MAKALAH
Oleh Kelompok 1:
1. Desi Puji Atmajayanti (T20181159)
2. Amelia Fransiska (T20181164)
3. Reza Adi Prayogo (T20181167)
4. Mohammad Iqbal Ulyl Albab H.S. (T20181173)
5. Eni Mira Qonita (T20181187)
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), hlm.3
2
Elfi Mu’awanah, Mengenal Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hlm. 3
3
4
3
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.20
4
Koestoer Partowisastro, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Erlangga,
1985), hlm.12
5
memberikan bantuan jawaban muridnya pada waktu ujian, hal ini juga bukanlah
merupakan bimbingan.
2. Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “To counsel” yang secara
etimologis berarti “to give edvice” atau memberi saran dan nasehat.5
Di samping itu istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah
konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan
suatu kegiatan yang integral (utuh atau melengkapi). Konseling merupakan salah
satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya.
Bimbingan itu lebih luas dan konseling merupakan alat yang paling penting dari
usaha pelayanan bimbingan.
Menurut Rogers konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan
individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya.6
Dari batasan ini dapat diketahui bahwa penyuluhan atau konseling adalah
suatu bimbingan yang diberikan kepada individu (siswa) dengan tatap muka (face
to face) melalui wawancara. Dua ciri yaitu face to face (hubungan timbal balik)
dan wawancara ini merupakan ciri counseling atau konseling. Counseling
biasanya diberikan secara individual, namun bisa juga diberikansecara kelompok
bersama-sama, pelayanan konseling terutama ditujukan pada individu yang
bermasalah.
Jadi, teknik bimbingan dan konseling adalah cara atau metode yang
dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memadu seseorang atau
sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya,
serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya
dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.
7
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia. 2010), hlm. 95-96
7
8
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis Integrasi), (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.317
9
Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Padang: Angkasa Raya Padang,
1987), hlm.86-87
8
Kontak mata yang baik adalah dengan cara melihat kepada klien ketika ia
sedang berbicara dan menggunakan pandangan mata yang menunjukkan perhatian
dan penerimaan penyuluh terhadap klien. Tatapan mata yang tajam, pandangan
hampa atau menghindari dari tatapan klien akan dapat membuat klien menjadi
kebingungan. Orang cenderung menggunakan lebih banyak kontak mata ketika
mendengarkan pembicaraan.
b. Ajakan untuk Berbicara
Jika klien diajak bicara secara bebas dan tidak dihujani dengan
serangkaian pertanyaan, dapat diharapkan dia akan mengemukakan
permasalahannya dengan baik. Ajakan untuk berbicara ini sekaligus disertai
dengan sikap, cara duduk, isyarat, dan suara konselor. Konselor hendaklah
berbicara dengan penuh kehangatan dengan nada dan kata-kata yang bersifat
menerima klien serta perlu diingat bahwa semuanya dilakukan secara wajar dan
tidak dibuat-buat.
pendapat klien, sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal
klien. Yang dirumuskan kembali oleh konselor dalam bentuk farase yaitu
memantulkan ide klien dengan menggunakan kata-kata kobselor sendiri dan
restatement, yaitu memantulkan ide-ide klien dengan kata-kata yang sesuai
dengan ucapan klien. (c) Refleksi perasaan, yaitu konselor mengatakan kembali
perkataan klien yang mengandung pesan emosional (marah, sedih, bahagia, dan
lain-lain) atau pengalaman yang telah diungkapkan secara verbal dan nonverbal.
Pernyataan tersebut dirumuskan ke dalam bentuk parafrase dan statement, namun
pada umumnya parafrase lebuh efektif karena yang dipantulkan kembali adalah
perasaan klien tanpa menambah atau mengurangi makna dan bobot perasaan.
g. Keruntutan
Dalam proses konseling terkadang klien merasa takut dan malu untuk
tidak bicara dengan konselor, namun kendatipun demikian diam kadang-kadang
sama bicara. Jika konselor dapat menerima klien yang sedang diam, hal ini akan
lebih memperlihatkan pada klien bahwa klien memang diberi hal untuk
melanjutkan jalannya wawancara. Keadaan diam itu merupakan peluang bagi
klien dan konselor untuk berpikir. Keadaan ini dapat juga menumbuhkan
kepercayaan bahkan akhirnya mendorong klien untuk mau berterus terang dalam
membuka dirinya.
i. Menyimpulkan
Yaitu suatu teknik yang dapat membuat klien lebih punya keinginan,
keyakinan, dan prinsip yang kuat untuk mau melakukan perubahan tingkah laku
ke arah yang lebih baik.
k. Konfrontasi
Suatu teknik yang digunakan untuk menunjukkan secara terus terang dan
langsung kepada klien, bahwa apa yang dikemukakannya tentang dirinya sendiri
atau tentang keadaan tertentu jelas-jelas tidak sesuai dengan apa yang konselor
lihat dalam kenyataan yang sama, dengan kata lain ada dua hal yang berlawanan
yang dikemukakan oleh klien, atau di antara ungkapan verbal dan nonverbal atau
di antara kata-kata dan perbuatan yang dilakukan klien.Biasanya klien belum
menyadari ketidakcocokan itu maka konselor menyadarkannya dengan maksud
agar klien menghadapi diri sendiri secara jujur. Konselor pun harus cukup yakin
dengan apa yang ditunjukkan sebagaipertentangan, dan tidak boleh bicara dengan
nada mengadili, menuduh, atau meremehkan ketajaman pengamatannya.
l. Kontak Psikologis (Jembatan Hati)
Yaitu keikutsertaan konselor untuk menjadi dan merasakan suasana yang
ada dalam diri klien, sehingga ada semacam hubungan jiwa antara konselor dan
klien. Kontak psikologis ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan konselor
12
Kursi kosong adalah teknik khusus dalam konseling yang dilakukan untuk
mengubah tingkah laku klien dengan cara berkomunikasi dengan alat bantu kursi
kosong. Teknik ini digunakan ketika klien bermasalah dalam hal berkomunikasi
dengan orang-orang tertentu yang menyebabkan terhambatnya perkembangan
klien dan menyebabkan KES klien terganggu.10
10
Mulyadi, Bimbingan Konseling di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 152-
158
14
3. Diskusi kelompok
11
Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2016),
hlm.42-46
18
itu, sifat keteladanan yang dimiliki oleh konselor harus diekspresikan dalam
kehidupan sehari-harinya.
Selanjutnya di dalam bimbingan dan konseling Islam, teknik diartikan
sebagai suatu cara dan merupakan suatu alternatif yang dipakai untuk membantu
konselor memahami permasalahan klien secara mendalam sehingga tujuan
konseling dapat terwujud sebagaimana mestinya. Penggunaannya secara tegas
akan mengacu pada petunjuk yang ada dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi
Muhammad SAW. Rasulullah SAW bersabda:12
انLLمن رائ منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسا نه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك اضعف لآليم
)(رواه مسلم عن ابي سعيد الخدري
12
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Islami,(Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), hlm.135
13
Hamdani Bakran adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam,(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,
2002), hlm. 207
19
Teknik ini menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan
oleh klien berbentuk perbuatan atau sikap dan ucapan secara verbal, diantaranya
adalah:
1) Penerimaan terhadap klien
عن ابي ذر قال قال لي النبي صلى هللا عليه وسلم التحقرن من المعروق شيآ
ٌَ ثُ َّم يُ ِم ْيتُ ُك ْم ثُ َّم يُحْ يِ ْي ُك ْم ثُ َّم اِلَ ْي ِه تُرْ َجع, َك ْيفَ تَ ْكفُرُونَ بِاهللِ َو ُك ْنتُ ْم َأ ْم َوتًا فََأحْ يَ ُك ْم
ُون
Artinya: “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu
Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan.”
15
Musfir bin Said Az-Zahrani, op. cit., hlm.66
21
16
Tafsir Al Qurthubi, Jilid 1 Penerjemah Fathurrahman, Ahmad Hotib,(Jakarta: Pustaka Az-zam,
2007)
22
BAB III
PENUTUP
3
3.1 Kesimpulan
Teknik bimbingan dan konseling adalah cara atau metode yang dilakukan
untuk membantu, mengarahkan atau memadu seseorang atau sekelompok orang
agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu
mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara
berinteraksi atau bertatap muka.
Langkah- langkah daam memberikan bimbingan sebagai berikut: 1)
langkah identifikasi, 2) langkah diagnosis, 3) langkah prognosis, 4) langkah
terapi, 5) langkah evaluasi dan follow up. sementara menurut tohirin, dalam proses
bimbingan dan konseling akan menempuh beberapa langkah: a) menentukan
masalah , 2) mengumpulkan masalah dan 3) analisis data.
Teknik-teknik konseling secara umum dalam bimbingan dan konseling
yang berorientasi terhadap pendidikan terutama konseling individual adalah
sebagai berikut: 1) Teknik umum diantaranya: kontak mata, ajakan untuk
berbicara, 3m (mendengarkan dengan aktif, memahami secara positif, dan
merespon dengan tepat), dorongan minimal, pertanyaan terbuka, refleksi (isi dan
perasaan), keruntutan, suasana diam, menyimpulkan, konfrontasi, dan kontak
psikologis (jembatan hati), 2) Teknik Khusus digunakan untuk membina
kemampuan tertentu pada klien.Agar kemampuan tersebut terarah pada tuntutan
yang harus dipenuhi dalam kehidupannya sehari-hari (effective daily living):
pemberian informasi, pemberian contoh pribadi, perumusan tujuan, desensitisasi,
nasihat dan kursi kosong.
Teknik bimbingan dibagi menjadi dua, yaitu bimbingan secara kelompok
dan bimbingan secara individual, yaitu: 1) Bentuk bimbingan kelompok (group
guidance) menurut Djumhur dan Muh. Surya (1975) adalah: home room program,
23
karyawisata, diskusi kelompok, kegiatan kelompok, organisasi murid, sosiodrama,
psikodramadan remedial teaching, 2) Bentuk bimbingan individual (individual
24
24
25