Anda di halaman 1dari 32

TRANSACTIONAL ANALISYS

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Konseling &
Psikoterapi

Yang Diampu Oleh: Gian Sugiana Sugara, M. Pd

Disusun Oleh:
DINDA PURWADI C1986201009
MARSYA KHAIRA SALSABILA C1986201061
NENG SYIFA NURUL WAHIDAH C1986201085
TRIE SHEILLA MUTIARA C1986201052

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat


serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang
berjudul “Transactional Analisys”. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Teori Konseling &
Psikoterapi”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada


junjungan akhir zaman, nabi Muhammad SAW. Semoga Allah SWT,
melimpahkan rahmat kepada beliau, keluarga, sahabat, dan orang-orang
yang mengikuti sunnahnya.,

Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah


membantu dan memberi masukan serta mendukung dalam penulisan
makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh
Allah SWT, dengan ganjaran yang berlimpah.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak


kekurangan-kekurangan, mengingat akan kemampuan yang dimiiki
penulis. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan dem penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga
Allah SWT selalu melipahkan rahmatnya kepada kita semua.

Garut, 14 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………..…………………………… 1

B. Ruang Lingkup Pembahasan …………………. 1

C. Tujuan Penulisan …………………………………. 2

BAB II TEORI KONSELING TRANSACTIONAL ANALYSIS

A. Pengantar …………………………………………. 3

B. Riwayat Hidup …………………………………. 4

C. Konsep Dasar …………………………………. 6

D. Proses Konseling …………………………………. 13

E. Prosedur dan Teknik Konseling …………………. 16

BAB III APLIKASI KASUS

A. Kasus Jeni ................................................................. 21

B. Analisis Kasus Jeni dalam Perspektif Teori Konseling

Transactional Analysis ……………………………. 22

C. Rancangan Penanganan Kasus Jeni Menggunakan Teori

Konseling Transactional Analysis ………………… 23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………. 26

B. Implikasi …………………………………………. 27

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transacional analysis dikembangakan oleh Eric Berne tahun 1961,
dalam mengembangkan teori ini Eric Berne membuat teknik dan prosedur
proses konseling ini dengan menggunakan berbagai bentuk permainan
antara orang tua, anak dan orang dewasa.

Secara historis, TA dikembangkan sebagai perpanjangan dari


psikoanalisis dengan konsep dan teknik yang dirancang khusus untuk
pengobatan kelompok. Berne menemukan bahwa dengan menggunakan
TA, kliennya membuat perubahan signifikan dalam hidup mereka.

Berne (1961) merumuskan sebagian besar konsep TA dengan


memperhatikan apa yang dikatakan kliennya. Dia percaya anak-anak kecil
mengembangkan rencana pribadi untuk hidup mereka sebagai strategi
untuk kelangsungan hidup fisik dan psikologis dan bahwa orang-orang
dibentuk dari beberapa tahun pertama mereka oleh naskah yang mereka
ikuti selama sisa hidup mereka.

Dia mulai melihat keadaan ego muncul yang berhubungan dengan


pengalaman masa kecil pasiennya. Dia menyimpulkan bahwa keadaan ego
Anak ini berbeda dari keadaan ego “dewasa”. Kemudian dia mendalilkan
bahwa ada dua keadaan "dewasa": yang satu dia sebut keadaan ego
Orangtua, yang tampaknya merupakan salinan dari orang tua orang
tersebut; yang lainnya, yang merupakan bagian rasional dari orang
tersebut, dia menamai keadaan ego Dewasa.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun Ruang Lingkup yang dikaji dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:

1
1. Pengantar Teori Konseling Transactional Analysis
2. Riwayat Hidup
3. Konsep Dasar
4. Proses Konseling
5. Prosedur dan Teknik Konseling

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pengantar Teori Konseling Transactional Analysis


2. Untuk mengetahui Riwayat Hidup
3. Untuk mengetahui Konsep Dasar
4. Untuk mengetahui Proses Konseling
5. Untuk mengetahui Prosedur dan Teknik Konseling

2
BAB II

TEORI KONSELING TRANSACTONAL ANALYSIS

A. Pengantar

Analisis Transaksional (TA) adalah teori kepribadian dan sistem

terorganisir dan terapi interaksional. Hal ini di dasarkan pada asumsi

bahwa kita membuat keputusan saat ini berdasarkan premis masa lalu,

premis yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan

hidup kita mungkin tidak lagi valid. TA menekankan pada aspek kognitif

dan perilaku dari proses terapeutik. Dalam TA ada tiga sekolah yang

diakui yaitu klasik, Schiffian (atau reparenting) dan redecisional. Dan juga

dua sekolah tidak resmi yang diidentifikasi sebagai pengasuhan mandiri

dan pengasuhan korektif. Sekolah redecisional telah menjadi terkenal dan

merupakan fokus dari bab ini.

Tujuan dari analisis transaksional adalah otonomi yang diartikan

sebagai kesadaran, spontanititas, dan kapasitas untuk keintiman. Dalam

mencapai otonomi orang memiliki kapasitas untuk membuat keputusan

baru dengan demikian memberdayakan diri mereka sendiri dan mengubah

jalan hidup mereka. Sebagai bagian dari proses terapi TA, klien belajar

bagaimana mengenali tiga keadaan yaitu ego orang tua, dewasa dan anak

dimana mereka berfungsi. Klien juga belajar bagaimana perilaku mereka

saat ini di pengaruhi oleh aturan yang mereka terima dan di masukkan

sebagai anak-anak dan bagaimana mereka dapat mengidentifikasikan

“catatan kehidupan” yang menentukan tindakan mereka. Pendekatan ini

3
berfokus pada keputusan awal yang dibuat setiap orang, dan ini

menekankan kapasitas klien untuk membuat keputusan baru untuk

mengubah aspek kehidupan mereka yang tidak lagi berfungsi.

TA dibedakan dari kebanyakan pendekatan terapeutik lainnya

karena bersifat kontraktual dan putuskan. Kontrak, yang dikembangkan

oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan arah proses terapeutik.

Klien di TA menetapkan tujuan dan arah mereka dan menjelaskan

bagaimana mereka akan berbeda ketika mereka menyelesaikan kontrak

mereka. Aspek kontraktual dari proses terapi cenderung menyamankan

kekuatan terapis dan klien. Klien bertanggung jawab untuk memutuskan

apa yang akan mereka ubah. Untuk mewujudkan keinginan mereka, klien

di tuntut untuk secara aktif mengubah perilaku mereka.

B. Riwayat Hidup

1. Eric Berne (Eric Lannerd Bernstein)

Eric Berne lahir pada tanggal 10 Mei 1910 di Montreal Canada,

meninggal pada tanggal 15 Juli 1970. Nama lengkapnya Eric Lennard

Bernstein. Ia anak dari Daud Hiller Bernstein sebagai dokter umum dan

ibunya bernama Sarah Gordon yang merupakan seorang penulis dan

editor professional, berkebangsaan Kanada.

Eric Berne menempuh pendidikan di MCGill University, disana Ia

mempelajari Bahasa Inggris, psikologi, dan pra dokter. Ia berhasil

meraih gelar BA tahun 1931. Kemudian ia mendapatkan gelar MD dan

Master Bedah di Universitas McGill pada tahun 1935, dan Ia

4
melanjutkan pendidikannya di Yale University dan menjadi ahli

kejiwaan.

Pada tahun 1961, Berne Eric mulai mengembangkan Analisis

Transaksional. Teori Analisis Transaksional Eric Berne ini berdasarkan

pada teori kepribadian Freud bahwa unsur kepribadian terdiri dari id,

ego dan super ego. Dengan ketidak puasan dan pendapat Berne bahwa

psikoanalisis itu memakan waktu dan juga adanya keterlambatan

psikoanalisi dalam menyembuhkan orang dalam masalah, rumit dan

kurang komunikasi kepada klien.

Berne mengembangkan transaksioanl analisis dengan membuat konsep

dan teknik yang dirancang khusus untuk pengobatan kelompok, yang

tentunya transaksional ini dikembangkan dari perpanjangan

psikoanalisis. Pada tahun 1986 (Dusay) Berne memutuskan untuk

berpisah dengan psikoanalisis dan menggunakan waktunya untuk

mengembangkan teori dan praktiknya.

Pada tahun 1961 Berne merumuskan sebagian besar Konsep

Transaksional Analisis dengan memperhatikan apa yang dikatakan

kliennya. Berne menyimpulkan bahwa keadaan ego anak berbeda

dengan keadaan ego dewasa.

5
C. Konsep Dasar
1. Pandangan tentang Sifat Manusia
Analisis transaksional ini berakar pada filosofi antideterminstik,
yaitu menempatkan keyakinan pada kemampuan kita untuk mengatasi
pola kebiasaan dan untuk memilih tujuan dan perilaku baru. Ini bukan
berarti bahwa kita bebas atau tidak perlu ada pengaruh dari kekuatan
social.
Analisis transaksional ini mengakui bahwa seseorang dipengaruhi
oleh harapan dan tuntutan orang lain yang menurutnya penting dan
signifikan baginya. Pada suatu saat seseorang membuat keputusan
tertentu untuk bertahan hidup baik secara fisik maupun psikologi, tetapi
keputusan awal ini dapat ditinjau kembali dan ditantang, jika keputusan
tersebut setelah ditinjau ternyata tidak berguna lagi bagi kita atau tidak
cocok, maka akan ada keputusan baru atau keputusan baru dapat dibuat.

2. Serikat Ego
Semua analisi transaksional bekerja dengan status ego yang mencakup
aspek penting dari kepribadian dan dianggap sebagai karakteristik
penting dan pembeda dari terapi Transaksional analisis (Dusay, 1986).
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan
pengalaman yang tetap, setiap orang memiliki tiga ego yaitu orang tua,
dewasa, dan anak (PAC), menurutnya seseorang terus menerus bergeser
dari satu keadaan ke keadaan lain, dan mewujudkan perilaku yang
selaras dengan keadaan ego saat itu.
Berikut tiga status ego :
a) Ego Orang tua
Ego orang tua ini diekspresikan kepada orang lain dalam
perilaku kritis atau mengasuh, membimbing, menyayangi.
Dalam pandangan kita orang tua akan memperlihatkan (orang
tua yang mengasuh) dan (oramg tua yang kritis). Perilaku ini

6
dialami sebagai pesan orang tua yang terus mempengaruhi batin
Anak.
The parent berisi semua “keharusan” dan “kewajiban” serta
aturan lain untuk hidup. Ketika kita berada dalam keadaan ego
orang tua, maka kita akan bereaksi terhadap situasi seperti apa
yang orang tua kita lakukan ketika memberi reaksi atau seperti
reaksi orang tua yang kita bayangkan.
Kita mungkin akan menggunakan atau berperilaku sama dengan
ungkapan, postur, dan gerak tubuh yang mirip dengan orang tua
kita atau orang penting lain.
Keadaan ego orang tua berisi nilai-nilai, moral, keyakinan, dan
perilaku yang pernah didengar atau dilihat dari orang tua atau
tokoh terdahulu pada masa kecil.

b) Dewasa (Adult)
Keadaan ego dewasa adalah pemroses data, dalam ego dewasa
adalah tindakan berdsarkan pikiran objektif, logis , dewasa juga
tidak memiliki keyakinan yang kuat, tidak memiliki emosional, ,
tetapi banyak masalah yang membutuhkan empati dan intuisi.
Selalu berusaha menyelesaikan masalah dengan menggunakan
informasi yang tersedia.

c) Anak (Child)
Tindakan pada ego anak ini adalah perilaku asli dari kita. Status
egonya terdiri dari perasaan, implus, dan tindakan spontan dan
termasuk “rekaman” pengalaman awal. Ada dua keadaan ego
child , yaitu :
 Natural Child, aspek posistif dari natural child adalah
perilaku anak yang menunjukan spontan, sangat
menyenangkan, riang, penuh kasih dan menawan dari

7
kita semua. Aspek negative dari natural child adalah
bersikap implusif dan keselamatan kita terancam.
 Adapted child, status ego anak yang dipengaruhi oleh
orang tuanya, aspek positifnya adalah merespon dengan
tepat dalam situasi social, aspek negative nya manja,
stress, frustasi, meremehkan nilai, martabat dan harga
diri kita.

3. Stroke
Stroke adalah tindakan pengenalan atau sumber stimulasi. Pendekatan
dalam Transaksional analisis bahwa menusia perlu menerima “pukulan”
fisik dan psikologis untuk mengembangkan rasa percaya pada dunia
dan dasar untuk mencintai diri.
Telah terbukti bahwa seseorang yang kurang kontak fisik dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bahkwan dalam
kasus yang ekstrim dapat menyebabkan kematian.
Teori ini lebih memperhatikan bagaiaman orang menyusun waktu yang
tepat untuk menerima pukulan dan menentukan jenis pukulan apa yang
mereka dapatkan dan berikan. Menurut transaksioanl analisis kita harus
waspada terhadap pukulan yang kita dapatkan, pukulan yang kita minta
dan pukulan yang kita berikan terhadap orang lain.
Stroke dapat dikasifikasikan atau dibagi menajdi beberapa bagian, yaitu
1) Stroke bersyarat (verbal)
Mereka diterima karena melakukan sesuatu, misalnya “aku
akan membantumu mengerjakan PR, asalkan kamu
meminjamkanku novel”.
2) Stroke tidak bersyarat (non verbal)
Mereka diterima tanpa dikenakan persyaratan apapun atau tidak
dikenakan melakukan sesuatu, misalnya “saya akan membantu
anda mengerjakan PR sebisa mungkin”.

8
3) Stroke positif
Bentuk perhatian yang dapat membuat orang termotivasi dan
sehat secara psikologis, misalnya “aku menyukaimu”
diungkapkan dengan senyuman, sentuhan fisik yang hangat,
penghargaan.

4) Stroke negative
Bentuk perhatian atau pengakuan yang membuat kita kecewa,
menyesali, menyakitkan, misalnya “aku tidak menyukaimu”
diekspresikan dengan kata-kata ataupun dengan gerak tubuh.

4. Perintah dan Counterinjunctions


Pekerjaan keputusan ulang Gouldings didasarkan pada konsep TA
tentang perintah dan keputusan awal (M. Goulding, 1987). Ketika
orang tua bersemangat dengan tingkah laku anak, pesan yang diberikan
adalah “izin”. Namun, ketika orang tua merasa terancam dengan
tingkah laku anak, pesan-pesan yang diungkapkan pun sering muncul
“perintah”, yang dikeluarkan dari status ego .
Menurut Mary Goulding (1987), anak-anak memutuskan untuk
menerima pesan orang tua ini atau melawannya. Dengan membuat
keputusan sebagai tanggapan atas perintah nyata atau khayalan, kita
mempunyai sebagian tanggung jawab untuk mengindoktrinasi diri kita
sendiri. Klien dalam terapi TA mengeksplorasi "yang harus" dan "tidak
boleh", "yang boleh dilakukan" dan "tidak boleh dilakukan" yang
dengannya mereka telah dilatih untuk hidup, dan bagaimana mereka
membiarkan mereka beroperasi dalam kehidupan mereka.
Langkah pertama dalam membebaskan diri dari perilaku yang didikte
oleh pesan orang tua yang seringkali tidak rasional dan diterima secara
tidak kritis adalah kesadaran akan perintah khusus dan
counterinjunctions yang telah diterima sebagai seorang anak. Setelah
klien mengidentifikasi dan menyadari "keharusan" yang diinternalisasi

9
ini, "wajib", "hal yang harus dilakukan", "tidak boleh dilakukan", dan
"wajib", mereka berada dalam posisi yang lebih baik untuk
memeriksanya secara kritis guna menentukan apakah mereka bersedia
terus hidup dengan mereka.

5. Keputusan dan keputusan ulang


Analisis transaksional menekankan kemampuan kita untuk menyadari
keputusan yang mengatur perilaku kita dan kemampuan untuk
membuat keputusan baru yang akan mengubah jalan hidup kita secara
menguntungkan. berdasarkan karya Gouldings (1978, 1979), berikut
contoh yang mencakup perintah umum dan beberapa kemungkinan
keputusan yang dapat dibuat sebagai tanggapan terhadapnya.
“Jangan membuat kesalahan.” Anak-anak yang mendengar dan
menerima pesan ini seringkali takut mengambil risiko yang membuat
mereka terlihat bodoh. Mereka cenderung menyamakan membuat
kesalahan dengan kegagalan.
Keputusan yang memungkinkan di ambil: "Aku takut membuat
keputusan yang salah, jadi aku tidak akan memutuskan." “Karena aku
membuat pilihan bodoh, aku tidak akan memutuskan sesuatu yang
penting lagi!” “Aku lebih baik menjadi sempurna jika aku berharap
diterima.”
Dalam proses keputusan ulang, klien memasuki masa lalu dan
menciptakan adegan fantasi di mana klien dapat dengan aman
melepaskan keputusan awal yang lama dan saat ini tidak tepat, karena
klien dipersenjatai dengan pemahaman di masa kini yang
memungkinkan menghidupkan kembali adegan itu dengan cara baru
dan mendorong klien untuk berpikir, merasakan dan bertindak dengan
benar. Setelah klien mengalami keputusan ulang melalui pekerjaan
fantasi, mereka dan terapis merancang eksperimen sehingga klien
dapat mempraktikkan perilaku baru untuk memperkuat keputusan
mereka.

10
6. Permainan
Game adalah rangkaian transaksi berkelanjutan yang diakhiri
dengan pembayaran negatif yang diminta oleh skrip yang mengakhiri
game dan meningkatkan perasaan tidak enak. Pada dasarnya, game
dirancang untuk mencegah keintiman. Dalam terapi ini, klien TA
diajarkan untuk membuat hubungan antara permainan yang mereka
mainkan sebagai anak-anak dan yang mereka mainkan sekarang
misalnya, bagaimana mereka berusaha untuk mendapatkan perhatian di
masa lalu dan bagaimana upaya masa lalu tersebut berhubungan
dengan permainan yang mereka mainkan sekarang. dibelai. Tujuannya
di sini adalah untuk menawarkan kepada klien kesempatan untuk
menghentikan permainan tertentu demi memberikan tanggapan yang
jujur sebuah kesempatan yang dapat menuntun mereka untuk
menemukan cara mengubah pukulan negatif dan untuk belajar
bagaimana memberi dan menerima pukulan positif.

7. Posisi Kehidupan Psikologis Dasar dan Lifescripts


Keputusan tentang diri sendiri, dunia seseorang, dan hubungan
seseorang dengan orang lain dikristalisasi selama 5 tahun pertama
kehidupan. Keputusan semacam itu merupakan dasar bagi perumusan
posisi hidup, yang berkembang menjadi peran skrip kehidupan.
Umumnya, setelah seseorang memutuskan suatu posisi hidup, ada
kecenderungan untuk tetap diam kecuali ada beberapa intervensi,
seperti terapi, untuk mengubah keputusan yang mendasarinya.
Analisis transaksional mengidentifikasi empat posisi kehidupan dasar,
yang semuanya didasarkan pada keputusan yang dibuat sebagai hasil
dari pengalaman masa kecil, dan semuanya menentukan bagaimana

11
perasaan orang tentang diri mereka sendiri dan bagaimana mereka
berhubungan dengan orang lain:
a) Saya baik-baik saja - Anda baik-baik saja.
Ini adalah keyakinan bahwa orang memiliki nilai dasar, harga,
dan harga diri sebagai manusia. Bahwa orang baik-baik saja
adalah pernyataan dari esensi mereka, belum tentu perilaku
mereka. Posisi ini dicirikan oleh sikap percaya dan terbuka,
kesediaan untuk memberi dan
menerima, dan penerimaan orang lain apa adanya.
b) Saya baik-baik saja - Anda tidak baik-baik saja.
Ini adalah posisi orang yang memproyeksikan masalah mereka
kepada orang lain dan menyalahkan mereka, merendahkan, dan
mengkritik mereka. Permainan yang memperkuat posisi ini
melibatkan atasan dengan gaya diri sendiri ("Aku baik-baik
saja") yang memproyeksikan kemarahan, rasa jijik, dan
cemoohan ke inferior yang ditunjuk, atau kambing hitam
("Kamu tidak baik-baik saja").
c) Saya tidak baik-baik saja - Anda baik-baik saja.
Ini disebut sebagai posisi depresi dan ditandai dengan perasaan
tidak berdaya dibandingkan dengan orang lain. Biasanya orang-
orang seperti itu melayani kebutuhan orang lain daripada
kebutuhan mereka sendiri dan umumnya merasa menjadi
korban.
d) Saya tidak baik-baik saja – Anda tidak baik-baik saja
Posisi ini dikenal sebagai posisi kesia-siaan dan frustrasi. Dalam
lingkup iniOrang-orang telah kehilangan minat dalam hidup dan
mungkin melihat hidup sama sekali tanpa janji. Pendirian yang
merusak diri sendiri ini adalah karakteristik dari orang-orang
yang tidak mampu bertahan di dunia nyata, dan ini dapat
menyebabkan penarikan diri yang ekstrem, kembali ke perilaku

12
kekanak-kanakan, atau perilaku kekerasan yang mengakibatkan
cedera atau kematian diri sendiri atau orang lain.

D. Proses Konseling
1. Tujuan Konseling
Tujuan konseling dengan analisis transaksional ini adalah membantu
klien membuat keputusan baru tentang perilaku mereka saat ini dan
arah hidupnya. Dengan demikian, maka individu belajar alternative cara
hidup steril dan deterministic.
Inti dari Terapi ini adalah menggantikan gaya hidup yang tadinya gaya
hidupnya dicirikan oleh permainan manipulative dan catatan kehidupan
yang merugikan diri sendiri. dengan gaya hidup otonom yang dicirikan
oleh kesadaran, spontanitas, dan keintiman keakraban.
Individu belajar untuk menulis naskah hidupnya sendiri dan mereka
memiliki arah hidup mereka yang lebih baik dan dengan naskah hidup
ini mereka bisa mengganti arah hidupnya kearah gaya hidup otonom.
Karena Transacsional Analysis merupakan terapi kontraktual, terapis
dank lien secara kolaboratif menetapkan tujuan spesifik yang memandu
sesi terapi.
Ada beberapa pandangan tentang tujuan Transacsional Analysis, yaitu :
a) Menjadi katalisator untuk memungkinkan klien memobilisasi
usaha mereka (Dusay dan Dusay, 1989)
b) Membantu klien mendapatkan “perceraian” yang bersahabat
dari orang tua mereka (Berne, 1964).
c) Membantu klien menerobos serangkaian kebuntuan yang
berasal dari perintah dan awal keputusan (Goulding, 1979).

2. Fungsi dan Peran Konselor

13
Dari perspektif keputusan ulang, fungsi konselor adalah untuk
menciptakan iklim dimana orang dapat menemukan sendiri bagaimana
permainan yang mereka mainkan mendukung perasaan buruk yang
kronis dan bagaimana mereka mempertahankan perasaan ini untuk
mendukung skrip hidup dan keputusan awal mereka. Fungsi lain dari
terapis TA adalah menantang klien untuk menemukan dan
bereksperimen dengan cara yang lebih efektif. Peran terapis adalah
membantu individu memperoleh alat yang diperlukan untuk melakukan
perubahan ini. Ini di dilakukan dengan mendorong dan mengajar klien
untuk mengadalkan orang dewasa mereka sendiri daripada orang
dewasa terapis. Praktik TA kontemporer menekankan bahwa tugas
utama konselor adalah membantu klien menemukan kekuatan batin
mereka untuk berubah dengan membuat keputusan yang lebih tepat.
Tugas koselor yang sebenarnya adalah mengizinkan klien untuk
menemukan kekuatan mereka sendiri.

3. Pengalaman Klien dalam Konseling


Salah satu prasyarat dasar untuk menjadi klien TA adalah kapasitas dan
kemauan untuk memahami dan menerima kontrak terapeutik. Kontrak
tersebut berisi pernyataan tujuan spesifik yang akan dicapai klien dan
kriteria untuk menentukan apakah tujuan ini telah tercapai secara
efektif. Terapis dan klien fokus pada materi dalam kontrak, sehingga
klien tahu untuk apa dia datang ke trapis. Kontrak di maksudkan
sebagai alat praktis untuk membantu klien mencapai perubahan yang
mereka inginkan sendiri. Kontrak menempatkan tanggung jawab pada
klien untuk mendefinisikan dengan jelas apa, bagaimana, dan kapan
mereka ingin berubah. Dengan demikian, sejak awal klien belajar
bahwa terapi adalah tanggung jawab bersama.

14
4. Hubungan Antara Konselor dan Klien
Proses konseling TA berfokus pada perubahan sebagaimana ditentukan
dalam kontrak, dan ada kesepakatan antara terapis dan klien tentang
proses dan tujuan yang diinginkan nantinya.
Misalnya seorang wanita yang bereaksi sangat kritis terhadap orang lain
dapat merancang kontrak yang akan mengubah perilaku tersebut.
Kontaknya menjelaskan apa yang akan dilakukan klien untuk
mengubah tindakan dan pengalamannya, kapan dia akan melakukannya,
dan berapa kali dia akan melakukannya. Kontrak tersebut kemudia
dapat diperluas untuk mencakup situasi diluar kantor terapi.
kilinisi Transactional Analysis yang terlatih pasti tahu akan perubahan
berkelanjutan dan keputusan ulang tidak akan terjadi apabila seorang
klien menutupi apa yang disebut dengan “jalan keluar”.
Cara umum yang dilakukan klien untuk melarikan diri apabila keadaan
menjadi buruk, adalah :
1) Menyakiti atau bunuh diri
2) Menyakiti atau membunuh anda
3) Memprovokasi anda untuk menyakiti atau membunuhnya
4) Menjadi gila
5) Melarikan diri
Jika keadaan menjadi buruk, maka skrip akan memanggil salah satu dari
ini sebagai pelarian. Semua klien dengan pintu keluar tetap terbuka tidak
akan berubah. Kontrak dapat menjadi instrument untuk menutup pintu
keluar.

15
E. Prosedur dan Teknik Konseling
1. Analisis Struktural
Analisis structural adalah alat untuk menjadikan seseorang
sadar akan konten dan fungsi Orang tua, Orang dewasa, dan
anaknya. Klien TA belajar bagaiaman cara mengidentifikasi status
ego mereka sendiri, analisi structural membantu mereka
menyelesaikan pola yang membuat mereka terjebak juga untuk
mengetahui status ego mana yang menjadi dasar perilaku mereka,
maka dengan pengetahuan itu mereka bisa menentukan pilihan
mereka.
Dua masalah yang berkaitan dengan struktur kepribadian dapat
dipertimbangkan dalam analisis structural, yaitu :
a) Kontaminasi, kontaminasi terjadi ketika isi dari satu
keadaan ego dicampur dengan ego state yang lain.
Misalnya, ego anak dan ego orang tuanya memasuki
batasan ego dewasa, sehingga mengganggu pemikiran dan
fungsi orang dewasa yang jernih.
b) Ekslusi, ekslusi terjadi ketika satu ego memblokade ego
lainnya dan tidak memperbolehkan perpindahan antara ego
state dengan ego state lainnya.

2. Analisis Transaksional
Analisis transaksional adalah deskripsi tentang apa yang dilakukan
dan dikatakan orang terhadap diri sendiri dan orang lain. Apapun

16
yang terjadi di antara orang-orang melibatkan transaksi antara
keadaan ego mereka. Ada tiga jenis transaksi :
a) Transaksi Pelengkap, terjadi ketika pesan yang dikirim dari
keadaan ego tertentu mendapat respons yang diprediksi dari
keadaan ego tertentu orang lain. Hubungan manusia secara
sehat,
b) Transaksi silang, terjadi ketika pesan yang dikirim
seseorang dan mendapatkan respons yang tidak terduga
atau tidak diharapkan dari ego lain.
c) Transaksi tersembunyi, transaksi ini bersifat kompleks,
mereka melibatkan lebih dari dua status ego, dan pesan
terselubung dikirim atau pesannya tidak jelas.

3. Analisis Ritual Dan Hiburan


Analisis ritual dan hiburan digunakan dalam penataan waktu.
Penataan waktu merupakan bahan penting untuk diskusi dan
pemeriksaan karena mencerminkan keputusan naskah tentang
bagaimana berinterkasi dengan orang lain dan bagaimana
mendapatkan pukulan.
Orang-orang yang mengsisi waktu mereka dengan ritual dan
hiburan mungkin akan mengalami kekurangan stroke karena
mereka kurang berhubungan, berinteraksi atau keintiman dalam
transaksi mereka dengan orang lain.
Karena transaksi ritual dan hiburan memiliki nilai guratan yang
rendah, maka transaksi social orang-orang tersebut dapat
menimbulkan keluhan seperti kehampaan, kebosanan, kurangnya
kegembiraan, perasaan tidak dicintai, dan rasa tidak berarti.

4. Analisis game dan Raket


Berne (1964) mendeskripsikan sebuah permainan sebagai
rangkaian transaksi tersembunyi yang berkelanjutan yang berlanjut

17
ke hasil yang terdefinisi dengan baik dan dapat diprediksi. Imbalan
untuk pemain dalam game adalah perasaan buruk. Penting untuk
mengamati dan memahami mengapa permainan itu dimainkan,
hasil apa yang didapat, pukulan apa yang diterima, dan bagaimana
permainan ini menjaga jarak dan mengganggu keintiman.
Belajar memahami raket seseorang dan bagaimana raket
berhubungan dengan permainan, keputusan, dan skrip kehidupan
seseorang adalah proses penting dalam terapi TA.
Raket terdiri dari pemanggilan dan pengumpulan perasaan yang
digunakan seseorang untuk membenarkan naskah kehidupannya
dan pada akhirnya keputusan. Raket adalah perasaan tidak
menyenangkan yang dialami individu setelah bermain games,
misalnya jane menyimpan perasaan depresi, permainan yang dia
mainkan dengan orang lain menghasilkan banyak perasaan depresi.
Ketika dia sudah mengumpulkan cukup banyak perasaan depresi,
dia merasa harus bunuh diri, yang merupakan tindakan yang
diperlukan untuk mengakhiri catatan kehidupan.
Raket melibatkan koleksi prangko yang kemudia ditukar dengan
hadiah psikologi, individu mengumpulkan perasaan kuno dengan
menganiaya atau menyelamatkan orang lain agar merasa ditolak,
marah, tertekan, ditinggalkan, dan bersalah. Orang tersebut
mengundang orang lain untuk memainkan peran tertentu.
Misalnya, jane adalah seorang kelompok dan mengajak anggota
lain dengan bertujuan untuk melihat reaksi orang lain kepadanya
dengan amarah. Jane memprogram reaksi ini dengam menjadi
sangat tertutup atau ketika bermusuhan sambil meyakinkan dirinya
sendiri bahwa tidak ada yang bisa memahaminya, apalagi peduli
padanya.
Pada akhirnya setap ada yang mendekati dengan tulus dari orang
lain akan ditolak. Jane akhirnya akan mengumpulkan prangko
untuk membuktikan kepada seluruh kelompok bahwa dia benar

18
selama ini, dan dia berkata “Lihat, sudah kubilang tidak ada yang
peduli padaku”
Raket sama pentingnya dengan permainan dalam memanipulasi
orang lain, karena raket adalah metode utama untuk
menyembunyikan seseorang dari dunia nyata. Terapis yang
kompeten dan terampil dapat dengan tegas menantang raket klien
sedemikian rupa sehingga klien menjadi sadar akan perilaku
tersebut tanpa diusir.

5. Analisis Skrip
Analisis skrip adalah bagian dari proses terapeutik yang
mengidentifikasi pola hidup yang diikuti klien. Ini dapat
mendemonstrasikan kepada klien proses yang mereka gunakan
untuk memperoleh skrip dan cara mereka membenarkan tindakan
skrip mereka. Ketika klien menyadari lifescript mereka, mereka
berada dalam posisi untuk melakukan sesuatu untuk mengubah
pemrograman mereka. Orang tidak dikutuk menjadi korban skrip
awal karena, melalui kesadaran, keputusan ulang dimungkinkan.
Analisis skrip membuka alternatif baru untuk dipilih saat orang
menjalani hidup.

6. Aplikasi ke Grup
Menurut Berne Transaksional analisis ini cocok untu kelompok,
Berne percaya terapi kelompok menghasilkan informasi tentang
rencana pribadi seseorang untuk hidup yang akan membutuhkan
lebih banyak waktu untuk didapatkan melalui terapi individu.
Dalam kelompok, orang dapat mengamati orang lain berubah,
memberi mereka model dan meningkatkan pilihan mereka sendiri.
Mereka mulai memahami struktur dan fungsi kepribadian individu
mereka dan belajar bagaimana mereka bertransaksi dengan orang
lain.

19
Klien dapat fokus pada keputusan awal mereka, yang mungkin
tidak pernah diperiksa dengan cermat. Interaksi dengan anggota
kelompok lain memberi mereka banyak kesempatan untuk
mempraktikkan tugas dan memenuhi kontrak mereka. Transaksi
dalam grup memungkinkan para anggota untuk meningkatkan
kesadaran mereka tentang diri sendiri dan orang lain dan dengan
demikian untuk fokus pada perubahan dan keputusan ulang yang
akan mereka buat dalam hidup mereka.

20
BAB III

APLIKASI KASUS

A. Kasus Jeni

Jeni adalah seorang laki-laki berusia 24 tahun. Dia pengangguran

dan mengikuti sesi konseling karena memiliki beberapa permasalahan

yang menggangunya. Masalah pertama adalah dia merasa depresi dan

frustrasi dengan hidupnya karena dia tida mempunyai pekerjaan. Pernah

dia kuliah, akan tetapi tidak tamat karena tidak serius dan banyak bolos

sehingga dia Drop Out (DO) oleh kampusnya. Dia merasa hidupnya sudah

tidak berarti dan tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Ia mengatakan

dalam dirinya bahwa dia tidak layak untuk hidup bahagia seperti orang

lain. Ada keinginan dalam hatinya untuk menikah dan hidup bahagia

bersama wanita pilihannya akan tetapi melihat kondisinya sekarang, dia

merasa frustrasi terhadap dirinya. Ia mengatakan setiap kali mendekati

perempuan, dia merasa cemas dan dalam pikirannya seringkali muncul

pikiran bahwa perempuan itu pasti berpikir jelek tentang kondisinya yang

buruk dan tidak punya pekerjaan. Ketika dihadapkan pada pemikiran

terhadap masalah yang ia hadapi, ia langsung mabuk dengan meminum

alcohol dengan tujuan supaya menghilangkan pikirannya yang stres. Akan

tetapi kadangkala ia berpikir untuk bunuh diri agar terbebas dari tekanan

yang ia rasakan. Ia merasa hidupnya tidak berarti. Satu-satunya yang ia

rasakan berarti adalah ia memiliki ibu yang baik hati. Akan tetapi, setiap

21
kali melihat ibunya, seringkali muncul pikiran bahwa dirinya tidak

berguna dan tidak bisa membahagiakan ibunya.

B. Analisis Kasus Jeni dalam Perspektif Konseling Transactional

Analysis

Analisis Transaksional mengidentifikasi empat posisi dasar yang

menetukan kehidupan seseorang, di antaranya adalah :

 posisi pertama ada I’m Not Ok – You’re OK

 posisi kedua ada I’m Not Ok – You’re Not Ok

 posisi ketiga I’m Ok – You’re Not OK

 posisi keempat ada I’m OK – You’re OK

Untuk kasus Jeni sendiri disini Jeni termasuk kepada posisi yang

kedua yaitu I’m Not Ok – You’re Not OK. Karena maksud dari I’m Not

Ok – You’re Not OK sendiri adalah dimana keadaan ini dipilih sebagai

posisi psikologis. umumnya seseorang yang berada/memilih posisi ini

disebabkan karena mereka tidak memiliki kegairahan untuk hidup, karena

di samping dirinya jelas-jelas tidak berdaya, orang lain pun tidak berdaya

untuk membantu, sehingga tidak ada sedikitpun suatu bayangan yang akan

bisa membantu keadaan dirinya. Mereka sudah menganggap

ketidakberdayaan, ketidakmampuan yang ada pada dirinya tidak ada yang

bisa menolong. Dari pengertian I’m Not OK – You’re Not OK yang sudah

di jabarkan tadi, Jeni mengalami hal itu, karena di kasus Jeni tersebut Jeni

merasakan hidupnya sudah tidak berarti dan tidak memiliki tujuan hidup

22
yang jelas, Ia pun mengatakan dalam dirinya bahwa dia tidak layak untuk

hidup bahagia seperti orang lain. Itu semua berawal karena Jeni seorang

pengangguran yang berusia 24 tahun, pernah di kuliahkan tetapi terpaksa

di Drop Out oleh kampusnya karena Jeni sering kali bolos dalam

kuliahnya. Ia selalu merasakan hidupnya tidak berarti. Satu-satunya yang

ia rasakan berarti adalah ia memiliki ibu yang baik hati. Akan tetapi, setiap

kali melihat ibunya, seringkali muncul pikiran bahwa dirinya tidak

berguna dan tidak bisa membahagiakan ibunya.

Di analisis Struktural disebutkan bahwa alat untuk menjadikan seseorang

sadar akan konten dan fungsi orang tua, orang dewasa, dan anaknya. Klien

TA belajar bagaimana cara mengidentifikasi status ego mereka sendiri,

analisis struktural membantu mereka menyelesaikan pola yang membuat

mereka terjebak juga untuk mengetahui status ego mana yang menjadi

dasar perilaku mereka, maka dari itu sepertinya Jeni belum mengetahui

status ego mana yang menjadi dasar perilaku Jeni tersebut.

C. Rancangan Penanganan Kasus Jeni menggunakan Teori Konseling


Transactional Analysis
Analisis Struktural
Analisis sturktural konselor mengarahkan kepada klien TA untuk
belajar bagaimana cara mengidentifikasi status ego mereka sendiri, analisis
struktural membantu klien menyelesaikan pola yang membuat klien
terjebak juga untuk mengetahui satus ego mana yang menjadi dasar
perilaku mereka, maka dengan pengetahuan yang diberikan oleh konselor
kepada klien dapat membantu klien menentukan pilihan mereka. Disini
konselor menyadari klien untuk bertindak sesuai dengan ego state nya.

23
Analisis Transaksional
Analisis transaksional jadi konselor mendeskripsikan apa yang
dilakukan dan dikatakan klien terhadap diri sendiri dan orang lain. Dan
mendeskripsikan apa yang terjadi dan pola transaksi seperti apa yang
terjadi pada orang-orang yang melibatkan transaksi antara keadaan ego
mereka. Setelah itu konselor mengevaluasi dan meningkatkan kesadaran
akan situasi tersebut, dimana setelah mengevaluaasi situasi tersebut
konselor dapat mengetahui ego state yang dilakukan oleh klien itu sudah
benar atau belum tepat.

Analisis Permainan dan Raket


Analisis permainan dan raket disini, konselor memahami
bagaimana hubungan raket klien dengan permainan ini, seperti misalnya
raket klien dalam mengambil keputusan. Raket yaitu perasaan tidak enak
yang dialami individu setelah bermain game. Contohnya dalam kasus Jeni,
disini Jeni sedang mengalami depresi, kemudian Jeni masuk dalam
permainan, dan permainan yang dimainkan Jane mengahsilkan banyak
perasaan tidak enak atau dengan kata lain depresi. Jadi dengan begitu
tugas konselor disini adalah konselor harus bisa menentang raket klien,
agar klien sadar prilaku yang di lakukan oleh klien itu tidak baik dan tidak
boleh dilakukan.

Analisis Ritual dan Hiburan


Analisis ritual konselor mengamati dan memeriksa bagaimana
klien bertransaksi dengan orang lain dan ketika klien menerima pukulan,
pukulan itu berupa perasaan tidak enak. Setelah itu konselor memahami
dan mengidentifikasi hasil akhir yang diputuskan oleh klien ketika klien
mendapatkan pukulan, bagaimana klien mengatasi ketika mendapatkan
pukulan, bagaimana klien menanggapi pukulan itu.

24
Analisis Skrip
Analisis skrip, disini konselor mengidentifikasi pola hidup yang
diikuti klien sehingga konselor dapat menunjukkan kepada klien proses
yang mereka gunakan untuk memperoleh skrip, agar klien menyadari
lifescript mereka seperti apa, ketika klien sudah menyadari lifescript nya,
maka mereka akan mengubah dan memprogram kembali. Konselor
membuktikan bahwa orang tidak dikutuk menjadi korban karena skrip
awal mereka yang tidak baik. Melalui kesadaran ini, maka klien
memungkinkan dapat membuat keputusan ulang. Lewat analisis ini juga
dapat membuka alternatif baru atau cara baru untuk skripnya.

Aplikasi Grup
Aplikasi grup. Disini Berne percaya terapi kelompok menghasilkan
informasi tentang rancana pribadi klie untuk hidup yang akan
membutuhkan lebih banyak waktu untuk didapatkan melalui terapi
individu. Karena dalam kelompok seseorang dapat mengamati perubahan
orang lain, dan memberikan model untuk seseorang dan dapat
meningkatkan pilihan mereka sendiri. Klien mulai memahami struktur dan
fungsi kepribadian individu dan mulai belajar bagaimana mereka dapat
bertransaksi dengan orang lain. Dengan begitu klien dapat fokus pada
keputusan awal mereka. Interaksi dengan aggota kelompok lain memberi
mereka banyak kesempatan untuk mempraktikan tugas dan memenuhi
kontrak mereka. Transaksi dalam grup memungkinkan para anggota untuk
meningkatkan kesadaran mereka tentang diri sendiri dan orang lain dan
dengan demikian untuk memfokuskan klien pada perubahan dan
keputusan ulang yang akan mereka buat dalam hidup mereka.

25
26
BAB IV

PENUTUP

D. Kesimpulan
Pada tahun 1961, Berne Eric mulai mengembangkan Analisis
Transaksional. Teori Analisis Transaksional Reic Berne ini berdasarkan
pada teori kepribadian Freund bahwa unsur kepribadian terdiri dari id, ego
dan super ego. Dengan ketidakpuasan dan pendapat Berne bahwa
psikoanalisis itu memakan waktu dan juga adanya keterlambatan
psikoanalisis dalam menyembuhkan orang dalam masalah, rumit, dan
kurang komunikasi kepada klien.
Berne mengembangkan transaksional analisis dengan membuat
konsep dan teknik yang dirancang khsus untuk pengobatan kelompok,
yang tentunya transaksional ini dikembangkan dari perpanjangan
psikoanalisis.
Analisis Transaksioanl ini mengakui bahwa seseorang dipengaruhi
oleh harapan dan tuntutan orang tua lain yang menurutnya penting dan
signifikan baginya. Pada suatu saat seseorang membuat keputusan tertentu
untuk bertahan hidup baik secara fisik maupun psikologi, tetapi keputusan
awal ini dapat ditinjau kembali dan ditantang, jika keputusan tersebut
setelah ditinjau ternyata tiak berguna lagi bagi kita atau tiak cocok, maka
akan ada keputusan baru atau keputusan baru dapat dibuat.
Tujuan konseling dengan Analisis Transaksional ini adalah
membantu klien membuat keputusan baru tentang perilaku mereka saat ini
dan arah hidupnya. Dengan demikian, maka individu belajar alternative
cara hidup steril dan deterministik. Inti dari terapi ini adalah menggantikan
gaya hidup yang tadinya gaya hidupnya dicirikan oleh permainan
manipulative dan catatan kehidupan yang merugikan diri sendiri.

27
E. Implikasi
Implikasi teori ini dalam Bimbingan dan Konseling yaitu dengan
teori ini Konselor dapat membantu mengembangkan kapasitas diri klien
dalam berperilaku sesuai status egonya. Konselor juga dapat membantu
klien agar merubah gava hidup sebelumnya dan tujuan-tujuannya dengan
yang baru atau dapat merubah keputusan awal menjadi keputusan yang
baru.

Menurut Berne teori konseling ini cocok untuk kelompok, maka


dari itu teori ini dapat digunakan untuk konseling kelompok, dengan
konseling kelompok ini klien dapat memahami dan mengamati prang lain
berubah, cara orang lain bertransaksi sehingga klien dapat memikirkan
kembali keputusan awal mereka dan meningkatkan kesadaran klien untuk
melakukan perubahan dan keputusan ulang untuk gava hidụp mereka.

28
DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. (2009). Transactional Analysis

29

Anda mungkin juga menyukai