Anda di halaman 1dari 29

TEKNIK PELAKSANAAN BIMBINGAN dan KONSELING

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan


Konseling, yang dibimbing oleh Drs. Sarwan, M.Pd.

Oleh Kelompok 1:
1. Desi Puji Atmajayanti (T20181159)
2. Amelia Fransiska (T20181164)
3. Reza Adi Prayogo (T20181167)
4. Mohammad Iqbal Ulyl Albab H.S. (T20181173)
5. Eni Mira Qonita (T20181187)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadiran Allah Swt. yang senantiasa


melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. sebagai pembawa kabar gembira bagi umat yang bertaqwa.
Makalah yang berjudul Teknik Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bimbingan dan konseling. Dalam
penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisannya ini masih belum sempurna
dan banyak kekurangan-kekurangan. Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
umumnya dan khususnya dalam pengembangan ilmu pendidikan Islam.

Jember, 14 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ..............................................................................................i


DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian teknik bimbingan dan konseling...........................................3
2.2 Langkah-langkah dalam memberikan bimbingan dan konseling............6
2.3 Teknik bimbingan dan konseling secara umum dan khusus...................7
2.4 Teknik bimbingan dan konseling secara kelompok dan individu...........13
2.5 Teknik bimbingan dan konseling dalam perspektif Islam......................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bimbingan adalah proses membantu individu untuk memahami dirinya


sendiri dan dunianya. Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu
memecahkan masalah kehidupannya salah satunya dengan wawancara, atau
dengan cara yang lain sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk
mencapai kesejahteraan hidupnya.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam
keseluruhan sistem pendidikan khususnya disekolah, guru sebagai salah satu
pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai
pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk
memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan
konseling di sekolah. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup
sendirian. Oleh karena itu, saling membantu adalah mutlak dalam kehidupan
manusia. Proses seorang individu membantu individu lain dalam mengenali
dirinya, dunianya dan memecahkan masalah pada dirinya disebut dengan
bimbingan konseling.
Dalam dunia konseling komunikasi antara orang yang membantu disebut
konselor dan orang yang dibantu disebut klien haruslah terjaga dengan baik. Ada
teknik-teknik yang perlu dilakukan oleh seorang konselor dalam menjaga
komunikasinya dengan klien dalam proses konseling maupun bimbingan.
1.2 Rumusan Masalah

Dari pembahasan di atas penulis menemukan beberapa rumusan masalah


yaitu:
1.2.1 Apa pengertian teknik bimbingan dan konseling?
1.2.2 Apa saja langkah-langkah memberikan bimbingan dan konseling?
1.2.3 Bagaimana teknik bimbingan dan konseling secara umum dan khusus?

1
2

1.2.4 Bagaimana teknik bimbingan dan konseling secara kelompok dan


individu?
1.2.5 Apa saja langkah-langkah memberikan bimbingan dan konseling?
1.2.6 Bagaimana teknik bimbingan konseling perspektif Islam?
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulis yaitu dapat menjelasakan permasalahan dari


rumusan masalah.
1.3.1 Untuk menjelaskan pengertian teknik bimbingan dan konseling.
1.3.2 Untuk menjelaskan langkah-langkah dalam memberikan bimbingan dan
konseling.
1.3.3 Untuk menjelaskan teknik bimbingan dan konseling secara umum dan
khusus.
1.3.4 Untuk menjelaskan teknik bimbingan dan konseling secara kelompok dan
individu.
1.3.5 Untuk menjelaskan teknik bimbingan dan konseling dalam perspektif
Islam.
BAB 2
PEMBAHASAN

Penulis dalam hal ini akan memaparkan atau menjelaskan mengenai


perumusan masalah, sehingga pembaca akan memahami, memberikan masukan
dan dapat menyimpulkan hasil dari membaca dan adapun tujuan dari masalah
yaitu: 1) Pengertian teknik bimbingan konseling, 2) Langkah-langkah dalam
memberikan bimbingan konseling, 3) Teknik bimbingan konseling secara umum
dan khusus, 4) Teknik bimbingan konseling secara kelompok dan individu, 5)
Teknik bimbingan konseling dalam perspektif Islam. Berikut ini pemaparannya.
2.1 Pengertian Teknik Bimbingan dan Konseling
Ditinjau darisegi sejarah perkembangan ilmu bimbingan dan konseling di
Indonesia, maka sebenarnya istilah bimbingan dan konseling pada awalnya
dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang merupakan terjemahan
dari istilah guidance and counseling.
1. Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti
“menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu” sesuai
denganistilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu
bantuan atau tuntutan.1

Sedangkan pengertian bimbingan menurut terminologi diantaranya adalah


sebagai berikut:
a. Menurut Carl Rogers
“Bimbingan merupakan suatu proses untuk membantu individu, agar
individu tersebut dapat memecahkan masalahnya menuju kepada perkembangan
psikologis dan sosialnya”.2

1
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), hlm.3
2
Elfi Mu’awanah, Mengenal Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hlm. 3

3
4

b. Dewa Ketut Sukardi


Dewa Ketut Sukardi menjelaskan pengertian bimbingan dan konseling
secara terpisah sebagai berikut:
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau
sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing
agar individu menjadi pribadi dan mandiri. Kemandiran yang menjadi tujuan
usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan
oleh pribadi mandiri yaitu a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya
sebagaimana adanya, b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
dinamis, c) mengambil keputusan, d) mengarahkan diri sendiri dan e)
mewujudkan diri sendiri.3
c. Menurut Crow dan Crow
Bimbingan adalah bantuan yangdiberikan kepada seseorang agar dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki mengenai dirinya sendiri,
mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya
secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.4
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan oleh seseorang yang memiliki
keahlian khusus dalam bidangnya (bimbingan dan penyuluhan) kepada setiap
individu secara terus menerus agar individu dapat memahami diri, mengarahkan
diri, menyesuaikan atau memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga ia
dapat merasakan kebahagiaan.
Bimbingan merupakan pertolongan, namun tidak semua pertolongan
merupakan bimbingan. Misalnya: orang yang memberikan pertolongan kepada
anak untuk dibangkitkan, hal ini bukanlah merupakan bimbingan, sebab
bimbingan masih memerlukan sifat-sifat yang lain, misalnya: seorangguru yang

3
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.20
4
Koestoer Partowisastro, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Erlangga,
1985), hlm.12
5

memberikan bantuan jawaban muridnya pada waktu ujian, hal ini juga bukanlah
merupakan bimbingan.
2. Pengertian Konseling

Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “To counsel” yang secara
etimologis berarti “to give edvice” atau memberi saran dan nasehat.5
Di samping itu istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah
konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan
suatu kegiatan yang integral (utuh atau melengkapi). Konseling merupakan salah
satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya.
Bimbingan itu lebih luas dan konseling merupakan alat yang paling penting dari
usaha pelayanan bimbingan.
Menurut Rogers konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan
individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya.6
Dari batasan ini dapat diketahui bahwa penyuluhan atau konseling adalah
suatu bimbingan yang diberikan kepada individu (siswa) dengan tatap muka (face
to face) melalui wawancara. Dua ciri yaitu face to face (hubungan timbal balik)
dan wawancara ini merupakan ciri counseling atau konseling. Counseling
biasanya diberikan secara individual, namun bisa juga diberikansecara kelompok
bersama-sama, pelayanan konseling terutama ditujukan pada individu yang
bermasalah.
Jadi, teknik bimbingan dan konseling adalah cara atau metode yang
dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memadu seseorang atau
sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya,
serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya
dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

2.2 Langkah-langkah dalam Memberikan Bimbingan dan Konseling


5
Hallen, op. cit., hlm.7
6
Elfi Mu’awanah, op. cit., hlm.5
6

Dalam memberikan bimbingan dan konseling terdapat langkah- langkah


sebagai berikut.7
1. Langkah Identifikasi
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal anak beserta gejala-gejalnya
yang tampak. Dalam langka ini pembimbing mencatat anak anak yang perlu
mendapat bimbingan dan memilih anak yang perlu mendapat bimbingan terlebih
dahulu.
2. Langkah Diagnosis
Langkah diagnosis yaitulangkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi
anak berdasarkan latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan
ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi terhadap anak, menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul, ditetapkan masalah
yang dihadapi serta latar belakang.
3. Langkah Prognosis
Langkah prognosis yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan yang
akan dilaksanakan untuk membimbing anak. Langkah prognosis ini ditetapkan
berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis. Yaitu setelah ditetapkan
masalahnya dan latar belakangnya. Langkah prognosis ini ditetapkan bersama
setelah mempertimbangkan berbagai berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
4. Langkah Terapi
Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam langkah prognosis.
Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu proses yang kontinyu, dan
sistematis serta memerlukan pengamatan yang cermat.
5. Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauhmanakah
terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah Follow
Up atau tindak lanjut dilihat perkembangan selanjutnya dalam waktu yang lebih
jauh.

7
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia. 2010), hlm. 95-96
7

Sementara menurut Tohirin, dalam proses bimbingan dan konseling akan


menempuh beberapa langkah, yaitu:8
a) Menentukan Masalah

Menentukan masalah dapat di lakukan dengan terlebih dahulu melakukan


identifikasi masalah (Identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh siswa.
b) Mengumpulkan Masalah

Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam BK. Selanjutnya


adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkuta. Data siswa yang
bersangkutan. Data siswa yang dikumpulkan harus secara komprehensif
(Menbyeluruh).
c) Analisis Data

Data-data siswa yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Dari


analisis data akan diketahui siapa siswa dan apa sesunguhnya masalah yang
dihadapi oleh siswa tersebut: 1) Diagnosis, 2) Prognosis dab 3)Terapi.

Langkah- langkah ini berupa usaha untuk melaksanakan bantuan ataupun


bimbingan kepada seseorang yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang
telah dirumuskan pada langkah yang ketiga (Prognosis). Usaha pemecahan ini
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk bantuan, antara lain layanan individual,
layanan kelompok, pengajaran perbaikan , pemberian pengajaran dan sebagainya.9
2.3 Teknik Bimbingan dan Konseling Secara Umum dan Khusus

Teknik-teknik konseling secara umum dalam bimbingan dan konseling


yang berorientasi terhadap pendidikan terutama konseling individual adalah
sebagai berikut:
A. Teknik Umum

8
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis Integrasi), (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.317
9
Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Padang: Angkasa Raya Padang,
1987), hlm.86-87
8

Tahapan ini juga disebut dengan tahapan definisi masalah, karena


bertujuan agar konselor bersama klien mampu mendefinisikan klien yang dipilih
dan isu-isu pesan klien dalam suasana konseling. Teknik konseling yang harus ada
pada tahap awal penyelenggaraan konseling adalah sebagai berikut:
a. Kontak Mata

Kontak mata yang baik adalah dengan cara melihat kepada klien ketika ia
sedang berbicara dan menggunakan pandangan mata yang menunjukkan perhatian
dan penerimaan penyuluh terhadap klien. Tatapan mata yang tajam, pandangan
hampa atau menghindari dari tatapan klien akan dapat membuat klien menjadi
kebingungan. Orang cenderung menggunakan lebih banyak kontak mata ketika
mendengarkan pembicaraan.
b. Ajakan untuk Berbicara

Jika klien diajak bicara secara bebas dan tidak dihujani dengan
serangkaian pertanyaan, dapat diharapkan dia akan mengemukakan
permasalahannya dengan baik. Ajakan untuk berbicara ini sekaligus disertai
dengan sikap, cara duduk, isyarat, dan suara konselor. Konselor hendaklah
berbicara dengan penuh kehangatan dengan nada dan kata-kata yang bersifat
menerima klien serta perlu diingat bahwa semuanya dilakukan secara wajar dan
tidak dibuat-buat.

c. 3M (Mendengarkan dengan Aktif, Memahami secara Positif, dan Merespon


dengan Tepat)

Mendengarkan merupakan dasar bagi semua wawancara. Kegiatan ini


menghendaki agar penyuluh lebih banyak diam dan menggunakan alat indranya
untuk menangkap semua pesan. Mendengarkan secara tepat dan aktif sangat
penting selama proses wawancara konseling berlangsung, lebih-lebih pada saat
permulaan ketika seorang konselor berusaha secara tepat untuk menyesuaikan
dirinya dengan orang lain (klien), memusatkan diri pada klien itu dan menjadikan
pesan-pesan yang datang padanya menjadi sesuatu yang sangat penting. Dalam
suasana ini konselor bersedia berempati, konselor membuktikan diri bahwa dia
9

benar-benar mendengar, paham, dan mengerti permasalahan klien, serta konselor


dapat merespon dengan tepat.
d. Dorongan Minimal
Dorongan minimal adalah sebuah isyarat, anggukan, sepatah kata atau
suara tertentu, gerakan anggota badan, atau pengulangan kata kunci yang
mewujudkan bahwa konselor mempunyai perhatian dan ikut serta dalam
pembicaraan klien. Cara ini memberikan kesempatan dan kebebasan pada klien
untuk berbicara, umpamannya “mmm”, “aha”, “oh ya”, “jadi” dan sebagainya.
Dorongan minmal ini digunakan secara wajar dari seluruh percakapan. Dorongan
minimal ini digunakan secara efektif untuk menjaga kelangsungan pembicaraan
klien dan menghindari agar konselor tidak terlalu banyak bicara yang
mengakibatkan klien hanya mendengar saja. Tujuan dorongan minimal ini adalah
agar klien terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai
tujuan.
e. Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan terbuka bertujuan mengajak klien untuk merumuskan


pembicaraanya dengan memberikan lebih banyak uraian mengenai hal yang
dikemukakannya. Pertanyaan terbuka adalah penting terutama pada tahap awal
wawancara. Memulai pertanyaan dengan kata tanya seperti apa, kapan,
bagaimana, di mana, mengapa, adalah suatu cara untuk membuat pertanyaan itu
lebih terbuka. Pertanyaan terbuka akan menghasilkan jawaban yang dapat
dijadikan arah atau informasi yang berguna untuk mengadakan tindak lanjut, dan
memungkinkan pula suasana percakapan tersebut dapat berlangsung dengan baik
dan klien bebas untuk mengemukakan isi pembiacaraan apa pun yang ia mau.

f. Refleksi (Isi dan Perasaan)

Refleksi berarti memantulkan kembali apa yang telah dikemukakan oleh


klien (memungkinkan pikiran, perasaan,/hal-hal yang dilakukan, tingkah laku).
Terdapat tuga jenis refleksi, yaitu sebagai berikut: (a) refleksi isi, yaitu konselor
mengatakan kembali atau mengalihbahasakan isi pembicaraan klien secara
sederhana dan singkat. (b) refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide,
10

pendapat klien, sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal
klien. Yang dirumuskan kembali oleh konselor dalam bentuk farase yaitu
memantulkan ide klien dengan menggunakan kata-kata kobselor sendiri dan
restatement, yaitu memantulkan ide-ide klien dengan kata-kata yang sesuai
dengan ucapan klien. (c) Refleksi perasaan, yaitu konselor mengatakan kembali
perkataan klien yang mengandung pesan emosional (marah, sedih, bahagia, dan
lain-lain) atau pengalaman yang telah diungkapkan secara verbal dan nonverbal.
Pernyataan tersebut dirumuskan ke dalam bentuk parafrase dan statement, namun
pada umumnya parafrase lebuh efektif karena yang dipantulkan kembali adalah
perasaan klien tanpa menambah atau mengurangi makna dan bobot perasaan.
g. Keruntutan

Keruntutan atau sambung menyambung maksudnya adalah bahwa antar


pertanyaan yang satu dengan yang satu dengan yang lain hendaknya
runtut/bersambung. Konselor harus jeli mengambil kesimpulan, menemui
jawaban yang dilontarkan klien dan terus-menerus memberi pertanyaan sesuai apa
yang dijawab klien sebelumnya. Tujuan agar pembicaraan tidak melebar kemana-
mana sehingga konselor lebih dalam memahami masalah klien.
h. Suasana Diam

Dalam proses konseling terkadang klien merasa takut dan malu untuk
tidak bicara dengan konselor, namun kendatipun demikian diam kadang-kadang
sama bicara. Jika konselor dapat menerima klien yang sedang diam, hal ini akan
lebih memperlihatkan pada klien bahwa klien memang diberi hal untuk
melanjutkan jalannya wawancara. Keadaan diam itu merupakan peluang bagi
klien dan konselor untuk berpikir. Keadaan ini dapat juga menumbuhkan
kepercayaan bahkan akhirnya mendorong klien untuk mau berterus terang dalam
membuka dirinya.
i. Menyimpulkan

Menyimpulkan adalah proses menyatukan semua yang telah


dikomunikasikan selama bagian tertentu atau seluruh pertemuan konseling.
Konselor dan klien berusaha mengangkat pokok utama dari masalah yang
11

dibicarakan, serta mengatakannya dalam bahasa yang sederhana dengan


mengemukakan apa yang sudah dikerjakan (dijelajahi) dan apa yang belum
dikerjakan. Membuat kesimpulan tidak harus dilakukan oleh konselor, tapi lebih
efektif dilakukan oleh klien., dengan demikian konselor dapat memberikan feed
back (umpan balik). Apabila konselor yang menyimpulkan dia dapat minta umpan
balik misalnya dengan kata “demikian?” “begitu?” Mengenai isi dari kesimpulan
ini terdapat empat kemungkinan sebagai berikut: (1) pikiran dan gagasan yang
telah dikemukakan oleh konseli sampai sekarang; (2) sejumlah perasaan yang
telah diungkapkan oleh konseli sampai sekarang; (3) inti dari pembicaraan antara
konseli dan konselor sampai sekarang; (4) inti pembicaraan selama wawancara
(ringkasan pada akhir wawancara konseling)
j. Peneguhan Hasrat

Yaitu suatu teknik yang dapat membuat klien lebih punya keinginan,
keyakinan, dan prinsip yang kuat untuk mau melakukan perubahan tingkah laku
ke arah yang lebih baik.
k. Konfrontasi

Suatu teknik yang digunakan untuk menunjukkan secara terus terang dan
langsung kepada klien, bahwa apa yang dikemukakannya tentang dirinya sendiri
atau tentang keadaan tertentu jelas-jelas tidak sesuai dengan apa yang konselor
lihat dalam kenyataan yang sama, dengan kata lain ada dua hal yang berlawanan
yang dikemukakan oleh klien, atau di antara ungkapan verbal dan nonverbal atau
di antara kata-kata dan perbuatan yang dilakukan klien.Biasanya klien belum
menyadari ketidakcocokan itu maka konselor menyadarkannya dengan maksud
agar klien menghadapi diri sendiri secara jujur. Konselor pun harus cukup yakin
dengan apa yang ditunjukkan sebagaipertentangan, dan tidak boleh bicara dengan
nada mengadili, menuduh, atau meremehkan ketajaman pengamatannya.
l. Kontak Psikologis (Jembatan Hati)
Yaitu keikutsertaan konselor untuk menjadi dan merasakan suasana yang
ada dalam diri klien, sehingga ada semacam hubungan jiwa antara konselor dan
klien. Kontak psikologis ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan konselor
12

untuk melakukan 3M (mendengarkan dengan aktif, memahami secara positif, dan


merespon dengan tepat) dengan baik dan juga terwujud dalam empati yaitu
keadaan dimana konselor seolah-olah memasuki kulit orang lain dan ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh orang tersebut
B. Teknik Khusus
Dalam proses layanan konseling teknik khusus juga digunakan untuk
membina kemampuan tertentu pada klien.Agar kemampuan tersebut terarah pada
tuntutan yang harus dipenuhi dalam kehidupannya sehari-hari (effective daily
living).
a. Pemberian Informasi
Banyak kesempatan yang baik digunakan untuk memberikan informasi
yang diperlukan klien.Jika meminta informasi yang sebelumnya secara langsung
berhubungan dengan masalah yang dihadapinya, maka konselor bertugas untuk
memberikan secepat,sejelas, setepat dan sederhana mungkin pemberian informasi
ini tidak mengandung unsur saran.
b. Pemberian Contoh Pribadi

Yaitu segala pengalaman pribadi yang telah dialami konselor disampaikan


kepada klien, agar klien benar-benar yakin bahwa permasalahannya dapat
terselesaikan, disamping itu konselor perlu memberikan contoh, pola tingkah laku
yang baik agar klien mengetahui bagaimana cara bertindak situasi tertentu.
c. Perumusan Tujuan

Yang berperan untuk merumuskan tujuan dalam konseling adalah klien,


karena itu merupakan salah satu teknik untuk membuat klien bisa berpikir secara
mandiri. Salah satu teknik konselor dalam mengajak klien untuk merumuskan
tujuan adalah mendorong klien agar mampu berpikir tentang beberapa
kemungkinan cara bertindak/bertingkah laku.
d. Desensitisasi

Teknik ini dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku melalui perpaduan


teknik yang terdiri dari memikirkan sesuatu, memenangkan diri, dan
membayangkan sesuatu.Konselor melakukan teknik ini dengan memanfaatkan
13

ketenangan jasmaniah klien untuk melawan ketegangan jasmaniah yang timbul


bila klien berada pada suasana yang menakutkan atau menegangkan.
e. Nasihat

Teknik lainnya yang sangat bermakna untuk membantu yang seringkali


digunakan adalah pengalaman-pengalaman orang lainnya yang diekspresikan
melalui nasehat.Pada umumnya pemberian nasehat disertai dengan bujukan
karena konselor mempunyai pandangan bahwa klien dapat mengikuti nasehat.
Sebaiknya nasehat diberikan jika klien meminta, di samping itu nasehat
diperlukan dalam situasi kritis untuk mempersiapkan klien kepada penyesuaian
diri dan mencegah trauma atau kejutan emosional.Namun konseling bukan hanya
untuk memberi nasehat saja, lebih luas lagi yakni untuk mengembangkan potensi
klien dan membantu agar klien mampu mengatasi masalahnya secara mandiri.
f. Kursi Kosong

Kursi kosong adalah teknik khusus dalam konseling yang dilakukan untuk
mengubah tingkah laku klien dengan cara berkomunikasi dengan alat bantu kursi
kosong. Teknik ini digunakan ketika klien bermasalah dalam hal berkomunikasi
dengan orang-orang tertentu yang menyebabkan terhambatnya perkembangan
klien dan menyebabkan KES klien terganggu.10

2.4 Teknik Bimbingan dan Konseling Secara Kelompok dan Individu

Teknik yang tepat harus disesuaikan dengan masalah yang dihadapi


keadaan klien, kemampuan pembimbing dan situasi yang dihadapi. Pada garis
besarnya, teknik bimbingan dibagi menjadi dua, yaitu bimbingan secara kelompok
dan bimbingan secara individual. Dari dua pembagian tersebut masih dibagi lagi
menjadi bentuk-bentuk bimbingan sebagai berikut.
1. Bentuk Bimbingan Kelompok (group guidance)

Bimbingan kelompok dilaksanakan untuk membantu sekelompok individu


yang mempunyai masalah, dengan melalui kegiatan kelompok. Dalam

10
Mulyadi, Bimbingan Konseling di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 152-
158
14

pelaksanaannya, bimbingan kelompok ini masih dibedakan menjadi tiga


tingkatan, yaitu bimbingan kelompok, bimbingan klasikal dan bimbingan massal.
Bentuk-bentuk khusus bimbingan kelompok menurut Djumhur dan Muh.
Surya (1975) adalah:
a. Home room program
b. Karyawisata
c. Diskusi kelompok
d. Kegiatan kelompok
e. Organisasi murid
f. Sosiodrama
g. Psikodrama
h. Remedial teaching

Berikut ini akan dijelaskan bentuk-bentuk tersebut secara lebih luas.


1. Home room program

Bentuk bimbingan ialah suatu kegiatan yang diadakam oleh pembimbing


bersama-sama dengan siswa di sekolal tetapi di luar jam-jam sekolah.
Situasi dalam kegiatan ini dibuat seperti suasana di rumah, sehingga
pembimbing dapat berperan sebagai ayah ibu atau kakak dari siswa. Tujuannya
adalah agar dengan situasi yang tidak formal tersebut pembimbing dapat lebih
mengenal siswa dan siswa merasa akrab, lebih lanjut siswa akan menjadi terbuka
dalam mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi. Pelaksanaan home room,
dapat secara periodik maupun insidental.
2. Karyawisata

Karyawisata, dilaksanakan dengan mengadakan peninjauan pada objek-


objek yang menarik dan berkaitan dengan pelajaran tertentu. Dari peninjauan
tersebut akan didapatkan informasi, dan pengamatan yang lebih baik dari objek
tersebut. Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerja sama, tanggung
jawab, kepercayaan diri serta pengembangan bakat dan cita-cita. Karena
karyawisata ini sekaligus juga berfungsi sebagai kegiatan rekreasi, maka apabila
dilaksanakan akan sangat menarik bagi siswa.
15

3. Diskusi kelompok

Melalui diskusi kelompok, siswa mendapat kesempatan untuk


memecahkan masalah bersama-sama, dengan saling memberikan saran dan
pertimbangan untuk memecahkan masalah.
Bermacam-macam masalah dapat dipecahkan melalui diskusi kelompok,
baik masalah pelajaran, sosial, atau merencanakan kegiatan. Keuntungan dari
diskusi kelompok ini selain mengembangkan sikap sosial, juga menambah
kepercayaan diri karena dapat memecahkan masalah secara mandiri.
Namun perlu diwaspadai anggota kelompok yang ingin menonjolkan diri
dan mendominir situasi diskusi. Dalam hal ini pembimbing bertindak sebagai
moderator pelaksana diskusi.
4. Kegiatan kelompok

Bermacam-macam bentuk kegiatan kelompok yang dapat dilaksanakan


sebagai salah satu teknik bimbingan, misalnya: kelompok belajar, kelompok
bermain, dan sebagainya.
Dengan kegiatan ini kesempatan untuk berpartisipasi dan mengembangkan
diri menjadi lebih luas yang akhirnya juga dapat meningkatkan kepercayaan diri.
5. Organisasi murid

Aktivitas dalam organisasi murid dapat mengembangkan bakat


kepemimpinan, tanggung jawab dan harga diri. Berbagai aspek kehidupan sosial
dapat dipelajari melalui organisasi murid ini.
Bentuk-bentuk organisasi murid dapat bermacam-macam seperti: OSIS,
PMR, dan sebagainya.
6. Sosiodrama

Sosiodrama, termasuk salah satu kegiatan bermain peran


(Roleplaying).Sesuai dengan namanya, teknik inidipergunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial. Siswa atau kelompok individu yang diberi
bimbingan, sebagian diberi peran sesuai dengan jalan cerita yang disiapkan.
Sedangkan yang lain bertindak sebagai pengamat. Selesai permainan
16

dilaksanakan, diadakan diskusi tentang pemeran, jalan cerita dan ketepatan


pemecahan masalah dalam cerita tersebut.
7. Psikodrama

Sama dengan sosiodrama, psikodrama juga merupakan kegiatan bermain


peran. Perbedaan terletak pada jenis masalahnya. Psikodrama dimaksudkan untuk
memecahkan masalah-masalah psikis yang dialami oleh individu. Dengan
memainkan peran-peran tertentu, diharapkan konflik-konflik psikologis yang
dialami oleh individu dapat terpecahkan. Dengan demikian psikodrama
mempunyai fungsi pedagogis
maupun diagnostik.
Pelaksanaan dimulai dengan penyusunan alur cernta, pemilihan pemeran,
pelaksanaan, dan diakhiri dengan diskusi. Pemeran dapat dipilih individu yang
mempunyai konflik kejiwaan yang sesuai dengan jalan cerita. Diharapkan konflik-
konflik dan ketegangan-ketegangan yang dialami oleh pemeran dapat dikurangi
atau dihilangkan.
8. Remedial Teaching

Pengajaran remedial, diberikan kepada siswa yang memiliki kesulitan


belajar pada mata pelajaran tertentu. Bentuknya berupa tambahan pelajaran,
pengulangan latihan-latihan, atau penanganan aspek-aspek tertentu sesuai jenis
dan
tingkat kesulitannya. Maka harus didahului oleh diagnosis kesulitan belajar, yaitu
penentuan jenis dan tingkat kesulitan. Sesudah ditemukan, barulah pengajaran
remedialnya dapat dilaksanakan. Pembimbing dalam menangani kegiatan ini
dapat bekerja sama dengan guru bidang studi.
Jika kesulitan belajar dialami oleh sekelompok siswa, dapat dilaksanakan
secara kelompok, namun dapat juga diberikan secara individual.
2. Bentuk Bimbingan Individual (individual guidance)

Bimbingan individu biasanya dilaksanakan dengan konseling, walaupun


dalam perkembangannya konseling juga dapat dilaksanakan secara kelompok.
17

Konseling mempunyai karakteristik tertentu, yaitu bersifat korektor,


artinya hanya dipergunakan untuk membantu individu yang bermasalah.
Dilaksanakan secara tatap muka antara konselor dan konseli.
Pemecahan masalah ditekankan dari individu yang mempunyai masalah.
Dalam pelaksanaannya, konseling dilaksanakan dalam berbagai pendekatan dan
dari pendekatan tersebut dilaksanakan dengan teknik.
Secara garis besar pendekatan-pendekatan tersebut dapat ber-orientasi
pada ranah kejiwaan yaitu kognitif, yang menekankan pada fungsi-fungsi kognisi
(pikir), misalnya trait and factor theory. Afektif, yang menekankan pada fungsi-
fungsi afeksi (rasa), misalnya client centered therapy. Psikomotor, yang
menekankan pada fungsi-fungsi psikomotor (gerak tingkah laku), misalnya
behavior therapy, rational emotive therapy (RET), transaksional analysis,
psichoanalysis, reality therapy.11
2.5 Teknik Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Islam
Teknik yang dimaksudkan adalah alat yang dipakai untuk mendukung
metode yang digunakan oleh konselor dalam menyelenggarakan konseling Islam,
di antaranya sebagai berikut:
1. Kasih Sayang
Keberhasilan konseling Islam juga ditentukan oleh terciptanya hubungan
yang baik antara klien dan konselornya, dan hubungan yang dimaksud adalah
hubungan yang didasarkan pada kasih sayang (Ukhuwwah Islamiah).
Prinsip kasih sayang merupakan rujukan dalam mengayomi kehidupan
psikis atauhati manusia. Konselor dituntut untuk memiliki sifat tersebut, agar
klien senantiasa mendapat perlindungan dan kasih sayang sehingga masalah
kehidupannya dapat teratasi.
2. Al-qudwah al-Hasanah
Perhatian klien tidak hanya tertuju pada petunjuk-petunjuk yang diberikan
oleh konselor tetapi juga tertuju pada segala keadaan konselor, karena konselor
dipandang sebagai orang yang mampu menyelesaikan masalahnya. Oleh sebab

11
Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2016),
hlm.42-46
18

itu, sifat keteladanan yang dimiliki oleh konselor harus diekspresikan dalam
kehidupan sehari-harinya.
Selanjutnya di dalam bimbingan dan konseling Islam, teknik diartikan
sebagai suatu cara dan merupakan suatu alternatif yang dipakai untuk membantu
konselor memahami permasalahan klien secara mendalam sehingga tujuan
konseling dapat terwujud sebagaimana mestinya. Penggunaannya secara tegas
akan mengacu pada petunjuk yang ada dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi
Muhammad SAW. Rasulullah SAW bersabda:12

‫ان‬LL‫من رائ منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسا نه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك اضعف لآليم‬
)‫(رواه مسلم عن ابي سعيد الخدري‬

Artinya: "Siapa saja di antara kalian mengetahui kemungkaran, maka ia harus


mengubahnya dengan menggunakan tangannya, maka jika ia tidak mampu, ia
harus mengubahnya dengan menggunakan lidahnya, maka jika tidak mampu
maka ia harus mengubahnya dengan menggunakan hati, dan itu adalah selemah-
lemahnya iman." (HR. Muslim dari Abu Said al-Khuduri r.a)
Hadis di atas mengandung pesan yang sangat luas dan memberikan
pelajaran tentang melakukan berbagai teknik dalam menyelesaikan suatu masalah
(kemungkaran). Hubungannya dengan konseling yaitu bahwa dalam melakukan
proses konseling juga terdapat berbagai cara atau teknik yang digunakan konselor
agar tujuan konseling dapat tercapai dan memuaskan.
Hamdani Barkran adz-Dzaky menambahkan berkenaan dengan teknik-
teknik dalam konseling Islam terdapat juga beberapa teknik yang digunakan
selama proses konseling, terbagi menjadi dua teknik yaitu:13
a. Teknik yang bersifat verba

12
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Islami,(Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), hlm.135
13
Hamdani Bakran adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam,(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,
2002), hlm. 207
19

Teknik ini menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan
oleh klien berbentuk perbuatan atau sikap dan ucapan secara verbal, diantaranya
adalah:
1) Penerimaan terhadap klien

Tahap awal yang harus dilakukan oleh seseorang konselor adalah


menerima klien dengan cara-cara positif atau setidaknya tidak menunjukkan
penolakan. Hal ini bisa dilihat dari ekspresi wajah konselor, cara duduk,
senyuman, pandangan mata, nada, suara serta sentuhan yang diberikan konselor.
Ekspresi wajah konselor merupakan cerminan dari kesiapan serta keramahan
konselor dalam menerima kehadiran klien. Wajah yang berseri tanpa
menampakkan muka masam merupakan satu bentuk kebaikan seperti dalam hadis
riwayat Muslim:

‫عن ابي ذر قال قال لي النبي صلى هللا عليه وسلم التحقرن من المعروق شيآ‬

Artinya: “Diterima dari Abu Dzar ia berkata: Rasulullah SAW berkata


kepadaku, janganlah kalian meremehkan suatu kebaikan walaupun ia hanya
berupa wajah berseri dari saudaramu." (HR. Muslim)
Dalam pelaksanaan teknik ini, konselor tidak boleh mnyimpang dari
aturan-aturan islam. Karena ada beberapa hal yang harus dijaga khususnya jika
berhadapan dengan klien yang berlawanan jenis. Apabila keimanan konselor
kurang kukuh maka tidak mustahil konselor bisa terjerumus kepada hal-hal yang
dilarang agama. Pandangan mata harus benar-benar mengarah pada ukuran pas
foto klien, tetapi tidak menatap secara tajam ke arah klien.
2) Ajakan berbicara kepada klien

Selama proses konseling, seorang konselor menggunakan lisan, yaitu


berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh klien secara jujur, baik,
dan benar.14 Agar konselor bisa mendapatkan jawaban yang benar dan jujur, maka
kalimat yang dilontarkan pun harus berupa kata-kata yang mudah dipahami,
sopan, tidak menyinggung atau melukai perasaan klien.
14
Hamdani Bakran adz-Dzaky , op. cit., hlm.212
20

Perkataan Baginda Rasulullah sangat bermakna. Beliau memiliki


kemampuan dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakan meskipun kata yang
dilontarkan sedikit namun penuh makna. Hal ini akan menumbuhkan kekuatan
akal, kekuatan roh, dan kekuatan emosi15 hingga wajar apabila khotbah Rasulullah
terkenal dengan sebutan “Jawami’ul Kalam”. Selain itu, Rasulullah selalu
mengatakan sesuatu yang dipahami oleh pendengarnya sekalipun ia adalah orang
yang bodoh. Pembicaraannya langsung dipahami secara langsung oleh akal
dengan menggunakan kaidah umum tanpa kata-kata yang berbelit.
Jika disimpulkan, maka cara bicara Rasulullah adalah sebagai berikut:
a) Sistematis agar pendengar bisa memfokuskan diri pada topic pembicaraan.
b) Penuh dengan kehati-hatian agar pendengar mendapatkan kesempatan dalam
memahami pembicaraan dan juga mampu memahami jalan pikiran pembaca
serta berkesinambungan serta mengurangi lupa yang umumnya sering terjadi.
c) Menyuluruh, karena dipahami oleh kalangan umum dan pelajar.
Oleh sebab itu, dengan bervariasinya klien yang datang dan tidak tertutup
kemungkinan dari orang-orang awam sekalipun yang memiliki tatanan
keilmuan jauh dibawah konselor, maka konselor harus menggunakan kata-
kata yang mudah dipahami oleh klien tersebut. Ajakan berbicara kepada klien
dapat dilakukan konselor dengan memberikan pertanyaan terbuka, yakni
sebuah pertanyaan yang dilontarkan sehingga jawaban dari pertanyaan itu
mampu mengajak klien untuk lebih menceritakan lagi secara mendalam apa
yang dirasakannya, sehingga memberikan banyak informasi seputar
permasalahan yang dihadapinya. Salah satu contoh pertanyaan terbuka yang
terdapat dalam Al-Qur’an adalah terdapat dalah Q.S Al-Baqarah ayat 28:

ٌَ ‫ ثُ َّم يُ ِم ْيتُ ُك ْم ثُ َّم يُحْ يِ ْي ُك ْم ثُ َّم اِلَ ْي ِه تُرْ َجع‬, ‫َك ْيفَ تَ ْكفُرُونَ بِاهللِ َو ُك ْنتُ ْم َأ ْم َوتًا فََأحْ يَ ُك ْم‬
‫ُون‬

Artinya: “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu
Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan.”

15
Musfir bin Said Az-Zahrani, op. cit., hlm.66
21

Kata َ‫ف‬LL‫( َك ْي‬mengapa) adalah pertanyaan tentang keadaan, yang dalam


kamus bahasa Arab merupakan isim istifham, yakni kata tanya.16 Kata ini
menanyakan tentang keadaan yang tentunya memungkinkan jawaban yang banyak
sehingga dapat menambah keterangan tentang suatu hal. Dalam konseling kata
tanya “mengapa” ini sangat ampuh digunakan sebagai teknik untuk menggali
informasi lebih dalam tentang permasalahan yang dialami klien sebagaimana
tujuan dari pertanyaan terbuka.
Sehubungan dengan berbagai pendekatan dan teknik-teknik bimbingan
dan konseling, serta bimbingan dan konseling Islam sebagaimana telah diuraikan
dalam ayat Al-Qur’an, maka sebagai ilustrasi dan penerapan serta pengaplikasian
dari berbagai pendekatan dan teknik tersebut. Berikut akan dipaparkan suatu
riwayat yang bersumber dari Hadis yang menjelaskan tentang posisi Rasulullah
SAW sebagai seorang konselor dalam memberikan suasana dan nuansa-nuansa
konseling terhadap kliennya sekaligus sebagai bukti bahwa Rasulullah SAW
merupakan sosok konselor yang ideal dan profesional dalam menyelesaikan
persoalan yang berkenaan dengan umat atau masyarakat dalam perspektif
bimbingan dan konseling Islam.
b. Teknik yang Bersifat Batin
Yaitu teknik yng hanya dilakukan dalam hati dengan do'a dan harapan
namun tidak usaha dan upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan
menggunakan potensi tangan dan lisan. Oleh karena itulah Rosululloh bersabda
"bahwa melakukan perbuatan dan perubahan dalam hati saja merupakan selemah-
lemahnya iman".
Teknik konseling yang ideal adalah dengan kekuatan, keinginan dan usaha
yang keras dan sungguh-sungguh dan diwujudkan dengan nyata melalui
perbuatan, baik dengan tangan, maupun sikap yang lain. Tujuan utamanya adalah
membimbing dan mengantarkan individu kepada perbaikan dan perkembangan
eksistensi diri dan kehidupannya baik dengan Tuhannya, diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.

16
Tafsir Al Qurthubi, Jilid 1 Penerjemah Fathurrahman, Ahmad Hotib,(Jakarta: Pustaka Az-zam,
2007)
22
BAB III
PENUTUP

3
3.1 Kesimpulan

Teknik bimbingan dan konseling adalah cara atau metode yang dilakukan
untuk membantu, mengarahkan atau memadu seseorang atau sekelompok orang
agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu
mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara
berinteraksi atau bertatap muka.
Langkah- langkah daam memberikan bimbingan sebagai berikut: 1)
langkah identifikasi, 2) langkah diagnosis, 3) langkah prognosis, 4) langkah
terapi, 5) langkah evaluasi dan follow up. sementara menurut tohirin, dalam proses
bimbingan dan konseling akan menempuh beberapa langkah: a) menentukan
masalah , 2) mengumpulkan masalah dan 3) analisis data.
Teknik-teknik konseling secara umum dalam bimbingan dan konseling
yang berorientasi terhadap pendidikan terutama konseling individual adalah
sebagai berikut: 1) Teknik umum diantaranya: kontak mata, ajakan untuk
berbicara, 3m (mendengarkan dengan aktif, memahami secara positif, dan
merespon dengan tepat), dorongan minimal, pertanyaan terbuka, refleksi (isi dan
perasaan), keruntutan, suasana diam, menyimpulkan, konfrontasi, dan kontak
psikologis (jembatan hati), 2) Teknik Khusus digunakan untuk membina
kemampuan tertentu pada klien.Agar kemampuan tersebut terarah pada tuntutan
yang harus dipenuhi dalam kehidupannya sehari-hari (effective daily living):
pemberian informasi, pemberian contoh pribadi, perumusan tujuan, desensitisasi,
nasihat dan kursi kosong.
Teknik bimbingan dibagi menjadi dua, yaitu bimbingan secara kelompok
dan bimbingan secara individual, yaitu: 1) Bentuk bimbingan kelompok (group
guidance) menurut Djumhur dan Muh. Surya (1975) adalah: home room program,

23
karyawisata, diskusi kelompok, kegiatan kelompok, organisasi murid, sosiodrama,
psikodramadan remedial teaching, 2) Bentuk bimbingan individual (individual

24
24

guidance) biasanya dilaksanakan dengan konseling, walaupun dalam


perkembangannya konseling juga dapat dilaksanakan secara kelompok. Konseling
mempunyai karakteristik tertentu, yaitu bersifat korektor, artinya hanya
dipergunakan untuk membantu individu yang bermasalah. Dilaksanakan secara
tatap muka antara konselor dan konseli.
Teknik yang dimaksudkan adalah alat yang dipakai untuk mendukung
metode yang digunakan oleh konselor dalam menyelenggarakan konseling Islam,
di antaranya sebagai berikut: 1) kasih sayang dan 2)al-qudwah al-hasanah.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2016. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung:


Yrama Widya.
Bakran adz-Dzaky, 2002. Hamdani. Konseling dan Psikoterapi Islam.Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.
Hallen. 2009. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Asa Mandiri.
Lubis, Syaiful Akhyar. 2007. Konseling Islami. Yogyakarta: Elsaq Press.
Mu’awanah, Elfi. 2004. Mengenal Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. Bina Ilmu.
Mulyadi. 2016. Bimbingan Konseling di Sekolah Dan Madrasah. Jakarta:
Kencana.
Partowisastro, Koestoer. 1958. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-Sekolah.
Jakarta: Erlangga.
Riska Ahmad, Syahril. 1987. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Padang:
Angkasa Raya Padang.
Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tafsir Al Qurthubi. 2007. Jilid 1 Penerjemah Fathurrahman, Ahmad Hotib.
Jakarta: Pustaka Az-zam.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis
Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

25

Anda mungkin juga menyukai