Anda di halaman 1dari 5

Intevensi

Latar Belakang

Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Data populasi


penduduk Surabaya dilansir di www.bps.go.id data sensus penduduk tahun 2010
berjumlah 2.765.487 penduduk. Jumlah penduduk laki-laki Kota Surabaya
menurut sensus penduduk 2010 berjumlah 1.367.841 dan perempuan 1.397.646.
Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, persentase penduduk 7-15 tahun yang
belum/tidak sekolah sebesar 1,71% dan yang tidak sekolah lagi sebesar 4,26%.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, persentase penduduk 5 tahun yang
berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 62,49%. Jumlah penduduk
yang aktif secara ekonom adalah 1.281.403 orang. Dari jumlah tersebut, jumlah
yang bekerja adalah 1.241.622 orang dan pencari kerja sebesar 39.781 orang.
Banyaknya jumlah penduduk di Kota Surabaya tentu saja menimbulkan
permasalahan yang ada di masyarakat. Dikutip dari website Dinas Kesehatan Kota
Surabaya, dinkes.surabaya.go.id, dr. Eka Viora, SpKJ menyatakan bahwa menurut
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, didapatkan data nasional tentang
angka kejadian gangguan jiwa berat (skizofrenia) di Jawa Timur sebesar 1,4% dan
Surabaya tercatat sebanyak 0,2%. Sedangkan gangguan mental emosional (seperti
kecemasan, depresi, dll) sebesar 35% dan di Surabaya tercatat 18,8%. Data
tersebut menunjukkan bahwa jumlah masyarakat kurang sehat secara mental di
masyarakat Surabaya pada tahun 2007 berjumlah cukup banyak.

Peneliti secara khusus akan membahas mengenai Profil Status Kesehatan


Mental untuk Populasi Umum (MHI-38 dan GHQ-12). Guna mencari profil
kesehatan mental masyarakat Surabaya serta pemetaan daerah Kecamatan
Wonokromo, Surabaya.

MHI-38 atau Mental Health Inventory, merupakan salah satu kuisioner untuk
mencari index kesehatan mental yang terdiri atas dua dimensi yaitu Mental
Distress dan Mental Well-being. MHI-38 pertama kali diperkenalkan oleh Veit dan
Weir, 1983. MHI-38 digunaka untuk mengasesmen kesehatan psikologi dari usia
dewasa, dengan menanyakan sebulan terakhir. Jumlai aitemnya 38. Biasa
dikerjakan selama 5 sampai 10 menit. MHI-38 telah diterjemahkan ke 14 bahasa
yang berbeda. (www.education.ohio.gov)

Psychological well-being atau kebahagiaan adalah konstruk multidimensi


yang didalamnya termasuk aspek emosinal dan kognitif. Menurut Bradburn
(Bradburn, 1969), psycological well-being adalah bagaimana cara orang untuk
melihat dan menikmati sisi positif, sebagai keterbalikan dari sisi negatifnya. Ryff
& Singer adalah sutu konsep yang terbentuk dari berbagai pengalaman dan
fungsi-fungsi individu sebagai manusia yang utuh. (Ryff & Singer, 1996).

Mental Distress yang dilansir dari www.changes.org.uk adalah ketika


seseorang merasa terganggu atau tidak nyaman secara mental, ataupun emosional
seperti rasa takut, kecemasan, depresi, kebingungan, perpindahan mood ang cepat,
kadang-kadang merasa tidak mampu untuk menunjukkan kemampuan dalam
kehidupan sehari-hari.

Dari pemaran yang telah dijelaskan, kami memutuskan untuk memberikan


Psikoedukasi. Pada buku Kode Etik (2010) disebutkan bahwa Psikoedukasi adalah
kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan/atau keterampilan
sebagai usaha pencegahan dari Kode Etik Psikologi Indonesi munculnya dan/atau
meluasnya gangguan psikologis di suatu kelompok, komunitas atau
masyarakat (HIMPSI, 2010).

Psikoedukasi bisa diberikan tanpa atau dengan pelatihan. Psikoedukasi tanpa


pelatihan dapat dilakukan secara:

a. Langsung dalam bentuk ceramah dan pem-berian penjelasan secara lisan.

b. Tidak langsung dalam bentuk penye-barluasan leaflet, pamflet, iklan


layanan masyarakat ataupun bentuk-bentuk lain yang memberikan edukasi
tentang suatu isue dan/atau masalah yang sedang ber-kembang di masyarakat.
c. Psikoedukasi Tanpa pelatihan dapat dilaku-kan oleh psikolog dan/atau
ilmuwan psikologi yang memahami metode psikoedukasi maupun masalah
yang ada dalam suatu komunitas dan/atau masyarakat.

d. Dan seterusnya.

Kami memilih untuk memberikan psikoedukasi non pelatihan langsung


dengan menggunakan seminar.

Landasan Teori

Pelaksanaan Intervensi

Berdasarkan hasil assessmen yang telah dilakukan, kami memilih


psioedukasi non-pelatihan sebagai upaya intervensi. Tujuan psikoedukasi non-
pelatihan ini adalah untuk memberikan wawasan kepada masyarakat untuk
memahami bagaimana cara mengelola distres dan meningkatkan well-being
sehingga masyarakat mampu menikmati kehidupan mereka sehari-hari. Sasaran
dari kegiatan psikoedukasi non-pelatihan ini adalah masyarakat perempuan di
Kecamatan Wonokromo. Hal ini mengingat tingkat mental distress masyarakat
perempuan pada Kecamatan Wonokromo cukup tinggi dengan taraf mental well
being yang rendah.
Pada pelaksanaan intervensi ini kami akan melibatkan sejumlah pihak
mendukung jalannya kegiatan ini dengan mengundang pihak dari Kecamatan
Wonokromo, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga sebagai narasumber
pelaksanaan intervensi yang kami berikan, serta Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga guna menendukung berjalannya pelaksanaan acara ini.
Melalui kegiatan ini kami berharap masyarakat memiliki pengetahuan
yang cukup sehingga dapat mengelola distres yang terjadi pada diri sendiri. Guna
mencapai target yang kami harapkan, kami menggunakan metode psikoedukasi
non-pelatihan berupa seminar untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat
tentang apa itu distress dan cara mengelolanya serta bagaimana cara meningkat
mental well-being. Dalam pelaksanaannya, peserta intervensi akan diberikan
sebuah materi yang diberikan berupa power point yang akan dijelaskan oleh
narasumber pada saat kegiatan berlangsung.
2.1. Waktu dan Tempat
Hari, taggal : Minggu, 16 Juli 2017
Waktu : 08.00-selesai
Tempat : Balai Kecamatan Wonokromo
2.2. Susunan Acara

NAMA
AKTIVITAS TARGET KHUSUS
KEGIATAN

PEMBUKAAN Pembukaan oleh MC acara.

Sambutan dari Kepala Camat


Wonokromo

SEMINAR Narasumber yang merupakan salah satu Membuka wawasan peserta untuk men
dosen Fakultas Psikologi Universitas lebih jauh apa itu distres dan
Airlangga memberikan materi mengenai mengelolanya, apa itu well being
distres, well being dan kiat-kiat untuk bagaimana meningkatkannya.
menekan distres sehingga meningkatkan
well being.

REFLEKSI Narasumber yang merupakan salah satu Peserta menyadari beban aktivitas
mahasiswa Fakultas Psikologi menjadi pemicu stres dan aktivitas lain
Universitas Airlangga memandu ternyata mampu meningkatakan well be
kegiatan refleksi.

Pada kegiatan ini peserta diberikan


kesempatan untuk menuliskan beban
aktivitas yang memicu stres pada diri
peserta, lalu peserta diminta menuliskan
aktivitas menyenangkan yang menjadi
aktivitas paling ditunggu-tunggu.

TANYA Peserta diberikan kesempatan untuk Peserta menemukan jawaban atau solu
JAWAB berdiskusi melalui tanya jawab. permasalahan atau pengalaman yang
pada kehidupan sehari-hari seputas stre
well being

Strategi Evaluasi Intervensi

Kelompok kami, memilih untuk mengevaluasi hasil intervensi yang telah kami
lakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku
masyarakat setelah mengetahui cara mengelola distress yang baik. Kami akan
melaksanakan evaluasi dengan pola pre test dan postes. Pre test ini, akan
diberikan kepada peserta psikoedukasi sebelum menerima materi. Disini peserta
akan diminta untuk menggambarkan dan menuliskan pemahaman peserta
mengenai stres sesuai dengan pengetahuan peserta, well being sesuai dengan
pengetahuan peserta dan juga keadaan dari diri peserta saat ini. Selain itu peserta
diminta untuk menuliskan bagaimana cara mereka menangani stress yang sedang
dialami. Hal ini dilakukan dengan target untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan masyarakat mengenai distres dan well being serta mengetahui sejauh
mana peserta mengenali dirinya sendiri.

Kemudian, setelah menerima intervensi berupa pemberian materi , melakukan


refleksi, dan sesi tanya, pesertaakan diberikan selembar kertas yang berisi
sejumlah pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi pemaknaan yang
diperoleh peserta mengenai distress dan lain sebagainya. Selain itu, peserta
diminta untuk menuliskan evaluasi terhadap dirinya sendiri apakah cara
ppengeolaan stress yang sebelumnya dilakukan sudah sesuai atau belum. Kegiatan
ini diharapkan mampu menentukan sikap dalam menghadapi stres guna
mempertahankan atau bahkan meningkatkan well being.

Anda mungkin juga menyukai