Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu: Amalia Fitriana, M. Pd

Oleh
Nikmatus Zahro (200102110047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Makalah dengan judul “Landasan Bimbingan dan Konseling” ini sengaja penulis susun
dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang
telah Ibu berikan beberapa waktu yang lalu. Disamping dapat memenuhi tugas yang telah Ibu
berikan, penulis juga berharap agar makalah ini dapat membawa manfaat serta menambah
khazanah pengetahuan bagi siapapun yang membacanya.

Penulis menyadari jika makalah ini belum sepenuhnya sempurna atau sesuai dengan kriteria
yang diharapkan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini kedepannya.

Pasuruan, 09 Maret 2023

Nikmatus Zahro
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1 Landasan Bimbingan dan Konseling........................................................................2

BAB III PENUTUP...................................................................................................................9

3.1 Kesmpulan................................................................................................................9

3.2 Saran.........................................................................................................................9

Daftar Pustaka........................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bimbingan dan konseling merupakan layanan profesional yang dilakukan oleh seorang
konselor kepada kliennya dengan tujuan untuk membantu mengatasi permasalahan yang
dihadapi oleh klien. Sebagai layanan profesional, bimbingan dan konseling tidak boleh
dilakukan secara sembarangan. Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus
memperhatikan setiap ketentuan-ketentuan yang ada, termasuk landasan bimbingan dan
konseling. Landasan-landasan dalam bimbingan dan konseling harus diperhatikan oleh
setiap konselor dalam melaksanakan bimbingan dan konseling. Adanya landasan dalam
bimbingan dan konseling ditujukan agar terdapat pijakan yang jelas dan kokoh dalam
pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun
praktik, sehingga layanan bisa semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan
serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima
jasa layanan (klien).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja landasan dalam bimbingan dan konseling?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui landasan dalam bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Bimbingan dan Konseling


Landasan bimbingan dan konseling adalah hal-hal dasar yang harus diperhatikan dalam
pengembangan dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Terdapat beberapa
landasan dalam bimbingan dan konseling, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Landasan Filosofis Perlunya BK


Prayitno dan Erman Amti (2003:203-204) mengemukakan pendapat Belkin (1975)
yaitu bahwa pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan atau tindakan yang
semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan
pemikiran filsafat tentang berbagai hal yang berkaitan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi
pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya dan bagi konselor pada khususnya,
yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam mengambil
keputusan yang tepat. Selain itu, pemikiran dan pemahaman filosofis juga
memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif,
serta lebih efektif dalam penerapan upaya pemberian bantuan.
Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling berkenaan dengan usaha
mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang apakah manusia itu.
Untuk menjawab pertanyaan filosofis tersebut, tentu tidak dapat dilepaskan dari
berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat
modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para
penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph,
dalam Prayitno, 2015: 139-140) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia
sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia
berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
3. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya
sendiri, khususnya melalui pendidikan.
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk, hidup berarti
upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya
mengontrol keburukan.
5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.
6. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas- tugas kehidupannya sendiri.
7. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
8. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut kehidupannya sendiri. Kebebasan ini
memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia
itu dan akan menjadi apa manusia itu.
9. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun,
manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan
untuk melakukan sesuatu.
John J. Pietrofesa et.al. (1980: 30-31) menyebutkan bahwa ada beberapa prinsip yang
terkait dengan landasan filosofis dalam bimbingan, yaitu:
1. Objective viewing
Dalam hal ini konselor membantu klien agar memperoleh suatu perspektif
tentang masalah khusus yang dialaminya dan membantunya untuk menilai atau
mengkaji berbagai alternatif atau strategi kegiatan yang memungkinkan klien
mampu merespon interes, minat atau keinginannya secara konstruktif.
2. The conselor must have the best interest of the client at heart
Maksudnya adalah konselor harus merasa puas dalam membantu klien
mengatasi masalahnya. Konselor menggunakan keterampilan untuk membantu
klien dalam upaya mengembangkan keterampilan klien dalam mengatasi masalah
(coping) dan keterampilan hidupnya (life skills).

Kemudian John J. Pietrofesa mengemukakan pendapat James Cribbin mengenai


prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan, yaitu:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga
diri individu (klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan, artinya
bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.
c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan atau
pelayanan.
d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental.
Bimbingan dilaksanakan melalui kerjasama, yang masing-masing bekerja
berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya.
f. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi,
personalisasi, dan sosialisasi.
b. Landasan Psikologis Perlunya BK
Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling adalah memberikan kepahaman
tentang peilaku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini sangat penting karena
bidang garapan bimbingan dan konseling adalah perilaku klien, yaitu perilaku klien
yang perlu di ubah atau dikembangkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan,
perkembangan individu, belajar; dan kepribadian.
a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang
berperilaku, baik motif primer maupun motif sekunder. Motif primer adalah motif
yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir,
seperti rasa lapar, bernafas dan sejenisnya. Sementara itu, motif sekunder adalah
motif yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan
atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan juga merupakan faktor yang membentuk dan
mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan adalah segala sesuatu yang dibawa
sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik,
seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-
kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu
dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada
lingkungan dimana individu itu berada. Setiap individu memiliki pembawaan dan
lingkungan tempat tinggal yang berbeda-beda, sehingga perilakunya juga berbeda-
beda.
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya
individu yang dimulai sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya.
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang sangat mendasar dari psikologi.
Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat
mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia
mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya.
e. Kepribadian
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-
fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Abin Syamsuddin, 2003 (dalam artikel Akhmad Sudrajat, 2008) mengemukakan
tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup:
1. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten
tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Tempramen, yaitu disposisi reaktif seseorang.
3. Sikap sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
4. Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan
dari lingkungan.
5. Responsibilitas (tanggung jawab), yaitu kesiapan untuk menerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara
wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Contohnya adalah sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
c. Landasan Sosial Budaya BK
Landasan sosial budaya BK merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dari tempat dimana ia hidup. Sejak lahir,
seorang individu sudah dididik dan diajari untuk mengembangkan pola-pola perilaku
yang sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam
memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan seorang individu mendapat
masalah atau bahkan tersingkir dari lingkungannya. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka dibutuhkan bimbingan dan konseling.
d. Landasan Religius Perlunya BK
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada 3 hal
pokok, yaitu manusia sebagai makhluk Tuhan; sikap yang mendorong perkembangan
dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama;
dan upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta
kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu
perkembangan dan pemecahan masalah.
e. Landasan Pedagogis Perlunya BK
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi,
yaitu:
1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah
satu bentuk kegiatan pendidikan
Pelayanan bimbingan dan konseling berfokus pada manusia, bahkan dikatakan
jika bimbingan itu dari manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Manusia yang
dimaksud disini adalah manusia yang berkembang, yang terus-menerus berusaha
mewujudkan 4 dimensi kemanusiaannya untuk menjadi manusia seutuhnya.
Tempat yang paling utama untuk terjadinya proses dan tercapainya tujuan
perkembangan itu tidak lain adalah pendidikan.
Dalam arti luas, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Pendidikan
memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan, seorang
individu tidak akan mampu mengembangkan dimensi keindividualannya,
kesosialannya, kesusilaannya, dan keberagamaanya. Ia akan menjadi “manusia
alam”, bukan manusia budaya yang hidup dengan manusia-manusia lainnya dalam
tata budaya tertentu.
Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-
kliennya. Gistod menegaskan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses
yang berorientasi pada belajar, belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri
sendiri, belajar untuk mengembangkan dan menerapkan secara efektif berbagai
pemahaman. Dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru.
Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya. Dari
hal-hal baru yang diperoleh itulah klien berkembang.
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling
Pendidikan merupakan upaya berkelanjutan. Ketika suatu pendidikan itu selesai,
maka bukan berarti pendidikan itu berhenti. Pendidikan akan terus maju dan
berjalan dengan kegiatan dan program yang lainnya. Proses pendidikan yang
berhasil adalah proses pendidikan yang mampu membuat peserta didik
memperkaya dirinya dan membantu untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Pun
demikian dengan hasil pelayanan bimbingan dan konseling. Hasil pelayanan
bimbingan dan konseling tidak berhenti setalah kegiatan pelayanan itu selesai.
Individu yang berhasil menyelesaikan bimbingan dan konseling diharapkan tidak
membutuhkan atau memasuki bimbingan dan konseling berikutnya. Sehingga tidak
dikenal istilah “bimbingan dan konseling berkelanjutan”, yang mana maksudnya
adalah membimbing individu yang sama secara terus-menerus.
f. Landasan IPTEK Perlunya BK
Layanan bimbingan dan konseling adalah kegiatan profesional yang memiliki dasar-
dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya.
1. Keilmuan bimbingan dan konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan terkait bimbingan
dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sama halnya dengan ilmu-
ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri,
metode penggalian pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika
pemaparannya.
Adapun objek kajian dari ilmu bimbingan dan konseling adalah upaya bantuan
yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni
fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan.
Sementara untuk metode penggalian pengetahuan dalam ilmu bimbingan dan
konseling adalah pengamatan, wawancara, analisis dokumen (riwayat hidup,
laporan perkembangan, himpunan data, dan lain-lain), prosedur tes dan inventory,
analisis laboratoris. Melalui metode-metode tersebut akan diperoleh berbagai
pengetahuan tentang objek kajian bimbingan dan konseling. Meskipun begitu,
pengetahuan-pengetahuan tersebut belum bisa menjadi menjadi bagian dari ilmu
bimbingan dan konseling apabila belum ditafsirkan, baik secara spesifik maupun
luas dalam kaitannya dengan ranah kajian bimbingan dan konseling. Dan untuk
menafsirkannya tentu harus dilakukan secara logis dan sistematis berdasarkan
penalaran dan kaidah-kaidah keilmuan yang laras dan mapan. Paparan melalui
laporan laporan hasil penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya
mengenai objek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud keilmuan
bimbingan dan konseling.
2. Peran ilmu lain dan teknologi dalam bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya
ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Sumbangan dari berbagai lmu lain
kepada bimbingan dan konseling tidak terbatas hanya kepada pembentukan dan
pengembangan teori-teori bimbingan dan konseling, melainkan juga kepada praktik
pelayanannya.
3. Pengembangan bimbingan dan konseling melalui penelitian
Bimbingan dan konseling, baik teori maupun praktik pelayanannya bersifat
dinamis dan terus berkembang. Hal ini terjadi seiring dengan berkembangnya ilmu-
ilmu yang memberikan sumbangan dan seiring pula dengan berkembangnya budaya
manusia pendukung pelayanan bimbingan dan konseling itu. Pengembangan
bimbingan dan konseling hendaknya dilakukan berdasarkan penelitian, terlebih
penelitian yang bersifat eksperimen. Melalui penelitian suatu teori dan praktik
bimbingan dan konseling dapat menemukan pembuktian atas ketepatan atau
keefektifan dan keefisiensiannya di lapangan.
Penelitian merupakan jiwa dari perkembangan ilmu dan teknologi. Apabila ingin
pelayanan bimbingan dan konseling berkembang dan maju, maka penelitian tentang
bimbingan dan konseling harus terus dilakukan. Tanpa penelitian, bimbingan dan
konseling akan stuck atau tidak mengalami kemajuan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Landasan bimbingan dan konseling merupakan hal-hal dasar yang harus diperhatikan dalam
pengembangan dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Terdapat beberapa
landasan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan
psikologis, landasan sosial budaya, landasan religius, landasan pedagogis, dan landasan
IPTEK.

3.2 Saran

Dari materi yang telah di bahas pada bab sebelumnya, berikut adalah beberapa saran yang dapat
penulis berikan:

a. Hendaknya konselor mempelajari dan memperhatikan setiap landasan bimbingan dan


konseling dalam memberikan layanan kepada klien.
Daftar Pustaka

Abu Bakar M. Luddin. 2010. Dasar-Dasar Konseling. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Nasution, Henni Syafriana dan Abdillah. 2019. Bimbingan Konseling. Medan: LPPPI

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai