materi :

Konsep diri adalah bagaimana seeorang melihat dirinya yang mencakup keyakinan,
pandangan dan penilaian seseorang terhadap sirinya sendiri. Konsep diri seseorang
dibentuk oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga dimana demana seorang anak
dibesarkan. Pola asuh orang tua terhadap anak sangan menetukan konsep diri anak.
Lingkungan yang juga sangat berpengaruh terhadap konsep diri anak adalah lingkungan
sekolah. Guru sangat berperan dalam membentuk konsep diri anak.

Terdapat 3 dimensi konsep diri yaitu dimensi gambaran diri (self image), dimensi penilaian
diri (self evalution), dan dimensi cita-cita diri (self ideal). Sedangkan faktor yang
mempengaruhi konsep diri individu adalah usia kematangan, penampilan diri, nama dan
ulukan, hubungan keluarga, teman sebaya, dan kreatifitas.

Konsep diri memegang peranan penting dalam menentukan perilaku seseorang. Bagaimana
seseorang memandang dirinya akan tercermin dalam keseluruhan perilakunya. Konsep diri
juga mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi belajar. Disekolah anak yang
mempunyai konsep diri yang baik biasanya akan memperoleh prestasi belajar yang baik,
dan sebaliknya anak yang mempunyai konsep diri yang tidak baik biasanya akan
memperoleh prestasi belajar yang baik.

D. Referensi

[1] Calhoun, James F. & Acocella, Joan Ross. (1995). Psikologi

tentang Penyesuaian Hubungan Kemanusiaan. Terjemahan oleh

Satmoko dari Psychology of Adjustment and Human Relationship.

Edisi Ketiga.

[2] Hakim, Thursan. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri.

Jakarta: Puspa Swara.

[3] Hall, C. S., Lindzey, G., & Campbell, J. B. (1998). Theories of

Personality (4th ed.). New York: Jon Wiley & Sons.

[4] Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

[5] Laursen, E.K. (2005). Rather Than Fixing Kids - Build Positive

Peer Cultures. Reclaiming Children and Youth. 14. (3). 137 – 142.

(ProQuest Education Journals).

[6] Pudjijogyanti, Clara. (1995). Konsep Diri dalam Pendidikan.

Jakarta: Arcan.

[7] Puspasari, Amaryllia. (2007). Mengukur Konsep Diri Anak: Cara

Praktis Mengukur dan Mengembangkan Konsep Diri Anak.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

[8] Rais, M. (2012). Internalisasi Nilai Integrasi Untuk Menciptakan

Keharmonisan Hubungan Antar Etnik. Disertasi pada program

pasca sarjana PPU UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

[9] Sukidin, Basrowi, dan Suranto. (2010). Manajemen Penelitian

Tindakan Kelas. Jember: Insan Cendekia.

[10] Santrock, John W. (2009). Life-Span Development. Twelfth Edition.


Boston: McGraw-Hill Companies.

[11] Santrock, John W. (2013). Psikologi Pendidikan, edisi kedua.

Diterjemahkan oleh Tri Wibowo dari Buku Aslinya Educational

Psychology, 2nd Edition. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

[12] Surya, Muhammad. (1988). Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling).

Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK.

[13] Winkel, W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

[14] Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan

Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Danim, Sudarwan.2017. Perkembangan Peserta Didik.

Bandung:Alfabeta.

Rahmat, Pupu Saeful. 2019. Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Bumi Aksara.

http://agussuroto.blogspot.com/2012/09/perkembangan

-konsep-diri-peserta-didik.html

Anda mungkin juga menyukai