Tugas Kelompok:
Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Islam
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu/Pembimbing:
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana
telah melimpahkan rahmat, karunia, beserta hidayahnya sehingga penyusun
mampu menyelesaikan tugas kelompok Bimbingan dan Konseling Islam ini
dengan baik dan lancar.
Mengingat makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu
penyusun mohon maaf dan kiranya ada kritik, masukan ataupun saran dari dosen
pengampu mata kuliah dan teman-teman sekalian agar penyusun dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih banyak kepada para pembaca
yang berkenan membaca tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita
semua.
Aamiin.
PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
BAB II ..............................................................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................................3
A. Mental Health.........................................................................................3
B. Mental Health dan Pendidikan ................................................................6
C. Mental Health dalam Bimbingan dan Konseling Islam ...........................9
A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran ......................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah merupakan sunnah Allah bahwa setiap manusia pasti akan
mengalami problema dalam kehidupannya. Seluruh problema yang dihadapi
manusia menuntut adanya penyelesaian, karena problema adalah sesuatu yang
menghambat, merintangi, dan mempersempit kemungkinan seseorang untuk
berhasil mencapai sesuatu. Penyelesaian tersebut sangat kompleks, sehingga
alternatif konsepsional dan tawaran teknologis operasional harus diorientasikan
pada kompleksitas manusia. Pendekatanpendekatan psikologik berupa psikoterapi,
bimbingan konseling, dan sebagainya merupakan pendekatan alternatif yang
menjadi perhatian para ahli pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mental health?
2. Apa hubungan antara mental health dan pendidikan?
3. Bagaimana mental health dalam bimbingan dan konseling Islam?
1
C. Tujuan
1. Memahami pengertian mental health
2. Memahami hubungan antara pendidikan dan mental health
3. Memahami mental health dalam bimbingan dan konseling Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mental Health
1. Pengertian Mental Health
Ditinjau dari etimologi kata mental berasal dari kata latin, yaitu mens atau
mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, ruh, dan semangat. 1 Kesehatan mental
merupakan ahli bahasa dari mental Hygiene atau Mental Health berasal dari kata
Hygiene dan Mental. Secara etimologi Hygiene dari kata Hygea yaitu nama dewi
kesehatan Yunani kuno yang mempunyai tugas mengurus masalah kesehatan
manusia di dunia.2
1
Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998). h. 9.
2
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene Pengembanagan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan
Agama, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004). h. 7.
3
Jalaluddin. Psikologi Agama, ( Jakarta:PT Raja Grafinda, 2015). h. 156
3
Menurut Zakiah Daradjat, kesehatan mental adalah kemampuanan
untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan
masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. 4
2) Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang
bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala
potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin,
sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.5
3) Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuain
diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya
berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat.6
4
Zakiah, Daradjat. Kesehatan Mental. ( Jakarta: CV Haji Mas Agung, 1988). h. 11
5
Zakiah, Daradjat. Kesehatan Mental. ..... h. 12
6
Hasneli, Kesehatan Mental dalam Pandangan Islam, (Padang: Haifa Press, 2014), h. 4
7
Yahya Jaya, Kesehatan Mental, ( Padang : Angkasa Raya , 2002), h.84
8
Devy Novita Sari, S.H, Dian Alisia Al Fattaah, Khailla Levyka Naiya Salsabilah, ddk,
Speak Up, (PT TeguhIkhyakPropertiSeluduran,2022),h.1.
4
Kesehatan mental memandang manusia sebagai satu kesatuan
psikosomatis, kesatuan jiwa raga atau kesatuan jasmani dan rohani secara utuh. 9
Gangguan kesehatan mental adalah perilaku individu yang menyimpang dari
norma-norma sosial dalam suatu lingkungan masyarakat.10
9
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar Baru
Algensido, 1987). h. 207.
10
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010). h. 125-
126
11
Dede Rahmat Hidayat dan Hardi, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah, ( PT :
Remaja Rosdakarya, 2013 ). h. 35
12
Dede Rahmat Hidayat dan Hardi, Bimbingan ....... h. 35
5
sebagai rasa sejahtera. Rasa sejahtera itu berlangsung terus sampai timbul
kebutuhan baru yang dirasakan semacam ketegangan. Kemudian
mencetuskan kembali tingkah laku yang tujuannya untuk mendapatkan apa
yang dibutuhkan yakni objek kebutuhan.
c. Peranan dan Fungsi Kepribadian
Salah satu tugas dan fungsi kepribadian ialah mengusahakan supaya
berbagai kebutuhan manusia terpenuhi. Usaha itu biasanya dihadapkan
pada berbagai macam kesulitan dan hambatan. Usaha atau perilaku yang
tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan disebut penyesuain diri
(adjusment). Jadi penyesuian diri menyangkut satu bidang yang kuat
sekali, yaitu penyelenggaraan hubungan-hubungan yang lancar, terutama
dengan dunia luar, masalah ini perlu dipahami dengan baik, karena
gangguan dalam fungsi kepribadian akan memperlihatkan diri dalam
gangguan penyesuain diri.
3. Indikator Mental Health
Adapun indikator kesehatan mental menurut WHO sebagai berikut:
a. Bebas dari ketegangan dan kecemasan.
b. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran di kemudian hari.
c. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun
kenyataan itu pahit.
d. Dapat berhubungan dengan orang lain dan dapat tolong menolong
yang memuaskan
e. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
f. Dapat merasakan kepuasan dari perjuangan hidupnya.
g. Dapat mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang
kreaktif dan konstruktif.
h. Mempunyai rasa kasih sayang dan butuh disayangi.
i. Mempunyai spritual atau agama.13
B. Mental Health dan Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses yang dijalani individu untuk
mencapai hidup yang lebih baik. Pendidikan termasuk di dalamnya sebagai
13
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.146
6
sebuah proses pencarian dalam hidup yang mengarah kepada kebahagiaan.
Kebahagiaan merupakan keadaan yang lebih baik dari keadaan yang kurang
membahagiakan. Menurut pemahaman klasik dan juga modern, kebahagiaan
berperan sebagai indicator yang resiprokal pada kesehatan mental seseorang.
Mereka yang mengalami kesulitan dalam menjalani hidup bahagia akan memiliki
resiko gangguan kesehatan mental lebih tinggi demikian pula sebaliknya. Selain
itu, orang yang bahagia cenderung mampu mencapai prestasi akademis dan
performa yang lebih baik.14
Namum demikian, banyak anak-anak dan remaja memasuki sekolah setiap
hari berjuang melawan maslaah-masalah emosional, perilaku, dan keluarga yang
mempengaruhi belajar mereka dan juga belajar orang lain. Hal ini memiliki efek
timbal balik (saling mempengaruhi) ketika para siswa ini menginternalisasi
kesulitan akademis mereka yang nantinya akan memperkuat masalah emosional
dan perilaku yang mereka hadapi. 15 Siswa dapat memiliki persoalan kesehatan
mental berkelanjutan apabila tidak segera memperoleh bantuan psikologis. Stress
yang berujung depresi dan kematian mungkin saja terjadi ketika permasalahan
menjadi kian kompleks baginya. Selain itu, masalah yang dihadapi juga dapat
mempengaruhi orang lain di sekitarnya.
Kesehatan mental siswa merupakan masalah yang lazim dan serius. Dalam
kurun waktu dua puluh tahun terakhir ini, kondisi gangguan kesehatan mental di
kalangan anak-anak dan remaja di seluruh belahan dunia mengalami peningkatan,
yang mengakibatkan penurunan fungsi individu hingga akhirnya menimbulkan
ketidak mampuan mereka menjalankan fungsinya secara normal. Gangguan
kesehatan mental emosional ataupun perilaku pada anak usia sekolah di seluruh
dunia diperkirakan antara 10 % sampai dengan 20 % dan diprediksi akan semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Gangguan kesehatan mental terbagi dalam dua
bentuk, yaitu eksternal maupun internal. Menurut, manifestasi eksternal yang
umum terjadi dari mulai anak usia prasekolah meliputi permasalahan perilaku
negatif baik verbal dan nonverbal, gangguan pemusatan perhatian (attention
14
Nanang Erma Gunawan, Pentingnya Sistem Kesehatan Mental dalam Setiing Sekolah: Isu,
Refleksi, dan prioritas, (Yogyakarta; Universits Negeri Yogyakrta, 2014), h.226
15
Nanang Erma Gunawan, Pentingnya ......, h.226
7
deficit hyperactivity disorders; ADHD), oppositional defiant disorder (gangguan
pada anak yang ditandai dengan perilaku menentang dan tidak taat pada figure
otoritas), dan conduct disorder (gangguan perilaku dan emosi serius yang
membuat anak menunjukkan perilaku kekerasan, suka merusak benda tertentu,
dan cenderung sulit mengikuti aturan di sekolah maupun di rumah). Sementara
itu, manifestasi internal yang sering muncul meliputi depresi, kecemasan,
gangguan panik, gangguan suasana hati, fobia sosial, fobia khusus,dan gangguan
obsessive-compulsive.
Gangguan kesehatan mental memiliki dampak yang cukup signifikan
dalam perkembangan anak dan remaja, berkontribusi pada penyesuaian yang
buruk disekolah, pengurangan konsentrasi, dan permasalahan prestasi serta
hubungan sosial. Permasalahan kesehatan mental juga berhubungan dengan
rendahnya tingkat kehadiran disekolah, naiknya pemberian hukuman disekolah,
dan dropout dini dari sekolah.16
16
Mohammadali,PsikologiRemaja:Perkembanganpesertadidik.BumiAksara,2004.94.
8
aman, cara melaporkan gangguan atau abuse dari orang lain, cara mendapatkan
bantuan dari keluarga/sekolah terkait dengan permasalahan yang dihadapi).
Konsultasi pada dasarnya merupakan salah satu jalan yang bisa ditempuh
oleh mereka yang bermasalah dalam kesehatan mental guna ditemukannya cara
yang tepat dalam penyelesaian satu kasus yang dihadapi oleh klien. Sebab satu
problem yang dihadapi jika tidak ditemukan solusinya maka akan terjadi
perubahan kearah problem yang lebih pelik seperti misalnya seseorang yang
mengalami gangguan mental jika tidak ditangani secara serius, kemungkinan
besar akan berkembang menjadi penyakit mental / jiwa, dan selanjutnya dibawa
ke rumah sakit jiwa untuk di sembuhkan secara psikologi, medis dan agama.
Untuk itu sebelum terjadi kondisi yang fatal maka sebaiknya di tempuh upaya
yang tepat dalam memberikan layanan dan pendampingan (mentoring) psikologik
berupa bimbingan dan konseling, termasuk bimbingan dan penyuluhan serta
bimbingan rohani sebagai model preventif, kuratif dan preservatif masalah dalam
kesehatan mental/ jiwa. Bimbingan dan konseling Islam sebagai model
penanganan masalah dalam kesehatan mental merupakan pemikiran yang bersifat
aplikatif (terapan) yang dilaksanakan melalui jalan konsultasi kepada tenaga ahli
yang memiliki kehandalan pemahaman dan penerapan strategi, pendekatan,
metode dan teknik bimbingan dan konseling Islam agar seorang konselor secara
mudah bisa memberikan bantuan kepada kliennya dalam layanan Bimbingan dan
konseling Islam yang tepat, akurat dan tuntas sesuai dengan masalah kesehatan
mental yang di deritanya. Oleh karena itu model konsultasi bimbingan dan
9
konseling Islam seharusnya dimodifikasi sesuai dengan kondisi klien sebagai
layanan Bimbingan dan konseling Islam dalam masalah Kesehatan mental.
Menurut Carl Roger dalam bukunya yang berjudul Counseling and Psychotherapy
(1954) bahwa dalam layanan konseling terdapat dua model yang bisa diberikan
dalam mengatasi masalah klien yakni Directive Counseling dan Indirective
Counseling.
10
ditampilkan oleh klien. Dengan sikap konselor yang sedemikian rupa
memberikan peluang klien untuk mengemukakan masalahnya dan
berusaha dengan sukarela menemukan solusi yang dibutuhkan.
1. Menjadi hamba Allah (abdi Allah) yang tugasnya mengabdi kepada Allah
SWT.
2. Menjadi khalifah Allah fi al-Ardh yang tugasnya mengolah alam dan
memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk dalam rangka ubudiyah
kepadanya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia terhindar dari gejala
penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan
fungsi jiwa dalam dirinya. Begitu juga sebaliknya, seorang dikatakan kurang sehat
mentalnya, adalah orang yang merasa terganggu perasaan, pikiran, sehingga
mendatangkan ketidak tenteraman hatinya (abnormalitas mental). Adapun
abnormalitas mental ini, biasanya disebabkan karena ketidak mampuan individu
dalam menghadapi kenyataan hidup sehingga muncul konflik mental pada dirinya.
Golongan yang kurang sehat adalah orang yang merasa terganggu ketentraman
hatinya. Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan karena ketidak
mampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga muncul konflik
mental pada dirinya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hasneli. 2014. Kesehatan Mental dalam Pandangan Islam. Padang: Haifa Press
Devy Novita Sari, S.H, Dian Alisia Al Fattaah, Khailla Levyka Naiya Salsabilah,
ddk. 2022. Speak Up. PT TeguhIkhyakPropertiSeluduran
Hidayat, Dede Rahmat dan Hardi. 2013. Bimbingan Konseling Kesehatan Mental
di Sekolah. PT : Remaja Rosdakarya
iv