Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENTINGNYA KESEHATAN METAL DALAM PERSPEKTIF HADIST


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
“HADIST TEMATIK”
Dosen Pengampu :
RIZQA AHMADI, Lc., MA

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Ainun Lailatul F. (126306211002)
2. Nabilla Rahma S. (126306211029)
3. Nina Megita. (126306211032)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHLUHUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
OKTOBER 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai dengan lancar. Tidak lupa Kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari Pihak yang telah berkontribusi.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan menunjang
media pembelajaran bagi Pembaca.
Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih.

Tulungagung, 29 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
................................................................................................................................

B. Rumusan Masalah................................................................................................2

C. Tujuan...................................................................................................................2

D. Manfaat.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
I. Hakikat Kesehatan Mental..............................................................................3

II. Metode Al-Quran dan Al Hadits dalam merealisasikan Kesehatan Mental...5


..........................................................................................................................

III. Metode Penguatan Dimensi Spiritual.............................................................6

IV. Metode Pengendalian Motivasi Biologis .......................................................7

V. Metode Mempelajari Hal Urgen dalam Kesehatan Mental............................8

Kelebihan dan Kekurangan Artike....................................................................................10

BAB III PENUTUP..........................................................................................................11

A. Kesimpulan...............................................................................................................11

B. Saran.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12

3
~Halaman Ini Sengaja Dikosongkan~

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mental adalah terwujudnya kaeharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa serta


kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan
secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Keharmonisan antara fungsi jiwa dan
tindakan dapat dicapai antara lain dengan menjalankan ajaran agama dan berusaha
menerapkan norma-norma sosial, hukum, dan moral. Dengan demikian akan tercipta
ketenangan batin yang menyebabkan timbulnya kebahagiaan didalam dirinya. Definisi ini
menunjukan bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap, pandangan dan
keyakinan, harus saling menunjang dan bekerja sama sehingga menciptakan
keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat ragu-ragu dan bimbang, serta
terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.
Mental yang tidak sehat akan menyebabkan banyak permasalahan untuk individu.
Gangguan Kesehatan mental yang dapat dialami seseorang sangat beragam yaitu,
gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan psikotik, gangguan suasana hati,
gangguan makan, gangguan pengendalian implies dan kecanduan, gangguan obesif
kompulsif (OCD), gangguan stress pascatrauma (PTSD). Ada beberapa factor yang dapat
meningkatkan resiko sesorang mengalami gangguan mental diantaranya: factor genetic,
Riwayat anggota keluarga yang memiliki gangguan serupa, stress berat, kejadian
traumatis, penggunaan obat-obatan.
Makalah ini akan mengulas tentang bagaimana metode mempelajari hal urgent pada
orang yang terkena gangguan Kesehatan mental sebagai bentuk ihktiar dalam menjaga
psikis yang baik serta dapat menyeimbangkan hidup agar lebih tenang dan menerima
takdir dari Allah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Kesehatan Mental ?
2. Bagaimana Metode Al-Quran dan Al Hadits dalam merealisasikan Kesehatan
Mental?
3. Bagaimana Metode Penguatan Dimensi Spiritual ?
4. Bagaimana Metode Pengendalian Motivasi Biologis ?
5. Bagaimana Metode Mempelajari Hal yang Urgen dari Kesehatan Mental?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Hakikat Kesehatan Mental
2. Untuk Mengetahui Metode Al-Quran dan Al Hadits dalam merealisasikan Kesehatan
Mental
3. Untuk Mengetahui Metode Penguatan Dimensi Spiritual
4. Untuk Mengetahui Metode Pengendalian Motivasi Biologis
5. Untuk Mengetahui Metode Mempelajari Hal yang Urgen dari Kesehatan Mental
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini dapat memberikan wawasan terhadap apa saja yang mesti
dilakukan dalam menangani pengidap gangguan kesehatan mental, supaya kedepannya
kita dapat mencegah untuk diri sendiri dan dapat membantu orang lain untuk kembali
pulih dan bersemangat dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Serta menjadi pengingat
bahwa apa yang dijalani dalam hidup merupakan anugrah dan takdir yang harus dijalani
dengan penuh kerja keras, tawwakal, ikhtiar, serta berdoa dan menerima semua garis
hidup yang telah ditentukan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. HAKIKAT KESEHATAN MENTAL


Badan Kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan “kesehatan mental didefinisikan
sebagai keadaan sejahtera dimana setiap individu menyadari potensi dirinya sendiri,
(sehingga) dapat mengatasi tekanan yang normal dalam kehidupan, dapat bekerja
secara produktif dan baik, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya”.
Selain itu Kesehatan mental merupakan terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara poritif kebahagiaan dan
kemampuan dirinya. Orang yang sehat mentalnya akan terus berkembang dan matang
dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian antara dirinya
sendiri ataupun dirinya dengan masyarakat. Dapat diartikan juga bahwa Kesehatan
mental adalah :
1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa
2. Dapat menyesuaikan diri
3. Dapat memanfaatkan segala potensi yang ada semaksimal mungkin
4. Membawa kepada kebahagiaan Bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam
hidup
Berkaitan dengan definisi kesehatan mental tersebut, orang yang sehat mentalnya
memiliki ciri-ciri seperti :
1. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri (self love)
2. Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri yang baik
3. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan tahan
terhadap tekanan-tekanan yang terjadi.
4. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-
kelakuan bebas.
5. Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, serta
memiliki empati dan kepekaan sosial

3
6. Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya secara baik.
Ustman Najati (2003). Seorang pakar Psikologi Islam mengutip beberapa pendapat
ahli jiwa tentang indicator-indikator yang menunjukan bahwa seseorang telah mencapai
keehatan yang baik diantaranya pendapat Maslow yang menyatakan bahwa “indikator
seseorang telah mencapai Kesehatan mental adalah adanya hubungan dirinya dengan
beberapa nilai seperti kejujuran seseorang dengan dirinya sendiri dan kepada orang lain,
memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebenaran, bertanggung jawab dalam
melakukan sesuatu yang ia kerjakan, berani mengaku siapa dirinya yang sebenarnya, apa
dia khendaki dan dia sukai, serta mau mengakui mana hal-hal yang baik sekalipun itu
tidak berasal dari dirinya, sekaligus mau menerima hal baik tersebut tanpa bermaksud
mengadaan pembelaan diri demi merusak hakikat kebenaran yang ada”
Indikator-indikator Kesehatan mental harus mencakup seperti dimensi-dimensi
kehidupan antara lain:
1. Dimensi Spritual, dimana letak keimanan kita dalam melakukan suatu proses
peribadahan atau hakikat mengenal Allah.
2. Dimensi Psikologis, perbuatan dan perkataan yang sesuai dan tidak bertentangan denga
isi hatinya.
3. Dimensi Sosial, suatu proses penyesuaian diri terhadap keluarga,orang lain bahkan
masyrakat dengan perbuatan sesuai norma yang ada tanpa bertentangan denga isi hatinya
4. Dimensi Biologis, sehat dari bebrabagai penyakit, tidak cacat fisik dan melakukan
aktivitas sesuai kemampuannya.

Dari indikator diatas sebagai tolak ukur dari penggembaran secara ideal dapat diketahui
bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang beriman kepada Allah SWT.
Secara sadar mereka akan selalu melakukan hal positif dan menjauhi segala larangan
agama. Mereka memiliki potensi dan kualitas juga sesuai dengan tuntunan hidup yang
telah dicerminkan oleh Rasulullah. Sejalan dengan itu di masyarakat kita juga terdapat
gangguan jiwa dengan jenisnya:
1. Fobia, rasa takut yang tidak rasional dan realistis
2. Obsesi, corak pikiran yang sifatnya terpaku dan berulang kali muncul.

4
3. Kompulsi, pola tindakan atau perbuatan yang diulang-ulang. Mereka sadar apa yang
mereka jalani salah namun mereka tidak dapat mencegah untuk menjauhinya.
Sementara dalam psikologi islam penyakit mental yang biasanya menjangkit manusia
seperti:
1. Riya’, berbohong atau tidak sesuai denga napa yang sebenarnya terjadi
2. Hasad dan dengki
3. Rakus, keinginan yang berlebihan untuk makan
4. Was-was
5. Berbicara berlebihan, yang menyebabkan pembicaraan yang sia-sia dan kebohongan.

II. METODE AL-QURAN DAN AL-HADITS DALAM MEREALISASIKAN KESEHATAN


MENTAL
Kesehatan mental lahir dari kepribadian yang mantap. Semua indikator kepribadian yang
mantap tersebut ada pada kepribadian Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok yang mampu
menyeimbangkan antara dimensi-dimensi kehidupan yang ada, sehingga Allah memujinya
sebagai pribadi yang agung akhlaknya. Allah berfirman: “Dan Sesungguhnya kamu
(Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.(QS. Al-Qolam: 4). Rasulullah adalah
prototipe ideal untuk annafsu al muthmainnah yang memiliki indikator kesehatan mental level
tinggi.
Al-Qur‟an dan Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam memiliki metode yang khas
dalam merealisasikan kesehatan mental dilengkapi dengan model nyata dari Rasulullah SAW
menjadi sebuah panduan lengkap bagi umat Islam dan manusia secara umum. Hal ini berbeda
dengan pemikiran psikologi lain yang lebih bersifat teoritis karena tidak disertai model yang
merealisasikan teori-teori tersebut. Menurut Quraish Shihab (2003) Islam telah menetapkan
tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.
Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan
bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.
Adapun metode Al-Qur‟an dan Al-Hadits dalam merealisasikan kesehatan mental jika
disimpulkan dari nashnash yang umum maupun yang khusus tentang kesehatan mental meliputi
tiga metode yaitu metode penguatan dimensi spiritual, metode menguasai dimensi biologis dan
metode mempelajari hal yang urgen untuk kesehatan mental (Najati, 2003).

5
III.METODE PENGUATAN DIMENSI SPIRITUAL
Dalam memperoleh ketenangan dan ketentraman jiwa yng hakiki, agama islam sejak
awal mengajak manusia kepada iman dan mentauhidkan Allah. Tujuannya agar mereka
terbebas dari etika dan tradisi jahiliyah yang mewarnai pikiran mereka dengan kebodohan
dan khurafat. Metode tersebut sangat berpengaruh dalam merubah kepribadian bangsa Arab
pada waktu itu. Mereka menjadi jiwa yang tidak lagi mengkhawatirkan hal terdahuu seperti
takut miskin, kena musibah, mati, maupun takut kepada manusia. Karena dengan tauhid dan
keimanan yang mereka miliki, mereka benar benr merasakan keamanan jiwa. Sebagaimana
firman Allah : “orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan syirik, mereka itulah orang orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat
petunjuk.”(Q.S Al-An’aam:82)
Metode penguatan dimensi spiritual juga dilakukan Nabi dengan membimbing
sahabatnya untuk mengarahkan tujuan hidupnya untuk hidup di akhirat. Sebagaiman sabda
nabi : “Barang siapa akhirat menjad tujuan hidupnya, maka Allah akan meletakkan rasa
kecukupan di dalam hatinya dan mengumpulkan segala sesuatu yang terserak untuk dirinya.
Dia pun akan dihampiri dunia sementara dunia sendiri merupakan suatu yang hina. Barang
siapa dunia menjadi tujuannya maka Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan
pelupuk matanya dan menjadikan sesuatu yang telah terkumpul menjadi tercerai-berai dari
dirinya. Dia tidak akan dihmpiri dunia kecuali hanya yang telah ditakdirkan untuknya. Maka
dia tidak akan dijuluki kecuali sebagai seorang yang fakir dan memang akan menjadi fakir.
Seorang hamba tidak akan menghadap Allah kecuali Allah akan menjadikan hati orang-
orang mukmin tunduk kepadanya dengan rasa cinta dan sayang. Allah lebih cepat darinya
untuk melakukan segala sesuatu yang baik.” (HR. At_Tirmidzi).
Orang terbiasa melakukan ibadah yang di syariatkan akan terlatih untuk sabar
menanggung beban, mengokohkan tekad menciptakan rasa cinta dan berbuat baik kepada
orang lain, serta memupuk spirit untuk melakukan interaksi sosial. Ketika orang orang
yang mengalami tekanan, pengalaman sosial yang buruk, pertarungan bathin yang
menyebabkan menderita penyakit jiwa, ibadah dalam islam dapat berfungsi sebagai
media psikoterapi yang mujarab
a. Psikoterapi Melalui Shalat

6
Ritual shalat memiliki pengaruh yang sangat luar biasa untuk terapi rasa galau dan
gundah. Dengan mengerjakan shalat secara khusyuk akan menghadirkan rsa
tenang, tentram dan damai. Rasulullah SAW senantiasa mengerjakan shalat ketika
ditimpa masalah yang membuat dirinya menjadi tegang.
b. Psikoterapi Melalui Puasa
Ibadah puasa berguna untuk mengobati perasaan berdosa dan menghilangkan
kegundahan. Dalam sabda Rasulullah : “barang siapa yang menunaikan puasa
ramadhan dilandasi dengan iman dan ikhlas mengharap ridha Allah maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lau”. (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Timidzi, An-Nasa’I dan Imam Ahmad)
c. Psikoterapi Melalui Ibadah Haji
Ritual ibadah haji seperti thawaf, wukuf, sa’i dan melempar jurmah merupakan
kegiatan yang sarat makna. Thawaf dan wukuf di arafah menjadi media meditasi
untuk merenungi perbuatan masa lampau yang menjauhkan diri dari Allah SWT
dan memahami lebih dalam hakikat tujuan hidup. Perjalanan shafa dan marwah
bermakna perjuangan spiritualitas diri untuk bertarung melawan hawa nafsu.
d. Psikoterapi Melalui Dzikir dan Do’a
Dzikir dan do’a merupakan ibadah yang utama dalam islam bahkan menjadi
intinya. Dzikir yang dilakukan akan membuat hati dan jiwa menjdi tenang.
Rasulullah mengajari para sahabat untuk senantiasa berdzikir dan berdoa untuk
memperkuat hubungan kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya setiap
saat.

IV. METODE PENGENDALIAN MOTIVASI BIOLOGIS


Islam memiliki ajaran yang moderat (al-wasathiyah) menganjurkan pemeluknya untuk
memilih jalan tengah dalam memenuhi kebutuhan spiritual dan material dalam dirinya.
Pengontrolan dimensi biologis sangat ditekankan demi menjaga kesehatan fisik maupun
mental. Adanya motivasi biologis dalam diri seseorang dipandang islam sebagai sebuah
fithrah yang tidak boleh diputus. Al – Qur’an dan Hadits mengajarkan cara mengatur
pemuasn motivasi manusia yang bersifat fithrah dengan berpegang kepada prinsip berikut:

7
a. Melampiaskan dengan cara yang halal dan diizinkan oleh syariat. Misalnya,
melampiaskan motivasi seksual dengan cara menikah, sedangkan cara pelampiasan dengan
berzina dipandang haram berakibat dosa dan hilang ketenangan.
b. Tidak berlebiha dalam melampiaskan motivasi, karena dapat menimbulkan
madharat pada kesehatan fisik dan psikis.
V. METODE MEMPELAJARI HAL YANG URGEN DARI KESEHATAN MENTAL

Metode mempelajari hal yang urgen dari kesehatan mental menurut Najati (2003) yaitu
atensi yang besar pada karakter pembentuk insan mulia. Hal ini dilakukan dengan
menyelenggarakan pendidikan dan memberikan keteladanan supaya setiap individu muslim
memiliki tanggung jawab dalam tugas menyebarkan dakwah dan mendirikan sebuah negara
Islam. Rasulullah menganjurkan ummatnya untuk memperhatikan kesehatan fisik dengan belajar
berkuda, berenang dan memanah yang dianggap dewasa ini sebagai metode terapi kesehatan
mental yang tidak diragukan lagi.
Beberapa hal urgen bagi kesehatan mental yang menjadi perhatian Rasulullah dan selalu
diajarkan kepada para sahabat antara lain:
1) Perasaan aman, Nabi bersabda: “Barang siapa di antara kalian merasa aman di
tengah keluarganya pada pai hari, sehat fisik, dan memiliki bahan makanan hari
yang dijalaninya maka seakan-akan selruh dunia menjadi miliknya (HR.
Tirmidzi).
2) Bergantung pada diri sendiri, Nabi bersabda: “Siapa yang mau menjamin diriku
untuk tidak tidak meminta sesuatu apapun kepada manusia dan aku akan
menjamin untuk surga? Tsauban berkata “Akum mau wahai rasul”. Maka terbukti
bahwa Tsauban memang tidak pernah meminta sesuatu apa pun kepada orang lain
(HR. Abu Dawud).
3) Percaya diri dan teguh pendirian, Nabi bersabda: “Janganlah kalian menjadi
pembeo! Kalan akan berkata kami berbaut baik jika orang-orang berbuat baik, dan
kami berbuat dzalim jika orang-orang berbuat dzalim. Akan tetapi berpendirianlah
kalaian yang teguh! Jika orang berbuat baik, hendaklah kalian berbuat baik,
namun jika mereka berbuat buruk , maka janganlah kalian berbuat dzalim (HR.
Tirmidzi).

8
4) Rasa tangggung jawab, Nabi bersabda: “masing-masing kalian adalah pemimpin.
Dan masing-masing kalian akan mempertanggung jawabkan apa yang
dipimpinnya. Seorang pemimpin mempertanggung jawabkan rakyatnya, seorang
suampi merupakn pemimpin dalam keluarganya dan mempertanggungjawabkan
apa yang dipimpinnya, seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan
mempertanggung jawabkan sesuatu yang dipimpinnya. Pelayan merupakan
pemimpin dalam harta tuannya dan mempertanggung jawabkan sesuatu yang
dipimpinnya (HR. Al Bukhari).
5) Berani mengutarakan pendapat, Nabi bersabda: “Hendakanya salah seorang di
antara kalian tidak menghina dirinya sendiri! Para sahabat bertanya “bagaiamana
seseorang dari kami menghina dirinya sendiri? Rasulullah menjawab “Dia
memandang ada sesuatu yang harus dia katakan karena Allah, namun dia tidak.
6) Ridha menerima takdir, Nabi bersabda: “Ridhalah kamu terhadap apa yang telah
diberikan Allah kepadamu, niscaya kamu akan menjadi orang yang paling kaya!”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)
7) Sifat Sabar, Nabi bersabda: “Sesungguhnya kadar besarnya balasan tergantung
pada kadar besarnyanya cobaan yang ditimpakan, sesungguhnya jika Allah
mencintai sebuah kaum maka Allah memberikan cobaan kepada mereka. Barang
siapa yang ridha (bersabar) terhadap cobaan maka ia akan memperoleh ridha
Allah. Dan barang siapa yang marah maka ia akan mendapat murka Allah (HR.
Tirmidzi).
8) Menunaikan pekerjaan secara efektif dan sempurna, Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Allah menyukai seseorang di antara kalian jika mengerjakan
sebuah pekerjaan, maka ia menyempurnakannya (HR. Al Baihaqi).
9) Memperhatikan kesehatan fisik, Nabi bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih
baik dan lebih disukai oleh Allah dari pada orang mukmin yang lemah.” (HR.
Muslim)

Untuk mendidik jiwa dengan sifat-sifat di atas, Rasulullah SAW memberikan


kuncinya dengan menjelaskan tentang pentingnya membenahi “sisi dalam” dirinya,
yaitu hati. Beliau bersabda: “ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat
sekerat daging, jika sekerat daging itu baik, maka akan baik seluruh jasad. Namun

9
jika sekerat daging itu rusak, maka seluruh jasad akan rusak. Ketahuilah, sekerat
daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari Muslim).

Kelebihan Jurnal
Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana mudah dipahami, menggunakan
kalimat efektif dan sangat sedikit terdapat kesalahan penulisan kata (typo), serta runtutan
materi pada bab pembahasan jelas.
Kekurangan Jurnal
Materi yang disampaikan kurang lengkap, sehingga kelompok kami harus mencari
referensi dari jurnal lain dalam penulisan makalah ini. Selain itu tidak disebutkan metode
yang digunakan dalam pembuatan artikel jurnal ini.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menjaga kesehatan mental
menurut perspektif As-Sunnah berpijak pada prinsip moderasi dalam pemenuhan
kebutuhan antara yang bersifat material dan spiritual. Sedangkan metode Al-Quran dan
hadits dalam merealisasikan kesehatan mental yaitu dengan penguatan dimensi spiritual,
pengendalian motivasi biologis, dan metode mempelajari hal yang urgen bagi kesehatan
mental. Tercapainya metode tersebut dapat terlihat dari kehidupan nabi dan para sahabat
dari sisi hubungannya terhadap Tuhan, diri sendiri, dan orang lain serta hubungannya
dengan alam semesta.
B. Saran
Kami sebagai penyusun dengan ini menyadari adanya banyak kekurangan dalam makalah
ini. Dengan itu kami, dengan senang akan menerima kritik saran dari pembaca terkait
materi yang kami sampaikan, terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Ikhwan. “Menjaga Kesehatan Mental Perspektif Al-Qur’an Dan Hadits.” Journal An-Nafs:
Kajian Penelitian Psikologi 1, no. 1 (2016): 31–50.
Rama Wijaya Kesuma Wardhani, Pasiska, Nurlaila Kamsi,. “Menjaga Kesehatan Mental Dengan
Pendekatan Shalat: Analisis Sanad Dan Matan Hadis.” Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam
1, no. 2 (2020): 227.

12

Anda mungkin juga menyukai