Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pendekatan Dan Teknik Analisis Transaksional


Makalah Diajukan Memenuhi Tugas Perkuliahan

Mata Kuliah Pendekatan Dan Teknik Konseling

Dosen Pengampuh : Harun Nihaya, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 04

1. Rismayanti (2201030016)
2. Widi Anindita Asymah Badrun (2201030013)
3. Susantri (2201030014)
4. Andi Nurmega Nasruddin (2201030021)
5. Siti Nurafna (2201030023)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)PALOPO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan kepada teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang
diharapkan yaitu tentang “Pendekatan Dan Teknik Analisis Transaksional”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “PENDEKATAN DAN
TEKNIK KONSELING”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun penulis harapan guna untuk
memperbaiki makalah kedepannya.

Palopo, 11 Oktober 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .........................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHANSAN ................................................................... 3

A. Pengertian analisis transaksiaonal ........................................3


B. Pandangan Tentang Sifat Manusia........................................3
C. Perwakilah-Perwakilan Ego..................................................5
D. Skenario-Skenario Kehidupan Dan
Posisi- Posisi Psikologis Dasar............................................6
E. Tujuan Dasar Analisis Transaksional .................................6
F. Penerapan: Teknik-Teknik Dan
Prosedur-Prosedur Terapeutik .............................................7

BAB III PENUTUP .............................................................................. 13

A. Kesimpulan ........................................................................ 13
B. Saran .................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan konseling sebagai suatu layanan profesional dan ilmiah,
dalam pelaksanaannya, dilandasi oleh teori-teori yang erat kaitannya dengan
proses terapi. Sampai saat ini sudah banyak teori terapi yang telah berkembang
yang kemudian menjadi landasan kerja dalam pelaksanaan layanan konseling.
Salah satu teori tersebut ialah teori analisis transaksional, terkenal dengan nama
transactional analysis (TA), yang dikembangkan oleh Eric Berne. Teori inilah
yang akan menjadi pokok kajian dalam makalah ini.
Mengingat pentingnya teori analisis transaksional sabagai salah satu
landasan kegiatan praktik konseling, maka para konselor seharusnya
menguasai pengetahuan dan keterampilan menerapkan teori analisis
transaksional tersebut dalam situasi konseling yang sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar teori ini. Oleh karena itulah. Mahasiswa sebagai calon konselor
hendaknya menguasai latar belakang dan pandangan dasar, konsep-konsep
dasar, perkembangan kepribadian, dan kondisi dari mekanisme perubahan
konseling analisis transaksional, serta mampu menerapkan dalam situasi
praktik konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana itu analisis transaksiaonal?
2. Bagaimana itu Pandangan Tentang Sifat Manusia?
3. Bagaimana itu Perwakilah-Perwakilan Ego?
4. Bagaimana itu Skenario-Skenario Kehidupan Dan Posisi- Posisi Psikologis
Dasar?
5. Bagaimana itu Tujuan Dasar Analisis Transaksional?
6. Bagaimana itu Penerapan: Teknik-Teknik Dan Prosedur-Prosedur
Terapeutik?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana itu analisis transaksiaonal
2. Mengetahui bagaimana itu Pandangan Tentang Sifat Manusia
3. Mengetahui bagaimana itu Perwakilah-Perwakilan Ego
4. Mengetahui bagaimana itu Skenario-Skenario Kehidupan Dan Posisi- Posisi
Psikologis Dasar
5. Mengetahui bagaimana itu Tujuan Dasar Analisis Transaksional
6. Mengetahui bagaimana itu Penerapan: Teknik-Teknik Dan Prosedur-
Prosedur Terapeutik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian analisis transaksiaonal


Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang
menekankan pada hubungan interaksional. Analisis transaksional dapat
dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok.
Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian (kontraktual) dan keputusan
(desisional). Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan
sendiri oleh klien,juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-
keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan
klien untuk membuat keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
Analisis transaksional dikembangkan oleh Enic Berne tahun 1960. Dalam
mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk
permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak. Berne mengamati bahwa
kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak,
dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga
status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat
merupakan sumber-sumber gangguan psikologis.
Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang
dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk
cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan
apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk,
cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang
mengalami masalah atau tidak.

B. Pandangan Tentang Sifat Manusia

AT berakar pada suatu filsafat yang antideterministik (anti untuk


dikondisikan) serta menekankan bahwa manusia sanggup melarnpaui pengondisian
dan pemrograman awal. Di samping itu, AT (berpijak pada asumsi-asumsi bahwa

3
orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya dan
bahwa orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. AT meletakkan
kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan
dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Hal ini tidak menyiratkan
orang-orang terbebas dari pengaruh kekuatan-kekuatan sosial, juga tidak berarti
bahwa, orang-orang sampai pada putusan-putusan hidupnya yang penting itu
sepenuhnya oleh dirinya sendiri. Bagaimanapun, orang-orang dipengaruhi oleh
pengharapan-pengharapan dan tuntutan-tuntutan dari orang-orang lain yang berarti,
dan putusan-putusan dininya pun dibuat ketika hidup mereka sangat bergantung
pada orang lain. Akan tetapi ,putusan-putusan itu bisa ditinjau dan ditantang serta
jika putusan-putusan dini-nya tersebut tidak laik lagi, bisa dibuat putusan-
putusan baru.

Pandangan tentang manusia ini memiliki implikasi-implikasi nyata bagi


praktek terapi AT. Terapis mengakui bahwa salah satu alasan mengapa seseorang
berada dalam terapi adalah karena dia ingin memasuki persekongkolan dan
memainkan permainan dengan orang lain. Bagaimanapun, terapis tidak mendukung
pengembangan hubungan persekongkolan dalam terapi. Terapis tidak menerima
perkataan-perkataan "Saya coba", “Saya tidak bisa membantunya”, dan “Jangan
menyalahkan saya, sebab saya bodoh". Dengan premis dasar bahwa orang bisa
membuat pilihan-pilihan, putusan-putusan baru, dan bisa bertindak, maka praktek
terapeutik AT tidak bisa menerima alasan akal-akalan atau “penolakan terhadap
kewajiban". Holland (1973, hlm. 38) mengajukan komentarnya bahwa "seorang
terapis yang dengan cepat dan kasar menolak untuk menerima penolakan kewajiban
seorang calon klien tidak akan memperoleh orang itu sebagai kliennya, kecuali jika
klien itu sungguh-sungguh berjanji untuk berubah. Oleh karena itu, jika para klien
tidak diperbolehkan tetap pada gaya menghindari kewajibannya dalam hubungan
terapeutik, maka terdapat kesempatan yang baik bagi mereka untuk menemukan
kekuatan-kekuatan internal dan kesanggupan-kesanggupannya untuk
menggunakan kebebasan dalam merancang ulang kehidupannya sendiri dengan
cara-cara yang baru dan efektif.

4
C. Perwakilah-Perwakilan Ego
AT adalah suatu sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang
menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah,yaitu orang
tua, orang dewasa, dan anak.
1. Ego orang tua adalah bagian kepribadian yang merupakan introyeksi
dari orang tua atau dari substitut orang tua. Jika ego orang tua itu dialami
kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah
perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kitamerasa dan
bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan
dan tindakan orang tua kita terhadap diri kita.Ego orang tua berisi
perintah-perintah “harus" dan "semestinya ".Orang tua dalam diri kita
bisa “orang tua pemelihara" atau “orang tua pengritik".
2. Ego orang dewasa adalah pengolah data dan informasi yang merupakan
bagian objektif dari kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian
yang mengetahui apa yang sedang terjadi. la tidak emosional dan tidak
menghakimi, tetapi menangani fakta-fakta dan kenyataan eksternal,
Berdasarkan informasi yang tersedia, ego orang dewasa menghasilkan
pemecahan yang paling baik bagi masalah tertentu.
3. Ego anak berisi perasaan perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-
tindakan spontan. "Anak" yang ada dalam diri kita bisa berupa “Anak
Alamiah", “Profesor Cilik", atau berupa “Anak yang Disesuaikan ".Anak
Alamiah adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan, dan ekspresif.
Profesor Cilik adalah kearifan yang :asli dari seorang anak. La
manipulatif dan kreatif. la adalah bagian dari ego anak yang intuitif,
bagian yang bermain di atas firasat-firasat. Anak yang disesuaikan
menunjukkan suatu modifikasi dari Anak Alamiah. Modifikasi-
modifikasi dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman traumatik, tuntutan-
tuntutan, latihan, dan ketetapan ketetapan tentang bagaimana caranya
memperoleh belaian.

5
D. Skenario-Skenario Kehidupan Dan Posisi- Posisi Psikologis Dasar
Skenario-skenario kehidupan adalah ajaran-ajaran orang tua yang kita
pelajari dan putusan-putusan awal yang dibuat oleh kita sebagai anak, yang
selanjutnya dibawa oleh kita sebagai orang dewasa. Kita menerima pesan-pesan -
dan dengan demikian kita belajar dan menetapkan- tentang bagaimana kita pada
usia dini. Pesan-pesan verbal dan nonverbal orang tua mengomunikasikan
bagaimana mereka melihat kita dan bagaimana mereka merasakan diri kita. Kita
membuat putusan-putusan dini yang memberikan andil pada pembentukan perasaan
sebagai pemenang (perasaan “OK") atau perasaan sebagai orang yang kalah
(perasaan “Tidak OK”).
Penilaian seseorang terhadap dirinya dan orang lain adalah konsep dalam
Analisis Transaksional tentang empat posisi dasar dalam hidup yang dideskripsikan
oleh Thomas Harris (Winkel: 2006), sebagai berikut:
a. I am okay – you are okay: Dalam posisi tersebut, dua orang merasa seperti
pemenang dan bisa menjalin hubungan langsung yang terbuka atau sikap
seseorang yang mampu mengatur dirinya dengan baik dan membina kontak
sosial yang memuaskan.
b. I am okay – you are not okay: Sikap hidup seseorang yang melimpahkan
kesukaran-kesukarannya sendiri pada orang lain dan menyalahkan orang
lain. Dia bersikap sombong dan menjauhkan diri dari orang lain, bahkan
berada pada posisi arogan yang menjauhkan seseorang dari orang lain dan
mempertahankan seseorang dalam penyingkiran diri.
c. I am not okay – you are okay: Posisi seseorang yang merasa depresif dan
tak berdaya, dibanding dengan orang lain. Cenderung untuk mengasingkan
diri atau melayani orang lain untuk mendapatkan pengakuan dan simpati.

E. Tujuan Dasar Analisis Transaksional


Tujuan dasar Analisis Transaksional adalah membantu konseli dalam
membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan
arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong konseli agar menyadari bahwa
kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-putusan dini

6
mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup
yang deterministik.
Menurut Harris (Komalasari, 2011:77), tujuan Analisis Transaksional untuk
membantu individu agar memiliki kebebasan memilih, kebebasan mengubah
keinginan, kebebasan menerima respon-respon terhadap stimulus-stimulus yang
lazim maupun yang baru. Tujuan konseling itu dicapai dengan mengajarkan kepada
konseli dasar-dasar ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anak.

F. Penerapan: Teknik-Teknik Dan Prosedur-Prosedur Terapeutik


1. Penerapan pada Kelompok
Konsep-konsep dan teknik-teknik Analisis Transaksional cocok terutama
untuk situasi-situasi kelompok. AT pada mulanya direncanakan sebagai suatu
bentuk treatment kelompok dan prosedur-prosedur terapeutiknya memberikan hasil
dalam setting kelompok. Dalam setting kelompok, orang-orang bisa mengamati
perubahan orang lain yang memberikan kepada mereka model-model bagi
peningkatan kebebasan memilih. Mereka menjadi paham atas struktur dan fungsi
kepribadian mereka sendiri serta belajar bagaimana bertransaksi dengan orang lain.
Mereka dengan cepat bisa mengenali permainan-permainan yang mereka mainkan
dan skenario-skenario yang mereka perankan. Mereka mampu memusatkan
perhatian pada putusan-putusan dininya yang boleh jadi belum pernah ditelaahnya
secara cermat. Interaksi dengan anggota-anggota kelompok lain memberikan
kepada mereka kesempatan-kesempatan yang luas untuk melaksanakan tugas-tugas
dan memenuhi kontrak. Transaksi-transaksi dalam kelompok memungkinkan para
anggota mampu meningkatkan keadaaan, baik tentang dirinya sendiri maupun
tentang orang lain. Oleh karenanya, bisa berfokus pada perubahan-perubahan dan
putusan-putusan ulang yang akan mereka buat dalam kehidupan mereka.
Harris (1967) sepakat bahwa treatment atas individu-individu dalam
kelompok adalah metode memilih oleh Analisis-analisis Transaksional.la
memandang fase permulaan kelompok AT sebagai suatu proses mengajar dan
belajar serta meletakkan kepentingannya pada peran didaktik terapis semangat dan
kemampuannya sebagai pengajar dan kesiagaannya dalam mengikuti setiap

7
komunikasi atau isyarat di dalam kelompok, baik verbal maupun nonverbal"
(Harris, 1967)
2. Prosedur-Prosedur Terapeutik
Dalam praktek AT, teknik-teknik dari berbagai sumber, terutama dari terapi
Gestalt, digunakan. Sebenarnya ada prosedur-prosedur yang mengasyikkan
dihasilkan dari perkawinan antara Analisis Transaksional dan terapi Gestlat. James
dan Jongeward (1971) menggabungkan konsep-konsep dan proses-proses AT
dengan eksperimen-eksperimen Gestalt, dan dengan pendekatan gabungan itu. Ia
mendemonstrasikan peluang yang lebih besar untuk mencapai kesadaran diri dan
otonomi. Sebagian besar metode dan proses terapeutik AT ini bisa diterapkan pada
terapi individual maupun pada teori kelompok.
a. Analisis struktural
Analisis struktural adalah alat yang bisa membantu klien agar menjadi sadar
atas isi dan fungsi ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anaknya Para klien AT
belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan ego-nya itu. Analisis struktural
membantu klien dalam mengubah pola-pola yang dirasakan menghambat. Ia juga
membantu klien dalam menemukan perwakilan ego yang mana yang menjadi
landasan tingkah yang mana yang menjadi landasan tingkah lakunya. Dengan
penemuannya itu, klien bisa memperhitungkan pilihan-pilihannya.
Dua tipe masalah yang berkaitan dengan struktur kepribadian bisa diselidiki
melalui analisis struktural: pencemaran dan penyisihan. Pencemaran terjadi apabila
isi perwakilan ego yang satu bercampur dengan isi perwakilan ego yang lainnya.
Contohnya, ego orang tua atau ego anak, atau kedua-duanya, menembus batas ego
orang dewasa dan mencampuri pemikiran dan fungsinya (lihat Gambar 6.2).
Pencemaran oleh ego orang tua secara khas dimanifestasikan melalui gagasan-
gagasan dan sikap-sikap prasangka. Pencemaran oleh ego anak menyertakan
persepsi-persepsi yang didistorsi tentang kenyataan. Apabila pencemaran ego orang
dewasa oleh ego orang tua, atau ego anak, atau oleh kedua-duanya terjadi, "kerja
perbatasan" akan muncul sehingga garis batas masing-masing perwakilan ego itu
menjadi jelas. Apabila batas-batas perwakilan-perwakilan ego itu terpulihkan, maka

8
orang bisa memahami ego orang tua dan ego anaknya, dan tidak lagi
tercemari oleh kedua perwakilan ego-nya itu
b. Metode-metode didaktik
Karena AT menekankan domain kognitif, prosedur-prosedur beliau
mengajar menjadi prosedur-prosedur dasar bagi AT. Para anggota kelompok-
kelompok AT diharapkan sepenuhnya mengenal analisis struktural dengan
menguasai landasan-landasan perwakilan-perwakilan ego. Ada buku-buku yang
sering dianjurkan sebagai tambahan bagi terapi. Buku-buku yang berguna bagi
orang-orang awam di antaranya adalah Games People Play dan What Do You Say
after You Say Hello? dari Eric Berne, buku I'm OK - You're OK dari Thomas
Harris, Scripts People Live dari Claude Steiner, dan Born to Win yang ditulis oleh
Muriel James dan Dorothy Jongeward. Sebagai tambahan bagi buku-buku tersebut
adalah kursus-kursus pengantar AT yang sering dianjurkan sebagai persiapan terapi
AT. Yang juga dianjurkan kepada para anggota kelompok AT adalah berpartisipasi
dalam bengkel-bengkel kerja khusus, konferensi-konferensi, dan pendidikan-
pendidikan yang berkaitan dengan AT.
c. Analisis transaksional
pada dasarnya adalah suatu penjabaran atas analisis yang dilakukan dan
dikatakan oleh orang-orang terhadap satu sama lain. Apapun yang terjadi, orang-
orang melibatkan suatu transaksi di antara perwakilan-perwakilan ego mereka.
Ketika pesan-pesan disampaikan, diharapkan ada respons. Ada tiga tipe transaksi,
yaitu komplementer, menyilang, dan terselubung. Transaksi-transaksi
komplementer terjadi apabila suatu pesan yang disampaikan oleh suatu perwakilan
ego seseorang memperoleh respons yang diprakirakan dari perwakilan ego
seseorang yang lainnya. Sebagai contoh adalah transaksi anak-anak yang suka
bermain-main (lihat Gambar 6.4). Transaksi menyilang terjadi apabila respons yang
tidak diharapkan diberikan kepada suatu pesan yang disampaikan oleh seseorang
sebagaimana ditunjukkan oleh. Transaksi terselubung yang merupakan suatu
transaksi yang kompleks, terjadi apabila lebih dari satu perwakilan ego terlibat serta
seseorang menyampaikan pesan terselubung kepada seseorang yang lainnya.

9
d. Kursi kosong
"Kursi kosong" adalah suatu prosedur yang sesuai analisis struktural
Bagaimana kursi kosong itu dijalankan? Umpamanya seorang klien mengalam
kesulitan dalam menghadapi boss-nya (ego orang tua). Klien diminta untuk
membayangkan bahwa seseorang tengah duduk di sebuah kursi di hadapannya dan
mengajaknya berdialog. Prosedur ini memberikan kesempatan kepada klien untuk
menyatakan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan sikap-sikapnya selama dia
menjalankan peran-peran perwakilan perwakilan ego-nya. Kles tidak hanya
mempertajam kesadarannya, dalam kasus ini ego orang tuanya, tetapi juga kedua
ego lainnya (anak dan orang dewasa) yang biasanya memiliki ciri-ciri tertentu
dalam hubungannya dengan keadaan yang dibayangkan Teknik kursi kosong bisa
digunakan oleh orang-orang yang mengalam konflik-konflik internal yang hebat
guna memperoleh fokus yang lebih tajam dan pegangan yang kongkret bagi upaya
pemecahan.

McNeel (1976) menguraikan teknik dua-kursi sebagai alat yang efekt


untuk membantu klien dalam memecahkan konflik-konflik masa lampau dengan
orang tuanya atau dengan orang lain yang ada di lingkungan tempat dia dibesarkan.
Jadi, tujuan pemakaian teknik dua-kursi adalah mengakhiri konflik-konflik dengan
jalan menuntaskan urusan-urusan yang tak selesai yang berasal dari masa lampau.

e. Permainan peran
Prosedur-prosedur AT juga bisa digabungkan dengan teknik-teknik
psikodrama dan permainan peran. Dalam terapi kelompok, situasi-situasi
permainan peran bisa melibatkan para anggota lain. Seorang anggota kelompok
memainkan peran sebagai perwakilan ego yang menjadi sumber masalah bagi
seorang anggota lainnya, dan ia berbicara kepada anggota tersebut. Para anggota
yang lain pun bisa menjalankan permainan peran serupa dan boleh mencobanya di
luar pertemuan terapi. Bentuk permainan lainnya adalah permainan yang
menonjolkan gaya-gaya khas dari ego orang tua yang konstan, ego orang dewasa
yang konstan, dan ego anak yang konstan, atau permainan-permainan tertentu agar

10
rnemungkinkan klien memperoleh umpan balik tentang tingkah laku
sekarang dalam kelompok
f. Analisis upacara, hiburan, dan permainan
Analisis transaksi-transaksi mencakup pengenalan terhadap upacara-
upacan (ritual-ritual), hiburan-hiburan, dan permainan-permainan yang digunakan
dalam menyusun waktunya. Penyusunan waktu adalah bahan yang penting bagi
diskusi dan pemeriksaan karena ia merefleksikan putusan-putusan tentang
bagaimana menjalankan transaksi dengan orang lain dan memperole belaian. Orang
yang menyusun waktunya terutama dengan upacara-upacaz dan hiburan-hiburan,
boleh jadi mengalami kekurangan belaian sehingga dia kurang akrab dalam
transaksinya dengan orang lain. Karena transaksi-transaksi ritual dan hiburan
memiliki nilai belaian yang rendah maka transaksi sosial yang dilakukan oleh orang
itu bisa mengakibatkan keluhan-keluhan seperti kehampaan, kejenuhan,
kekurangan gairah, meuu tak dicintai, dan rasa tak bermakna.
g. Analisis permainan dan ketegangan
Analisis permainan-permainan dan ketegangan-ketegangan adalah
suatu aspek yang penting bagi pemahaman sifat transaksi-transaksi dengan orang
lain Berne (1964,) menjabarkan permainan sebagai "rangkaian transaks terselubung
komplementer yang terus berlangsung menuju hasil yang didefinisikan dengan baik
dan dapat diperkirakan". Hasil dari kebanyakan permainan adalah perasaan "tidak
enak" yang dialami oleh pemain. Penting bagi terapis untuk mengamati dan
memahami mengapa permainan-permainan dimainkan, apa hasil akhir permainan-
permainan itu, belaian-belaian apa yang diterima, dan bagaimana permainan-
permainan itu membuat jarak dan menghambat keakraban. Belajar untuk
memahami "penipuan" oleh Seseorang dan bagaimana kaitan penipuan itu dengan
permainan-permainan, putusan-putusan, dan skenario-skenario kehidupan adalah
suatu proses yang penting dalam terapi AT.
h. Analisis skenario
Analisis skenario adalah bagian dari proses terapeutik yang
memungkinkan pola hidup yang diikuti oleh individu bisa dikenali. Analisis
skenario bisa menunjukkan kepada individu proses yang dijalaninya dalam

11
memperoleh skenario dan cara-caranya membenarkan tindakan-tindakan yang
tertera pada skenario. Ketika menjadi sadar atas skenario kehidupannya, orang siap
untuk melakukan sesuatu untuk mengubah pemprograman. Orang tidak
menelantarkan dirinya sebagai korban dari pembentukan skenario karena melalui
kesasaran, dia menghadapi kemungkinan untuk memutuskan ulang. Analisis
skenario membuka alternatif-alternatif baru yang menjadikan orang bisa memilih
sehingga dia tidak lagi merasa dipaksa memainkan permainan-permainan
mengumpulkan perasaan-perasaan untuk membenarkan tindakan tertentu yang
dilaksanakan menurut plot skenario

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpuan
Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy
yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis transaksional
dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk
pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian
(kontraktual) dan keputusan (desisional). Melalui perjanjian ini tujuan dan
arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien,juga dalam proses terapi
ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien.
Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat
keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
AT berakar pada suatu filsafat yang antideterministik (anti untuk
dikondisikan) serta menekankan bahwa manusia sanggup melarnpaui
pengondisian dan pemrograman awal. Di samping itu, AT (berpijak pada
asumsi-asumsi bahwa AT meletakkan kepercayaan pada kesanggupan
individu untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-
tujuan dan tingkah laku baru.

B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahan, untuk itu penyusun banyak berharap para pembaca
membaerikan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA
Corey geral.2013. teori dan praktek konseling dan psikoterapi. (cet. 7). Bandung :
Pt Refika Adi Tama

14

Anda mungkin juga menyukai