Anda di halaman 1dari 14

Konseling dan Psikoterapi

Makalah Kelompok 8
“ Kognitif ”

Dosen Pengampu: Drs. Herlan Pratikto, M.Si.

Disusun Oleh:
1. Indah Pradipta A F 1511900023
2. Faradina Mukti H 1511900030
3. Citra Dewi Mashita 1511900209
4. Mahfudhotin Nur K N 1511900225
5. Inda Wulandari 1511900262

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
SEMESTER GASAL 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dangan apa yang
diharapkan.
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konseling dan Psikoterapi dan juga agar penulis dan pembaca lebih mampu memahami bahasan
dari makalah ini. Makalah ini membahas salah satu bahasan dari Konseling dan Psikoterapi itu
sendiri yakni tentang “Kognitif”.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca,
serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan pengetahuan kita tentang Kognitif.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan maka dengan ini kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis mohon maaf jika
ada kata yang kurang berkenan.

Surabaya, 10 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………... 2

Daftar Isi ……................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang …………………………………………………………………………... 4
b. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….. 4
c. Tujuan …………………………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN

a. Teori Pendekatan Kognitif ………………………………………………………………. 6


b. Tujuan Konseling Kognitif ………………………………................................................ 6
c. Konsep-konsep Dasar dan Skema dalam Teori Kognitif ………………………………... 7
d. Hakikat Manusia Menurut Teori Kognitif ………………………………………………. 9
e. Pandangan Aliran Kognitif Terhadap Manusia …………………………………………. 9
f. Pribadi Sehat dan Tidak Sehat Menurut Kognitif ……………………………………… 10
g. Pendekatan Kognitif dalam Bimbingan Konseling …………………………………….. 10

BAB III PENUTUPAN

a. Penutup ………………………………………………………………………………… 13
b. Kesimpulan …………………………………………………………………………….. 13

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………….. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah “Terapi Kognitif” biasa digunakan, namun sebenarnya istilah ini menyesatkan
karena mengandung pengertian bahwa seolah-olah pendekatan kognitif merupakan suatu
bentuk terapi tersendiri. Padahal sebenarnya, tidak demikian. Beberapa teknik biasanya
telah digunakan oleh terapis perilaku (behavioral terapi), misalnya pelatihan arstif,
pelatihan pengatasan masalah, pelatihan kemampuan bersosialisasi dan sebagainya. Hanya
saja, dalam pendekatan kognitif, teknik yang sudah biasa digunakan terapis tersebut
diperkenalkan kepada pasien.
Tak jarang seorang Individu yang seharusnya memiliki kemampuan untuk
berkembang yang lebih dari teman-temannya Justru malah menjadi terpuruk hal ini karena
adanya anggapan negative dalam dirinya sendiri. Salah satu yang membuat klien
mengalami hal ini karena adanya anggapan yang salah dalam diri seorang klien dalam
menghadapi sebuah masalah yang Ia hadapi. Hal ini karena terjadi distrosi atau gangguan
yang ada dalam diri seorang klien. Salah satu teknik terapi yang dapat digunakan untuk
menangani diri seorang klien yang mengalami gangguan semacam ini ialah dengan
menggunakan terapi kognitif. Dimana pendekatan ini lebih mengarahkan agar klien
berusaha menghilang anggapan yang buruk tentang sesuatu hal. Maka dari itu akan diulas
mengenai teori pendekatan kognitif lebih mendalam guna mengubah pola pikir klien
kearah yang lebih positif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari teori pendekatan kognitif?
2. Apa tujuan dari konseling kognitif?
3. Bagaimana Konsep-konsep dasar dan skema dalam Teori Kognitif?
4. Apa hakikat manusia menurut teori kognitif?
5. Bagaimana Pandangan Aliran Kognitif Terhadap Manusia?
6. Bagaimana Pribadi Sehat dan Tidak Sehat menurut Kognitif?
7. Bagaimana Pendekatan Kognitif Dalam Bimbingan Konseling?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori pendekatan kognitif.
2. Untuk mengetahui tujuan dari konseling kognitif.
3. Untuk mengetahui Konsep-konsep dasar dan skema dalam Teori Kognitif.
4. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut teori kognitif.
5. Untuk mengetahui Pandangan Aliran Kognitif Terhadap Manusia.
4
6. Untuk mengetahui Pribadi Sehat dan Tidak Sehat menurut Kognitif.
7. Untuk mengetahui Pendekatan Kognitif Dalam Bimbingan Konseling.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pendekatan Kognitif


Kognisi adalah pikiran, keyakinan, dan gambaran internal yang dimiliki manusia
mengenai peristiwa-peristiwa didalam kehidupannya, (Holden, 1993, 2001). Teori
konseling kognitif berfokus pada proses mental dan pengaruhnya pada kesehatan mental
dan tingkah laku. Landasan umum dari semua pendekatan kognitif adalah apa
yangdipikrkan manusia sangat menentukan bagaimana mereka berperilaku dan merasakan
(Beck & Weishat, 2008).
Terapi kognitif adalah suatu pendekatan yang mengkombinasikan penggunaan
teknik kognitif dan perilaku untuk membantu individu memodifikasi mood dan
perilakunya dengan mengubah fikiran yang merusak dirinya. Terapi ini awalnya di
kembangkan oleh Dr. Aaron Beck dari university of Pennsylvania. Pada intinya terapi
kognitif bertujuan agar menguraikan distrosi klien dan membantunya mempelajari cara-
cara yang berbeda serta lebih realistis untuk membuktikan realitas informasi.
Secara historisnya teori ini berkembang karena pendapat seorang filusuf Epicetetus.
Dimana ia berpendapat bahwa “orang- orang tidak terganggu hal jasmaniyahnya namun
mereka terganggu oleh pandangannya tentang hal tersebut.” Selain itu alferd adler
menuliskan berkata bahwa makna tidak ditentukan oleh situasi namun kitalah yang
menetukan diri dengan makna yang diberikan oleh situasi. Sehingga Premis dasar atau hal
yang menjadi acuan dalam konsep ini adalah cara seseorang menyikapi suatu masalah yang
di tentukan oleh penilaian atau prespsi mereka pada hal tersebut.

B. Tujuan Konseling Kognitif


Tujuan dari konseling kognitif menurut Garth J. Blacham ada dua macam, yaitu:
pertama, mendemonstasikan kepada klien bahwa berkata-kata pada diri sendiri adalah
akibat adanya gangguan, oleh karena itu setiap klien harus mampu lari dan keluar dari
gangguan itu, dan menolak semua ide-ide dan pemikiran yang tidak logis dari manusia.
Selanjutnya tujuan konseling kognitif adalah mengembangkan kesadaran klien dari
seluruh hambatan yang diciptakannya sendiri ddalam mengembangkan komunikasi
dengan orang lain dan mengembangkan pola interaksi sosial sesuai dengan situasi dan
kondisi serta mampu mengatur sikap hidup dirinya dengan baik dan dapat membina
kontak sosial dengan baik.

6
C. Konsep-konsep dasar dan skema dalam Teori Kognitif
Telah diketahui bahwa teori kognitif adalah sebuah terapi yang digunakan untuk
seorang klien yang mengalami distorsi (kesalahan dalam berfikir). Hal ini menimbulkan
seorang Individu selalu berfikir jelek tentang suatu hal dan selalu membayangkannya
adalah kejadian buruk. Seorang Individu mengalami kesalahan dalam pemikirannya,
berikut adalah Pikiran-pikiran salah yang sering muncul dan menyebabkan distorsi adalah
sebagai berikut:
a. Berfikir ekstrem
Seseorang berfikir terlalu menggunakan kepastiannya. Contoh  “aku tidak bisa
hidup tanpanya, tanpanya aku hampa dan akan mati.”

b. Cepat menarik kesimpulan


Contoh  “hari ini dia tidak menyapaku, aku yakin dia kesal pada ku.”

c. Personalisasi
Seorang Individu selalu menyalahkan diri sendiri karena suatu kejadian yang terjadi.
Contoh  “karena Aku yang egois hingga hubungan Ini Berakhir, Aku memang
Sangat Bodoh.”

d. Terlalu mengeneralisasi
Seorang Individu selalu membuat kesimpulan negative yang berdasarkan hanya pada
satu peristiwa. Contoh  “karena laporanku salah, aku pasti dinilai sangat buruk dan
tidak akan mendapatkan kenaikan gaji.”
e. Meramal
Individu seakan tahu apa yang terjadi di masa depan. Contoh  “sekarang aku
panikan dan memang aku akan selalu panikan.”
f. Merasionalisasi emosi
Mencampur adukan perasaan dan fakta. Contoh  “aku cemas, pasti mengendarai
motorku berbahaya.”
g. Pelabelan
Melabelakan diri sendiri pada hal-hal yang negative. Seperti, “Aku jahat, dan bodoh
aku memang jahat dan bodoh.”
h. Magnifikasi
Dapat dikatakan sebagai fikiran yang terlalu membesar-besarkan masalah. Contoh 
“aku tidak menelponnya, oh ini hal terburuk yang pernah Aku lakukan.”

Teori atau inti dasar dari konsep kognitif yaitu digunakan sebagai fungsi yang
memahami Interferensi tentang pengalaman seseorang atau sebuah kejadian dimasa lalu

7
dan tentang kejadian yang akan terjadi dimasa depan serta bagaimana penanganannya serta
adaptasi dari individu tersebut. Seorang konselor harus dapat merubah Mindset yang ada
dalam diri si klien. Sehingga pola pemikirannya akan cenderung lebih positif.

Teori dasar yang dapat digunakan seorang konselor adalah:


a. Skema
Adalah struktur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan dan asumsi-asumsi fundamental
manusia. Dimana skema adalah unsur yang menciptakan makna.
b. Moda
Menurut beck and whaisar Moda adalah hal fundamental bagi kepribadian karena
menginstrepetasikan dan menyesuaikan diri dengan situasi yang timbul atau seang
berjalan (adaptasi).
c. Kerentanan kognitif
Hal ini mengacu pada keringkihan kognitif manusia. Hal ini akan menimbulkan distress
psikologi.
d. Pikiran otomatis
Pikiran otomatis adalah pikiran yang timbul secra tiba-tiba yang kurang dapat di akses
oleh pikiran yang yang disengaja. Dan terkadang dalam fungsinya pikiran otomatis
dapat mengarahkan orang tidak keluar jalur, naumun terkadang membuat orang salah
jalur. Contohnya adalah depresi.
e. Distorsi kognitif
Adalah sebuah proses menarik kesimpulan tertentu tanpa adanya bukti pendukung
terkadang justru menggunakan bukti yang kontradiktif (berlawanan).
 Faktor genetic
 Proses pendewasaan (Akuisisi)
 Kerentanan

Teori ini memandang akuisi potensi distress psikologis sebagai hasil dari faktor-
faktor yang berinteraksi. Berikut adalah faktor-faktor yang menimbulkan kerentanan
distress psikologi , antara lain:
 Trauma Masa kanak-kanak
 Perlakuan negative pada masa kanak-kanakBelajar sosial
 Pengalaman belajar mengatasi masalah
 Aktivasi kerentanan
 Pemeliharaan
 Kegagalan meredam Moda
 Resistensi untuk berubah

8
D. Hakikat Manusia Menurut Teori Kognitif
Teori kognitif adalah sebuah teori yang menggunakan pendekatan
terstruktur,aktif,direktif dan berjangka waktu singkat.
Teori ini memandang bahwa hakikatnya manusia keadaan emosinya, perasaannya dan
tindakannya ditentukan oleh
bagaimana seseorang membentuk dunianya. Teori ini berpandangan bahwa pengalaman
masa kanak-kanaknya dapat pula berpengaruh dengan pikiran yang timbul secara
Otomatis dalam dirinya.
Terapi ini hakikatnya menganggapa bahwa semua pikiran buruk yang ada di
manusia dapat dihilangkan,karena hakikatnya semua ketakutan hanyalah fikiran negative
belaka yang dapat diubah. Salah satu contohnya yaitu kecemasan yang di rasakan
seseorang, fobia, trauma, gangguan makan, kelelahan kronis. Tujuan dari teori ini adalah
mengubah cara konseli berpikir dengan menggunakan pikiran-pikiran otomatis mereka
engan mengubah skema berfikirnya. Hal ini untuk mendorong konseli mengumpulkan dan
mempertimbangkan bukti untuk mendukung keyakinan mereka. Karena hakikatnya
komunikasi internal diakses oleh individu, kepercayaan memilki makna pribadi dan
makna ditafsirkan oleh konseli sendiri.
Dalam islam sendiri berfikir negative pada sesuatu hal disebut dengan
khusnudzon,atau juga dapat digolongkan sebagai sikap pesimistik.

E. Pandangan Aliran Kognitif Terhadap Manusia


Menurut aliran kognitif sama dengan menggunakan terapi rasional emotif memandang
sifat-sifat manusia sebagai berikut:
1. Manusia dilahirkan dengan suatu potensi untuk berpikir secara lurus dan
rasional serta berpikir tidak rasional. Hakikat yang ditentukan disini adalah
keupayaan otak manusia untuk memikirkan hal-hal yang buruk, yang benar dan
yang salah, yang sesuai dan yang tidak sesuai, yang indah dan yang jelek.
2. Manusia mempunyai kecenderungan untuk memelihara dirinya, mencapai
kebahagiaan, berpikir dan menyampaikan buah pikirannya, berkomunikasi
dengan orang lain serta berkembang menuju kesempurnaan diri.
3. Manusia juga mempunyai kecenderungan untuk memusnahkan atau
mencelakakan dirinya, mengelakkan dari berpikir, mengulang kisealahn,
mempercayai hal-hal yang gaib, bersifat tidak saba, menyalahkan diri sendiri
dan mengelah untuk berkembang mencapai kesempurnaan diri.

9
F. Pribadi Sehat dan tidak Sehat menurut Kognitif
Pribadi sehat dan tidak sehat menurut teori kognitif adalah:

 Individu dapat menghilangkan pikiran buruknya.


 Mengarahkan pembentukan emosi kearah yang lebih positif.
 Dapat menguji hipotesis (dugaannya) secara sistemmatis.
 Dapat mengubah asumsi yang tidak tepat ke yang lebih fungsional.
 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pribadi tidak sehat ialah manusia yang tidak
dapat mengubah pikirannya ke hal yang lebih positif lagi.

G. Pendekatan Kognitif Dalam Bimbingan Konseling


Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into
Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang
yang diurutkan sebagai berikut:
1. Pendekatan Mengingat (Remembering)
Pendekatan yang pertama dalam bimbingan konseling adalah pendekatan mengingat.
Mengingat merupakan pendekatan yang ada dalaml kognitif yang paling rendah
tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian dari
belajar bisa menjadi bagian belajar yang bermakna, tugas mengingat ini hendaknya
selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan menjadi sesuatu
hal yang terlepas dari ingatan tersebut.
2. Pendekatan Memahami (Understanding)
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan memahami. Saah satu pendekatan yang
harus anda lakuakn sebagi seorang konselor adalah mampu untuk memahami.
Memahami dalam hal ini berarti mengerti dan paham akan apa yang sedang dialami
dan solusi apa yang diinginkan oleh klien anda.
3. Pendekatan Menerapkan (Applying)
Pendekatan yang selanjutnya adalah pendekatan yang bersifat menerapkan.
Menerapkan dalam hal ini adalah pendekatan yang dilakukan oleh seorang konsleor
dalam hal mengarahkan klien agar bisa menerapkan apa yang telah diberikan oleh
seorang knselor dalam masa pembimbinhan tersebut berlangsung.
4. Pendekatan Menganalisis (Analyzing)
Pendekatakn menganalisi ini memang sebetulnya adalh kewajiban seorang konselor,
namun ketika taham pembimbingan sudah selesai, seorang klien diharapkan dapat
menganalisis sendiri masalah yang terjadi dalam hidupnya sesuai dengan bekla ilmu
yang sudah diberikan oleh konsleor kepadanya ketika masih saat melakukan
konseling.
5. Pendekatan Orientasi (Oriented)
Pendekatan kognitif yang satu ini merupakan sebuah pendekatan yang dimaksudkan
10
pada orientasi yang bertujuan dan berfokus pada permasalahan yang ada. Dengan
menggunakan pendekatan orientasi ini, maka diharapkan seorang konselor dangan
klien dapat melakukan orientasi yang berfokus pda masalah yang swdang dialami oleh
seornag klien tersebut, agar pembahasan atau fokus pembicaraan tidak mengarah ke
semua arah.
6. Pendekatan Kolaborasi (Colaboration)
Pendekatan lainnya dalam pendekatan kognitif yang bisa anda terapkan lainnya adalah
pendekatan kolaborasi. Kolaborasi dalam hal ini makdsudnya adalah harus terjalin
sebuah hubungan atau kolaborasi yang aktif diantara sang klien maupuan seorang
konselor. Apabila keduanya tidak melakukan kolaborasi yang aktif, maka bisa
dipastikan konseling atau bimbingan tersebut tidak akan berlangsung dengan baik.
7. Pendekatan Edukasi (Education)
Pendekatan edukasi merupakan sebah pendekatan dalm pendekatan kognitif yang
bertujuan untuk mengajarkan konseli aar bisa menjadi terapis bagi diirnya sendiri
kelak, jika proses bimbingan atau konsleing dengan seornag konselor sudah selesai,
serta bisa menekankan pencegahan terhadap masalah yang dihadapainya.
8. Pendekatan Yang Berfokus Pada Masalah Saat Ini
Agar konseling atau bimbingan dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan yang
diharapkan, maka seorang konseli dan konselor diharapakan dapat berfokus pada
masalah atau kejadian yang sedang terjadi pada saat ini.
9. Pendekatan Yang Terstruktur
Pendektan yang terstruktur maksudnya adalah seornag konselor dan konseli mampu
melakukan smeua tahap dalam konseling atau bimbingan sesuai dengan struktur yang
ada, atau melalui semua proses atau tahap agar hasilnya lebih maksimal.
10. Pendekatan Keyakinan
Pendekatan yang satu ini menekankan bahwa si konseli mampu meyakinkan dirinya
tentang bimbingan atau konseling yang sedang dilakukan dapat berhasil dan dapat
membeikan solosi atas masalah yang sedang dihadapinya.
11. Pendekatan Formula
Pendekatan formula makasudnya adalah pada saat melakukan konseling atau
bimbingan , seorang konselor diharapakan dapat menerapkan formula yag ter update
dalam hal konseling, sehingga infomasi dan solusi yang diberikan kepada seorang
konseli juga merupakan solusi yang ter update.
12. Pendekatan Mengevaluasi (Evaluating)
Pendekatan yang satu ini berarti klien harus mampu mengevaluasi dan membuat suatu
pertimbangan berdasarkan pengalaman dan bekal ilmu yang sudah ada ketika seorang
klien tersebut masih di bimbing oleh seorang konselor. Sehingga, dalam pengambilan
keputusan diharapkan seorang klien dapat mengevalusia kelemahan dan kelebihan dari
solusi yang diambil.
11
13. Pendekatan Mencipta (Creating)
Pendekatan yang satu ini merupakan pendekatan yang paling diharapkan oleh para
konselor agar bisa dilakukan oleh para kliennnya ketika menghadapi suatu masalah.
Dengan adanya pendekatan mencipta ini, diharapkan seorang klien bukan hanya bisa
mengevalusi dari hasil sebuah keputusan, namun mampu untuk menciptakan
keputusan itu sendiri.

12
BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Terapi kognitif adalah pendekatan yang mengkombinasikan penggunaan teknik
kognitif dan perilaku untuk membantu individu memodifikasi mood dan perilakunya
dengan mengubah fikiran yang merusak dirinya. Terapi kognitif bertujuan agar
menguraikan distrosi klien dan membantunya mempelajari cara-cara yang berbeda serta
lebih realistis untuk membuktikan realitas informasi. Asumsi yang mendasari teori kognitif
terutama untuk kasus depresi yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari distrosi
(penyimpangan) dalam berpikir. Tanpa perubahan pola pikir maka kesembuhan yang
terjadi bersifat sementara dan masih rentan bila klien menghadaapi situasi yang
menyesakkan (stressfull) atau menimbulkan akibat negatif (aversif). Terapi kognitif
diterapkan untuk gangguan depresi, tetapi juga dapat digunakan pada kondisi lain seperti
gangguan panik, gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan paranoid dan gangguan
somatoform.

13
Daftar Pustaka
1. https://crusitawa.blogspot.com/2017/07/konseling-dengan-pendekatan-kognitif.html
2. https://inayahramadhani.wordpress.com/2017/05/19/teori-dan-pendekatan-kognitif/
3. https://dosenpsikologi.com/pendekatan-kognitif-dalam-bimbingan-konseling

14

Anda mungkin juga menyukai