Anda di halaman 1dari 18

KONSELING BEHAVIOR

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah
Konseling Individual
yang dibina oleh Bapak M. Ramli

Oleh :
Kelompok 5

1. IMA NURUL ISLAMIYAH (150111607775)


2. KRISNA AGATAMA (15011160)
3. MUHAMMAD ALVIN (15011160)
4. RIZA AQILAH SILMY (150111606957)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
MARET 2017
KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya serta kekuatan lahir batin yang dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konseling Behavior”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak M. Ramli selaku
dosen mata kuliah Konseling Individual. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami telah
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu makalah ini.
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari berbagai
kekurangan, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar nantinya
dalam penulisan makalah selanjutnya bisa lebih baik dan juga kami berharap makalah ini
dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Malang, 9 Maret 2017

5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
BAB II BAHASAN....................................................................................................................2
A. Pengertian Teori Konseling Behavior.......................................................................2
B. Sejarah Konseling Behavior......................................................................................2
C. Hakikat Manusia........................................................................................................4
D. Perkembangan Perilaku.............................................................................................5
1. Struktur Kepribadian.....................................................................................5

2. Pribadi Sehat dan Bermasalah......................................................................5

E. Hakikat Konseling.....................................................................................................6
F. Kondisi Pengubahan..................................................................................................6
1. Tujuan...........................................................................................................6

3. Sikap, Peran, Dan Tugas Konseli.................................................................7

4. Situasi Hubungan..........................................................................................8

G. Mekanisme Pengubahan............................................................................................8
1. Tahap-Tahap Konseling...............................................................................8

2. Teknik Konseling Behavioral.......................................................................9

H. Hasil-Hasil Penelitian..............................................................................................10
I. Kekurangan dan Kelebihan Teori Konseling Behavior...........................................11
BAB III SIMPULAN & SARAN............................................................................................12
A. SIMPULAN.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebuah aset yang penting di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, karena bagaimana pun tidak ada bangsa yang maju tanpa diiringi pendidikan yang
bermutu.Pendidikan yang berkualitas bukan hanya dilihat dari sejauh mana proses
pengajarannya saja, Yusuf&Juntika (2005:5) memaparkan ada tiga bidang pendidikan yang
harus menjadi perhatian, diantaranya : 1). Bidang administrative dankepemimpinan, 2).
Bidang Intruksional dan kurikuler, 3). Bidang pembinaan siswa(Bimbingan dan Konseling).
Terkait dengan masalah bimbingan dan konseling, terdapat banyak ragam teoridan
pendekatan dalam pelaksanaan layanan bimbingan danR konseling, salah satunyaadalah teori
konseling behavioral, yang akan coba kami kupas satu persatu sehinggaakan tampak sedikit
kejelasan, dengan harapan kupasan materi yang kami sajikanbermanfaat bagi kita semua yang
bergerak dalam dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Perkembangan Teori Behavior ?
2. Bagaimana Pandangan Teori Behavior Mengenai Hakikat Manusia ?
3. Bagaimana Pandangan Teori Behavior Mengenai Perkembangan Perilaku ?
4. Bagaimana Pandangan Teori Behavior Mengenai Hakikat Konseling ?
5. Bagaimana Kondisi Pengubahan Menurut Teori Konseling Behavior ?
6. Bagaimana Mekanisme Pengubahan Menurut Teori Konseling Behavior ?
7. Apa Saja Hasil-hasil Penelitian Konseling Behavior ?
8. Apa Saja Kekurangan dan Kelebihan Konseling Behavior ?

1
BAB II
BAHASAN

A. Pengertian Teori Konseling Behavior


Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat
ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang
menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Pada hakikatnya konseling merupakan
sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada konseli, bantuan di sini dalam
pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang
dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi
krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf&Juntika,2005:9).
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena keduanya
merupakan sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan bahwa konseling
merupakan bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan
dengan masalah individu secara Pribadi. Juntika (2003:15) mengutip pengertian konseling
dari ASCA (American SchoolConselor Assosiation ) sebagai berikut : Konseling adalah
hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian
kesempatan dari konselor kepada konseli, konselor mempergunakan pengetahuan dan
keterampilannya untuk membantu konselinya dalam mengatasi maslahmasalahnya.
Sedangkan pengertian behavioral/ behaviorisme adalah satu pandangan teoritis yang
beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-
konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas (JP.Chaplin, 2002:54). Aliran Behaviorisme ini
berkembang pada mulanya di Rusia kemuadian diikuti perkembangannya di Amerika oleh
JB. Watson (1878-1958). Dari pengertian koneling dan behaviorisme yang dipaparkan di atas
kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling behavioral adalah
sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi serta dalam penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai
oleh diri konseli. Menurut Krumboltz& Thoresen (Surya, 1988:187) konseling behavioral
adalah suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal,
emosional, dan keputusan tertentu.

2
B. Sejarah Konseling Behavior
Konseling berkembang pertama kali di Amerika yang dipelopori oleh Jesse B.Davis
tahun 1898 yang bekerja sebagai konselor sekolah di Detroit (Surya,1988:39). Banyak factor
yang mempengaruhi perkembangan konseling, salah satunya adalah perkembangan yang
terjadi pada kajian psikologis, Surya (1988:42) mengungkapkan bahwa kekuatan-kekuatan
tertentu dalam lapangan psikologis telah mempengaruhi perkembangan konseling baik dalam
konsep maupun teknik. Aliran-aliran yang muncul dalam lapangan psikologi memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan konseling, diantara aliran-aliran
psikologi yang cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling adalah
sebagai berikut ; aliran strukturalisme (Wundt), Fungsionalisme (James), dan Behaviorisme
(Watson). Perkembangan koseling behavioral bertolak dari perkembanngan aliran
behavioristik dalam perkembangan psikologi yang menolak pendapat aliran strukturalisme
yang berpendapat bahwa mental, pikiran dan perasaan hendaknya ditemukan terlebih dahulu
bila perilaku manusia ingin difahami, maka munculah teori introspeksi.
Aliran Behaviorisme menolak metode introspeksi dari aliran strukturalisme dengan
sebuah keyakinan bahwa menurut para behaviorist metode introspeksi tidak dapat
menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist adalah sesuatu
yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata
(Walgito,2002:53). Bagi aliran Behaviorisme yang menjadi focus perhatian adalah perilaku
yang tampak, karena persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-
konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas. Pada awalnya behaviorisme lahir di Rusia
dengan tokohnya Ivan Pavlov, namun pada saat yang hampir bersamaan di Amerika
behaviorisme muncul dengan salah satu tokoh utamanya John B. Watson. Di bawah ini akan
kami kupas beberapa tokoh behaviorisme antara lain:
1. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan teori
pengkondisian klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya yang menggunakan
anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini menyatakan bahwa
rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta dipasangkan dengan unsure penguat,
akan menyebabkan suatu reaksi (JP. Chaplin, 2002:103). Menurut Pavlov (Walgito,2002:53)
aktivitas organisme dapat dibedakan atas :
a. Aktivitas yang bersifat reflektif ; yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh
organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari sebagai reaksi
terhadap stimulus yang mengenainya.

3
b. Aktivitas yang disadari ; yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang
bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap
stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima oleh organisme itu
sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu respons. Dengan demikian maka
jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas kesadaran yang lebih panjang apabila
dibandingkan dengan stimulus-respons yang tidak disadari (respons reflektif). Psikologi
yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan psikologi reflek (psychoreflexiologi), karena
Pavlov lebih memfokuskan perhatiannya pada aktivitas yang bersifat reflek
2. John Broadus Watson (1878-1958)
John Broadus Watson lahir di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan meninggal
pada tanggal 25 September 1958 di New York City. Selama remaja, Watson terkenal sebagai
anak yang nakal, malas, dan suka berkelahi sehingga pernah ditahan polisi dua kali. Setelah
ayahnya kabur pergi meninggalkan mereka, sekolah Watson semakin kacau. Setelah
penahanan kedua, perilaku buruknya perlahan berubah. Ia berbalik seratus persen dari anak
nakal menjadi anak yang tekun belajar setelah diterima di Universitas Furman. Perkenalan
pertama Watson dengan psikologi lewat mata kuliah introspeksi, menyusul filsafat dan
behaviorisme. Ia kemudian melanjutkan ke universitas Chicago. Watson (JP.Chaplin,
2002:536 ) mendefinisikan psikologi sebagi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku. Sasaran
behaviorisme adalah mampu meramalkan reaksi dari satu pengenalan mengenai kondisi
perangsang,dan sebaliknya, juga mengenali reaksi, agar bisa meramalkan kondisi perangsang
yang mendahuluinya. Inti dari behaviorisme adalah memprediksi dan mengontrol perilaku.
Karyanya diawali dengan artikelnya psychology as the behaviorist views it pada tahun 1913.
Di dalam artikelnya tersebut Watson mengemukakan pandangan behavioristiknya yang
membantah pandangan strukturalisme dan fungsionalisme tentang kesadaran. Menurut
Watson (behaviorist view) yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan
kesadaran, karena kesadaran adalah sesuatu yang dubios. Metode-metode obyektif Watson
lebih banyak menyukai studi mengenai binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia
lakukan dalam pengkondisian rasa takut pada anak-anak.

C. Hakikat Manusia
Dalam pandangan behavioral manusia pada hakikatnya bersifat mekanistik atau
merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang terbatas, hidup dalam alam deterministik
dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupannya
dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola

4
perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh
banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.

D. Perkembangan Perilaku
1. Struktur Kepribadian
Pandangan teori behavioral secara umum terhadap perilaku manusia menyatakan
bahwa, antara lain :
a. Respon tidak selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh
pengaruhpenguatan (reinforcement).
b. Lebih menekankan pada studi subjek individual dibandingkan generalisasi
kecenderungan kelompok.
c. Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku
dibandingkan motivasi di dalam diri.
d. Para konselor behavioral memandang perilaku sebagai kebiasaan yang dipelajari. Karena
itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga kelainan
perilaku berubah menjadi positif.

2. Pribadi Sehat dan Bermasalah


a. Pribadi yang sehat
Pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki kemampuan untuk menghadapi
segala tantangan hidup baik dari dalam dirnya sendiri maupun yang datang dari lingkungan
hidupnya. Pribadi yang sehat juga mempunyai kesempatan yang luas untuk belajar perilaku
yang baru dan adaptif dengan situasi dan lingkungan hidupnya dimanapun dia berada. Ia
menciptakan lingkungan yang sehat sehingga ia juga menjadi pribadi yang sehat pula, karena
Bandura mengatakan bahwa individu adalah produser dan produsen lingkungan.
b. Pribadi yang bermasalah
Pribadi yang bermasalah adalah pribadi yang tidak mempunyai kemampuan dalam
menghadapi tantangan hidup secara internal dan eksternal dirinya. Ia juga mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan situasi dan kondisi yang ada di
lingkungannya
Menurut pandangan behavioral, perilaku bermasalah ini juga bisa diartikan sebagai
kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Perilaku ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah adanya salah suai dalam
proses interaksi dengan lingkungan, adanya pembelajaran yang salah dalam rumah tangga,

5
tempat bermain, lingkungan sekolah, dan lingkungan lainnya. Perilaku dikatakan salah suai
jika perilaku tersebut membawa individu kepada konflik dengan lingkungannya.

E. Hakikat Konseling
Hakikat konseling behavioral adalah proses pengkondisian dan pembelajaran menuju
perubahan perilaku dan tindakan. Agar perubahan pribadi dapat tumbuh dan berkembang
dibutuhkan konseling untuk mengembangkan sikap yang menempatkan positif dan adaptif
terhadap lingkungan. Dalam konseling, Individu belajar pengetahuan baru, berdasarkan
pengetahuan itu individu mempunyai kesempatan yang luas dan kemampuan yang memadai
untuk menghadapi tantangan hidupnya secara internal dan eksternal.

F. Kondisi Pengubahan
1. Tujuan
Tujuan umum dari Konseling Behavioral antara lain adalah:
a) meningkatkan pilihan pribadi dan menciptakan kondisi pembelajaran baru.
Konseli dengan bantuan konselor mendefiniskan tujuan khusus diluar proses Konseling
dengan bantuan dari Konselor. Penilaian secara kontinyu melalui Konseling menentukan
seberapa besar tujuan yang dapat diidentifikasi dan dapat dicapai, dimana untuk
mengukur keberhasilan tujuan didasarkan pada validasi empiris.
b) Konselor membantu konseli memformulasikan tujuan spesifik yang dapat diukur.
Sehingga tujuan harus jelas, kongkrit, dan dapat dipahami dan disetujui oleh konselor
dan konseli.
c) Proses menentukan tujuan konseling berhubungan dengan negosiasi antara konseli dan
konselor yang menghasilkan kontrak yang memandu pelaksanaan konseling.

2. Sikap, Peran, dan Tugas Konselor


Pada umumnya konselor yang mempunyai orientasi behavioral bersikap aktif dalam
proses konseling. Konseli belajar menghilangkan atau belajar kembali bertingkah laku
tertentu. Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, pemberi dukungan
dan fasilitator. Ia bisa juga memberi instruksi atau mensupervisi orang-orang pendukung
yang ada di lingkungan konseli yang membantu dalam proses perubahan tersebut. Konselor
behavioral yang efektif beroperasi dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan konseli
dalam setiap fase konseling (Gladding, 2004).
Sikap yang dimiliki oleh konselor behavior ialah menerima, dan mencoba memahami
apa yang dikemukakan konseli tanpa menilai atau mengkritiknya. Dalam proses Konseling ,

6
konselor berperan sebagai guru atau mentor. Salah satu tugas Konselor adalah untuk
melakukan tindak lanjut penilaian untuk melihat apakah perubahan yang tahan lama dari
waktu ke waktu
            Fungsi dan tugas konselor juga dijelaskan untuk mengaplikasikan  prinsip  dari 
mempelajari manusia untuk memberi fasilitas pada penggantian perilaku maladaptif  dengan
perilaku yang lebih adaptif. Kemudian menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli,
dengan membebaskan  seseorang dari  perilaku yang  mengganggu  kehidupan  yang efektif
sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang
dikehendaki  sepanjang sasaran itu  sesuai  dengan  kebaikan masyarakat secara umum.
            Lebih rincinya peranan seorang konselor dalam proses konseling ini, antara lain
adalah :
a. Konselor berperan sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku
yang ditunjukan oleh konseli.
b. Konselor harus menerima dan memahami konseli tanpa mengadili atau mengkritik.
c. Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan memberikan
kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri.
d. Memberikan informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan anggota untuk
melakukan perubahan.
e. Konselor harus memberikan reinforcement.
f. Mendorong konseli untuk mentransfer tingkah lakunya dalam kehidupan nyata.

3. Sikap, Peran, Dan Tugas Konseli


Keberadaan konseli dalam konseling khususnya behavioral tidak harus berasal dari
konseli yang mempunyai permasalahan yang sama. Setiap anggota diberikan kesempatan
untuk menanggapi persoalan yang sedang dihadapi oleh salah seorang anggota kelompok. Di
sini, ada semacam sharing pendapat di antara teman sebaya dalam memecahkan sebuah
persoalan.
            Konseling behavior memiliki prosedur kerja yang jelas, sehingga konselor dan
konseli memiliki peran yang jelas. Ini berarti untuk mencapai tujuan Konseling sangat
dibutuhkan kerjasama yang baik antara konselor dan konseli. Adapun sikap, peran dan tugas
konseli dalam proses Konseling ialah meliputi :
a. Memiliki motivasi untuk berubah
b. Kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses Konseling , baik selama sesi Konseling
maupun dalam kehidupan sehari-hari

7
c. Konseli terlibat dalam latihan perilaku baru dan umumnya menerima pekerjaan rumah
yang aktif (seperti self-monitoring perilaku bermasalah) untuk menyelesaikan antara sesi
Konseling .
d. Terus menerapkan perilaku baru setelah proses konseling resmi telah berakhir.
Adapun peranan atau hak seorang konseli dalam proses konseling behavioral, antara lain
adalah :
1) Konseli mengemukakan masalahnya secara khusus, meneliti variabel eksternal dan
internal yang mungkin menstimulasi dan menguatkan perilakunya dan lebih lanjut
membuat pernyataan perilaku baru yang diharapkan.
2) Konseli dituntut memiliki kesadaran dan berpartisipasi.
3) Konseli berani menanggung resiko atas perubahan yang ingin dicapai.
Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini
bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan masalah-
masalah konseli sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan
prosedur konseling behavioral sangat terdefinisikan, juga demikian pula peranan yang jelas
dari konselor dan konseli.

4. Situasi Hubungan
Situasi hubungan dalam konseling behavioral ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Hubungan Konseling antara konselor dan konseli adalah sebuah hubungan untuk
meningkatkan kesempatan konseli menerima konseling tersebut dimana konselor dan
konseli bekerjasama dalam proses konseling dengan harapan akan keberhasilan
efektifitas konseling memberikan hasil yang sukses.
b. Faktor-faktor lain seperti kehangatan, empati, otentisitas, dan penerimaan adalah hal
yang dibutuhkan dalam proses konseing ini.

G. Mekanisme Pengubahan
1. Tahap-Tahap Konseling
Proses konseling behavioral dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya yaitu:

a. Assesment
Langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan konseli
(untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola
hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor
mendorong konseli untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada

8
waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang
akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah
b. Goal setting
Langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari langkah assessment konselor dan konseli menyusun dan merumuskan tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut : (a) Konselor dan konseli mendifinisikan masalah yang dihadapi konseli;
(b) Konseli mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling;
(c) Konselor dan konseli mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan konseli (apakah
merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan konseli, apakah tujuan itu
realistik kemungkinan manfaatnya, dan kemungkinan kerugiannya; (e) Konselor dan
konseli membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkan teknik
yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau
melakukan referal.
c. Technique implementation (penerapan teknik)
Langkah dalam menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk
mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
d. Evaluation termination,
Langkah dalam melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah
dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan konseling.

2. Teknik Konseling Behavioral


  Teknik-teknik konseling yang biasa digunakan dalam Konseling behavioral adalah:
a.    Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi
rileks saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara
bertahap
b.    Teknik Relaksasi
Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan
mental dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan
saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya
c.    Teknik Flooding
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi

9
yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang
kecamasannya terhadap situasi tersebut
d.    Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang
dikehendaki dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
e.    Modelling
Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan
model.
f.      Cognitive restructuring
Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang
tidak rasional menjadi rasional dan logis
g.    Assertive Training
Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan
terhadap orang lain secara lugas tanpa agresif
h.    Self Management
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah
perilaku sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
i.      Behavioral Rehearsal
Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar
ketrampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
j.      Kontrak
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insentif
bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan
anatr pertemuan konseli.
k.    Pekerjaan Rumah
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang
agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru
perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang
dihadapinya.
l.      Role Playing
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang
diharapkan dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin
dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan

10
m.  Extinction (Penghapusan)
Extinction (Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang
sebelumnya diberi reinforcement.
n.    Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku,
sehingga tidak lagi bersedia untuk melakukannya.
o.    Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan
konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
p.    Time-out
Time-out merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan
penguatan positif.
q.    Terapi Aversi
Terpai aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan-gangguan
behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu
stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat
kemunculannya.

H. Hasil-Hasil Penelitian
a. PENERAPAN KONSELING BEHAVIOR UNTUK MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN SISWA  DI SEKOLAH SMAN 1 KEDUNGADEM BOJONEGORO.
AFTIANI, HANIF; INDAH PRATIWI, TITIN,
Jurnal BK UNESA Vol 3, No 1 (2013): Volume 3

b. PENERAPAN KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK POSITIVE REWARD


UNTUK MENINGKATKAN RESPONSIBILITY ACADEMIC SISWA KELAS X –
6 SMA LABORATORIUM UNDIKSHA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.
WULANDARI, PUTU AFSARI ( MAHASISWA) ; SUARNI, NI KETUT
( DOSEN) ; SULASTRI, MADE SULASTRI ( DOSEN)
jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Vol 1, No 1 (2013)

c. EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK PENGUATAN


INTERMITTEN UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA
KELAS VIII A SMP NEGERI 1 SUKASADA
INDRAYANI, PUTU RIMA; SUARNI, NI KETUT; MUDJIJONO, MUDJIJONO

11
MUDJIJONO
Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Vol 1, No 1 (2013)

12
I. Kekurangan dan Kelebihan Teori Konseling Behavior
Surya, 1988 menyatakan kekurangan dan kelebihan konseling behavioral adalah
sebagai berikut:
1. Kekurangan
a. konseling behaviordapat mengubah perilaku tapi tidak dapat mengubah perasaan,
bebrapa kritik menyatakan bahwa sebelum merubah perilaku maka perasaan harus
pertama kali mengalami perubahan.
b. konseling behavior mengabaikan faktor hubungan penting dalam proses konseling.
c. konseling behavior tidak membuktikan pemahaman dalam perubahan perilaku konseli,
dimana konseling behavioral hanya mengubah perilaku konseli secara langsung namun
tidak membawa perubahan pemahaman sedangkan pemahaman dan perilaku adalah 2
bagian yang sangat penting dan saling berkaitan erat.
2. Kelebihan
a. Pengembangan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur.
b. Memberikan ilustrasi bagaimana mengatasi keterbatasan lingkungan.
c. Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku yang terjadi pada
masa sekarang.

13
BAB III
SIMPULAN

A. SIMPULAN

Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan
sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku

       Dalam konsep behavioral, perilaku merupakan hasil belajar, sehinga dapat diubah
dengan manupulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling
merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu
memngubah perilakunya agar dapat memecahkan masalah.

       Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau
tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan
yang salah.

       Adapun tujuan khusus dari konseling behavioral adalah membantu konseli menolong diri
sendiri, mengembalikan konseli ke dalam masyarakat, meningkatkan keterampilan sosial,
memperbaiki tingkah laku yang menyimpang, membantu konseli mengembangkan sistem self
management dan self control. Sehingga tujuan dari konseling behavioral adalah membentuk
perilaku baru yang adaptif melalui proses belajar dan lingkungan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerrald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan PsikoKonseling .


Diterjemahkan oleh : Koeswara, E. edisi pertama. Jakarta. PT. ERRESCO

Fadhila umar. 2014. Konseling Kedamaian Hati. Sudrajat Akhmad. 2008. Pendekatan
dan Teknik Konseling Behavioral.
http://konselingkedamaianhati.blogspot.co.id/2014/12/behavioral-
konseling_17.htm. 14 maret 2017.

Gibson L Robbert & marriane H. michell. 2011. Bimbingan dan Konseling.


Diterjemahkan oleh : Yudi santoso edisi pertama. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.

Nurkomisah. 2015. Konseling Behavior.


https://nurukomisa.wordpress.com/2015/07/02/makalah-konseling-
behavioral/. 14 maret 2017.

Portal garuda.Tanpa tahun.Konseling behavioral.http://id.portalgaruda.org/?


ref=search&mod=document&select=title&q=konseling+behavior&button=S
earch+Document. 23 maret 2017.

Sudrajat akhmad. 2008. Pendekatan konseling behavioral.


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-
behavioral/. 14 maret 2017.

Surya, M. 1988. Dasar-Dasar penyuluhan (Konseling). Jakarta. Departemen


Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

15

Anda mungkin juga menyukai