Anda di halaman 1dari 16

MENTAL HEALTH DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Tugas Kelompok:
Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Islam

Disusun Oleh:

Adila Nurhajimah (200201050)

Cut Nurfaizah (210201225)

Khalisah Ocmanda (210201221)

Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu/Pembimbing:

Hadini, S.Ag., M.Ag.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM – BANDA ACEH

1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana
telah melimpahkan rahmat, karunia, beserta hidayahnya sehingga penyusun
mampu menyelesaikan tugas kelompok Bimbingan dan Konseling Islam ini
dengan baik dan lancar.

Dengan adanya makalah ini, penyusun sangat berharap dapat menambah


pengetahuan mengenai Mental Health dalam proses belajar mengajar di kampus,
juga meningkatkan kepedulian tentang pentingnya belajar mengenai Bimbingan
dan Konseling Islam.

Penyusun mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Hadini,


S.Ag., M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Islam, serta keluarga dan juga teman penyusun semua.

Mengingat makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu
penyusun mohon maaf dan kiranya ada kritik, masukan ataupun saran dari dosen
pengampu mata kuliah dan teman-teman sekalian agar penyusun dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.

Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih banyak kepada para pembaca
yang berkenan membaca tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita
semua.

Aamiin.

Banda Aceh, 21 November 2023

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I ................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................2

BAB II ..............................................................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................................3

A. Mental Health.........................................................................................3
B. Mental Health dan Pendidikan ................................................................6
C. Mental Health dalam Bimbingan dan Konseling Islam ...........................9

BAB III .............................................................................................................12


PENUTUP ........................................................................................................12

A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran ......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sudah merupakan sunnah Allah bahwa setiap manusia pasti akan
mengalami problema dalam kehidupannya. Seluruh problema yang dihadapi
manusia menuntut adanya penyelesaian, karena problema adalah sesuatu yang
menghambat, merintangi, dan mempersempit kemungkinan seseorang untuk
berhasil mencapai sesuatu. Penyelesaian tersebut sangat kompleks, sehingga
alternatif konsepsional dan tawaran teknologis operasional harus diorientasikan
pada kompleksitas manusia. Pendekatanpendekatan psikologik berupa psikoterapi,
bimbingan konseling, dan sebagainya merupakan pendekatan alternatif yang
menjadi perhatian para ahli pada umumnya.

Di depan manusia telah terbentang berbagai petunjuk bagi pemecahan dan


penyelesaian problema yang dihadapinya. Namun, karena tidak semua problema
dapat diselesaikan individu manusia secara mandiri, maka ia memerlukan bantuan
seorang ahli yang kompeten. Dalam hal ini, kesempurnaan ajaran Islam
menyimpan khazanah khazanah berharga yang dapat digunakan untuk membantu
menyelesaikan problema yang dihadapi manusia dalam kehidupannya. Secara
operasional, khazanah-khazanah itu tertuang dalam konsep Konseling Islami yang
tercermin dalam proses face to face relationship (pertemuan tatap muka) atau
personal contact (kontak pribadi) antara seorang konselor yang berkompeten
dengan seorang klien atau konseli yang sedang menghadapi dan berjuang
menyelesaikan problema kehidupannya. Dalam keadaan seperti inilah Konseling
Islami benar-benar berperan bagi penyelesaian problema kehidupan manusia, dan
ia tampil sebagai upaya pendidikan mental.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mental health?
2. Apa hubungan antara mental health dan pendidikan?
3. Bagaimana mental health dalam bimbingan dan konseling Islam?

1
C. Tujuan
1. Memahami pengertian mental health
2. Memahami hubungan antara pendidikan dan mental health
3. Memahami mental health dalam bimbingan dan konseling Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mental Health
1. Pengertian Mental Health
Ditinjau dari etimologi kata mental berasal dari kata latin, yaitu mens atau
mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, ruh, dan semangat. 1 Kesehatan mental
merupakan ahli bahasa dari mental Hygiene atau Mental Health berasal dari kata
Hygiene dan Mental. Secara etimologi Hygiene dari kata Hygea yaitu nama dewi
kesehatan Yunani kuno yang mempunyai tugas mengurus masalah kesehatan
manusia di dunia.2

Kesehatan mental (mental hygeiene) adalah ilmu yang meliputi sistem


tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk
mempertinggi kesehatan ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang
dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, tenteram. Menurut
H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan
serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri,
biologi, sosoilogi,dan agama.3

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah


terhindarnya seseorang dari gangguan jiwa atau penyakit jiwa agar terwujudnya
sikap yang saling berinteraksi dengan diri sendiri maupun
lingkunganya agar tercipta hidup yang bermakna bahagia di dunia dan di
akhirat.

Pengertian kesehatan mental secara terminologi, diantaranya adalah


sebagai berikut:

a. Menurut Zakiah Daradjat,


1) Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala
gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala penyakit jiwa (psychose).

1
Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998). h. 9.
2
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene Pengembanagan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan
Agama, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004). h. 7.
3
Jalaluddin. Psikologi Agama, ( Jakarta:PT Raja Grafinda, 2015). h. 156

3
Menurut Zakiah Daradjat, kesehatan mental adalah kemampuanan
untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan
masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. 4
2) Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang
bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala
potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin,
sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.5
3) Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuain
diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya
berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat.6

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahawa pengertian


kesehatan mental menurut Zakiah Daradjat adalah ke mampuan seseorang
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berdasarkan keimanan
dan ketakwaan, agar terhindar dari gangguan jiwa dan penyakit kejiwaan.

b. Menurut Imam Alghazali, pemahaman tentang kesehatan mental


menjelaskan bahwa kesehatan mental tidak hanya terbatas konsepnya pada
gangguan dan penyakit kejiwaan serta perawatan dan pengobatannya,
tetapi juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa manusia setinggi
mungkin menuju kesehatan mental dan kesempurnaannya. 7
c. Menurut WHO kesehatan mental adalah kondisi sejahtera seseorang ketika
seseorang menyadari kemampuan dirinya, mampu untuk mengelola stres
yang dimiliki serta beradaptas idengan baik, dapat bekerja secara
produktif, dan berkonstribusi untuk lingkunganya. 8

4
Zakiah, Daradjat. Kesehatan Mental. ( Jakarta: CV Haji Mas Agung, 1988). h. 11
5
Zakiah, Daradjat. Kesehatan Mental. ..... h. 12
6
Hasneli, Kesehatan Mental dalam Pandangan Islam, (Padang: Haifa Press, 2014), h. 4
7
Yahya Jaya, Kesehatan Mental, ( Padang : Angkasa Raya , 2002), h.84
8
Devy Novita Sari, S.H, Dian Alisia Al Fattaah, Khailla Levyka Naiya Salsabilah, ddk,
Speak Up, (PT TeguhIkhyakPropertiSeluduran,2022),h.1.

4
Kesehatan mental memandang manusia sebagai satu kesatuan
psikosomatis, kesatuan jiwa raga atau kesatuan jasmani dan rohani secara utuh. 9
Gangguan kesehatan mental adalah perilaku individu yang menyimpang dari
norma-norma sosial dalam suatu lingkungan masyarakat.10

Dengan demikian dapat simpulkan bahwa kesehatan mental adalah


seseorang yang mampu mengembangkan segala potensinya sebagai manusia
sesungguhnya serta mampu bersosialisasi dengan masyarakat.

2. Ruang Lingkup Mental Health


Ruang lingkup kesehatan mental menurut Dede Rahmat Hidayat dan
Hardi, diantaranya adalah sebagai berikut:11

a. Masalah Kebutuhan Manusia (Human Need)


Menurut Masslow, Dikutip dalam buku Dede Rahmat Hidayat dan
Herdi, dalam buku Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah,
kebutuhan manusia mencakup beberapa, yaitu: 12
1) Kebutuhan Badaniah, mencakup sandang, pangan, dan papan.
Tanpa kesehatan jasmani yang baik, mental seseorang akan
mengalami kesulitan untuk tumbuh kembang dengan memuaskan.
2) Rasa Aman dan Kepastian
3) Komunikasi yang baik
4) Cinta dan kasih sayang
b. Usaha Manusia Untuk Memenuhi Kebutuhan (perilaku)
Kebutuhan untuk mengerakkan manusia untuk berusaha atau berikhtiar
dalam rangka memenuhi atau memuaskan kebutuhan itu. Usaha manusia
sehari-sehari nampak pada kita sebagai perilaku (behavior) yang
merupakan keseluruhan tingkah laku. Begitu kebutuhan terpenuhi
terjadilah suatu keseimbangan yang dihayati oleh orang yang bersangkutan

9
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar Baru
Algensido, 1987). h. 207.
10
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010). h. 125-
126
11
Dede Rahmat Hidayat dan Hardi, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah, ( PT :
Remaja Rosdakarya, 2013 ). h. 35
12
Dede Rahmat Hidayat dan Hardi, Bimbingan ....... h. 35

5
sebagai rasa sejahtera. Rasa sejahtera itu berlangsung terus sampai timbul
kebutuhan baru yang dirasakan semacam ketegangan. Kemudian
mencetuskan kembali tingkah laku yang tujuannya untuk mendapatkan apa
yang dibutuhkan yakni objek kebutuhan.
c. Peranan dan Fungsi Kepribadian
Salah satu tugas dan fungsi kepribadian ialah mengusahakan supaya
berbagai kebutuhan manusia terpenuhi. Usaha itu biasanya dihadapkan
pada berbagai macam kesulitan dan hambatan. Usaha atau perilaku yang
tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan disebut penyesuain diri
(adjusment). Jadi penyesuian diri menyangkut satu bidang yang kuat
sekali, yaitu penyelenggaraan hubungan-hubungan yang lancar, terutama
dengan dunia luar, masalah ini perlu dipahami dengan baik, karena
gangguan dalam fungsi kepribadian akan memperlihatkan diri dalam
gangguan penyesuain diri.
3. Indikator Mental Health
Adapun indikator kesehatan mental menurut WHO sebagai berikut:
a. Bebas dari ketegangan dan kecemasan.
b. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran di kemudian hari.
c. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun
kenyataan itu pahit.
d. Dapat berhubungan dengan orang lain dan dapat tolong menolong
yang memuaskan
e. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
f. Dapat merasakan kepuasan dari perjuangan hidupnya.
g. Dapat mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang
kreaktif dan konstruktif.
h. Mempunyai rasa kasih sayang dan butuh disayangi.
i. Mempunyai spritual atau agama.13
B. Mental Health dan Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses yang dijalani individu untuk
mencapai hidup yang lebih baik. Pendidikan termasuk di dalamnya sebagai

13
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.146

6
sebuah proses pencarian dalam hidup yang mengarah kepada kebahagiaan.
Kebahagiaan merupakan keadaan yang lebih baik dari keadaan yang kurang
membahagiakan. Menurut pemahaman klasik dan juga modern, kebahagiaan
berperan sebagai indicator yang resiprokal pada kesehatan mental seseorang.
Mereka yang mengalami kesulitan dalam menjalani hidup bahagia akan memiliki
resiko gangguan kesehatan mental lebih tinggi demikian pula sebaliknya. Selain
itu, orang yang bahagia cenderung mampu mencapai prestasi akademis dan
performa yang lebih baik.14
Namum demikian, banyak anak-anak dan remaja memasuki sekolah setiap
hari berjuang melawan maslaah-masalah emosional, perilaku, dan keluarga yang
mempengaruhi belajar mereka dan juga belajar orang lain. Hal ini memiliki efek
timbal balik (saling mempengaruhi) ketika para siswa ini menginternalisasi
kesulitan akademis mereka yang nantinya akan memperkuat masalah emosional
dan perilaku yang mereka hadapi. 15 Siswa dapat memiliki persoalan kesehatan
mental berkelanjutan apabila tidak segera memperoleh bantuan psikologis. Stress
yang berujung depresi dan kematian mungkin saja terjadi ketika permasalahan
menjadi kian kompleks baginya. Selain itu, masalah yang dihadapi juga dapat
mempengaruhi orang lain di sekitarnya.

Kesehatan mental siswa merupakan masalah yang lazim dan serius. Dalam
kurun waktu dua puluh tahun terakhir ini, kondisi gangguan kesehatan mental di
kalangan anak-anak dan remaja di seluruh belahan dunia mengalami peningkatan,
yang mengakibatkan penurunan fungsi individu hingga akhirnya menimbulkan
ketidak mampuan mereka menjalankan fungsinya secara normal. Gangguan
kesehatan mental emosional ataupun perilaku pada anak usia sekolah di seluruh
dunia diperkirakan antara 10 % sampai dengan 20 % dan diprediksi akan semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Gangguan kesehatan mental terbagi dalam dua
bentuk, yaitu eksternal maupun internal. Menurut, manifestasi eksternal yang
umum terjadi dari mulai anak usia prasekolah meliputi permasalahan perilaku
negatif baik verbal dan nonverbal, gangguan pemusatan perhatian (attention

14
Nanang Erma Gunawan, Pentingnya Sistem Kesehatan Mental dalam Setiing Sekolah: Isu,
Refleksi, dan prioritas, (Yogyakarta; Universits Negeri Yogyakrta, 2014), h.226
15
Nanang Erma Gunawan, Pentingnya ......, h.226

7
deficit hyperactivity disorders; ADHD), oppositional defiant disorder (gangguan
pada anak yang ditandai dengan perilaku menentang dan tidak taat pada figure
otoritas), dan conduct disorder (gangguan perilaku dan emosi serius yang
membuat anak menunjukkan perilaku kekerasan, suka merusak benda tertentu,
dan cenderung sulit mengikuti aturan di sekolah maupun di rumah). Sementara
itu, manifestasi internal yang sering muncul meliputi depresi, kecemasan,
gangguan panik, gangguan suasana hati, fobia sosial, fobia khusus,dan gangguan
obsessive-compulsive.
Gangguan kesehatan mental memiliki dampak yang cukup signifikan
dalam perkembangan anak dan remaja, berkontribusi pada penyesuaian yang
buruk disekolah, pengurangan konsentrasi, dan permasalahan prestasi serta
hubungan sosial. Permasalahan kesehatan mental juga berhubungan dengan
rendahnya tingkat kehadiran disekolah, naiknya pemberian hukuman disekolah,
dan dropout dini dari sekolah.16

Terdapat beberapa point penting yang diajarkan melalui kurikulum


kesehatan mental. Contohnya, kurikulum kesehatan mental yang dikembangkan di
Kanada, menitik beratkan pada pemahaman tentang kesehatan mental dan
penyakit mental, stigma dan diskriminasi terhadap penderita gangguan kesehatan
mental, pengalaman tentang gangguan mental, cara mencari bantuan dan
dukungan, serta treatmen konseling untuk depresi dan gangguan mental yang
lain,dan urgensi positive mental health.
Sementara itu, kurikulum kesehatan mental yang diterapkan di Inggris
(Department of Education United Kingdom) di kalangan primary school
menekankan pentingnya peran keluarga dan teman (karakteristik keluarga dan
pertemanan yang sehat, pentingnya berbagi dengan keluarga dan teman, saling
menghormati antar anggota keluarga dan teman); hubungan yang saling
menghormati (menghormati orang lain, sopan santun dalam bergaul, menghormati
diri sendiri, tipe-tipe bullying, stereotype, prasangka dan diskriminasi); online
relationships (aturan dan prinsip-prinsip keamanan berinteraksi secara secara
online); dan perasaan aman (konsep privasi, mengenali perasaan aman dan tidak

16
Mohammadali,PsikologiRemaja:Perkembanganpesertadidik.BumiAksara,2004.94.

8
aman, cara melaporkan gangguan atau abuse dari orang lain, cara mendapatkan
bantuan dari keluarga/sekolah terkait dengan permasalahan yang dihadapi).

C. Mental Health dalam Bimbingan dan Konseling Islam


Bimbingan dan konseling Islam mempunyai makna penting bagi kesehatan
mental terutama dalam mengatasi masalah dan mengembangkan potensi yang
dimiliki setiap orang sehingga kesehatan mental mencapai titik optimal dan
normal. Maka dari itu keberadaan bimbingan dan konseling Islam di setiap
keluarga, sekolah dan masyarakat harus dilestarikan dan pengetahuan tentang
Bimbingan dan konseling Islam semestinya ditingkatkan agar mereka yang terkait
pada masing-masing tempat selalu memiliki kemampuan dalam merespon segala
masalah yang dihadapi.

Konsultasi pada dasarnya merupakan salah satu jalan yang bisa ditempuh
oleh mereka yang bermasalah dalam kesehatan mental guna ditemukannya cara
yang tepat dalam penyelesaian satu kasus yang dihadapi oleh klien. Sebab satu
problem yang dihadapi jika tidak ditemukan solusinya maka akan terjadi
perubahan kearah problem yang lebih pelik seperti misalnya seseorang yang
mengalami gangguan mental jika tidak ditangani secara serius, kemungkinan
besar akan berkembang menjadi penyakit mental / jiwa, dan selanjutnya dibawa
ke rumah sakit jiwa untuk di sembuhkan secara psikologi, medis dan agama.
Untuk itu sebelum terjadi kondisi yang fatal maka sebaiknya di tempuh upaya
yang tepat dalam memberikan layanan dan pendampingan (mentoring) psikologik
berupa bimbingan dan konseling, termasuk bimbingan dan penyuluhan serta
bimbingan rohani sebagai model preventif, kuratif dan preservatif masalah dalam
kesehatan mental/ jiwa. Bimbingan dan konseling Islam sebagai model
penanganan masalah dalam kesehatan mental merupakan pemikiran yang bersifat
aplikatif (terapan) yang dilaksanakan melalui jalan konsultasi kepada tenaga ahli
yang memiliki kehandalan pemahaman dan penerapan strategi, pendekatan,
metode dan teknik bimbingan dan konseling Islam agar seorang konselor secara
mudah bisa memberikan bantuan kepada kliennya dalam layanan Bimbingan dan
konseling Islam yang tepat, akurat dan tuntas sesuai dengan masalah kesehatan
mental yang di deritanya. Oleh karena itu model konsultasi bimbingan dan

9
konseling Islam seharusnya dimodifikasi sesuai dengan kondisi klien sebagai
layanan Bimbingan dan konseling Islam dalam masalah Kesehatan mental.
Menurut Carl Roger dalam bukunya yang berjudul Counseling and Psychotherapy
(1954) bahwa dalam layanan konseling terdapat dua model yang bisa diberikan
dalam mengatasi masalah klien yakni Directive Counseling dan Indirective
Counseling.

Directive counseling (konseling langsung) merupakan model layanan


Bimbingan dan konseling Islam yang mana konselor lebih aktif dari pada kliennya
dalam proses konseling yakni melalui kegiatan pemberian nasehat, saran dan
motivasi dari konselor kepada kliennya dengan maksud ikut serta mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Sedangkan Indirective counseling adalah model
layanan bimbingan dan konseling Islam dimana klien lebih aktif dari konselornya
dalam proses konseling, dengan jalan memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengutarakan masalahnya dengan terbuka bahkan kemungkinan mampu
menemukan solusi untuk mengatasi masalahnya oleh klien itu sendiri melalui
bimbingan konselor. Kedua model BK ini relevan dengan shirah nabiullah
Mohammad SAW dimana selama beliau menyampaikan risalahnya dapat
ditangkap makna hadits yang memiliki tiga dimensi pemahaman konseling
melalui hadits qauliyah, af’aliyah dan taqririyah yang jika dikaitkan
pemahamannya dengan dua model konseling pemahaman Roger dapat diberikan
penafsirannya sebagai berikut:

1. Qauliyah adalah konseling Nabi yang pelaksanaannya dengan


memberikan bantuan kepada klien melalui perkataan sebagai nasehat,
saran dan motivasi yang memungkinkan klien bisa berubah manakala
memperhatikan dan mengikutinya dengan baik dan sesama.
2. Af’aliyah adalah konseling Nabi dengan pola keteladanan yang
ditampilkan dengan akhlaqul karimah yang berorientasi pada perubahan
prilaku klien karena sikap positif yang ditampilkan oleh konselor. Hal ini
berimplikasi pada lahirnya sikap simpati dari kedua belah pihak.
3. Taqririyah adalah konseling Nabi dengan pola menampakkan sikap empati
dari konselor dengan sepenuhnya menghargai dan menyetujui apa yang

10
ditampilkan oleh klien. Dengan sikap konselor yang sedemikian rupa
memberikan peluang klien untuk mengemukakan masalahnya dan
berusaha dengan sukarela menemukan solusi yang dibutuhkan.

Berangkat dari analisis diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan


konsultasi dengan kedua pola konseling menjadi pilihan yang seharusnya
disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh klien. Sikap yang mungkin bisa
dilakukan adalah memilih model yang tepat agar sasaran layanan Bimbingan dan
konseling Islam dalam masalah kesehatan mental secara efektif berdaya guna dan
berhasilguna. Berkaitan dengan masalah yang telah dikemukakan Rasul selaku
konselor dengan sukarela memberikan layanan Bimbingan dan konseling Islam
kepada umatnya berdasarkan kondisi dan dikaitkan dengan model konseling yang
akan diterapkan.

Kesehatan Mental dalam Khazanah Ke-Islaman meliputi Kesehatan mental


menurut Islam yang lebih menekankan kepada tujuan hidup manusia sebagai
ciptaan Allah SWT. Diantarnya adalah:

1. Menjadi hamba Allah (abdi Allah) yang tugasnya mengabdi kepada Allah
SWT.
2. Menjadi khalifah Allah fi al-Ardh yang tugasnya mengolah alam dan
memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk dalam rangka ubudiyah
kepadanya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia terhindar dari gejala
penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan
fungsi jiwa dalam dirinya. Begitu juga sebaliknya, seorang dikatakan kurang sehat
mentalnya, adalah orang yang merasa terganggu perasaan, pikiran, sehingga
mendatangkan ketidak tenteraman hatinya (abnormalitas mental). Adapun
abnormalitas mental ini, biasanya disebabkan karena ketidak mampuan individu
dalam menghadapi kenyataan hidup sehingga muncul konflik mental pada dirinya.
Golongan yang kurang sehat adalah orang yang merasa terganggu ketentraman
hatinya. Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan karena ketidak
mampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga muncul konflik
mental pada dirinya.

Bimbingan dan konseling Islam mempunyai makna penting bagi kesehatan


mental terutama dalam mengatasi masalah dan mengembangkan potensi yang
dimiliki setiap orang sehingga kesehatan mental mencapai titik optimal dan
normal. Maka dari itu keberadaan bimbingan dan konseling Islam di setiap
keluarga, sekolah dan masyarakat harus dilestarikan dan pengetahuan tentang
Bimbingan dan konseling Islam semestinya ditingkatkan agar mereka yang terkait
pada masing-masing tempat selalu memiliki kemampuan dalam merespon segala
masalah yang dihadapi.
B. Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan penulisan maupun
kekurangan rujukan atau referensi yang ada tentang makalah ini. Kritik dan saran
yang membangun kami harapkan untuk kebaikan makalah ini kedepannya.
Semoga makalah ini bermanfaat barang siapa saja yang membacanya. Untuk itu,
harapan penyusun semoga berikutnya referensi yang didapatkan tentang materi ini
semakin banyak sehingga makalah tentang materi ini semakin lengkap dan
sempurna.

12
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Yusak. 1998. Kesehatan Mental. Bandung: CV Pustaka Setia

Yusuf, Syamsu. 2004. Mental Hygiene Pengembanagan Kesehatan Mental dalam


Kajian Psikologi dan Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Jalaluddin. 2015. Psikologi Agama. Jakarta:PT Raja Grafinda

Daradjat, Zakiah. 1988. Kesehatan Mental. Jakarta: CV Haji Mas Agung

Hasneli. 2014. Kesehatan Mental dalam Pandangan Islam. Padang: Haifa Press

Jaya, Yahya. 2002. Kesehatan Mental. Padang: Angkasa Raya

Devy Novita Sari, S.H, Dian Alisia Al Fattaah, Khailla Levyka Naiya Salsabilah,
ddk. 2022. Speak Up. PT TeguhIkhyakPropertiSeluduran

Ahyadi, Abdul Aziz. 1987. Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila,


Bandung: Sinar Baru Algensido

Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Offset

Hidayat, Dede Rahmat dan Hardi. 2013. Bimbingan Konseling Kesehatan Mental
di Sekolah. PT : Remaja Rosdakarya

Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Gunawan, Nanang Erma. 2014. Pentingnya Sistem Kesehatan Mental dalam


Setiing Sekolah: Isu, Refleksi, dan prioritas. Yogyakarta; Universits
Negeri Yogyakrta

Mohammadali. 2004. Psikologi Remaja: Perkembangan peserta didik.


BumiAksara.

iv

Anda mungkin juga menyukai