Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
“Konseling Individual”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia
serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai, Teori Analisis
Transaksional. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir,
penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad
SAW. tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nurhasanah, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Konseling Individual
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis
usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 12
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep AT secara resmi mulai diperkenalkan pada berbagai forum ilmiah, antara
lain pada “ weatern regional meeting of the american group psychoteraphy
association “ di Los Angles Amerika Serikat tahun 1957 melalui makalah yang
berjudul “ Transctional Analysis : A New and effective Method Of Group Therapy”.
Eric berne melakukan percobaan selama hampir 15 tahun dan akhirnya berne
merumuskan hasil percobaanya itu dalam suatu teori yang disebut “ Analisis
Transaksional dalam psikoterapi” yang diterbitkan pada tahun 1961, selanjutnya
tahun 1964 dia menulis pula tentang “ games people play “dan tahun 1966
menerbitkan “Principles of Group treatment”. Pengikut Eric Berne adalah Thomas
Harris, Mc Neel J. dan R.Grinkers. Sejak kematian Berne, 1970, pengikutnya selalu
berupaya mengembangkan AT ini. AT yang pada mulanya dipergunakan Berne
untuk terapi kelompok, sekarang telah meluas pula untuk terapi Individual dan
tersebar luas baik di Amerika Serikat maupun di Amerika Selatan, Eropa, India atau
Jepang.
Dalam Makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenail teori analisis
Transaksional yang dharapkan mampu menjadi landasan dan pemahaman peserta
didik terkait teori ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dari Teori Analisis Transaksional?
2. Bagaimana deskripsi perkembangan perilaku dalam sudut pandaang teori
analisis traksaksional
3. Bagaimana Hakikat konseling Menurut Teori Analisis Transaksional
4. Bagaimana kondisi Pengubah dalam teori Analisis Transaksional ini?
5. Seperti apa Mekanisme Pengubah dalam Teori Analisis Transaksional ini/
6. Apa teknik-teknik yang ada dalam Teori Analisis Transaksional?
7. Bagaimana kelebihan dan Kelemahan teori Analisis Transaksional ini ?
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
a. Status Ego orang tua. (Ego state parent) Yaitu bagian dari kepribadian yg
menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus & semestinya). Jika
individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat
dikatakan bahwa individu tersebut dalam status ego orang tua. Status ego orang tua
merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip
dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.
b. Status Ego dewasa (Ego state adult) Yaitu bagian dari kepribadian yg objektif,
stabil, tidak emosional, rasional, logis, tidak menghakimi, berkerja dengan fakta dan
kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia
untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
Dalam status orang dewasa selalu akan berisi hal-hal yang produktif, objektif, tegas,
dan efektif dan bertanggung jawab dalam menghadapi kehidupan. Jika individu
bertingkah laku sesuai dengan yang telah disebutkan tadi, maka individu tersebut
dikatakan dalam status ego dewasa.
c. Status Ego anak (Ego state child) Yaitu bagian dari kepribadian yang
menunjukkan ketidakstabilan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif, masih dalam
perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu dan sebagainya. Status ego anak berisi
perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan
berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak.
1) Posisi pertama : I’m Not OK – You are OK, Posisi ini menunjukkan bahwa
pada diri seseorang merasakan bahwa ia lebih rendah dari orang lain. Posisi ini
adalah sikap umum yang yang pertama dimiliki oleh anak pada masa awal kanak-
kanak.
2) Posisi kedua : I’m Not OK – You are Not OK, Yaitu sikap dasar yang
memandang jelek baik atas dirinya maupun kepada orang lain. Kondisi seperti ini
menandakan seseorang bermasalah atau depresi.Keadaan ini lebih parah dan
berbahaya dari posisi pertama
3) Posisi ketiga : I’m OK – You are Not OK, Yaitu sikap yang memandang
jelek terhadap orang lain.Posisi hidup ini menunujukkan adanya kecenderungan pada
diri seseorag untuk menuntut seseorang, menyalahkan seseorang,
mengkambinghitamkan orang lain, menuduh orang lain.
4) Posisi keempat : I’m OK – You are OK, Posisi ini adalah posisi hidup yang baik
atau kepribadian yang sehat dan menunjukkan adanya suatu keseimbangan pada diri
seseorang. Posisi ini menunjukkan adanya pengakuan akan orang lain yang memiliki
hak yang sama dengan dirinya.
C. HAKIKAT KONSELING
D. KONDISI PENGUBAH
Tujuan konseling analisis transaksional Menurut Eric Berne 1966 (Dewa Ketut
Sukardi 1984:223), mengemukakan empat tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling analisis transaksional, yaitu:
d. Konselor membantu konseli dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang
kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih
produktif.
Peran dan tugas konselor Konselor dalam AT berperan sebagai guru, pelatih,
narasumber dan sebagai fasilitator yang bersikap Terbuka, tanggung jawab, Hangat,
perhatian dan Tulus.
c. Sebagai nara sumber, Konselor Membantu konseli dalam hal menemukan kondisi
masa lalu yg tdk menguntungkan.
Sikap, Peran dan Tugas Konseli Konseli mampu dan bersedia memahami dan
menerima kontrak konseling Konseli harus aktif dalam proses konseling Konseli
memperlihatkan kesediaan untuk berubah dengan benar-benar berbuat. Situasi
Hubungan Ada beberapa implikasi yang menyangkut hubungan konselor dan
konseli, yaitu:
a. Tidak ada jurang pengertian yang tidak bisa dijembatani di antara konselor dan
konseli. Konselor dan konseli berbagi kata-kata dan konsep-konsep yang sama, dan
keduanya memiliki pemahaman yang sama tentang situasi yang dihadapi.
b. Konseli memiliki hak-hak yang sama dan penuh dalam konseling. Berarti konseli
tidak bisa dipaksa untuk menyingkapkan hal-hal yang tidak ingin diungkapkannya..
2) Pada bagian kedua baru mengajarkan Konseli tentang ego statenya dengan diskusi
bersama Konseli ( Shertzer & Stone, 1980 : 209).
3) Kemudian membuat kontrak yang dilakukan oleh konseli sendiri, yang berisikan
tentang apa yang akan dilakukan oleh konseli, bagaimana konseli akan melangkah
kearah tujuan yang telah ditetapkan, dan konseli tahu kapan kontraknya akan habis.
Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah berbentuk pernyataan konseli-
konselor untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk
saling bertangung jawab.
4) Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama konseli menggali ego
state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.
d) Analisis Skript Analisis Skript ini merupakan usaha konselor untuk mengenal
proses terbentuknya skript yang dimiliki konseli. Analisis skript ini hendaknya
sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak dalam asuhan orang tua, pada masa ini
terjadi transaksi antara orang tua dengan anakanaknya. Dan pada akhirnya terbentuk
suatu tujuan hidup dan rencana hidup (script atau naskah). Hal ini dilakukan apabila
konselor sudah meyakini bahwasanya konselinya terjangkit posisi hidup yang tidak
sehat.
F. TEKNIK-TEKNIK
2. Kursi Kosong (Empty Chair) Teknik ini merupakan adopsi dari teori Gestalt.
Teknik ini biasanya digunakan untuk structural analysis. McNeel (1976)
mendeskripsikan bahwa teknik yang menggunakan dua kursi ini merupakan cara
yang efektif untuk membantu konseli mengatasi konflik masa lalu dengan orang tua
atau orang lain pada masa kecil. Tujuan teknik ini adalah untuk menyelesaikan
unfinished business masa lalu (Corey,1986,p.164).
3. Bermain peran (Role Playing) Bermain peran ( role play ) biasanya digunakan
dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain
dapat berperan sebagai ego state yang bermasalah dengan konseli. Dalam kegiatan
ini konseli berlatih dengan anggota kelompok untuk beringkah laku sesuai dengan
apa yang akan di uji coba di dunia nyata.
4. Penokohan Keluarga ( Family Modeling ) Family modeling adalah teori untuk
melakukan structural analysis, yang pada umumnya berguna untuk menghadapi
constant parent, constant adult atau constant child.
5. Analisis Ritual dan Waktu Luang ( Analysis of Rituals and Pastime ) Analisis
transaksi termasuk di dalamnya adalah identifikasi ritual dan mengisi waktu luang
(pastime) yang digunakan dalam structuring of time. Menurut Lutfi Fauzan
(1994:51) Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang
mampu memahami keputusankeputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat
memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang
telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia
mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu
dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalanpersoalan hidupnya.
Kelebihan
Kelemahan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
and Sons,inc.
Ghalia Indonesia.