Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH KODE ETIK PSIKOLOGI

BAB XII INTERVENSI

Dosen Pengampu : Dr Retno Mangestuti, M.SI

Disusun Oleh:

Anita Ratna Sari – 200401110051

Mohammad Amirul Mujahidin – 200401110098

Erlina Asrofatul Insani – 200401110115

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Intervensi” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kode Etik Psikologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada
ibu Dr. Retno Mangestuti, M.Si selaku dosen Kode Etik Psikologi yang telah memberikan
tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Malang, 18 Mei 2023


BAB XII
INTERVENSI

PASAL 68
DASAR INTERVENSI

Intervensi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana berdasar
hasil asesmen untuk mengubah keadaan seseorang, kelompok orang atau masyarakat yang
menuju kepada perbaikan atau mencegah memburuknya suatu keadaan atau sebagai usaha
preventif maupun kuratif.

(1) Intervensi dalam bidang psikologi dapat berbentuk intervensi individual, intervensi
kelompok, intervensi komunitas, intervensi organisasi maupun sistem.

Contoh:

Intervensi Individual: Seorang individu mengalami gangguan kecemasan yang signifikan.


Seorang psikolog melakukan terapi kognitif perilaku dengan klien tersebut untuk
mengidentifikasi pola pikir negatif dan perilaku yang memperburuk kecemasannya. Mereka
bekerja sama untuk menggantikan pola pikir negatif dengan pemikiran yang lebih realistis
dan mengembangkan strategi pengelolaan kecemasan yang efektif.

(2) Metode yang digunakan dalam intervensi dapat berbentuk psikoedukasi, konseling, dan
Тегарі.
Contoh:
Lisa mengalami kecemasan yang signifikan dan sering merasa cemas dan khawatir tentang
berbagai hal dalam hidupnya. Dia juga memiliki kesulitan dalam mengatasi stres dan sering
merasa cemas secara berlebihan. Lisa mencari bantuan untuk mengatasi masalah ini dan
meningkatkan kualitas hidupnya. Lisa akan menjalani sesi konseling dengan seorang
psikolog. Konseling akan memberikan kesempatan bagi Lisa untuk berbicara tentang masalah
dan kecemasan yang dialaminya. Tujuan dari sesi konseling adalah untuk membantu Lisa
mengidentifikasi sumber kecemasan dan mengeksplorasi perasaan serta pemikirannya yang
mungkin berkontribusi terhadap kecemasan tersebut. Selain itu, konseling juga dapat
membantu Lisa mengembangkan strategi penanganan yang lebih efektif. Contoh kegiatan
dalam sesi konseling:
a. Mendengarkan aktif: Psikolog akan mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati
saat Lisa menceritakan pengalaman dan perasaannya.
b. Pemahaman emosi: Psikolog akan membantu Lisa mengidentifikasi dan mengungkapkan
emosi yang terkait dengan kecemasan yang dialaminya.
c. Pemecahan masalah: Psikolog akan bekerja sama dengan Lisa untuk mengidentifikasi
sumber kecemasan dan mencari solusi yang dapat membantu mengurangi kecemasan.

(3) Psikoedukasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan/atau
keterampilan sebagai usaha pencegahan dari munculnya dan/atau meluasnya gangguan
psikologis di suatu kelompok, komunitas atau masyarakat serta kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan pemahaman hagi lingkungan (terutama keluarga) tentang gangguan
yang dialami seseorang setelah menjalani psikoterapi.
Contoh:
Sebagai seorang psikolog, saya bertanggung jawab untuk memberikan psikoedukasi kepada
masyarakat dengan tetap mematuhi kode etik psikologi. Salah satu contohnya adalah
memberikan informasi yang akurat dan jelas tentang berbagai jenis gangguan mental,
menjelaskan prevalensi dan menghilangkan stigma terhadap gangguan mental, serta
mendorong individu untuk mencari bantuan profesional tanpa takut dicap sebagai lemah.
Dalam proses ini, saya menjaga kerahasiaan informasi pribadi, menghormati keberagaman
budaya, dan menghindari diskriminasi atau pelecehan. Dengan demikian, psikoedukasi yang
saya berikan tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gangguan mental,
tetapi juga membantu dalam mengurangi stigma dan mendorong pencarian bantuan
yang diperlukan.

(4) Psikoedukasi dapat berbentuk (a) pelatihan dan (b) tanpa pelatihan.

Analisis : Dalam pasal 68 ayat 3, dijelaskan bahwa psikoedukasi adalah sebuah kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dengan tujuan untuk mencegah
meluasnya gangguan psikologis pada suatu kelompok. Psikoedukasi ini dapat berupa
psikoedukasi dengan pelatihan, dan psikoedukasi tanpa pelatihan. Dalam psikoedukasi
dengan pelatihan, disini pelatihan yang dimaksud sama seperti yang tertuang dalam pasal 37
ayat 3 mengenai pedoman umum pelatihan,

Contoh :
Contoh psikoedukasi dengan pelatihan seperti dilakukannya pelatihan self-care pada remaja,
dimana pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai
self-care pada remaja.
Contoh psikoedukasi tanpa pelatihan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung,
secara langsung tersebut seperti dilakukannya seminar, diskusi grup, dan sebagainya.
Sedangkan secara tidak langsung yaitu seperti penyebarluasan iklan layanan masyarakat
dalam bentuk fisik seperti pamflet, maupun secara digital melalui internet.
(5) Konseling Psikologi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu mengatasi masalah
baik sosial personal, pendidikan atau pekerjaan yang berfokus pada pengembangan potensi
positif yang dimiliki klien. Istilah untuk subyek yang mendapatkan layanan Konseling
Psikologi adalah klien

Contoh :
Kasus pelecehan seksual terhadap anak sekolah yang terjadi di SekolahInternasional (JIS)
yang dilakukan oleh guru dan cleaning services (sebanyak 12 orang). Berdasarkan hasil
pemeriksaan, ternyata terdapat guru dan cleaning services yang memiliki penyimpangan
seksual pedofil Kasus ini pertama kali diungkap oleh orangtua korban. Dari kasus tersebut,
kita bisa melihat bahwa pemberian intervensi psikologi itu penting. Karena anak yang
mengalami kekerasan seksual pasti akan mengalami trauma. Oleh karenanya, diperlukan
pemberian intervensi psikologi, salah satunya melalui metode konseling untuk proses
penyembuhan mental korban kekerasan seksual.

(6) Terapi Psikologi adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyembuhan dari gangguan
psikologis atau masalah kepribadian dengan menggunakan prosedur baku berdasar teori yang
relevan dengan ilmu psikoterapi. Istilah untuk subyek yang mendapatkan layanan terapi
Psikologi adalah klien.
Contoh :
Sebagai contoh dalam penerapannya, psychodynamic therapy biasanya dilakukan untuk
mengatasi depresi. Terapi tersebut dilakukan lewat pembicaraan secara mendalam dengan
topik bebas seperti masalah, ketakutan, impian, dan lain-lain dengan tujuan untuk
mengurangi gejala negatif dari depresi.

Refrensi
HIMPSI. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai