LEVEL MATERI
Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam Perilaku Menolong Secara Online
Ermida Simanjuntak
LEVEL INDIVIDU
Konsep Diri: Pada Siswa SMA ‘DB’ Jogyakarta
Elisabet Widyaning Hapsari
Mindful Parenting
Yettie Wandansari
LEVEL KOMUNITAS/ORGANISASI/INSTITUSI
Service Learning sebagai Strategi Pembelajaran dalam Konteks Kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat
G. Edwi Nugrohadi
iii
iv
Kata Pengantar
Buku ini berisikan pemikiran dan gagasan para dosen tentang konsep
dan penerapan psikologi positif. Pemikiran tersebut diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi positif,
antara lain dengan memunculkan riset-riset penting dalam bidang
psikologi positif. Sementara itu, paparan mengenai penerapan psikologi
positif diharapkan dapat digunakan oleh para praktisi sebagai bekal
untuk mengatasi persoalan di lapangan. Besar harapan buku Psikologi
Positif ini dapat diterima oleh masyarakat akademik maupun non
akademik.
v
vi
Daftar Isi
KATA PENGANTAR v
LEVEL MATERI 1
Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam Perilaku Menolong
Secara Online 3
Membangun Optimisme dengan Berperilaku Keselamatan 19
LEVEL INDIVIDU 31
Konsep Diri: Pada Siswa SMA ’DB’ Yogyakarta 33
Self-Compassion dan Well-Being Orangtua 43
Mindful Parenting 57
Tonggak Penting The Near Phase Pensiun:
”Membangun Sikap Positif Terhadap Pensiun” 73
vii
viii
Seuntai Ulasan Editor
ix
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Pembahasan buku ini dibagi tiga, yaitu: pada level subject matter,
yakni pembahasan tentang Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam
x
Seuntai Ulasan Editor
xi
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Editor
Tim Positive Psychology Center:
Dr. Nurlaila Effendy, M.Si., Dr. Dessi Christanti, M.Si.,
Eli Prasetyo, M.Psi, Psikolog
xii
LEVEL MATERI
1
2
Altruisme Digital: Psikologi
Positif dalam Perilaku
Menolong Secara Online
Ermida Simanjuntak
3
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
4
Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam Perilaku Menolong Secara Online
5
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
6
Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam Perilaku Menolong Secara Online
7
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
8
Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam Perilaku Menolong Secara Online
9
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
D. Penelitian Hu (2020)
Penelitian ini dilakukan pada 216 relawan yang terlibat pada forum
online situs ”Zhi Ai Jia Yuan” yang berfokus pada penanganan
pengidap HIV/AIDS (Hu, 2020). Para relawan ini membagikan
informasi secara online bagi para pengidap yang bertanya di situs
”Zhi Ai Jia Yuan”. Hal-hal yang dilakukan oleh para relawan di
forum online ini antara lain menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan oleh pengidap HIV/AIDS, menyediakan informasi-
informasi yang dibutuhkan oleh para pengidap HIV/AIDS,
memberikan semangat kepada para pengidap HIV/AIDS dan
memberikan bantuan material yang praktis. Relawan paling aktif
di forum ini telah memberikan respon online sebanyak 10.000
posting dan relawan yang kurang aktif setidaknya pernah melakukan
posting 1 kali di forum ini. Selain posting ada pula relawan yang
telah membuat situs kesehatan yang memberikan informasi
mengenai penanganan AIDS yang terbaru serta informasi-informasi
praktis untuk menjaga kondisi pengidap HIV/AIDS. Penelitian ini
10
Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam Perilaku Menolong Secara Online
11
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Implikasi Praktis
Penelitian-penelitian maupun kajian teori mengenai altruisme digital
menunjukkan adanya keterkaitan antara menolong secara online
(internet altruistic behavior) dengan konsep-konsep psikologi positif
12
Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam Perilaku Menolong Secara Online
13
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Kesimpulan
Altruisme digital dalam bentuk perilaku menolong seseorang secara
online merupakan hal yang dapat dikembangkan pada konteks
individu dan organisasi. Altruisme digital juga terbukti dapat
meningkatkan subjective well-being dan gratitude pada diri individu
yang memberikan pertolongan. Saat seseorang melakukan altruisme
digital maka akan terbentuk emosi positif pada orang tersebut
yang memberikan efek positif berupa meningkatnya kebersyukuran
(gratitude) dan kesejahteraan subjektif (subjective well-being).
Merujuk pada efek positif yang dirasakan pada individu yang
melakukan altruisme digital maka perilaku menolong secara online
14
Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam Perilaku Menolong Secara Online
Daftar Pustaka
Amichai-Hamburger, Y. (2008). Potential and promise of online
volunteering. Computers in Human Behavior, 24(2), 544–
562. https://doi.org/10.1016/j.chb.2007.02.004
Branscombe, N. R., & Baron, R. A. (2017). Social Psychology (14th
ed.). Pearson Education Limited.
CAF. (2021). CAF World Giving Index 2021. https://www.
cafonline.org/docs/default-source/about-us-research/
cafworldgivingindex2021_report_web2_100621.pdf
Hu, Y. (2020). Why Do They Help People with AIDS/HIV Online?
Altruistic Motivation and Moral Identity. Journal of Social
Service Research, 46(3), 345–360. https://doi.org/10.108
0/01488376.2019.1575321
Jiang, H., Chen, G., & Wang, T. (2017). Relationship between belief
in a just world and Internet altruistic behavior in a sample of
Chinese undergraduates: Multiple mediating roles of gratitude
and self-esteem. Personality and Individual Differences, 104,
493–498. https://doi.org/10.1016/j.paid.2016.09.005
Kominfo. (2020a). Apa dan Bagaimana PSBB. https://www.kominfo.
go.id/content/detail/25932/apa-dan-bagaimana-psbb/0/
infografis
Kominfo. (2020b). Dirjen PPI: Survei Penetrasi Pengguna Internet di
Indonesia Bagian Penting dari Transformasi Digital. https://
www.kominfo.go.id/content/detail/30653/dirjen-ppi-survei-
penetrasi-pengguna-internet-di-indonesia-bagian-penting-
dari-transformasi-digital/0/berita_satker
15
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
16
Altruisme Digital: Psikologi Positif dalam Perilaku Menolong Secara Online
17
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Biodata Penulis
Ermida Simanjuntak adalah dosen tetap Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya sejak tahun 2000. Studi S1 dan S2
Magister Psikologi Profesi ditempuh penulis di
Universitas Airlangga. Pada tahun 2005 penulis
memperoleh beasiswa STUNED dari Pemerintah
Belanda untuk melanjutkan studi S2 bidang
Educational Effectiveness and School Improvement di Rijksuniversiteit
Groningen di Belanda. Penulis menyelesaikan studi S3 di Universitas
Airlangga pada tahun 2020. Bidang minat penelitian penulis adalah
cyberpsychology, perilaku manusia dalam dunia maya dan media
sosial. Tulisan penulis yang telah dipublikasikan di Buku Pemikiran
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) adalah ”Cyberslacking
: Mahasiswa dan Cerdas Berinternet” dan ”Integrasi Bangsa lewat
Pendidikan Literasi Digital pada Generasi Muda”. Saat ini penulis juga
terlibat sebagai Pengurus Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI)
Wilayah Jawa Timur periode 2019 – 2023.
18
Membangun Optimisme
dengan Berperilaku
Keselamatan
19
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Bentuk pola hidup yang bersih dan sehat itu meliputi penggunaan alat
pelindung diri berupa masker, membersihkan tangan secara teratur,
menjaga jarak minimal 1 meter, dan meningkatkan daya tahan tubuh
dengan mengkonsumsi gizi berimbang, aktivitas fisik dan istirahat yang
cukup (Menteri Kesehatan RI, 2020). Bagian dari upaya agar dapat
hidup produktif dan terhindar dari penularan Covid-19, kemampuan
individu untuk optimis dengan memiliki keyakinan dan pandangan
positif mengenai situasi pandemi dan new normal berperan penting
dalam mendukung penerapan pola kebiasaan baru ini.
20
Membangun Optimisme dengan Berperilaku Keselamatan
21
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Perilaku Keselamatan
Konsep mengenai perilaku keselamatan banyak diteliti untuk menjawab
permasalahan seputar kecelakaan kerja dan perilaku tidak aman di
tempat kerja yang memiliki risiko tinggi seperti industri konstruksi,
penerbangan, rumah sakit dan pertambangan. Data tentang perilaku
kerja tidak aman ini menjadi fokus kajian dalam safety behavior
dalam upaya mendukung keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
(Cavazotte et al., 2013; He et al., 2019; Jiang et al., 2010; A. Neal
et al., 2000; Andrew Neal & Griffin, 2006; Tong et al., 2020). Namun
pada penelitian lain, perilaku keselamatan juga diteliti dalam konteks
sosial yaitu terkait dengan gangguan kecemasan sosial dan gejala panik
(Kirk et al., 2019). Dalam hal ini perilaku keselamatan dipandang
sebagai tindakan konseptual yang secara langsung bertujuan untuk
22
Membangun Optimisme dengan Berperilaku Keselamatan
23
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
24
Membangun Optimisme dengan Berperilaku Keselamatan
oleh salah satu diantaranya terhadap yang lain sebagai suatu topik
penelitian kedepan. Mengacu pada konsep psikologi positif, dan
bagian dari upaya untuk mendukung kesejahteraan individu dan
kehidupan yang bahagia, sehat, dan sukses baik dalam konteks sosial
dan pekerjaan maka masih terbuka luas peluang dan ruang eksplorasi
terkait hal tersebut.
Daftar Pustaka
Avey, J. B., Luthans, F., & Youssef, C. M. (2010). The Additive Value
of Positive Psychological Capital in Predicting Work Attitudes
and Behaviors. Journal of Management, 36(2), 430–452.
https://doi.org/10.1177/0149206308329961
Blakey, S. M., & Abramowitz, J. S. (2016). The effects of safety
behaviors during exposure therapy for anxiety: Critical
analysis from an inhibitory learning perspective. Clinical
Psychology Review, 49, 1–15. https://doi.org/10.1016/j.
cpr.2016.07.002
Burke, M. J., Sarpy, A. S., Tesluk, P. E., & Smith-Crowe, K.
(2002). General safety performance: A test of a grounded
theoretical model. Personnel Psychology. https://doi.
org/10.1111/j.1744-6570.2002.tb00116.x
Carver, C. S., Scheier, M. F., & Segerstrom, S. C. (2010). Optimism.
Clinical Psychology Review, 30(7), 879–889. https://doi.
org/10.1016/j.cpr.2010.01.006
Cavazotte, F. de S. C. N., Duarte, C. J. P., & Gobbo, A. M. C. (2013).
Authentic leader, safe work: the influence of leadership on
safety performance. Brazilian Business Review, 10(2), 95–
119. https://doi.org/10.15728/bbr.2013.10.2.5
Chang, E. C., Yi, S., Liu, J., Kamble, S. V., Zhang, Y., Shi, B., Ye,
Y., Fang, Y., Cheng, K., Xu, J., Shen, J., Li, M., & Chang, O.
D. (2020). Coping Behaviors as Predictors of Hedonic Well-
Being in Asian Indians: Does Being Optimistic Still Make a
25
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
26
Membangun Optimisme dengan Berperilaku Keselamatan
27
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Biodata Penulis
Desak Nyoman Arista Retno Dewi memiliki
pengalaman sebagai akademisi dan praktisi
dibidang Psikologi Industri dan Organisasi. Latar
belakang pendidikan S1, S2, dan S3 pada bidang
Psikologi dengan ketertarikan pada Psikologi Industri
dan Organisasi, Psikologi Positif, dan Psikologi
Kerekayasaan. Memiliki pengalaman sebagai
akademisi sekaligus praktisi selama 11 tahun di Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Pusat Layanan
Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dan Institusi
Independen lainnya.
28
Membangun Optimisme dengan Berperilaku Keselamatan
29
30
LEVEL INDIVIDU
31
32
Konsep Diri: Pada Siswa SMA
’DB’ Yogyakarta
33
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Contoh kasus adalah konsep diri seorang murid kelas XII yang
mempunyai kondisi fisik yang kurang mendukung, yaitu asma dan
sindrom Stephen Jhonson. Kondisi fisik tersebut membuat subjek,
tidak dapat maksimal dalam melakukan aktivitas di sekolah (seperti
olah raga,dll). Penyakit asma juga membuat subjek, selalu memilih
untuk duduk di barisan belakang agar debu kapur dari papan tulis
tidak terhirup. Hal ini sesuai dengan dimensi pertama oleh Calhoun
34
Konsep Diri: Pada Siswa SMA ’DB’ Yogyakarta
35
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Menurut Calhoun dan Acocela (2002) konsep diri terbagi menjadi dua
konsep, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
36
Konsep Diri: Pada Siswa SMA ’DB’ Yogyakarta
Konsep diri (self concept) yang ada dalam diri seseorang tentu saja
tidak terbentuk melalui suatu proses yang instan, melainkan melalui
suatu proses yang panjang. Andayani & Afiatin (1996) menjelaskan
bahwa konsep diri terbentuk melalui proses belajar individu dalam
interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi tersebut akan
memberikan pengalaman-pengalaman atau umpan balik yang diterima
dari lingkungannya, sehingga individu akan mendapatkan gambaran
tentang dirinya. Sakia (2020) pun sependapat bahwa pembentukan
konsep diri berlangsung selama proses perkembangan individu.
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seorang manusia dari kecil hingga dewasa.
37
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Sifat yang menonjol pada diri subjek adalah pendiam dan menutup
diri. Subjek lebih suka menyendiri. Subjek jarang berbicara dengan
orang lain, baik teman dan guru. Komunikasi subjek dengan
orang lain pendek dan singkat. Subjek pun merasa bahwa teman-
temannya selalu mengacuhkan dia. Ketika ada kegiatan sekolah yang
mengharuskan adanya pembentukan kelompok, subjek selalu tidak
dihiraukan dan teman-temannya tidak pernah memasukkan subjek
ke dalam kelompok. Mappiare (1982) menjelaskan lima pola tingkah
laku individu sebagai manifestasi kebutuhan terkuat dan menonjol
dalam dirinya. Pola yang ketiga adalah tingkah laku yang terarah untuk
memperoleh pemenuhan kebutuhan menghindari penolakan orang
lain. Ciri-ciri tingkah laku tersebut, antara lain pemalu, penyendiri,
pemalas, pencemas, dan sukar membuat keputusan. Mappiare (1982)
melanjutkan bahwa pola ini terjadi pada individu yang mempunyai
pengalaman yang membuatnya kecewa, sedih, frustasi, bahkan
mungkin putus asa. Pola asuh yang positif akan membentuk seoarang
individu dalam berpikir positif dan menghargai dirinya secara positif.
namun dijelaskan sebelumnya bahwa individu merasa bahwa pola
asuh yang diberikan orangtuanya cenderung tidak jelas. Individu yang
kecewa ataupun frustasi dalam menjalani kehidupannya akan berpikir
dan merespon secara negatif apapun yang dialaminya termasuk
mengevaluasi dirinya sendiri (Sakia,2020).
Ditambah lagi proses yang dialami subjek saat pertama kali masuk
SMU hingga saat ini sangatlah menentukan terhadap konsep
diri subjek. Pengalaman yang tidak mengenakkan, kekecewaan,
kegagalan terhadap pengharapan subjek yang besar ketika pertama
kali masuk ke sekolah membuat subjek memiliki pandangan yang
38
Konsep Diri: Pada Siswa SMA ’DB’ Yogyakarta
Kesimpulan
Berdasarkan analisis kemudian akan ditarik suatu kesimpulan terhadap
keadaan subjek. Subjek saat ini seorang murid kelas XII yang sedang
berada dalam tahap remaja. Pada tahap ini subjek mendapatkan
pengalaman yang tidak mengenakkan. Subjek menginginkan adanya
hubungan pertemanan dengan teman-teman sekolah saat ini.
Namun yang terjadi malah sebaliknya, subjek tidak disukai oleh
teman-temannya. Subjek juga memiliki hubungan yang tidak dekat
dengan keluarganya. Orang tua subjek tidak pernah menanyakan
pada subjek mengenai keadaan subjek maupun kegiatan subjek di
sekolah. Perhatian keluarga merupakan salah satu hal penting dalam
pembentukan kepribadian termasuk konsep diri.
39
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Daftar Pustaka
Andayani, B & Afiatin, T. (1996). Konsep Diri, Harga Diri, dan
Kepercayaan Diri Remaja. Jurnal Psikologi. 23(2), 23-30.
Azwar, S. (1996). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Calhoun, J. F., dan Acocella, J. R. (2003.) Psikologi tentang
Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Alih bahasa:
Satmoko. Semarang : IKIP Semarang Press.
40
Konsep Diri: Pada Siswa SMA ’DB’ Yogyakarta
Biodata Penulis
Elisabet Widyaning Hapsari, S.Psi., M.Psi., Psikolog
adalah seorang dosen Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS)
sejak tahun 2011 hingga sekarang. Pendidikan
S1 ditempuh di Fakultas Psikologi UKWMS dan
kemudian melanjutkan program Magister Profesi
Psikologi di UGM. Dia merupakan salah satu dosen
dari bidang minat pendidikan yang tertarik dalam bidang positif
psikologi di bidang sekolah dan remaja. Selain mengajar, beliau juga
41
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
42
Self-Compassion dan Well-
Being Orangtua
43
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
44
Self-Compassion dan Well-Being Orangtua
yang serba sulit dan penderitaan yang dialami juga dapat menurunkan
emosi-emosi negatif individu yang berdampak pada meningkatnya
well-being orangtua (Sirois et al., 2019). Mengingat hal tersebut,
tulisan ini akan membahas self-compassion sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan well-being orangtua. Berikut ini akan dibahas
mengenai pengertian dari self-compassion, keterkaitannya dengan
well-being, dan penerapannya untuk meningkatkan well-being
orangtua.
Self-Compassion
Self-compassion adalah belas kasih terhadap diri sendiri. Apabila
biasanya individu mengenali dan tergerak dengan penderitaan orang
lain, maka self-compassion berarti individu peduli dan memahami
penderitaannya sendiri lalu tergerak untuk mengurangi penderitaan
tersebut atau menolong dirinya (Neff, 2012). Terdapat tiga komponen
penting dalam self-compassion yakni self-kindness, common
humanity, dan mindfulness.
45
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
46
Self-Compassion dan Well-Being Orangtua
tidak pernah mengkritik diri sendiri, sementara itu kritik pada diri
sendiri merupakan prediktor dari depresi (Neff, 2012). Penelitian
selanjutnya membuktikan bahwa self-compassion menjadi faktor
proteksi bagi individu dari depresi dan kecemasan bahkan sewaktu
kritik pada diri (self-judgement) dikendalikan (Neff & Dahm, 2015).
Individu dengan self-compassion yang tinggi cenderung menerima
ketidaksempurnaan hidup dengan sikap belas kasih dan hal inilah
yang membantunya untuk melepaskan diri dari pemikiran negatif
yang berulang-ulang sehingga mengurangi gejala-gejala depresi dan
kecemasan (rumination; Neff & Dahm, 2015).
47
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
48
Self-Compassion dan Well-Being Orangtua
49
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
depresi, kecemasan, kritik pada diri, rasa malu, dan inferior, serta
meningkatkan kemampuan untuk menenangkan diri dan rasa percaya
diri (Gilbert & Procter, 2006). Selain itu, CMT selama 2 minggu dapat
meningkatkan emosi positif termasuk perasaan tenang, rileks, aman,
dan puas berdasarkan jawaban kuesioner maupun alat ukur detak
jantung (Matos et al., 2017).
50
Self-Compassion dan Well-Being Orangtua
Kesimpulan
Pandemi COVID-19 mempengaruhi kehidupan keluarga sehingga
orangtua rentan mengalami stres yang menurunkan well-being
mereka. Self-compassion yang merupakan sikap belas kasih terhadap
diri sendiri yang dapat digunakan sebagai strategi untuk mengatasi
stres dan meningkatkan well-being. Dengan menyadari kesulitan
dan penderitaan yang dialami, merespon kesulitan dan penderitaan
tersebut dengan belas kasih, dan mengingat penderitaan sebagai
bagian dari kehidupan, orangtua dapat menghadapi tantangan-
tantangan hidup dengan lebih mudah.
51
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Daftar Pustaka
Cusinato, M., Iannattone, S., Spoto, A., Poli, M., Moretti, C., Gatta, M.,
& Miscioscia, M. (2020). Stress, resilience, and well-being
in Italian children and their parents during the COVID-19
pandemic. International Journal of Environmental Research
and Public Health, 17(22), 8297. https://doi.org/10.3390/
ijerph17228297
Fitriyah, L. (2021). Stres orangtua pada pembelajaran anak di
rumah (daring) saat pandemi Covid-19. Dalam I. Setyawan
& Salma, Prosiding seminar nasional Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro: Optomalisasi peran keluarga dalam
pembangunan berkelanjutan masyarakat Indonesia yang
adaptif dan tangguh di era perubahan (pp.58-63). Fakultas
Psikologi, Universitas Diponegoro.
Gammer, I. K. E (2017). Self-compassion and well-being in
parenthood [Doctoral Dissertation, Canterbury Christ Church
University]. Canterbury Christ Church University’s repository
of research outputs, http://create.canterbury.ac.uk
52
Self-Compassion dan Well-Being Orangtua
53
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
54
Self-Compassion dan Well-Being Orangtua
Biodata Penulis
Agnes Maria Sumargi adalah dosen tetap di
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya dan tergabung dalam bidang
minat Psikologi Perkembangan. Ia tertarik untuk
mengembangkan penelitian dan kegiatan abdimas
dalam ranah perkembangan anak dan parenting.
Setelah menyelesaikan studi S1 Psikologi (1996) di
Universitas Airlangga, Agnes menimba ilmu psikologi perkembangan
dan pendidikan di Australia dan berhasil meraih gelar Master of
Psychology (Applied Developmental) sekaligus Graduate Diploma
of Education dari University of Western Australia (2002). Agnes
melakukan mengenai penerapan Triple P (Positive Parenting Program)
pada masyarakat Indonesia saat ia menempuh pendidikan doktornya
55
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
56
Mindful Parenting
Yettie Wandansari
57
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
58
Mindful Parenting
59
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Semakin baik relasi ibu dan anak remajanya, semakin baik pula
mindful parenting yang diterapkan. Ibu yang terampil mengelola
emosi ternyata memiliki emotional availability yang tinggi pula,
yaitu lebih peka dan tidak menunjukkan kekerasan pada anak.
Semakin baik emotional availability pada ibu, semakin baik pula
mindful parenting yang dilakukan. Hal ini menegaskan bahwa dalam
menerapkan mindful parenting, penting bagi orangtua untuk hadir
secara emosi dalam relasinya dengan anak (Benton, Coatsworth, &
Biringen, 2019).
60
Mindful Parenting
61
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
62
Mindful Parenting
63
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
64
Mindful Parenting
Implikasi Praktis
Mindful parenting dapat dikembangkan melalui program intervensi
tertentu. Salah satu program yang terbukti efektif untuk meningkatkan
mindfulness parenting adalah Mindful Parenting Program (MPP) oleh
Bogels & Restifo (2014). Program ini bertujuan untuk meningkatkan
mindfulness pada orangtua yang memiliki anak dengan gangguan
klinis. Orangtua maupun anak berpartisipasi dalam program
tersebut. Materi mencakup dua bagian. Bagian pertama adalah
pelatihan mindfulness regular. Bagian kedua berfokus pada interaksi
antara orangtua dan anak, meliputi 1) memahami peran reaktivitas
orangtua, 2) peduli terhadap diri sendiri sebagai orangtua, 3) atensi
yang tidak menghakimi terhadap anak, 4) penerimaan terhadap
anak dan kesulitan yang dialami, 5) memperbaiki komunikasi dalam
65
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Kesimpulan
Mindful parenting merupakan sebuah proses pengasuhan yang
melibatkan lima aspek utama, yaitu memberikan atensi secara
penuh, menyadari pikiran, emosi maupun tindakan, menerima
66
Mindful Parenting
tanpa menghakimi, welas asih, dan pengelolaan diri, baik pada diri
sendiri maupun pada anak, dalam setiap momen interaksi dengan
anak. Melalui integrasi kelima aspek tersebut dalam interaksi sehari-
hari dengan anak, maka orangtua dapat meningkatkan kualitas
pengasuhan, membangun suasana dan relasi positif dalam keluarga,
serta pada akhirnya meningkatkan perkembangan positif pada anak
serta mengurangi perkembangan negatif pada anak. Konsep ini perlu
dieksplorasi lebih jauh melalui penelitian dan pengembangan program
intervensi.
Daftar Pustaka
Anand, L., Sadowski, I., Per, M., & Khoury, B. (2021). Mindful
parenting: a meta-analytic review of intrapersonal and
interpersonal parental outcomes. Current Psychology. https://
doi.org/10.1007/s12144-021-02111-w.
Baer, R. A., Smith, G. T., Hopkins, J., Krietemeyer, J., & Toney, L.
(2006). Using self-report assessment methods to explore
facets of mindfulness. Assessment, 13 (1), 27–45. https://
doi.org/10.1177/ 1073191105283504.
Benton, J., Coatsworth, D., & Biringen, Z. (2019). Examining the
association between emotional availability and mindful
parenting. Journal of Child and Family Studies 28, 1650–
1663. https://doi.org/10.1007/s10826-019-01384-x.
Biringen, Z., Derscheid, D., Vliegen, N., Closson, L., & Easterbrooks,
M. A. (2014). Emotional availability (EA): theoretical
background, empirical research using the EA Scales, and
clinical applications. Developmental Review, 34, 114–167.
https://doi. org/10.1016/j.dr.2014.01.002
Bogels, S., & Restifo, K. (2014). Mindful parenting, a guide for
mental health practitioners. New York: Springer.
67
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
68
Mindful Parenting
69
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
70
Mindful Parenting
71
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Biodata Penulis
Dr. Yettie Wandansari, M.Si., Psikolog memiliki
pengalaman sebagai akademisi dan praktisi sejak
tahun 1998-sekarang. Latar belakang pendidikan
S1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, S2
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, dan S3
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Peminatan
utama di bidang psikologi perkembangan, khususnya
perkembangan anak usia dini, kompetensi emosi, perkembangan
sosio-emosi, dan pengasuhan anak.
72
Tonggak Penting
The Near Phase Pensiun:
”Membangun Sikap Positif
Terhadap Pensiun”
73
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Fase Pensiun
Masa transisi pensiun secara lebih mendalam dapat ditinjau melalui
pemahaman fase pensiun yang dikemukakan oleh Robert A (dalam
Santrock WJ, 1995). Adapun 7 (tujuh) fase pensiun yang dilalui oleh
orang dewasa madya digambarkan sebagai berikut:
a) The remote phase atau fase jauh, pada fase ini seseorang
melakukan kegiatan untuk mempersiapkan masa pensiun. Kesadaran
bahwa seseorang yang bekerja pada institusi atau organisasi ada
masa kerja atau batasan waktu kerja menjadi hal yang penting pada
fase ini. Melalui kesadaran ini maka seseorang yang bekerja akan
memanfaatkan masa kerjanya untuk berkontribusi pada organisasi
74
Tonggak PentingThe Near Phase Pensiun: ”Membangun Sikap Positif Terhadap Pensiun”
sampai dengan masa purna tugas atau masa pensiun. Kesadaran ini
juga akan mengarah pada aktivitas yang mengarah pada kegiatan
yang mendukung kesiapan saat pensiun. Beberapa pandangan
menyampaikan bahwa persiapan pensiun seharusnya sudah dimulai
sejak awal seseorang bekerja disuatu institusi, misalnya persiapan
finansial, membangun karir, persiapan kesehatan fisik dan psikologis
serta kehidupan sosial.
b) The near phase atau fase dekat, pada fase ini seorang karyawan
yang akan pensiun mulai berpartisipasi dalam program pra pensiun.
Seseorang mulai melibatkan diri dalam diskusi komprehensif seputar
persiapan pensiun seperti kesehatan fisik dan mental, persiapan
kehidupan sosial serta perencanaan keuangan. Pada fase ini seseorang
mulai mengikuti program-program persiapan pensiun, memulai
menjalankan aktivitas sosial untuk membangun jejaring setelah
pensiun, membangun usaha atau kegiatan baru untuk menyiapkan
income baru setelah pensiun, dsb. Perdebatan kapan pensiun
disiapkan masih menjadi diskusi, namun demikian dibeberapa diskusi
menyatakan 5-10 tahun sebelum pensiun sebaiknya sudah memulai
melakukan aktivitas dalam mempersiapkan masa pensiunnya.
75
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
f) The stability phase atau stabil, pada fase ini seseorang memutuskan
pilihan berdasar kriteria dari alternatif yang ada pada masa pensiun
dan bagaimana mereka akan menjalani salah satu pilihan yang telah
dibuat. Masa ini terjadi ketika seseorang sudah melalui masa transisi
dan berproses dengan perubahan secara tepat sehingga kehidupan
baru setelah pensiun dapat dilalui. Stabilitas dalam beberapa aspek
kehidupan sudah berjalan seperti semula atau ada kehidupan baru
setelah pensiun.
76
Tonggak PentingThe Near Phase Pensiun: ”Membangun Sikap Positif Terhadap Pensiun”
Sikap Positif
Ditinjau dari beberapa fase yang ada maka the near phase merupakan
tonggak penting seseorang mulai membangun sikap positif untuk
menyiapkan masa transisi perubahan yang akan dialami. Loudon &
Bitta (1993) menyatakan ada tiga konsep definisi tentang sikap yaitu
perasaan, pemikiran/kognitif dan kehendak atau perilaku. Pertama,
sikap adalah sejauhmana perasaan seseorang terhadap suatu obyek
dalam hal ini obyek sikap adalah pensiun. Sikap sebagai suatu
perasaan atau suatu reaksi penilaian terhadap suatu obyek negatif
atau positif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju. Kedua,
pandangan yang berorientasi kognitif, sikap adalah organisasi yang
berlangsung terus menerus dari persepsi, dan proses kognitif dalam
77
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
78
Tonggak PentingThe Near Phase Pensiun: ”Membangun Sikap Positif Terhadap Pensiun”
79
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
80
Tonggak PentingThe Near Phase Pensiun: ”Membangun Sikap Positif Terhadap Pensiun”
sudah mengelola apa saja barang yang merupakan aset dan bukan
sehingga bisa memanfaatkan keuangan berdasar kebutuhan dan
menambah asset daripada untuk keperluan yang sesaat dan berdasar
keinginan semata. Berkaitan dengan mempersiapkan aktivitas untuk
mendapatkan income baru diantaranya mulai belajar kewirausahaan
bagi pemula dan memulai aktivitas yang menghasilkan income baru.
Misalnya dengan mulai membangun usaha dari hobby atau minat
dan kemampuan yang dimiliki. Belajar membangun usaha dengan
mencari mentor atau magang dengan pelaku usaha, hal ini tentunya
dengan melihat kondisi dan kemampuan yang realistis bagi diri kita.
81
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Mengembangkan sikap positif pada the near phase antara lain dengan
mengelola pola pikir, pola rasa dan pola perilaku di antaranya:
Tabel 2. Menatakelola pola pikir, pola rasa dan pola perilaku untuk menghadapi
pensiun. (Apsari, 2012 & Apsari, 2015)
82
Tonggak PentingThe Near Phase Pensiun: ”Membangun Sikap Positif Terhadap Pensiun”
83
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Kesimpulan
The near phase merupakan tahap dimana sesorang mulai
mempersiapkan masa pensiun yang akan segera tiba. Dalam aktivitas
persiapan ini perlu mengembangkan sikap positif terhadap pensiun
sehingga ketika masa transisi memasuki masa pensiun tiba maka
seseorang mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Pensiun memiliki konsekuensi perubahan seseorang pada berbagai
bidang kehidupan yaitu perubahan ekonomi diantaranya perubahan
pendapatan dan perubahan kehidupan sosial diantaranya adanya
aktivitas kerja dan relasi kerja yang hilang. Sejalan dengan perubahan
ini usia pensiun merupakan usia dengan potensi gangguan kesehatan
fisik dan kondisi psikologis karena adanya perubahan kehidupan.
Ketika masa transisi pensiun bisa dihadapi maka seseorang akan
mampu beradaptasi dan segera dapat menginjak ke kehidupan normal
baru atau masa stabil, sebaliknya ketika adaptasi pensiun mengalami
kegagalan maka seseorang berpotensi ke tahapan kekecewaan masa
pensiun. Pentingnya sikap positif terhadap pensiun perlu untuk
ditumbuhkan perutama pada masa the near phase, diantaranya:
Mengelola pola pikir, pola rasa dan pola perilaku mempersiapkan
pensiun tiba. Mengelola pola pikir, pola rasa dan perilaku dengan mulai
mengakses informasi positif terkait dengan persiapan pensiun. Mulai
mencari informasi sampai dengan penerapkan mengenai tatakkelola
keuangan dan managemen aset, kesehatan fisik dan pola makan
untuk menjaga kesehatan fisik, kegiatan yang membangun kesehatan
mental dan kegiatan sosial atau komunitas yang memperluas relasi.
Melalui sikap positif terhadap pensiun diharapkan seseorang dapat
beradaptasi dengan masa transisi perubahan yang terjadi dan menuju
pada tahap kehidupan baru yang positif di masa pensiun.
84
Tonggak PentingThe Near Phase Pensiun: ”Membangun Sikap Positif Terhadap Pensiun”
Daftar Pustaka
Abel, J.B & Hayslip, B. (2001). Locus of Control And Attitudes Toward
Work and Retirement. The Journal of Psychology, 120(5),
479-488.
Apsari & Susilo (2008). The Impact of Retirement Preparation Training
toward the Positive Attitude of Employee in Facing the
Retirement Priod. Proceedings. Surabaya : Widya Mandala
Catholic University.
Apsari Y (2012). Holistik Model Program Persiapan Pensiun, Konas
Ikatan Psikologi Perkembangan, UGM Yogyakarta.
Apsari Y (2015). Persiapan Psikologis Menghadapi Pensiun, prosiding
Konferensi Nasional IPK III, Surakarta.
Loudon, L. D., & Bitta, D. J. A. (1993). Consumer Behavior, Concepts
and Application (Fourth Edition). New York : McGraw-Hill.
Inc.
Santrock WJ. 1995. Life Span Development : Perkembangan Masa
Hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Biodata Penulis
Florentina Yuni Apsari, M.Si., Psikolog memiliki
pengalaman sebagai peneliti dalam ruang lingkup
psikologi industri, diantaranya penelitian bertema
persiapan pensiun, wellbeing pekerja dan pensiunan,
psychological capital, excellence service dan
pengembagan modul pelatihan. Latar belakang
pendidikan S1 dan S2 pada bidang psikologi,
dengan area of interest Psikologi Industri dan Organisasi. Memiliki
pengalaman sebagai praktisi selama 20 tahun dalam pelaksanaan
rekrutmen dan seleksi, design pelatihan dan pengembangan,
pengembangan organisasi dan konseling psikologi.
85
86
LEVEL KOMUNITAS/ORGANISASI/
INSTITUSI
87
88
Service Learning sebagai
Strategi Pembelajaran
dalam Konteks Kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat
G. Edwi Nugrohadi
89
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
90
Service Learning sebagai Strategi Pembelajaran dalam Konteks Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
91
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Hal yang senada juga ditekankan oleh Corporation for National and
Community Service pada saat mempublikasikan Standards and
Indicators for Effective Service Learning Practices (2014). Publikasi
tersebut berdasar pada RMC Research Corporation yang diterbitkan
pada Juli 2008. Dalam teks tersebut dimuat bahwa proses service
learning melibatkan dua komponen utama yakni: komunitas yang
dilayani dan aktivitas peserta didik. Dua komponen tersebut berproses
bersama di mana dalam proses itu dimuat adanya aktivitas pelayanan
dan keterkaitan aktivitas pelayanan yang dijalankan dengan kurikulum
pembelajaran.
92
Service Learning sebagai Strategi Pembelajaran dalam Konteks Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Gambar 2. Bagan Elemen Service Learning (Sumber: Felten & Clayton, 2011)
93
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada dua hal pokok yang paling tidak harus
menjadi perhatian untuk menerapkan model pembelajaran berbasis
layanan. Pertama adalah penentuan mata kuliah dan yang kedua
adalah kontak dengan pihak yang akan dilibatkan dalam proses
pembelajaran. Terkait dengan kedua hal tersebut, maka fokus
utamanya adalah pada bagaimana menentukan mata kuliah yang
94
Service Learning sebagai Strategi Pembelajaran dalam Konteks Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Berpijak pada asumsi itu, maka para mahasiswa diajak untuk terjun
langsung di lapangan, di tempat di mana berbagai persoalan hadir
dalam sebuah peristiwa konkrit. Melalui beberapa kali pertemuan,
95
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
96
Service Learning sebagai Strategi Pembelajaran dalam Konteks Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
b. Tahap Pelaksanaan
Berdasar pada berbagai persiapan pokok yang sudah diuraikan di atas,
dalam pelaksanaannya, pembelajaran berbasis layanan sebaiknya
dimulai dari pihak internal dulu, yakni pada mahasiswa (termasuk juga
dosen-dosen yang dilibatkan dalam kegiatan ini). Dalam konteks ini,
penyelenggara harus mempersiapkan terlebih dahulu sebuah kegiatan
pembekalan yang sistematis untuk para mahasiswa (dan dosen yang
terlibat) agar mereka memahami secara tepat model pembelajaran
berbasis layanan.
97
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
98
Service Learning sebagai Strategi Pembelajaran dalam Konteks Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
99
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
c. Tahap Evaluasi
Selesainya tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis
masyarakat bukan berarti selesai juga kegiatan service learning.
Perancang dan pelaksana kegiatan juga harus melakukan proses
evaluasi. Artinya, setelah proses pembelajaran berbasis layanan
terlaksana, penyelenggara berkewajiban untuk melakukan evaluasi
tentang aktivitas pembelajaran yang sudah dilakukan. Isi evaluasinya
sendiri adalah seputar masalah efektivitas pembelajaran: apakah
tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dibangun tercapai,
apakah mahasiswa terbantu dengan proses ini, apakah pihak
masyarakat yang dijadikan sebagai partner juga memperoleh manfaat
dari kegiatan ini, dan apa tindak lanjut berikutnya.
100
Service Learning sebagai Strategi Pembelajaran dalam Konteks Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
101
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
102
Service Learning sebagai Strategi Pembelajaran dalam Konteks Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Kesimpulan
Berdasarkan pada berbagai uraian yang sudah dijelaskan di atas,
penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis layanan (service
learning) dapat menjadi solusi yang patut dicoba untuk menjembatani
kesenjangan antara dunia pendidikan tinggi dengan dunia kerja. Tentu
tidak mudah dan pasti akan ada hambatan yang muncul karena konsep
service learning belum terlalu banyak dikenal. Kendati demikian,
berdasarkan pengalaman penulis, berbagai ketidakmudahan dan
hambatan tersebut akan terbayar lunas manakala menikmati proses
pembelajaran berbasis layanan sampai pada kesudahannya. Semoga.
Daftar Pustaka
Corporation for National and Community Service (2014). Standards
and Indicators for Effective Service Learning Practices.
Online Published. Download version: https://cdn.ymaws.
com/www.nylc.org/resource/resmgr/k-12_sl_standards_for_
qualit.pdf
Ehrlich, T (1996). Foreward. In: Barbara Jacoby & Associates. Service
Learning in Higher Education: Concepts and Practices. San
Francisco, CA: Jossey-Bass Publisher.
Eyler, J (2002). Reflection: Linking Service and Learning - Linking
Students and Communities. Journal of Social Issues, Vil. 58,
No. 3.
103
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Biodata Penulis
G. Edwi Nugrohadi. Penulis adalah dosen Fakultas
Psikologi, Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya. Bidang peminatan penulis adalah
psikologi sosial, dengan fokus kajian pada masalah
kearifan lokal dan intervensi serta pemberdayaan
berbasis komunitas. Karya dalam bentuk buku
yang sudah dibuat bersama dengan tim antara lain
adalah ”Menjadi Pribadi Humanis & Religius” dan ”Menjadi Manusia
Otentik”. Penulis dapat dihubungi secara daring melalui surel dengan
alamat edwi-nugrohadi@ukwms.ac.id
104
Positive Organization:
Meaning di Tempat Kerja,
Mengapa Penting?
Nurlaila Effendy
B ank Dunia atau World Bank baru saja menerbitkan laporan ”The
Human Capital Index 2020 Update: The Human Capital in the
Time of COVID-19”. HCI merupakan salah satu program Bank Dunia
yang didesain untuk menjelaskan bagaimana kondisi kesehatan dan
pendidikan dapat mendukung produktivitas generasi yang akan datang.
Dalam laporan tersebut, nilai HCI atau Indeks Sumber Daya Manusia
Indonesia 2020 sebesar 0,54, naik dari 0,53 pada tahun 2018. Skor
HCI 2020 diolah berdasarkan data baru dan diperluas untuk masing-
masing komponennya hingga Maret 2020. Dengan demikian, laporan
tersebut belum memperhitungkan dampak COVID-19 pada Sumber
Daya Manusia (SDM) (Kemenku, 2020). Selain itu HCI tersebut juga
belum mengukur kualitas SDM dari kinerja dan kompetensi. Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi perhatian bukan hanya dari
segi hard competency (knowledge & skills), tetapi juga dari soft
competency (self concept, trait, dan motive), serta bagaimana
dengan kompetensi dapat memberikan kontribusi kepada Organisasi
dan karyawan mencapai kesejahteraan (well-being). Adanya tatanan
dunia baru merupakan tantangan bagi semua agar dapat meningkatkan
kualitas SDM dengan tetap memberi iklim positif dalam bekerja.
105
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Ada pendapat yang menarik dari Gavin dan Manson (2004) tentang
bekerja dan kebahagiaan. Bekerja dengan sendirinya tidak dapat
membuat seseorang bahagia, tetapi seseorang tidak dapat benar-benar
bahagia jika dia tidak bahagia di tempat kerja (Gavin dan Mason,
2004). Dampak lain dari adanya kebahagiaan di tempat kerja adalah
rendahnya intensi turnover, hal tersebut dikarenakan adanya perasaan
puas (high pleasure) dan keamanan di tempat kerja (Warr,2007).
Produktivitas suatu organisasi terjadi apabila adanya produktivitas
individu dan tim-tim dalam perusahaan. Produktivitas yang kuat jika
individu–individu dalam perusahaan sesuai dengan iklim di tempat
kerja (Neal et al., 2000). Kelekatan karyawan dengan organisasi
menjadi penting untuk peningkatan produktivitas. Kelekatan atau
engagement terjadi apabila emosi karyawan didominasi emosi positif
yang kategori aktivitas tinggi (misal semangat, bahagia, dll) seperti
pada Gambar 1.
Gambar 3. Modifikasi dari Russel (1980 dan 2003) oleh Bakker dan Oerlemans
(2012: a two dimensional view of subjective well being (Cameron dan Spreitzer,
2012)
Pada emosi positif, misalnya kebahagiaan di tempat kerja akan
membuat karyawan menjadi engage/terlibat dan produktif. Survei
dari Universum Global Workforce Happiness Index 2016 (Helliwell,
2017) menunjukan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 45 dari
57 negara. Angkatan kerja Indonesia dikategorikan dalam kelompok
106
Positive Organization: Meaning di Tempat Kerja, Mengapa Penting?
Adanya program Work From Home (WFH) dan Work From Office
(WFO) di perusahaan sebagai respon tatanan dunia baru akibat
munculnya Covid-19. Kondisi ini menyadarkan bahwa sebagian
pekerjaan dapat dilakukan dari rumah. Era Teknologi Informasi selama
ini belum dioptimalkan fungsinya bagi kehidupan sehari-hari, sekolah,
bisnis, dan pekerjaan. Tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan
dalam melaksanakan aktivitas maupun melaksanakan pekerjaan.
Media virtual akan menjadi style dalam bekerja. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi manajemen dan pemimpin organisasi dalam
membuat strategi bagaimana karyawan tetap terlibat dengan emosi
positif (engage) dan memberikan kontribusi optimal. Karyawan yang
memiliki work engagement cenderung menjadi karyawan yang kreatif,
produktif, dan lebih ingin terlibat (Bekker dan Demerouti, 2008).
107
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Meaning
Mengapa perlu meaning pada kehidupan kerja dan kehidupan sehari-
hari? Pembahasan meaning jarang diangkat sebagai dasar dalam
berorganisasi maupun kehidupan pribadi. Manusia sebagai makluk
reflektif untuk hidup di dunia membutuhkan tiga hal: mereka perlu
memahami dunia di sekitar mereka, mereka perlu menemukan arah
untuk tindakan mereka, dan mereka perlu menemukan nilai dalam
hidup mereka (Martela & Steger, 2016). Kebermaknaan hidup
(meaning of life) akan membawa seseorang merasa bahwa hidupnya
penting dan perlu diperjuangkan. Selain itu akan melakukan refleksi
tentang hidupnya dan menentukan tujuan yang lebih luas untuk
hidupnya (Steger, 2012). Hal ini membantu dalam menghadapi
situasi yang selalu berubah dan akan berkembang dengan perubahan.
Kata meaning berasal dari kata Jerman Tinggi Kuno meinenn (Klinger,
2012). Ini sudah mengungkapkan bahwa makna terikat dengan
kapasitas unik pikiran manusia untuk pemikiran reflektif dan linieristik.
Meaning didasarkan pada kapasitas pikiran untuk membentuk
representasi mental tentang dunia dan mengembangkan hubungan
antara representasi tersebut.
108
Positive Organization: Meaning di Tempat Kerja, Mengapa Penting?
109
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Hal ini sering disebut sebagai komponen kognitif dari makna dalam
hidup, yaitu tentang pengalaman hidup yang masuk akal pada Reker
dan Wong (1988). Koherensi telah diidentifikasi sebagai salah satu
aspek penting dan berpotensi terpisah dalam makna kehidupan
(meaning in life).
110
Positive Organization: Meaning di Tempat Kerja, Mengapa Penting?
111
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Orientasi kerja juga akan terkait kenyamanan dalam bekerja. Pada job
orientation karena fokusnya pada materi, maka ketika ada perubahan
kebijakan terhadap pendapatan, maka akan mempengaruhi mereka
dalam bekerja, karena hal yang menjadi orientasinya tidak terpenuhi.
Berbeda dengan career orientation, apabila ada penurunan materi
112
Positive Organization: Meaning di Tempat Kerja, Mengapa Penting?
Pada orientasi job dan career masih berfokus pada diri pribadi,
sedang pada orientasi calling di atas kepentingan pribadi. Perusahaan
pada situasi krisis memerlukan pemimpin dan para karyawan yang
berorientasi calling agar perusahaan dapat terselamatkan. Calling
dan passion memiliki arti yang berbeda. Calling biasanya melibatkan
perasaan bahwa pekerjaan berkontribusi pada dunia secara penuh
(Bunderson & Tompson, 2009; Wrzesniewski, at.al., 1997), sedangkan
passion tidak selalu memiliki komponen sosial bagi mereka. Apabila
orang pada orientasi calling, maka kecenderungan juga karier dan
materi akan mendapatkan juga.
113
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
114
Positive Organization: Meaning di Tempat Kerja, Mengapa Penting?
Meningkatkan Meaning
Meaning dapat dikembangkan dengan program-program tertentu.
Salah satu yang mengembangkan program meaning adalah Peggy Kern
dan Michele Mc Quaid (2017) yang disebut ”Finding more meaning
toolkit”. Mereka membuat berdasar konsep meaning dengan 5 sub
program, yaitu investing in belonging, creating purpose, practising
storytelling, allowing transcendence, making passion harmonies
dengan aktivitas-aktivitasnya.
Gambar 5. Finding more meaning toolkit dari: Mcquaid, M, and Kern, P (2017)
115
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Kesimpulan
Tatanan dunia baru yang menghasilkan kenormalan baru akibat
pandemi Covid-19 di dunia membuat perubahan yang cepat dan
harus direspon dengan adaptasi dan sikap positif untuk berkembang
ke depan sebagai harapan dan optimis. Dunia selalu berubah,
namun perubahan yang cepat ini membutuhkan kesiapan psikologis.
Pendekatan Psikologi Positif dengan Meaning yang berkontribusi
pada work engagement akan membawa pada produktivitas kerja
dan pencapian. Manajemen dalam organisasi maupun individu dapat
mengembangkan meaning dengan berbagai cara sesuai kondisi masing-
masing, maupun mengikuti program-program khusus. Kesiapan ini
116
Positive Organization: Meaning di Tempat Kerja, Mengapa Penting?
Daftar Pustaka
Annas, J. (1995). The morality of happiness. Oxford: Oxford University
Press.
Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2008). Towards a model of work
engagement. Career Development International, 13(3), 209–
223. https://doi.org/10.1108/13620430810870476
Bakker, A. B., Emmerik, H. van, & Euwema, M. C. (2006).
Crossover of Burnout and Engagement in Work Teams.
Work and Occupations, 33(4), 464–489. https://doi.
org/10.1177/0730888406291310
Bakker, A. B., & Leiter, M. P. (2010). Work Engagement A Handbook
of Essential Theory and Research (A. B. Bakker & M. P. Leiter
(eds.)). Psychology Press
Baumeister, R. F. (1991). Meanings of life. New York: Guilford Press
Badan Pusat Statistik (2020). Ekonomi Indonesia. BPS.go.id. Diambil
dari https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/08/05/1737/-
ekonomi-indonesia-triwulan-ii-2020-turun-5-32-persen.html
117
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
118
Positive Organization: Meaning di Tempat Kerja, Mengapa Penting?
119
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Neff, K.D, Kirkpatrick, K.L, & Rude, S.S. (2007) Self-compassion and
adaptive psychological functioning. Journal of Research in
Personality, 41,139–154
Pratt, M. G., & Ashforth, B. E. (2003). Fostering meaningful- ness
in working and at work. In K. S. Cameron, J. E. Dut- ton,
& R. E. Quinn (Eds.), Positive organizational scholarship:
Foundations of a new discipline (pp. 309– 327). San
Francisco, CA: Berrett-Koehler.
Reker, G. T., & Wong, P. T. P. (1988). Aging as an individual process:
Toward a theory of personal meaning. In J. E. Birren & V. L.
Bengtson (Eds.), Emergent theories of aging (pp. 214–246).
Berlin: Springer.
Reker, G. T., & Wong, P. T. P. (2012). Personal meaning in life and
psychosocial adaptation in the later years. In P. T. P. Wong
(Ed.), The human quest for meaning: Theories, research, and
applications (2nd ed.) (pp. 433–456). Abingdon: Routledge
Ryan, R. M., Curren, R. R., & Deci, E. L. (2013). What humans
need: Flourishing in Aristotelian philosophy and self-
determination theory. In A. S. Waterman (Ed.), The best
within us: Positive psychology perspectives on eudaimonia
(p. 57–75). American Psychological Association. https://doi.
org/10.1037/14092-004
Sone, T., Nakaya, N., Ohmori, K., Shimazu, T., Higashiguchi, M.,
Kakizaki, M., … Tsuji, I. (2008). Sense of life worth living
(ikigai) and mortality in Japan: Ohsaki study. Psychosomatic
Medicine, 70, 709–715.
Steger, M. F., Kashdan, T. B., & Oishi, S. (2008). Being good by doing
good: Eudaimonic activity and daily well‐being correlates,
mediators, and temporal relations. Journal of Research in
Personality, 42, 22–42.
Steger, M. F. (2009). Meaning in life. In S. J. Lopez (Ed.), Oxford
handbook of positive psychology (2nd ed.) (pp. 679–687).
Oxford: Oxford University Press.
120
Positive Organization: Meaning di Tempat Kerja, Mengapa Penting?
121
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Biodata Penulis
Nurlaila Effendy (Laila EH) memiliki pengalaman
sebagai praktisi, konsultan, dan akademisi. Latar
belakang Pendidikan S1, S2, dan S3 pada bidang
Psikologi, dimana area of interest-nya adalah
Psikologi Industri/Organisasi, Psikologi Positif, dan
Psikologi Integral. Memiliki pengalaman sebagi
praktisi selama 15 tahun sebagai Area Manager/
Regional Manager pada beberapa perusahaan PMA (MERCK
Indonesia, Merck & Co.Inc, Fournier, dan PT. Pfizer Group/Pfidex).
122
Kekuatan Hubungan
Komunikasi dan Pertemanan
di Media Aplikasi Karaoke
123
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
atau kursus yang bisa mudah dilakukan dan diuji coba langsung.
Pembuatan konten di ranah Youtube, mampu menarik jutaan pengikut
atau penggemar, sesuai dengan pemaknaan konten Youtube yang
disesuaikan dengan selera pasar. Konten Youtube dapat dijadikan
sebagai sarana untuk melaksanakan ibadah di masa pandemi Covid
19 yang melarang atau membatasi jumlah umat yang bisa beribadah
bebas di rumah ibadah.
Ada juga media sosial yang bisa digunakan untuk membagi dan
membuat koleksi album foto yaitu Pinterest. Pinterest sebenarnya
adalah album foto digital yang bisa mengunggah aneka kenangan,
peristiwa yang ingin dibagi oleh pembuatnya menjadi ranah public.
Membuka aplikasi Pinterest, penggunanya diajak masuk dalam dunia
imajinasi dan sekaligus dunia nyata dari sebuah peristiwa. Selain
itu, media sosial LinkedIn yang merupakan jaringan pertemanan
yang arahnya untuk bisnis, sehingga memiliki pengguna yang lebih
terbatas. Selain media sosial tersebut, ada konten Snapchat, sebagai
media sosial untuk saling berbagi foto dan video yang membawa
penggunanya ke ruang kenangan, berbagi cerita dan peristiwa,
sehingga tiap individu memiliki pemaknaan yang heterogen, sesuai
dengan cerita dan peristiwa yang diunggah.
124
Kekuatan Hubungan Komunikasi dan Pertemanan di Media Aplikasi Karaoke
125
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
126
Kekuatan Hubungan Komunikasi dan Pertemanan di Media Aplikasi Karaoke
127
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
128
Kekuatan Hubungan Komunikasi dan Pertemanan di Media Aplikasi Karaoke
129
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
130
Kekuatan Hubungan Komunikasi dan Pertemanan di Media Aplikasi Karaoke
Implikasi Praktis
Pertanyaan yang menarik adalah apakah menjadi kebutuhan dalam
dunia interaksi sosial dan pribadi adanya konten karaoke daring
di ranah media sosial yang semakin heterogen? Apa keuntungan
dari seseorang yang memiliki ratusan bahkan jutaan penggemar
atau pengikut atau yang dikenal dengan istilah follower? Nilai-nilai
kebaikan apa yang bisa diuniversalkan menjadi suatu perilaku dalam
konteks dunia maya ? Suatu tantangan yang menarik di abad ke-21
tentang dunia komunikasi interrelationship yang membuat hubungan
seseorang menjadi dekat dan merasa didukung, tetapi bisa juga
situasinya akan berbalik arah, menjadi tekanan yang mengharuskan
seseorang menjadi tampil sempurna dan selalu ramah dan kelihatan
bahagia. Di sinilah tantangan kontrol diri yang kuat, untuk mampu
memahami ranah panggung dunia maya menjadi salah satu media
yang relevan dan cukup ampuh untuk menyembunyikan kegelisahan
atau ketidaknyamanan psikologis seseorang.
131
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
132
Kekuatan Hubungan Komunikasi dan Pertemanan di Media Aplikasi Karaoke
133
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Kesimpulan
Dunia komunikasi di media sosial yang salah satunya aplikasi karaoke
daring menyajikan dunia imajinasi yang reprensif sebagai bagian dari
proses perwujudan self. Sisi kebaikan dan nilai-nilai yang pantas dan
mampu memberikan kegembiraan, kedekatan dan rasa akrab yang
mengarah ke intimate, menjadi kekuatan kohesivitas antara pemilik
akun dengan penggemarnya. Diskusi yang ditampilkan dari teori self
dengan psikologi media menjadi pengungkapan yang bukan hanya
ekspresi diri, tetapi personifikasi yang diusahakan selalu baik dan
nyaman diterima dalam kontruksi sosial masyarakat.
134
Kekuatan Hubungan Komunikasi dan Pertemanan di Media Aplikasi Karaoke
Daftar Pustaka
James.(2019).Likes in Goodyear, Victoria A and Armour, Kathleen, M.
Young People, Social Media and Health. London, New York,
Routledge Taylor and Francis Group.
Stevens,Richard.(1996). Understanding The Self. London, Sage
Publications/The Open University.
Wetherell, Margaret, & Mayben, J. (1996).The Distributed Self:
A Social Constructionist Perspective in Stevens,Richard.
Understanding The Self. London, Sage Publications/The
Open University.
135
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Biodata Penulis
Sylvia Kurniawati Ngonde, M.Si, menempuh S1
di FISIP, program studi Antropologi di Universitas
Airlangga, Surabaya, S2 di FISIP, program studi
Antropologi di Universitas Indonesia, Jakarta, S2 di
Fakultas Psikologi, program magister sains psikologi
komunitas di Universitas Airlangga, Surabaya.
136
Biodata Editor
Nurlaila Effendy (Laila EH) memiliki pengalaman
sebagai praktisi, konsultan, dan akademisi. Latar
belakang Pendidikan S1, S2, dan S3 pada bidang
Psikologi, dimana area of interest-nya adalah
Psikologi Industri/Organisasi, Psikologi Positif, dan
Psikologi Integral.
137
PSIKOLOGI POSITIF • Penerapan Psikologi Positif dalam Kehidupan
Beliau juga menulis buku Aku Anak Hebat Karakter Positif bersama
Srisiuni Sugoto, M.Si.,Ph.D. dan H. Mohammad Iqbal, M.Si. Beberapa
penelitian yang pernah dilakukan adalah Psikodinamika Moral
Disengagement Remaja Pelaku Pencabulan, Pengaruh Kecemasan
Terhadap Persepsi Informasi Covid 19 yang Dimediasi Kemampuan
Berpikir Kritis, dan Pendidikan Anti Korupsi Pada Siswa Kelas IV SD.
Saat ini beliau juga aktif sebagai kakak pendamping Remaja Katolik
di salah satu paroki di Sidoarjo.
138
139
140