Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL-MODEL KONSELING
“KONSELING KOGNITIF”

Disusun oleh kelompok 4:

VIRA FEBRIYANTI (A1Q122023)


WD. SILMIATI RAHMADANI (A1Q122024)
ZULFAH ULYA BUDDINI (A1Q122025)
ANDI ANNISA FARADILLA S. (A1Q122026)
AULIA AZZAHRA AMINUDIN (A1Q122027)
AYU ZAHRA LESTARI (A1Q122028)
CAHYA AMALIA WARDANI (A1Q122029)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.Berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“konseling kognitif”.

Dengan selesainya makalah yang kami buat diharapkan dapat memberikan


masukan yang menambah pengetahuan pembaca. Semoga pembaca dapat memanfaatkan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Karena makalah ini jauh dari kata sempurna, kami mengharapkan kritik dansaran
dari pembaca untuk memperbaiki penyusunan makalah yang berikutnya. Akhirnya kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.

Kendari, 13 Desember 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar dan Tokoh Utama Konseling Kognitif ............................... 2
B. Konsep-Konsep Utama ...................................................................... 3
C. Asumsi Perilaku Bermasalah ............................................................. 5
D. Tujuan ................................................................................................ 6
E. Sikap, Peran, dan Tugas Konselor ...................................................... 8
F. Teknik Konseling ................................................................................ 8
G. Kelebihan dan Kelemahan .................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
kepada individu yang mengalami sesuatu masalah yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien. Menurut Wisnu Pamuja Utama (2011), berpendapat
bahwa konseling bertujuan untuk membantu mengubah perilaku klien agar lebih
produktif, membantu pemecahan masalah baik masalah pribadi, sosial, belajar, karier,
keluarga, keagamaan, dan lain sebagainya.
Salah satu model konseling adalah model konseling kognitif. Konseling kognitif
adalah intervensi psikologi yang mengarahkan dan membantu subjek untuk merubah
pemikiran-pemikiran negatif terkait kejadian masa lalu dan lingkungannya menjadi
lebih positif. Selain itu, subjek akan dibiasakan untuk lebih terbuka dan berani
melakukan hubungan sosial yang baru dengan baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapa tokoh utama dari konseling kognitif?
2. Apa saja konsep-konsep utama dari konseling kognitif?
3. Apa saja asumsi bermasalah dalam konseling kognitif?
4. Apa tujuan dari konseling kognitif?
5. Bagaimana sikap, peran dan tugas konselor dalam konseling kognitif?
6. Teknik apa saja yang digunakan dalam konseling kognitif?
7. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari konseling kognitif?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tokoh utama dari konseling kognitif
2. Untuk mengetahui konsep-konsep utama dari konseling kognitif
3. Untuk mengetahui asumsi bermasalah dalam konseling kognitif
4. Untuk mengetahui tujuan dari konseling kognitif
5. Untuk mengetahui sikap, peran dan tugas konselor dalam konseling kognitif
6. Untuk mengetahui apa saja yang digunakan dalam konseling kognitif
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari konseling kognitif

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGANTAR DAN TOKOH UTAMA KONSELING KOGNITIF


Konseling kognitif adalah salah satu bentuk terapi yang memfokuskan pada
pemikiran dan persepsi individu terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Terapi ini bertujuan untuk membantu individu mengatasi masalah psikologis seperti
kecemasan, depresi, dan stres dengan mengubah pola pikir yang tidak sehat menjadi
pola pikir yang lebih positif dan adaptif.
Tokoh utama dalam konseling kognitif adalah Aaron Beck. Beck adalah seorang
psikiater dan psikolog asal Amerika Serikat yang lahir pada tahun 1921. Ia dikenal
sebagai pendiri terapi kognitif dan salah satu tokoh utama dalam psikologi kognitif.
Aaron Temkin Beck lahir pada tanggal 18 Juli 1921, di Providence, Rhode Island,
sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Beck lulus dari Brown University pada
tahun 1942 dengan jurusan Bahasa Inggris dan Ilmu Politik. Ia memperoleh gelar MD
dari Universitas Yale pada tahun 1946. Pada tahun 1950, Beck menikah dengan
Phyllis W. Beck dan pasangan tersebut memiliki empat anak. Putrinya, Judith S. Beck,
juga seorang terapis perilaku kognitif berpengaruh yang merupakan Presiden Institut
Beck untuk Terapi Perilaku Kognitif.
Beck mengembangkan terapi kognitif pada tahun 1960-an setelah mengamati
bahwa pasien-pasiennya yang mengalami depresi memiliki pola pikir yang negatif
dan tidak sehat. Ia menyadari bahwa pola pikir yang tidak sehat ini dapat
memperburuk kondisi psikologis pasien, sehingga ia mulai mengembangkan terapi
yang fokus pada perubahan pola pikir.
Terapi kognitif yang dikembangkan oleh Beck memiliki beberapa prinsip dasar,
yaitu:
1. Pemikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku
Beck percaya bahwa pemikiran individu mempengaruhi perasaan dan perilaku.
Oleh karena itu, untuk mengubah perasaan dan perilaku yang tidak sehat, individu
perlu mengubah pola pikir yang tidak sehat.
2. Pola pikir yang tidak sehat dapat diubah
Beck percaya bahwa pola pikir yang tidak sehat dapat diubah melalui terapi
kognitif. Terapi ini bertujuan untuk membantu individu mengidentifikasi pola
pikir yang tidak sehat dan mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih positif dan
adaptif.
3. Terapi kognitif bersifat kolaboratif
Terapi kognitif bersifat kolaboratif, artinya terapis dan pasien bekerja sama dalam
mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat dan mencari solusi untuk
mengubahnya.
4. Terapi kognitif bersifat terstruktur
Terapi kognitif bersifat terstruktur, artinya terapis memiliki rencana terapi yang
jelas dan terstruktur untuk membantu pasien mengubah pola pikir yang tidak
sehat.

2
Selain Aaron Beck, tokoh lain yang juga berperan penting dalam pengembangan
konseling kognitif adalah Albert Ellis. Ellis adalah seorang psikolog asal Amerika
Serikat yang lahir pada tahun 1913. Ia dikenal sebagai pendiri terapi rasional emotif,
yang merupakan salah satu bentuk terapi kognitif.
Terapi rasional emotif yang dikembangkan oleh Ellis memiliki prinsip dasar yang
serupa dengan terapi kognitif yang dikembangkan oleh Beck, yaitu mengubah pola
pikir yang tidak sehat menjadi pola pikir yang lebih positif dan adaptif. Namun, terapi
rasional emotif juga menekankan pada pentingnya mengubah emosi yang tidak sehat
menjadi emosi yang lebih sehat.
Dalam konseling kognitif, terapis akan mengajarkan teknik-teknik untuk
mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat dan mengubahnya menjadi pola pikir
yang lebih positif dan adaptif. Beberapa teknik yang sering digunakan dalam terapi
kognitif antara lain:
1. Kebenaran realitas
Teknik ini bertujuan untuk membantu individu mengidentifikasi pemikiran yang
tidak akurat dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih akurat dan realistis.
2. Pengalaman langsung
Teknik ini bertujuan untuk membantu individu mengubah pemikiran negatif
menjadi pemikiran positif melalui pengalaman langsung yang positif.
3. Pemusatan perhatian
Teknik ini bertujuan untuk membantu individu mengalihkan perhatian dari
pemikiran negatif ke hal-hal yang positif.
4. Penguasaan diri
Teknik ini bertujuan untuk membantu individu mengatasi kecemasan dan stres
dengan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri.
Konseling kognitif telah terbukti efektif dalam membantu individu mengatasi
masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan stres. Terapi ini dapat dilakukan
secara individu atau kelompok, dan dapat dilakukan dalam jangka pendek atau jangka
panjang tergantung pada kebutuhan individu.

B. KONSEP-KONSEP UTAMA
Konseling kognitif adalah salah satu bentuk terapi yang berfokus pada pemikiran
dan pola pikir individu. Terapi ini bertujuan untuk membantu individu
mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat dan mengubahnya menjadi pola pikir
yang lebih positif dan adaptif. Ada beberapa konsep utama dalam konseling kognitif
yang harus dipahami oleh terapis dan individu yang menjalani terapi ini.
1. Pola Pikir
Pola pikir adalah cara seseorang memandang dan menafsirkan suatu
situasi atau peristiwa. Pola pikir yang tidak sehat dapat menyebabkan individu
mengalami masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan stres. Dalam
konseling kognitif, terapis akan membantu individu mengidentifikasi pola
pikir yang tidak sehat dan mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih positif
dan adaptif.

3
2. Kognisi
Kognisi adalah proses mental yang terkait dengan pemikiran, persepsi, dan
pengambilan keputusan. Dalam konseling kognitif, terapis akan membantu
individu mengidentifikasi kognisi yang tidak sehat dan mengubahnya menjadi
kognisi yang lebih positif dan adaptif.
3. Kebenaran Realitas
Kebenaran realitas adalah kemampuan untuk melihat suatu situasi atau
peristiwa secara objektif dan tidak memperbesar atau memperkecil masalah.
Dalam konseling kognitif, terapis akan membantu individu untuk melihat
kebenaran realitas dan mengubah pola pikir yang tidak akurat menjadi pola
pikir yang lebih akurat dan realistis.

4. Pemusatan Perhatian
Pemusatan perhatian adalah kemampuan untuk mengalihkan perhatian
dari pemikiran negatif ke hal-hal yang positif. Dalam konseling kognitif,
terapis akan membantu individu untuk mengalihkan perhatian dari pemikiran
negatif dan fokus pada hal-hal yang positif dalam hidup.
5. Pengalaman Langsung
Pengalaman langsung adalah pengalaman positif yang dapat membantu
individu mengubah pemikiran negatif menjadi pemikiran positif. Dalam
konseling kognitif, terapis akan membantu individu untuk mengalami
pengalaman langsung yang positif dan mengubah pola pikir yang tidak sehat
menjadi pola pikir yang lebih positif dan adaptif.
6. Penguasaan Diri
Penguasaan diri adalah kemampuan untuk mengatasi kecemasan dan stres
dengan cara yang positif dan adaptif. Dalam konseling kognitif, terapis akan
membantu individu untuk mengembangkan penguasaan diri yang lebih baik
dengan cara mengajarkan teknik-teknik relaksasi dan mengubah pola pikir
yang tidak sehat menjadi pola pikir yang lebih positif dan adaptif.
7. Peran Terapis
Peran terapis dalam konseling kognitif adalah sebagai fasilitator yang
membantu individu untuk mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat dan
mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih positif dan adaptif. Terapis juga
berperan sebagai motivator dan pembimbing yang membantu individu untuk
mencapai tujuan terapi.
8. Teknik Terapi
Ada beberapa teknik terapi yang digunakan dalam konseling kognitif,
antara lain:
a. Terapi Kognitif Perilaku (CBT): terapi ini bertujuan untuk mengubah pola
pikir dan perilaku yang tidak sehat menjadi pola pikir dan perilaku yang
lebih positif dan adaptif.

4
b. Terapi Pemusatan pada Solusi (Solution-Focused Therapy): terapi ini
bertujuan untuk membantu individu fokus pada solusi daripada masalah.
c. Terapi Rasio Emosional (Emotional Ratio Therapy): terapi ini bertujuan
untuk membantu individu mengubah pola pikir yang tidak sehat menjadi
pola pikir yang lebih positif dan adaptif dengan menggunakan rasio
emosional.
Dalam konseling kognitif, individu akan diajarkan untuk mengidentifikasi pola
pikir yang tidak sehat dan mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih positif dan
adaptif. Terapis akan membantu individu untuk mencapai tujuan terapi dengan
menggunakan teknik-teknik terapi yang sesuai dengan kebutuhan individu. Dengan
konseling kognitif, individu dapat mengatasi masalah psikologis dengan cara yang
positif dan adaptif.

C. ASUMSI BERMASALAH
Konseling kognitif adalah salah satu bentuk terapi yang digunakan untuk
membantu individu mengatasi masalah psikologis dengan cara yang positif dan
adaptif. Dalam konseling kognitif, terdapat beberapa asumsi yang berkaitan dengan
perilaku bermasalah yang dialami oleh individu.
1. Pola Pikir yang Tidak Sehat
Salah satu asumsi dalam konseling kognitif adalah bahwa perilaku
bermasalah seringkali disebabkan oleh pola pikir yang tidak sehat. Pola pikir
yang tidak sehat dapat menghasilkan emosi yang negatif dan perilaku yang
tidak sehat. Oleh karena itu, dalam konseling kognitif, individu diajarkan
untuk mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat dan mengubahnya menjadi
pola pikir yang lebih positif dan adaptif.
2. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku bermasalah yang dialami
oleh individu. Dalam konseling kognitif, terapis akan membantu individu
untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku
bermasalah dan mencari cara untuk mengatasi faktor-faktor tersebut.
3. Peran Emosi
Emosi juga memainkan peran penting dalam perilaku bermasalah. Emosi
yang negatif dapat memicu perilaku bermasalah, sementara emosi yang positif
dapat membantu individu mengatasi masalah dengan cara yang lebih adaptif.
Oleh karena itu, dalam konseling kognitif, individu diajarkan untuk
mengidentifikasi emosi yang negatif dan mencari cara untuk mengubahnya
menjadi emosi yang lebih positif.
4. Peran Kognisi
Kognisi atau pola pikir juga memainkan peran penting dalam perilaku
bermasalah. Pola pikir yang tidak sehat dapat menghasilkan emosi yang
negatif dan perilaku yang tidak sehat. Oleh karena itu, dalam konseling
kognitif, individu diajarkan untuk mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat
dan mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih positif dan adaptif.

5
Dalam konseling kognitif, individu diajarkan untuk mengatasi perilaku
bermasalah dengan cara yang positif dan adaptif. Terapis akan membantu individu
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bermasalah dan
mencari cara untuk mengatasi faktor-faktor tersebut. Dengan konseling kognitif,
individu dapat mengembangkan pola pikir yang lebih positif dan adaptif, mengatasi
emosi yang negatif, dan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang
lebih sehat dan produktif.
Selain itu, dalam konseling kognitif, individu juga diajarkan untuk
mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang baik, mengatasi stres,
dan meningkatkan keterampilan sosial. Hal ini dapat membantu individu untuk
mengatasi masalah dengan cara yang lebih efektif dan adaptif.
Namun, perlu diingat bahwa konseling kognitif bukanlah solusi instan untuk
semua masalah psikologis. Setiap individu memiliki keunikan dan tantangan yang
berbeda-beda, sehingga terapi yang efektif juga harus disesuaikan dengan kebutuhan
individu tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencari terapis yang
berkualitas dan berpengalaman dalam konseling kognitif untuk mendapatkan hasil
terbaik dari terapi ini.
Dalam kesimpulan, konseling kognitif dapat membantu individu mengatasi
perilaku bermasalah dengan cara yang positif dan adaptif. Dalam terapi ini, individu
diajarkan untuk mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat, mengatasi emosi yang
negatif, dan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang lebih sehat
dan produktif. Namun, terapi yang efektif harus disesuaikan dengan kebutuhan
individu, dan mencari terapis yang berkualitas dan berpengalaman sangat penting
untuk mendapatkan hasil terbaik dari terapi ini.

D. TUJUAN
Menurut Sharf (2012) tujuan dasar dari konseling kognitif adalah untuk
menghilangkan blas atau distoral dalam berpikir sehingga Individu dapat berfungsi
lebih efektif. Distorsi kognitif konseli ditantang, diulas, dan dibahas untuk membawa
perasaan, perilaku, dan pemikiran ke arah yang lebih positif.
Mengubah skema kognitif merupakan tujuan penting dari konseling kognitif,
Menurut Beck et al (dalam Sharf, 2012) mengubah skena kognitif dapat dilakukan
pada tiga tingkat yang berbeda. Jenis yang pertama adalah skema reinterpretasi
(schema reinterpretation). Dalam hal ini individu mengakul skema tapi menghindari
atau bekerja di sekitarnya. Misalnya, orang yang perfeksionis mungkin tidak
mengubah perfeksionisme, melainkan bekerja sebagai inspektur di mana sifat-sifat ini
dihargai dan diperkuat. Jenis yang kedua adalah modifikasi skema (schema
modification) yaitu seorang individu membuat beberapa perubahan tapi tidak
perubahan total dalam skama. Contohnya dari seseorang dengan paranoia yang
membuat perubahan untuk percaya beberapa orang dalam situasi tertentu tetapi terus
berhati-hati dalam mempercayai orang pada umumnya. Level tertinggi dari perubahan
skama adalah restrukturisasi skema (schematic restructuring). Sebagal contoh,

6
seseorang dengan paranola yang menjadi percaya kepada orang lain akan
direstrukturisasi skema kognitif yang signifikan. Orang seperti itu akan percaya
bahwa orang lain akan dapat dipercaya dan tidak mungkin untuk menyerangnya
Ketiga tingkatan perubahan skema menyediakan cara untuk memeriksa tujuan dalam
konseling kognitif. Umumnya, ketika menetapkan tujuan, konseling kognitif harus
fokus pada hal yang spesifik, memprioritaskan sasaran, dan bekerja bersama-sama
dengan konseli. Tujuan mungkin memiliki komponen afektif, perilaku, dan kognitif.
Semakin jelas dan lebih konkrit tujuan, semakin mudah bagi konselor untuk memilih
metode untuk digunakan dalam membantu individu mangubah skema kognitif mereka
dan juga perasaan serta perilaku mereka.
onseling kognitif adalah salah satu jenis terapi psikologis yang bertujuan untuk
membantu individu mengatasi masalah psikologis dengan cara mengubah pola pikir
dan perilaku yang tidak sehat menjadi yang lebih sehat dan produktif. Terapi ini
didasarkan pada teori bahwa pola pikir yang tidak sehat dapat menyebabkan emosi
yang negatif dan perilaku yang tidak sehat.
Tujuan utama dari konseling kognitif adalah membantu individu untuk
mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang tidak sehat. Terapis kognitif akan
bekerja dengan individu untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran yang tidak sehat dan
menggantinya dengan pikiran-pikiran yang lebih sehat dan positif. Hal ini dapat
membantu individu mengatasi masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, stres,
dan masalah hubungan.
Selain itu, konseling kognitif juga bertujuan untuk membantu individu mengatasi
emosi yang negatif. Terapis kognitif akan membantu individu untuk mengenali emosi
yang tidak sehat dan mengatasi emosi tersebut dengan cara yang lebih sehat dan
adaptif. Hal ini dapat membantu individu mengatasi masalah psikologis seperti
kecemasan, marah, dan depresi.
Selain mengubah pola pikir dan mengatasi emosi yang negatif, konseling kognitif
juga bertujuan untuk membantu individu mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi
perilaku yang lebih sehat dan produktif. Terapis kognitif akan membantu individu
untuk mengidentifikasi perilaku yang tidak sehat dan menggantinya dengan perilaku
yang lebih sehat dan adaptif. Hal ini dapat membantu individu mengatasi masalah
psikologis seperti kecanduan, masalah makan, dan masalah hubungan.
Dalam kesimpulan, tujuan utama dari konseling kognitif adalah membantu
individu mengatasi masalah psikologis dengan cara mengubah pola pikir dan perilaku
yang tidak sehat menjadi yang lebih sehat dan produktif. Terapi ini bertujuan untuk
membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang tidak sehat,
mengatasi emosi yang negatif, dan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi
perilaku yang lebih sehat dan adaptif. Dengan bantuan terapis kognitif yang
berkualitas, individu dapat mencapai tujuan ini dan mengatasi masalah psikologis
yang mereka hadapi.

7
E. SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELOR
Menurut Welshaar (dalam Corey, 2009) selain membangun aliansi terapeutik
dangan konseli, konselor juga harus memiliki konseptualisasi kognitif terhadap kasus,
menjadi kreatif dan aktif, dapat melibatkan konseli melalui proses tanya Jawab
socrates, dan menjadi berpengetahuan dan terampil dalam penggunaan strategi
kognitif dan perilaku yang ditujukan untuk membimbing konseli yang akan mengarah
pada perubahan yang positif. Konselor kognitif yang efektif berusaha untuk
menciptakan suasana hangat, hubungan empatik dengan konseli sementara pada saat
yang sama secara efektif menggunakan teknik konseling kognitif yang akan
memungkinkan konseli untuk membuat perubahan dalam pemikiran, perasaan, dan
perilaku mereka. Konselor kognitif yang terus aktif dan sengaja berinteraksi dengan
konseli, membantu konseli membingkai kesimpulan mereka dalam bentuk hipotesis
yang akan diuji. Konselor melibatkan partisipasi aktif konseli dan berkolaborasi di
seluruh tahapan konseling, termasuk menentukan seberapa sering untuk bertemu,
bagaimana konseling yang panjang harus berlangsung, apa masalah yang
dieksplorasi, dan menetapkan agenda untuk setiap sesi terapi. Fungsi konselor sebagai
katalis dan panduan yang membantu konseli memahami bagaimana keyakinan dan
sikap mereka menyebabkan cara mereka merasa dan bertindak.

F. TEKNIK KONSELING
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam konseling kognitif Beck
digunakan untuk mengubah kognisi konsall yang tidak realistik menjadi lebih
realistik. Beberapa teknik temebut menurut Seligman (2006) antara lain:
1. Penjadwalan kegiatan. Teknik yang memberi kesempatan pada konseli untuk
mencoba perilaku dan cara-cara berpikir baru dan mendorong mereka untuk
tetap aktif meskipun merasa tidak nyaman teknik ini sangat efektif jika
digunakan untuk konseli yang mengalami depresi dan kecemasan.
2. Imajeri mental dan emosional. Teknik ini dapat digunakan untuk membantu
konseli memimpikan dan mencoba cara-cara baru dalam merasa dan berpikir.
3. Modelling tertutup dan modeling terbuka. Suatu teknik yang digunakan untuk
melatih konseli secara mental bentuk-bentuk perilaku baru yang lebih
efektifdan menciptakan suatu model kognitif bagi dirinya sendiri untuk
membentuk perilaku tersebut dengan baik.
4. Penghentian pikiran. Teknik ini efektif untuk membantu konseli yang terus-
menerus memiliki pikiran negatif tentang dirinya dan menyalahkan dirinya
bagi kegagalan-kegagalan yang dialaminya.
5. Diversions atau distraction. Teknik ini dapat membantu individu mengurangi
pikiran negatif yang mereka alami.
6. Self talk. Teknik di mana konseli mengulang-ulang perkataan positif dan
menyenangkan dalam pikirannya. Contohnya, "aku dapat melakukannya",
"aku pasti berhasil".
7. Afirmasi. Afirmasi memiliki hubungan dengan self talk. Afirmasi adalah
slogan pendek yang positif dan menguatkan.

8
8. Diari kejadian. Realistik dan mengubah kognitif, emosi, serta berupaya
membuat perubahan yang positif dapat meningkatkan kesadaran seseorang
terhadap pengalaman mereka. Tulisan dalam diari kejadian dapat dijadikan
bahan penting untuk didiskusikan dalam sesi konseling dan dapat dijadikan
sebuah jalan untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih positif.
9. Menulis surat. Menulis surat dapat menyediakan jalan untuk mengeksplorasi
pikiran dan perasaan. Hasil eksplorasi pikiran dan perasaan dalam menulis
surat tersebut dapat dijadikan bahan penting dalam konseling dalam rangka
mencari jalan perubahan ke arah yang lebih balk.
10. Systematic assessment of alternatives. Ini adalah sebuah strategi untuk
membantu seseorang dalam membuat keputusan atau memilih suatu hal.
11. Reframing dan relabeling. Teknik yang digunakan untuk membantu konseli
membentuk atau mengembangkan pikiran lain yang berbeda tentang dirinya.
12. Bermain peran. Bermain peran dapat menyediakan seseorang untuk
mengaktualisasikan beberapa pikiran baru mereka.
13. Biblioterapi. Teknik yang efektif jika digunakan untuk membantu konseli
memodifikasi pikiran-pikiran mereka dengan cara memberikan bacaan yang
berisikan cerita tentang orang-orang yang berhasil dalam menangani masalah
mereka.

G. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN


Konseling kognitif memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan konseling kognitif
menurut Leahy (dalam Corey, 2009) adalah
1. Berhasil menangani permasalahan yang dialami konseli,
2. Efektif, fokus, dan praktis mengatasi masalah tertentu,
3. Tidak sulit dan rumit dalam memfasilitasi konseli mengatasi masalahnya,
4. Waktu yang digunakan dalam proses konseling relatif singkat.
Sedangkan kelemahan konseling kognitif menurut Corey (2009) adalah
1. Terlalu berlebihan menitikberatkan pada berpikir positif,
2. Konseling yang dilakukan terlalu dangkal dan sederhana,
3. Menolak pentingnya masa lalu konsell,
4. Terlalu beolentasi pada teknik,
5. Bekerja menghilangkan gejala, namun gagal mengeksplorasi hal-hal penting
yang menyebabkan kesulitan,
6. Mengabaikan faktor perasaan.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konseling kognitif adalah salah satu bentuk terapi yang memfokuskan pada
pemikiran dan persepsi individu terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Terapi ini bertujuan untuk membantu individu mengatasi masalah psikologis seperti
kecemasan, depresi, dan stres dengan mengubah pola pikir yang tidak sehat menjadi
pola pikir yang lebih positif dan adaptif. Dalam konseling kognitif, individu akan
diajarkan untuk mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat dan mengubahnya
menjadi pola pikir yang lebih positif dan adaptif. Terapis akan membantu individu
untuk mencapai tujuan terapi dengan menggunakan teknik-teknik terapi yang sesuai
dengan kebutuhan individu. Dengan konseling kognitif, individu dapat mengatasi
masalah psikologis dengan cara yang positif dan adaptif. tujuan dasar dari konseling
kognitif adalah untuk menghilangkan blas atau distoral dalam berpikir sehingga
Individu dapat berfungsi lebih efektif. Distorsi kognitif konseli ditantang, diulas, dan
dibahas untuk membawa perasaan, perilaku, dan pemikiran ke arah yang lebih positif.

B. SARAN
Bagi pembaca maupun penulis selanjutnya, sebaiknya menelusuri kasus
penggunaan konseling kognitif dalam menyelesaikan masalah konseli di dunia nyata

10
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, N., Suranata, K., & Dharsana, I. K. (2018). Konseling Kognitif Perilaku Dengan
Teknik Bermain Peran Untuk Meningkatkan Self Change. Jurnal Ilmiah
Bimbingan Konseling Undiksha, 9(2), 60-67.

Saripah, I. (2010, November). Model konseling kognitif perilaku untuk menanggulangi


bullying siswa. In International Confrence on Teacher Education: Join
Conference UPI dan UPSI Bandung, Indonesia (pp. 8-10).

Siregar, R. (2013). Pendekatan kognitif (konseling rasional emotif) dalam proses


konseling Islam. HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam, 7(1), 1-
16.

11

Anda mungkin juga menyukai