Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGANTAR TEORI PENDEKATAN KONSELING


(LANJUTAN)
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teknik Laboratorium II
(Model Konseling)
Dosen: M.Harwansyah Putra Sinaga,M.Pd,Kons

Disusun Oleh:
Kelompok 4
 Indri Ariani : 0303212044
 Yohana Fransisca : 0303212108
 Yulia Sri Hikma Hutasuhut : 0303212039

PRODI BIMBINGAN KONSELING DAN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabararakatuh Alhamdulillahirabbil alamin,


Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya,
sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengantar Teori
Pendekatan Konseling (Lanjutan)”.Dan juga pemakalah tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah Teknik Laboratorium II (Model Konseling)
Bapak M.Harwansyah Putra Sinaga,M.Pd,Kons yang telah memberikan tugas ini
serta membimbing pemakalah sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Kami berharap
tugas makalah ini dapat berguna dan menambah ilmu serta wawasan bagi pembaca.
Kami juga sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini masih
banyak kesalahan yang tidak diharapkan. Untuk itu kami sebagai penulis menerima
kritik, saran dan masukan untuk memperbaiki setiap tugas untuk kedepannya. Semoga
laporan ini dapat dipahami dan menambah ilmu bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi menulis dan pembaca.
Demikian laporan yang kami buat, apabila ada kesalahan dalam kata kata yang kurang
berkenan kami mohon maaf
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan ,10 September 2023


Penulis

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

C. Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. PENDEKATAN REBT (RATIONAL EMOTIF BEHAVIOUR THERAPY) ............ 3

B. TERAPI REALITAS .................................................................................................... 8

C. TERAPI CBT ............................................................................................................... 9

D. TEORI SISTEM ......................................................................................................... 10

E. SFBT........................................................................................................................... 11

F. KONSELING NARATIF ........................................................................................... 15

G. KONSELING KRISIS ................................................................................................ 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 18

B. Saran ........................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling merupakan salah satu teknik bimbingan yang bertujuan untuk membantu
individu dalam memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan,
serta membantu mencapai tujuan hidup mereka, Teori-teori konseling merupakan
prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dapat dijadikan sebagai kerangka untuk
melaksanakan konseling, dalam menangani suatu masalah konselor tidak dapat terlepas
dari pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam proses konseling. Tanpa didukung
oleh penguasaan pendekatan konseling yang memadai,bantuan yang dberikan konselor
kepada konseli tidak akan berjalan efektif.
Pendekatan konseling ini muncul seiring dengan perkembangan kehidupan yang
semakin kompleks, sibuk, dan terus berubah. Hal tersebut membuat beberapa masalah,
khususnya dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan,khususnya di sekolah masalah-
masalah yang muncul banyak dialami oleh siswa,misalnya masalah belajar, masalah
pribadi, masalah sosial, maupun masalah psikologis siswa. Hal tersebut membuat
beberapa masalah yang dapat menggangu proses pendidikan itu sendiri. Selain itu
masalah tersebut jika tidak dapat diatasi dengan baik, benar dan tepat oleh seorang
konselor, maka dapat menghambat perkembangan kehidupan siswa itu
sendiri.Permasalahan- permasalahan dalam pendidikan tiap sekolah bahkan tiap anak
berbeda-beda, oleh karena itu dibutuhkan solusi yang berbeda pula. Sehingga beberapa
pendekatan tentang konseling ini bermunculan. Praktik konseling tidak dapat dilakukan
oleh sembarang orang, maka dari itu muncul istilah konselor. Konselor memberikan
solusi pada masalah-masalah yang diharapkan dapat membantu dalam dunia
pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pendekatan REBT?
2. Bagaimana terapi realitas?
3. Bagaimana terapi CBT?
4. Apa yang di maksud dengan teori system?
5. Apa pengertian SFBT?
6. Bagaimana konseling naratif itu?
7. Bagaimana konseling krisis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pendekatan REBT
2. Agar memahami terapi realitas
3. Agar memahami terapi CBT
4. Untuk mengetahui teori system
5. Untuk mengetahui apa itu SFBT
6. Agar memahami konseling naratif
7. Agar mengetahui konseling krisis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN REBT (RATIONAL EMOTIF BEHAVIOUR THERAPY)


Menurut Gantina Komalasari, dkk, (2011) bahwa “Pendekatan Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada
keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran.” Pandangan dasar pendekatan ini
tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang
salah satunya didapat melalui belajar sosial. Di samping itu, individu juga memiliki
kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. pendekatan ini bertujuan untuk
mengajak individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional
melalui teori ABCDE. Teori REBT mengelompokkan keyakinan irrasional dan
keyakinan rasional menjadi 4 sebagai alternative. Tuntutan merupakan keyakinan
irrasional yang pertama dan utama. Adapun tuntutan itu dapat berupa tuntutan terhadap
diri sendiri, orang lain, serta kehidupan.Tuntutan menjadi akar terhadap timbulnya sebuah
keyakinan yang irrasional. Namun jika seseorang memiliki keinginan yang tidak
dogmatis (lawan dari tuntutan) makai a mampu mengubah keyakinan irrasional menjadi
keyakinan rasional.

Teori ABC memiliki bagian yang penting didalam pendekatan REBT. Dimana A
(Antecedent) adalah segala sesuatu yang mendahului dari suatu peristiwa atau kegiatan.
Sedangkan B (Belift) adalah segala kepercayaan yang dihasilkan oleh peristiwa yang
terjadi. Belift terbagi atas 2 jenis yaitu Rasional dan Irrasional. Terakhir adalah C
(Emocional conseqeun) merupakan konsekuensi emosional yang muncul sehubungan
dengan peristiwa yang mendahului tersebut. Teori ABC menjelaskan mengenai
keterkaitan antara sebuah peristiwa ataupun keyakinan seseorang terhadap peristiwa
tersebut, serta konsekuensi yang diakibatkan dari keyakinan tersebut.

Berbagai teknik dapat digunakan dalam konseling melalui pendekatan REBT.


Sejumlah teknik tersebut dapat dikelompokkan pada 3 aspek, yaitu kognitif, emotif, dan

3
perilaku. Berikut teknik-teknik yang dapat digunakan dalam konseling REBT (Corey,
2005).

1. Metode Kognitif

a. Mempertanyakan keyakinan irrasional


b. Pekerjaan rumah kognitif
c. Mengubah gaya berbahasa
d. Humor

2. Metode Emotif

a. Imajinasi rasional-emotif

b. Bermain peran

c. Latihan menyerang rasa malu

d. Penggunaan kekuatan dan ketegaran

3. Metode Perilaku

a. Kondisioning operan atau penciptaan suatu kondisi yang bertujuan untuk


mengubah perilaku individu dengan memberikan respon positif atau memberikan
penguatan.

b. Prinsip mengatur diri

c. Disentisisasi sistemik atau terapi konseling dalam menurunkan rasa takut ataupun
cemas yang mengganggu dengan cara relaksasi terlebih dahulu.

d. Teknik bersantai

e. Permodelan

Dan untuk langkah-langkah penerapannya REBT ini bisa kita lihat seperti
menurut Dryden dan Neenan (2005) mengemukakan bahwa langkah-langkah terapi yang
dapat dilakukan ialah dengan menggunakan 3 tahapan yaitu awal, tengah, dan akhir. Yang
akan dijelaskan sebagai berikut:

4
1. Tahap awal (beginning stage)
Pada tahap pertama terapi diarahkan untuk membangun keakraban dan
kesepahaman yang menjadi landasan kegiatan terapi berikutnya. Terdapat tiga langkah
dalam tahap ini yaitu:
a. Memaparkan kesepakatan dalam terapi. Kesepakatan yang dimaksud meliputi
kesepakatan berkaitan dengan keterikatan antara terapis atau konselor dan klien
(bond), penetapan tujuan (goals), dan tugas yang harus dilakukan terapis atau knselor
dan klien.

b. Terapis mengajarkan klien mengenai teori ABC. Cara yang baik dalam mengajarkan
teori ABC adalah dengan metode didaktik dibandingkan dengan metode Socrates.Pada
langkah kedua ini, terapis harus dapat membawa klien pada tiga insight utama (three
main insight), meliputi; bahwa gangguan pada individu bukan disebabkan oleh
peristiwa tetapi pikiran tentang peristiwa tersebut, individu terus bermasalah karena
terus memelihara pikiran irrasional tersebut, cara mengatasinya adalah keluar dari
pikiran irrasional tersebut dan menggantikannya dengan pikiran rasional.

c. Mendiskusikan keraguan klien berkenaan dengan pendekatan REBT. Klien yang ragu
akan pendekatan REBT tentunya perlu terlebih dahulu diyakinkan dengan
membenarkan salah konsep (miskonsepsi) mengenai REBT) apabila klien masih ragu,
maka dorong klien untuk melakukannya dalam beberapa sesi, apabila masih ragu juga
maka lakukanlah referral. Penting untuk dicatat bahwa bisa jadi klien tidak ragu
dengan pendekatan REBT akan tetapi ragu dengan teknik yang digunakan terapis. Jika
begitu, maka terapis perlu mencari teknik yang lebih tepat untuk kliennya.

2. Tahap tengah (middle stage)


Tahap kedua merupakan tahap yang banyak menyita waktu dan tenaga. Pada
tahap ini terapis dan klien bekerja keras mengidentifikasi masalah, dan berupaya
mengatasinya. Terdapat 10 langkah dalam tahap tengah ini, diantaranya:

5
a. Langkah awal adalah berdamai dengan banyaknya masalah yang dialami klien.
Idealnya memang konselor focus membahas dan menuntaskan 1 masalah baru
kemudian pindah pada masalah yang lain. Akan tetapi pada beberapa kondisi bisa tidak
seperti itu. Untuk itu, maka konselor perlu mendiskusikannya dengan klien apakah
perlu untuk menyelesaikan masalah tersebut dahulu atau melanjutkannya. Perlu
diingat bahwa apabila memang perlu dibahas, maka terapis jangan memaksakan
kembali ada masalah yang pertama.

b. Selanjutnya mengidentifikasi inti keyakinan irrasional. Pada langkah ini terapis


melakukan eksplorasi.

c. Langkah yang ketiga adalah membantu klien memahami mengapa ia memelihara


keyakinannya yang irrasional. Terdapat 3 alasan, pertama mungkin karena ia senang
dengan situasi dan kondisi dimana ia terus memelihara keyakinan irasional. Kedua,
mungkin ia menghindari keyakinan irrasionalnya sehingga melakukan perbuatan yang
berlawanan. Ketiga, bisa jadi pikiran irrasional tersebut tampak pada perbuatan yang
merupakan kompensasi.

d. Langkah keempat adalah mendorong klien terlibat dalam mengerjakan tugas di rumah.
Tugas yang diberikan tentunya harus menantang tetapi tidak berlebihan,sesuaikan
dengan kemampuan klien. Tugas yang telah dikerjakan klien tentunya perlu untuk
direview dalam sesi konseling.

e. Langkah yang kelima adalah berdamai dengan hambatan dalam perubahan. Mungkin
saja klien tidak mengerjakan tugas rumahnya sehingga perubahan tidak optimal. Untuk
itu, maka terapis perlu berdamai dengan hambatan-hambatan yang ada dan mencari
jalan keluar dari hambatan tersebut.

f. Langkah yang keenam adalah mendorong klien untuk menjaga dan meningkatkan
capaian terapetiknya.

g. Langkah yang ketujuh adalah membuat generalisasi perubahan-perubahan


psikoterapetik. Setelah klien mampu membuat generalisasi.

6
h. Langkah yang kedelapan adalah menjadikan klien sehat secara psikologi. Artinya klien
didorong untuk menggunakan capaian-capaian dalam terapi pada keadaan/situasi lain
dalam hidup klien.

i. Langkah kesembilan adalah menjadikan klien lebih dapat mengaktualisasikan diri.

j. Dan langkah yang kesepuluh (terakhir pada tahap tengah) adalah mendorong klien
untuk menjadi konselor untuk dirinya sendiri.

3. Tahap Akhir
Tahap akhir dalam proses terapi adalah tahap dimana konselor akan mengakhiri
sesi konseling. Tahap ini memiliki dua langkah yaitu:
a. Pertama adalah memberikan gambaran kepada klien mengenai bagaimana mencegah
agar klien tidak mengulangikesalahannya.

b. Kedua mengakhiri sesi konseling. Terdapat 5 keadaan pra syarat dimana konselor dapat
mengakhiri sesi terapi, meliputi;

1) Sudah menginternalisasikan teknik REBT dan tampak adanya perubahan,


2) Kesuksesan pengentasan masalah dengan REBT berdampak pada area lain dalam
hidup klien,
3) Klien berhasil mengidentifikasi, menantang, dan mengubah keyakinannya yang
irrasional,
4) Membangun kompetesi dan kepercayaan diri menjadi seorang terapis bagi dirinya
sendiri, dan,
5) Setuju untuk mengakhiri sesi terapi.

Pada pendekatan Rational Emotif Behaviour Therapy (REBT) ini bertujuan untuk
menghilangkangangguan emosional yang dapat merusak diri individu seperti: cemas,
benci, takut, rasabersalah dan marah yang mengakibatkan individu berpikir irrasional dan
melatih individu agarmampu menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan
membangkitkan kepercayaan dirinyadan kemampuan diri individu, (Faizah, 2018).
Sedangkan dalam Thahir (2016), tujuan utama konseling dengan pendekatan Rational

7
Emotif Behavior Therapy (REBT) adalah membantu individu menyadari bahwa mereka
dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih produktif. Menurut Bahrudin (Hapsyah,
Handayani, Marjo & Hanim, 2019), salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran
adalah motivasi. Perasaan senang, tumbuhnya rasa semangat dan gairah dalam belajar
merupakan salah satu peran yang ada dalam motivasi. Perlu adanya sebuah motivasi yang
diberikan ketika proses pembelajaran berlangsung. Penerapan Pendekatan REBT
(Rasional Emotive Behavior Theraphy) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Menurut Slameto pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
pengalaman hasil individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan nya. 1

B. TERAPI REALITAS
Terapi realitas adalah suatu bentuk terapi kognitif-behavioral yang
dikembangkan oleh Dr. William Glasser, seorang psikiater, pada tahun 1965 (Seligman
& Reichenberg, dalam Gladding, 2004). Reality therapy menyatakan bahwa
pembelajaran manusia merupakan proses seumur hidup yang didasarkan pada pilihan.
Hal ini disebut teori pilhan (choice theory). Glasser menyatakan bahwa manusia bebas
memilih untuk menentukan dua hal pada dirinya sendiri, yaitu memilih bagaimana akan
berpikir dan memilih bagaimana akan bertindak. Reality therapy menggunakan sistem
WDEP sebagai cara untuk membantu klien menggunakan teknik terapi dan melihat
perkembangan terapi. W singkatan dari wants, artinya apa yang diinginkan klien. D
singkatan dari Direction (arah). Pada tahap ini, klien mengeksplorasi lebih jauh arah
hidup mereka. E singkatan dari Evaluation, inti reality therapy. Praktikan membantu
klien mengevaluasi perilaku klien selama ini dan seberapa jauh klien bertanggung jawab
atas perilaku tersebut. P singkatan dari Plan (rencana). Pada tahap terakhir ini, klien
berkonsentrasi dalam merancang rencana untuk mengubah perilakunya.2

1
Chofifah Khairi Ananda,Pendekatan Rebt (Rasional Emotive Behavior Theraphy) Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa, Al-Mursyid Jurnal Ika Bki,Uinsu Medan;2022.
2
Hetty Krisnani, Rachel Farakhiyah, Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Pada Remaja
Akhir Dengan Menggunakan Metode Reality Therapy, Social Work Jurnal, Vol 7 No 2. Hlm 29- 30.

8
Terapi realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis dan
relatif sederhana serta merupakan bentuk bantuan langsung yang diberikan kepada
konseli sebagai upaya untuk mengembangkan dan membina kepribadian atau kesehatan
mentalnya secara sukses dengan cara memberikan tanggung jawab. Terapi realitas yang
dikembangkan oleh William Glasser berfokus pada tingkah laku saat ini
yang dimunculkan oleh individu dengan asumsi bahwa gangguan perilaku berhubungan
dengan kegagalan individu untuk memenuhi dua bentuk kebutuhan dasar, yakni
kebutuhan untuk dicintai dan mencintai serta kebutuhan untuk merasa berharga bagi
dirinya sendiri dan orang lain.3
Terapi realitas adalah teknik konseling yang berorientasi pada tindakan
membantu individu mengendalikan diri sendiri. Dasar terapi realitas adalah membantu
individu agar mampu menetapkan prioritas dan bertanggung jawab terhadap pilihan
tindakan yang dilakukannya. Dalam proses konseling terapi realitas, individu dibantu
untuk mengarahkan, melakukan monitoring, dan menilai dirinya serta bertanggung
jawab terhadap tujuan yang ingin dicapai.4

C. TERAPI CBT
Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan terapi yang bertujuan untuk
mengubah kognitif atau perilaku klien terhadap masalah yang dihadapinya, dalam
rangka melakukan pembahan emosi dan tingkah laku klien (Beck dan Weishaar, 2011)
(Dalam Muhammad Ali, 2015). Menurut Stallard, 2005 (Dalam Muhammad Ali, 2015)
mengatakan bahwa CBT merupakan suatu intervensi mengenai proses kognitif yang
dialami klien dan bagaimana hubungannya dengan perubahan emosi dan tingkah laku
klien.
CBT dikembangkan berdasarkan perilaku kognitif, oleh sebab itu dalam
penerapan CBT melibatkan teknik intervensi perilaku dan kognitif (Gosch, etcaH,
2006) Dalam Muhammad Ali, 2015. CBT merupakan psikoterapi yang menerapkan
teknik cognitive therapy dan behaviortherapy (Matsumoto, 2009) Dalam Muhammad

3
Isabella Hasiana, 2020, Pengaruh Terapi Realitas Dalam Menangani Perilaku Membolos Sekolah( Studi
Kasus), Jurnal Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling : Teori Dan Praktik), 04, 02, Hlm 64.
4
Novia Solichah, 2022, Konseling Pendekatan Terapi Realitas Untuk Mengatasi Prokrastinasi Akademik,
Jurnal Penelitian Psikologi, Vol 11 No 1, Hlm 10.

9
Ali, 2015. Berdasarkan pendekatan perilaku, perasaan dan pikiran seseorang
dipengaruhi oleh apa yang dilakukannya. Sedangkan pendekatan kognitif menekankan
pentingnya cara berpikir dalam pembentukan perilaku. Penerapan teori ini dalam CBT,
mengajarkan seseorang untuk modifikasi fungsi berpikirnya dan penyelesaian terhadap
masalah yang dihadapi,sehingga diharapkan akan menimbulkan perubahan kognitif
maupun perubahan perilaku

Teknik CBT membantu seseorang mengetahui pola kognitif atau pikiran dan
emosi yang berkaitan dengan perilakunya. Berdasarkan teori kognitif, cara berpikir
menentukan bagaimana seseorang merasa dan berbuat perasaan dan perilaku seseorang
akan dipengaruhi oleh cara seseorang memandang hubungan antara dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Misalkan, jika seseorang berpikir negatif mengenai karir, maka
pikiran negatif akan mempengaruhi perilaku dan perasaannya sehubungan dengan
situasi tersebut. Strategi utama dalam CBT adalah mengubah pemikiran dan keyakinan
irasional dengan pemikiran dan keyakinan rasional yang lebih sehat dan positif.
Penanganan CBT mencakup pengembangan kesadaran individu pada dirisendiri, orang
lain, cara menjalin hubungan interpersonal, penyelesaian masalah yang dihadapinya,
dan strategi coping yang efektif . Dengan demikian, mahasiswa yang menerima CBT
diharapkan dapat menurunkan kecemasan karir, karena CBT membantu mahasiswa
menyadari dan memahami proses berpikirnya dengan lebih baik sehinga meningkatkan
kemampuan dalam menghadapi suatu masalah terutama karir masa depan.5

D. TEORI SISTEM
Teori adalah himpunan preposisi atau pernyataan yang berasal dari
kehidupan/keadaan nyata. Preposisi semacam itu menggambarkan kondisi nyata di
dunia ini. Preposisi ini terdiri dari opini/argumen, asumsi/hipotesis yang belum terbukti,
prediksi, penjelasan dan interpretasi. Terakhir, preposisi digunakan untuk membuat

5
Muhammad Ali Adriansyah, Diah Rahayu, Netty Dyan Prastika, 2015, Pengaruh Terapi Berfikir Positif,
Cognitive Behavior Therapy (CBT), Mengelolah Hidup Dan Merencanakan Masa Depan (MMHMMD)
Terhadap Penurunan Kecemasan Karir Pada Mahasiswa Universitas Mulawarman, Jurnal Psikoislamika,
Vol 12 No 2

10
pernyataan yang tidak perlu dibuktikan lagi karena didukung oleh teori yang ada dan
disebut aksioma.
Teori sistem adalah seperangkat proposisi yang dikembangkan untuk membantu
orang memahami sistem sehingga praktisi memiliki penjelasan yang masuk akal dan
dapat menginterpretasikannya dengan tepat. Ilmu-ilmu sosial mengadopsi konsep
sistem dari ilmu-ilmu alam, khususnya fisika, yang berkaitan dengan materi, energi,
gerak, dan gaya. Semua konsep ini cenderung didasarkan pada dimensi tertentu dan
mengikuti aturan tertentu. Beberapa mendefinisikan sistem menurut hubungan khusus
dan persamaan matematis yang menjelaskan hubungan khusus antara variabel. Namun,
ilmuwan sosial jarang mengambil konsep ini karena variabelnya sangat kompleks dan
seringkali sangat multidimensi. Konsep selanjutnya adalah verbal, namun konsep ini
masih relatif aman. Sistem adalah kumpulan objek dan hubungannya, antara objek dan
atributnya, terkait satu sama lain dan dengan lingkungannya sedemikian rupa sehingga
membentuk satu kesatuan yang utuh (sebagai satu kesatuan).

E. SFBT
SFBT atau Solution Focused Brief Therapy merupakan konseling yang berfokus
pada solusi dan hanya memerlukan waktu yang singkat sehingga efektif dalam
memecahkan permasalahan. Metode yang dilakukan konseling ini adalah denga
menggali informasi mengenai masa depan yang diinginkan dan potensi yang ada dalam
diri konseli. Menurut Gingerich SFBT atau Solution Focused Brief Therapy merupakan
terapi yang fokus terhadap solusi sehingga dapat mencapai target yang diinginkan serta
mengesampingkan pikiran konseli tentang masalah yang sedang dialaminya dan terapi
ini dilakukan dengan waktu yang singkat. Sehingga konselor hanya terkait dengan
konseli pada saat proses konseling saja dan akan selesai ketika masalah telah
terpecahkan.hal tersebut sejalan dengan ilustrasi yang dikemukakan oleh De Shazer
bahwa solusi diibaratkan sebagai kunci dan masalah diibaratkan sebagai pintu yang
terkunci. Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa kita harus menemukan cara
atau kunci agar pintu dapat terbuka tanpa memikirkan kenapa pintu itu dapat terkunci.
Milton Erikson memiliki pandangan mengenai SFBT bahwa setiap manusia
memiliki naluri, kemampuan dan kekuatan untuk dapat menemukan solusi untuk

11
memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapinya. Realitanya SFBT tidak
memiliki pandang secara menyeluruh terhadap manusia tetapi lebih memandang secara
general bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan tentang
permasalahan-permasalahan yang ada di kehidupan, maka dua hal inilah yang perlu
diperhatikan. Asumsi dasar dari pendekatan SFBT tidak selalu sama dengan realita
setiap orang, karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda antar satu dan yang
lain. Hal tersebut membuat orang-orang kadang tidak paham dengan kemampuan dan
potensi yang dimilikinya serta kehilangan arah dalam hidupnya. Inti dari konsep dari
bimbingan dan konseling SFBT yaitu setiap orang mampu untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya dengan memanfaatkan kecerdasan akal manusia.
Menurut Walter Peller bahwa terdapat lima hal yang mendasari pendekatan SFBT
antara lain:
a. Fokus terhadap hasil yang baik sehingga dapat mencapai kesuksesan
b. Konseli sadar tentang pasti ada jalan keluar dari sebuah permasalahan apabila
sudah menemukan solusi
c. Perubahan besar kearah lebih baik bermula dari usaha-usaha kecil
d. Semua konseli mampu menyelesaikan masalahnya sendiri
e. Metode yang dilakukan dengan membangun motivasi yaitu berupa kalimat aktif,
positif, dan dapat diukur.

Sejarah SFBT
Pendekatan Solution Focused Brief Therapy (SFBT) merupakan konseling dan
terapi psikis yang dipengaruhi oleh postmodern. Menurut beberapa literature
pendekatan SFBT biasanya dikenal dengan terapi konstruktivis, terapi yang berfokus
pada solusi, dan konseling singkat berfokus solusi. Pendekatan SFBT berkembang
mengikuti perkembangan zamam. Banyak tokoh-tokoh terdahulu yang memberikan
konstribusi terhadap perkembangan SFBT sejak tahun 1970 yaitu Steve de Shazer, Bil
O'Hanlon, Michele Weiner-Davis, dan Inso Kim Berg. Adapun tokoh-tokoh yang
paling berperan dalam perkembangan SFBT yaitu orang-orang yang bekerja di Mental
Research Instiute di Palo Alto, California yaitu Richard Fisch, John Weakland, Paul

12
Watzlawick, dan Gregory Bateson yang bekerja pada Mental Research Instiute di Palo
Alto, California.
Banyak pendekatan-pendekatan konseling lain yang ikut berperan penting terhadap
SFBT seperti Brief psychodynamic psychotherapy, Behavioral dan terapi cognitve-
behavioral, Single Sesion Therapy serta Family therapy. Pendekatan-pendekatan ini
lebih memfokuskan bagaimana masalah klien bisa diatasi dan kurang memperhatikan
sejarah masa lalu klien. Solution Focused Brief Therapy (SFBT) pertama kali dipelopori
oleh Inso Kim Berg dan Steve De Shazer. Keduanya adalah direktur eksekutif dan
penelit senior di lembaga nirlaba yang disebut Brief Family Therapy Center (BFTC) di
Milwauke, Wisconsin, Amerika Serikat pada akhir tahun 1982.
Inso Kim Berg merupakan juru bicara yang sangat berpengaruh terhadap terapi yang
berorientasi pada solusi. Inso Kim Berg membuat banyak karya untuk menunjang terapi
yang berorientasi pada solusi. Karyanya dibuat pada tahun 1980 dalam bentuk buku-
buku dan rekaman video. Inso Kim Berg juga pengembangkan warisan budaya timur
dan pengalamannya semasa di barat menjadi sebuah pendekatan psikoterapi yang
merupakan perpaduan kreatif antara menumbuh kembangkan kesadaran dan proses
membuat pilhan perubahan.
O'Hanlon dan Weiner-Davis serta de Shazer dan Berg juga memberikan konstribusi
melalui karyanya yaitu Solution-Oriented Brief Therapy. Terapi ini bertujuan untuk
membantu konseli untuk fokus terhadap keberhasilan dan harapan masa depan.
O'Hanlon dan Weiner-Davis mengesampingkan masalah atau akar permasalahan yang
sedang dihadapi dan fokus terhadap solusi masalah agar dapat segera terselesaikan.
Metode yang dilakukan pada teori ini yaitu dengan sudut pandang dan tindakan konseli
terhadap masalah dibaubah menjadi fokus terahadap solusi dan menggali potensi diri
konseli sehingga konseli menyadari kekuatan dan potensi yang ada dalam diri sehingga
dapat menyelesaikan permasalahan.

13
Teknik SFBT
Ada 5 teknik yang digunakan untuk terapi Solution Focused Brief Therapy. Berikut
penjelasan tentang masing-masing teknik.
a. Teknik Scaling merupakan teknik menggunakan soal-soal berskala dan dilakukan
pada awal atau pertengahan sesi untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang ingin
dicapai konseli. Konselor memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dikemas dalam
soal-soal kemuadia konseli menjawab dengan skala. Skala yang digunakan adalah
skala 0 sampai 10, dimana skala 0 mempunyai arti tidak ada masalah dan skala 10
mempunyai arti sangat bermasalah.
b. Teknik Miracle Question merupakan teknik yang dapat dilakukan dengan cara
memberikan waktu konseli untuk membayangkan kehidupan yang diinginkan
kemudian mengungkapkan tujuan hidup yang sesuai dengan keinginannya dan
Setelah klien mengungkap tujuan atau target kemudian konselor akan menanyakan
permasalahan-permasalahn yang terjadi sehingga merangsang munculnya solusi-
solusi dari konseli. Fokus dari tenik ini adalah menemukan solusi yang diinginkan
sehingga dapat direalisasikan untuk memecahkan suatu permasalahan oleh konseli
dan bantuan konselor.
c. Teknik Exception merupakan teknik yang memegang asumsi bahwa setiap masalah
memiliki dispensasi untuk mencari solusi. Dari pernyataan tersebut maka peran dari
konselor adalah sebagai pembangkit berbagai solusi yang dapat ditemukan dari diri
konseli sendiri dengan metode tanya jawab tentang permasalahan-permasalahan
yang sedang dihapainya.
d. Teknik Problem-Free Talk merupakan teknik yang disarankan untuk dilakukan pada
sesi pertama konseling karena dapat menimbulkan hubungan dan komunikasi yang
baik antara konseli dan konselor. Tujuannya adalah untuk mendapatkan banyak
informasi dari konseli sehingga dapat fokus menemukan solusi dan
mengesampingkan masalah. Dalam sesi ini konselor akan lebih banyak
mendengarkan tentang keterampilan dan kekuatan konseli karena hal tersebut
merupakan sumber untuk menemukan solusi.
e. Teknik Flagging The Minefield merupakan teknik yang dapat membantu konseli
untuk mengidentifikasi dan memilih cara agar dapat menghadapi dan menyelesaikan

14
masalah. Cara yang dilakukan teknik ini menggunakan solusi yang berkesan pada
masa yang lalu sehingga dapat dipakai untuk masalah yang terjadi saat ini.

Kelebihan dan Kekurangan SFBT


Kelebihan :
a. SFBT dapat diaplikasikan ke berbagai jenis masalah.
b. Konseling yang berfokus pada solusi
c. Tahapan yang dilakukan secara rinci
d. SFBT memerlukan waktu yang singkat sehingga lebih efisien
e. SFBT terbukti menjadi konseling yang efektif.

Kelemahan :
a. Praktiknya sangat menekankan konselor untuk menggunakan bahasa yang cocok dan
baik
b. Tidak memperhatikan riwayat konseli.

F. KONSELING NARATIF
Konseling naratif merupakan sebuah pendekatan yang menggali masalah
individu dengan menggunakan cerita (narasi). Konseling narasi berusaha untuk
mengeksplorasi pengalaman manusia melalui cerita konseli membawa ke dalam proses
konseling. Dalam proses kolaborasi, konselor membantu konseli mengeksplorasi kisah
mereka. Konseli didorong untuk menggunakan kata-kata mereka sendiri untuk
menceritakan kisah mereka sendiri yang membawa arti sendiri.
Konseling naratif memiliki tujuan membantu individu mengarang kembali
cerita kisahnya, menerapkan kisah ini dalam lingkungan mereka dan menolong
seseorang menyelesaikan transisi kehidupannya. Konseling naratif mampu menangani
seseorang yang mengalami distressing combination pada kondisi pesimis hebat,
keraguan atas dirinya, mudah marah, lalai, ketidak pedulian, gelisah, cemas dan
beberapa perasaan yang menunjukan masalah depresi yang dialami.

15
Adapun Tahap-tahap proses konseling konseling naratif menurut Wolter, dkk
(2006:167) adalah sebagai berikut :
1. Eksternalisasi masalah
a. Pemberian nama pada masalah
b. Menggunakan eksternalisasi bahasa .

2. Memetakan pengaruh dari masalah dalam kehidupan seseorang


a. Pertanyaan pengaruh relatif.

3. Memetakan pengaruh kehidupan seseorang terhadap pengembangan masalah


a. Pertanyaan hasil unik
b. Pertanyaan akun unik
c. Pertanyaan deskripsi ulang yang unik
d. Pertanyaan kemungkinan unik
e. Pertanyaan sirkulasi unik
f. Pertanyaan historis hasil unik.

G. KONSELING KRISIS
Konseling krisis adalah penggunaan beragam pendekatan langsung dan
berorientasi pada tindakan untuk membantu individu menemukan sumber daya di dalam
dirinya atau menghadapi krisis secara eksternal. Dalam semua bentuk konseling krisis
pelayanan cepat dan efisien diberikan dalam cara khusus. Menurut James (dalam
sestuningsih, 2017) krisis adalah persepsi atau pengalaman akan sesuatu
peristiwa atau situasi sebagai kesulitan yang tidak dapat ditorerir yang melebihi sumber
daya dan kemampuan seseorang untuk mengatasinya saat itu.
Tujuan dari konseling krisis adalah berkisar pada memberikan bantuan segera
dan dalam berbagai bentuk kepada orang yang membutuhkan misalnya psikologis,
keuangan dan hukum. "Apa yang terjadi selama krisis menentukan apakah krisis akan
menjadi wadah penyakit yang akan berubah menjadi kondisi yang kronis dan bersifat
jangka panjang atau tidak. Pada awalnya konselor menggunakan teori dasar krisis untuk
membantu "orang dalam krisis mengenali dan membetulkan penyimpangan afektif,

16
tingkah laku, kognitif yang temporer yang disebabkan peristiwa traumatis Gladding,
2012 (dalam Sestuningsih 2017) . Pelayanan ini berbeda dengan konseling singkat, yang
mencoba membantu orang menemukan penyembuhan atas masalah yang sedang terjadi.
Penyesuaian jangka panjang dan kesehatan membutuhkan tindak lanjut cukup banyak
dari pihak konselor krisis atau ahli spesialis lainnya.
Teknik yang digunakan dalam konseling krisis sangat beragam sesuai tipe krisis
dan akibat yang ditimbulkannya. Menurut James (dalam Sestuningsih, 2017) apa yang
dilakukan seorang pekerja krisis dan kapan dia melakukannya tergantung pada hasil
penilaian terhadap pengalaman krisis seseorang yang dilakukan secara kontinu dan dan
mengalir. Setelah penilaian ada tiga aktivitas mendengarkan yang esensial yang harus
diterapkan antara lain mendefinisikan masalah yaitu mengeksplorasi dan
mendefinisikan masalah dari sudut pandang klien, menggunakan teknik mendengarkan
dengan aktif, termasuk pertanyaan terbuka, memperhatikan pesan-pesan yang
disampaikan klien secara verbal maupun nonverbal, memastikan keselamatan klien
yaitu menilai tingkat bahaya, kritis, imobilitas, atau keseriusan ancaman terhadap
keselamatan fisik, dan psikologis klien dan jika perlu memastikan bahwa klien
menyadari alternatif lain selain tindakan impulsif yang dapat menghancurkan diri
sendiri, menyediakan dukungan yaitu berkomunikasi dengan klien bahwa pekerja krisis
adalah sosok pendukung yang tepat peragakan kepada klien (dengan kata-kata, suara
dan bahasa tubuh) keterlibatan personal yang penuh kasih sayang, positif, non-posesif,
tidak menghakimi dan menerima.6

6
Sestuningsih Margi Rahayu, 2017, Konseling Krisis: Sebuah Pendekatan Dalam Mereduksi Masalah
Traumatik Pada Anak Dan Remaja, Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 Hlm 54

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi diatas dapat di simpulkan bahwa :
 Menurut Gantina Komalasari, dkk, (2011) “Pendekatan Rational Emotive Behavior
Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada
keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran.” Pandangan dasar pendekatan
ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir
irasional yang salah satunya didapat melalui belajar sosial. Pada pendekatan Rational
Emotif Behaviour Therapy (REBT) ini bertujuan untuk menghilangkan gangguan
emosional yang dapat merusak diri individu seperti: cemas, benci, takut, rasabersalah
dan marah yang mengakibatkan individu berpikir irrasional dan melatih individu
agarmampu menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan
kepercayaan dirinyadan kemampuan diri individu, (Faizah, 2018).
 Terapi realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis dan
relatif sederhana serta merupakan bentuk bantuan langsung yang diberikan kepada
konseli sebagai upaya untuk mengembangkan dan membina kepribadian atau
kesehatan mentalnya secara sukses dengan cara memberikan tanggung jawab.Terapi
realitas yang dikembangkan oleh William Glasser berfokus pada tingkah laku saat
ini yang dimunculkan oleh individu dengan asumsi bahwa gangguan perilaku
berhubungan dengan kegagalan individu untuk memenuhi dua bentuk kebutuhan
dasar, yakni kebutuhan untuk dicintai dan mencintai serta kebutuhan untuk merasa
berharga bagi dirinya sendiri dan orang lain.
 Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan terapi yang bertujuan untuk
mengubah kognitif atau perilaku klien terhadap masalah yang dihadapinya, dalam
rangka melakukan pembahan emosi dan tingkah laku klien (Beck dan Weishaar,
2011) (Dalam Muhammad Ali, 2015). Menurut Stallard, 2005 (Dalam Muhammad
Ali, 2015) mengatakan bahwa CBT merupakan suatu intervensi mengenai proses
kognitif yang dialami klien dan bagaimana hubungannya dengan perubahan emosi

18
dan tingkah laku klien. Strategi utama dalam CBT adalah mengubah pemikiran dan
keyakinan irasional dengan pemikiran dan keyakinan rasional yang lebih sehat dan
positif.
 Teori sistem adalah seperangkat proposisi yang dikembangkan untuk membantu
orang memahami sistem sehingga praktisi memiliki penjelasan yang masuk akal dan
dapat menginterpretasikannya dengan tepat. Sistem adalah kumpulan objek dan
hubungannya, antara objek dan atributnya, terkait satu sama lain dan dengan
lingkungannya sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh
(sebagai satu kesatuan).
 SFBT atau Solution Focused Brief Therapy merupakan konseling yang berfokus
pada solusi dan hanya memerlukan waktu yang singkat sehingga efektif dalam
memecahkan permasalahan. Metode yang dilakukan konseling ini adalah denga
menggali informasi mengenai masa depan yang diinginkan dan potensi yang ada
dalam diri konseli. Menurut Gingerich SFBT atau Solution Focused Brief Therapy
merupakan terapi yang fokus terhadap solusi sehingga dapat mencapai target yang
diinginkan serta mengesampingkan pikiran konseli tentang masalah yang sedang
dialaminya dan terapi ini dilakukan dengan waktu yang singkat.Sehingga konselor
hanya terkait dengan konseli pada saat proses konseling saja dan akan selesai ketika
masalah telah terpecahkan.hal tersebut sejalan dengan ilustrasi yang dikemukakan
oleh De Shazer bahwa solusi diibaratkan sebagai kunci dan masalah diibaratkan
sebagai pintu yang terkunci.Asumsi dasar dari pendekatan SFBT tidak selalu sama
dengan realita setiap orang, karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda
antar satu dan yang lain.
 Konseling naratif mampu menangani seseorang yang mengalami distressing
combination pada kondisi pesimis hebat, keraguan atas dirinya, mudah marah, lalai,
ketidak pedulian, gelisah, cemas dan beberapa perasaan yang menunjukan masalah
depresi yang dialami.
 Menurut James (dalam sestuningsih, 2017) krisis adalah persepsi atau pengalaman
akan sesuatu peristiwa atau situasi sebagai kesulitan yang tidak dapat ditorerir yang
melebihi sumber daya dan kemampuan seseorang untuk mengatasinya saat itu.
Tujuan dari konseling krisis adalah berkisar pada memberikan bantuan segera dan

19
dalam berbagai bentuk kepada orang yang membutuhkan misalnya psikologis,
keuangan dan hukum. Pada awalnya konselor menggunakan teori dasar krisis untuk
membantu "orang dalam krisis mengenali dan membetulkan penyimpangan afektif,
tingkah laku, kognitif yang temporer yang disebabkan peristiwa traumatis (Gladding,
2012 dalam Sestuningsih 2017).

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat,kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna,oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya,semoga makalah ini dapat
menambah wawasan pengetahuan kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, Ali,dkk. (2015). Pengaruh Terapi Berpikir Positif,Cognitive Behavior


Therapy (CBT),Mengelola Hidup Dan Merencanakan Masa Depan Terhadap
Penurunan Kecemasan Karir Pada Mahasiswa Universitas Mulawarman. Jurnal
Psikoislamika, 12.
Ananda, C. K. (2022). Pendekatan REBT(Rasional Emotive Behavior Theraphy) Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Al-Mursyid Jurnal IKA BKI.
Isabella,Hasiana. (2020). Pengaruh Terapi Realitas Dalam Menangani Perilaku
Membolos Sekolah (Studi Kasus). Jurnal Bikotetik(Bimbingan Konseling:Teori
Dan Praktik), 04, 64.
Krisnani,Hetty.Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Pada Remaja
Akhir Dengan Menggunakan Metode Reality Therapy. Social Work Jurnal, 7,
29-30.
Solichah,Novia. (2022). Konseling Pendekatan Terapi Realitas Untuk Mengatasi
Prokrastinasi Akademik. Jurnal Penelitian Psikologi, 11, 10.
Rahayu, S. M. (2017). Konseling Krisis:Sebuah Pendekatan Dalam Mereduksi Masalah
Traumatik Pada Anak Dan Remaja. Jurnal Pendidikan, 2, 54.

21

Anda mungkin juga menyukai