Disusun oleh:
FAKULTAS TARBIYYAH
KENCONG-JEMBER
2023
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmat-Nya. Penulis dapat
menyelesaikan Tugas Makalah. Tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Kesehatan Mental. Makalah ini ditulis dari hasil
pemikiran kelompok kami sendiri yang bersumber dari internet dan buku sebagai referensi.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar Mata Kuliah ini atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap, dengan membaca makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua, sebagai hal ini menambah wawasan kita mengenai
Kesehatan Mental semoga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian
tugas makalah ini sebagai manfaat baik bagi penulis serta bagi pembacanya sehingga
menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Aaamiiinnn
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam
mewujudkan kesehatan diri secara keseluruhan. Kesehatan mental sama pentingnya
dengan Kesehatan fisik yang sama-sama harus diperhatikan. There is no health
without mental health, sebagaimana definisi sehat yang dikemukakan oleh World
Health Organization bahwa “health as a state of complete physical, mental and social
well-being and not merely the absence of disease or infirmity” (WHO, 2017)
Kesehatan mental merupakan komponen mendasar dari definisi kesehatan. Kesehatan
mental yang baik memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka, mengatasi
tekanan kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada
komunitas mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi etika bimbingan konseling?
2. Bagaimana etika konseling kesehatan mental?
3. Bagaimana konselor dalam menyikapi konseli gangguan kesehatan mental?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi konseling kesehatan mental.
2. Mengetahui etika konseling kesehatan mental.
3. Mengetahui konselor dalam menyikapi konseli gangguan mental.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Kerahasiaan: Profesional harus menjaga kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari
klien. Ini menciptakan kepercayaan dan membantu klien merasa nyaman berbicara
tentang masalah pribadi mereka.
2. Kompetensi: Profesional kesehatan mental harus memiliki pelatihan, pendidikan, dan
keahlian yang sesuai untuk memberikan perawatan yang efektif. Mereka harus terus
meningkatkan pengetahuan mereka.
3. Kepentingan Klien: Kepentingan kesejahteraan klien harus selalu menjadi prioritas
utama. Profesional harus menghindari konflik kepentingan dan fokus pada kebaikan
klien.
4. Persetujuan dan Informed Consent: Sebelum memulai konseling, klien harus diberi
informasi yang memadai tentang proses konseling, metode yang akan digunakan, dan hak
mereka. Mereka harus memberikan persetujuan yang sadar.
5. Batasan Profesional: Profesional kesehatan mental harus menjaga batasan yang jelas
antara hubungan konseling dan hubungan pribadi atau profesional lainnya.
6. Toleransi dan Keanekaragaman: Profesional harus menghormati keanekaragaman budaya,
agama, dan latar belakang klien serta mencegah diskriminasi.
7. Evaluasi Risiko: Profesional harus mampu mengevaluasi risiko yang mungkin dihadapi
oleh klien, termasuk risiko keamanan diri atau orang lain, dan bertindak sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
8. Supervisi dan Konsultasi: Profesional harus mencari supervisi dan konsultasi dari sesama
profesional atau pengawas untuk memastikan perawatan yang berkualitas dan untuk
membantu dalam pengambilan keputusan etis. Prinsip-prinsip ini membantu menciptakan
lingkungan konseling yang aman, etis, dan bermanfaat bagi klien
3
C. Etika Konselor dalam menyikapi Konseli gangguan mental
Konselor memiliki tujuan umum yang direfkeksikan selama proses konseling
berlangsung, pada saat observasi terhadap klien serta pada saat intervensi.hendaknya
terapi dimulai dengan mengekplorasi harapan klien dan tujuannya. Umumnya tujuan
mereka mencari solusi dari masalah yang mereka hadapi, dan mungkin ingin berhenti
melakukan sesuatu yang menyakitinya, ingin melakukan perubahan. Ketika seorang
konselor menyikapi konseling gangguan mental, mereka harus mematuhi prinsip etika
yang kuat untuk memberikan bantuan yang efektif dan aman kepada klien. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menyikapi konseling gangguan mental termasuk:
1. Kerahasiaan: Konselor harus menjaga kerahasiaan semua informasi yang
diperoleh dari klien, terutama dalam konteks gangguan mental yang sensitif. Hal
ini menciptakan kepercayaan dan memungkinkan klien merasa nyaman berbicara
tentang masalah pribadi mereka.
2. Pertimbangan Keamanan: Konselor perlu menilai risiko keamanan klien, terutama
jika ada potensi bahaya diri atau orang lain. Mereka harus mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk melindungi klien atau orang lain dalam situasi
berbahaya.
3. Kompetensi: Konselor harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pelatihan
yang sesuai dalam penanganan gangguan mental. Mereka harus tahu kapan
merujuk klien ke spesialis yang lebih berkualifikasi jika diperlukan.
4. Persetujuan dan Informed Consent: Sebelum memulai konseling, konselor harus
memberikan informasi yang memadai tentang proses konseling, metode yang akan
digunakan, dan hak klien. Klien harus memberikan persetujuan yang sadar.
5. Batasan Profesional: Konselor harus menjaga batasan yang jelas dalam hubungan
dengan klien, menghindari konflik kepentingan, dan tidak terlibat dalam
hubungan ganda.
6. Toleransi dan Keanekaragaman: Konselor harus menghormati keanekaragaman
budaya, agama, dan latar belakang klien serta memahami cara gangguan mental
mungkin berbeda dalam berbagai kelompok.
7. Supervisi dan Konsultasi: Konselor perlu mencari supervisi dan konsultasi dari
sesama profesional atau pengawas untuk memastikan perawatan yang berkualitas
dan etis.
4
8. Perkembangan Profesional: Konselor harus terus meningkatkan pengetahuan
mereka tentang perkembangan dalam bidang kesehatan mental dan praktik-praktik
yang efektif.
Dengan mematuhi prinsip-prinsip etika ini, konselor dapat memberikan konseling
yang efektif, aman, dan etis kepada individu dengan gangguan mental. Hal ini
membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan klien.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika berasal dari bahasa Yunani yakni “Ethos”, yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu sudah benar, buruk atau baik. Etika
atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai
yang baik. Etika dalam konseling kesehatan mental sangat penting untuk memastikan
bahwa klien menerima perawatan yang baik dan bermanfaat, dan agar profesional
kesehatan mental menjalankan praktik-praktik yang benar dan etis. Ketika seorang
konselor menyikapi konseling gangguan mental, mereka harus mematuhi prinsip etika
yang kuat untuk memberikan bantuan yang efektif dan aman kepada klien.
6
DAFTAR PUSAKA
Juntika Nurihsan, Acmad. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama
Holik Maftu, “Reviiew Buku:Ethical Reasoning In The Mental Health Proffessions” Jurnal
Bimbingan Konseling Vol 5(2) 2016: hal 204-205