Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

RASIONAL EMOTIF TERAPI

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Bimbingan Konseling Islam)

Dosen Pengampu: Walimsyah, M.Pd

Oleh Kelompok 6

Nasywa Hilmi (0306182095)


Feny Adelia (0306182096)
Maysarah Banurea (0306182126)

PGMI 4 / SEMESTER VII


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2021/2022

1
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga Makalah “Teori Rasional Emotif Terapi ” ini
dapat terselasaikan. Tak lupa pula shalawat beserta salam kepada nabi
Muhammad Saw semoga kita mendapatkan syafaatnya dihari akhir kelak.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Bimbingan
Konseling islam, Bapak Walimsyah, M.Pd. yang telah membimbing penulis
dalam menyelasaikan tugas makalah ini. Tak lupa juga penulis ucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dan berbagi ilmu
pengetahuan sehingga tugas ini dapat terselasaikan dengan baik.
Terakhir, penulis juga mengucapkan maaf kepada para pembaca apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat kesalahan maupun kekurangan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Medan, Oktober 2021

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan ..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................6
1. Pendekatan dan tokoh Konseling Rasional Emotif..........................................6
2. Konsep Dasar Konseling Rasional Emotif.......................................................7
3. Asumsi perilaku bermasalah Pendekatan Konseling Rasional Emotif.............8
4. Tujuan Pendekatan Konseling Rasional Emotif...............................................9
5. Peran konselor dalam pendekatan konseling Rasional Emotif.........................11
6. Proses konseling Rasional Emotif....................................................................13
7. Teknik konseling Rasional Emotif...................................................................14
8. Kelebihan dan Keterbatasan dalam Pendekatan Konseling Rasional Emotif. .16
9. Penerapan Konseling Rasional Emotif.............................................................16
BAB III PENUTUP....................................................................................................18
A. Kesimpulan.......................................................................................................18
B. Saran ................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan


diAmerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam
Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo
Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan
bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis .
Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari Behavior Therapy yang
klasik . Oleh karena itu Ellis menyebut terapi ini sebagai Cognitive Behavior
Therapy atauComprehensive Therapy. Bimbingan dan konseling kelompok
merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor kepada beberapa konseli untuk
menunjang perkembangan optimal masing-masing konseli, yang diharapkan dapat
mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.
Bimbingan dan konseling kelompok merupakan bentuk bantuan secara langsung
dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk membahas topik tertentu yang
dipimpin oleh pemimpin kelompok dengan tujuan untuk menunjang pemahaman,
pengembangan dan pertimbangan pengambilan keputusan atau tindakan individu.
Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksaan bimbingan dan konseling
kelompok bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Salah satu
teori yang ada dalam kegiatan bimbingan dan konseling kelompok adalah Rasional
Emotif, yang berasumsi bahwa berpikir dan emosi itu bukan merupakan dua proses
yang terpisah, tetapi justru saling bertumpang tindih dan dalam praktiknya kedua
hal tersebut saling berkaitan. Tujuan utama teori ini adalah untuk mengatasi pikiran
yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya. Seorang konselor berusaha
mengajak konseli agar semakin menyadari pikiran dan kata-katanya sendiri, serta
mengadakan pendekatan yang tegas, melatih konseli untuk bisa berfikir dan berbuat
yang lebih realistis dan rasional. Rasional Emotif merupakan teknik yang
dikembangkan oleh Albert Ellis sebagai salah satu bentuk perubahan dari
pendekatan-pendekatan yang sudah ada pada saat itu.

4
B. Rumusan Masalah
1. Pendekatan dan tokoh siapa saja yang terdapat dalam pendekatan konseling
Rasional Emotif ?
2. Bagaimana konsep dasar pendekatan konseling Rasional Emotif ?
3. Asumsi perilaku bermasalah apa saja yang terdapat dalam pendekatan konseling
Rasional Emotif ?
4. Apa tujuan konseling Rasional Emotif ?
5. Bagaimana peran konselor dalam pendekatan konseling Rasional Emotif ?
6. Bagaimana Deskripsi proses konseling Rasional Emotif ?
7. Teknik konseling apa saja yang dilakukan dalam pendekatan konseling Rasional
Emotif ?
8. Apa saja kelebihan dan keterbatasan dalam pendekatan konseling Rasional
Emotif ?
9. Bagaimana contoh penerapan pendekatan konseling Rasional Emotif ?
C. Tujuan
1. Mengetahui nama pendekatan dan tokoh dalam pendekatan konseling Rasional
Emotif.
2. Memahami konsep dasar pendekatan konseling Rasional Emotif.
3. Mengetahui asumsi perilaku bermasalah dalam pendekatan konseling Rasional
Emotif.
4. Mengetahui tujuan konseling pada pendekatan konseling Rasional Emotif.
5. Memahami peran konselor dalam pendekatan konseling Rasional Emotif.
6. Mengetahui deskripsi proses konseling Rasional Emotif.
7. Mengetahui teknik konselingyang terdapat dalam pendekatan konseling
Rasional Emotif.
8. Mengetahui kelebihan dan keterbatasan pendekatan konseling Rasional Emotif.
9. Memahami contoh penerapan dalam pendekatan konseling Rasional Emotif.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Nama pendekatan dan Tokoh pendekatan konseling Rasional Emotif

Pelopor dan sekaligus promotor utama corak konseling ini adalah Albert
Ellis, menurut pengakuan Ellis sendiri, corak konseling rasional emotif terapi
berasal dari aliran pendekatan kognitif behavioristik. Ellis berpandangan bahwa
RET merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Albert Ellis dilahirkan pada tahun 1930 di Pittsburk dan kemudian
menetap di New York sejak umur empat tahun. Semasa kanak-kanak beliau
telah sembilan kali dimasukkan ke hospital karena nephiritis dan seterusnya
mendapat penyakit renal glycosuria pada umur 19 tahun dan kencing manis pada
umur 40 tahun. Walaupun begitu beliau menikmati kehidupan yang aktif karena
beliau berfikiran positif terhadap masalah kesehatannya dan senantiasa
menjaganya. Menyadari beliau boleh mengkonseling orang dengan baik dan
gembira melakukannya, beliau mengambil keputusan untuk menjadi ahli
psikologi. Selepas delapan tahun tamat pengajian kolej, beliau memasuki
program psikologi klinikal di Maktab Perguruan Columbia. Beliau mulai
menjalankan konseling perkawinan, konseling keluarga dan terapi seks. Ellis
percaya psikoanalisis adalah membentuk psikoterapi yang mendalam. Beliau
telah dilatih dalam psikoterapi di Sekolah Karen Horney. Dari tahun 1947
hingga 1953 beliau memperaktikan analisis klasik dan psikoterapi
berorientasikan analisis.
Selepas membuat kesimpulan bahan psikoanalisis adalah bentuk rawatan
yang tidak saintifik dan superficikal, beliau coba mengkaji beberapa sistem yang
lain. Pada awal 1955 beliau mengabungkan terapi humanistik, falsafah dan
tingkah laku untuk membentuk terapi rasional-emotif (yang sekarang dikenal
sebagai terapi rasional emotif tingkahlaku). Ellis dikenal sebagai bapak teori
RET. Ellis telah membina teori berasaskan kepada kognitif tapi selepas itu
beliau telah meluaskan asas teorinya yang memasukkan konsep tingkah laku dan

6
emosi. Teori ini adalah satu usaha yang konsisten untuk memperkenalkan
pendekatan pemikiran logika dan proses kognitif di dalam konseling. Ellis
percaya bahwa manusia mempunyai pemikiran dan kepercayaan yang tidak
rasional perkara ini lah yang selalu menyebabkan gangguan emosi.
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia
sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar
akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan
berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia
bebas berpikir, bernafas, dan berkehendak.

2. Konsep dasar pendekatan konseling Rasional Emotif


Manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan
untukberpikir rasional dan irasional.Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional
manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan
bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.
Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi,
interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan
psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan
irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka,
sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang
diperolehdari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional
akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis
menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan
cara berpikir yang tepat.Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus
dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima
menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari
konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah
laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional
consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau
teori ABC yang di jelaskan bahwa pengertian tersebut merupakan :
 Antecedent event (A)

7
Yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu.
Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap
orang lain. Misalnya : Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan
seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi
seseorang.
 Belief (B)
Yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu
terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu :
keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak
rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system
keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi
produktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem
berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keras itu
tidak produktif.
 Emotional consequence (C)

Merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu


dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya
dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat
langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk
keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

3. Asumsi perilaku bermasalah pendekatan konseling Rasional Emotif


Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku
bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir
yang irasional. Ciri-ciri berpikir irasional :
a. tidak dapat dibuktikan.
b. menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka)
yang sebenarnya tidak perlu.
c. menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang
efektif.
Dalam pendekatan konseling Rasional Emotif adapun sebab – sebab
individu tidak mampu berpikir secara rasional :

8
a. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara
kenyatan dan imajinasi.
b. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain.
c. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang
diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Selain ciri-ciri dan sebab-sebab yang telah disebutkan dalam pendekatan
konseling Rasional Emotif ada beberapa indikator keyakinan irasional juga
terdapat beberapa macam yaitu :
a. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh
orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan.
b. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak,
jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan
dihukum.
c. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka,
bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau
harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
d. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada
berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya.
e. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan
bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk
menghilangkan penderitaan emosional tersebut.
f. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap
kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu
pada saatsekarang.
g. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan
sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural.

h. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri
tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan
oleh orang lain terhadap individu.

4. Tujuan konseling pendekatan Rasional Emotif


Adapun tujuan dari konseling Rasional Emotif yang di jelaskan sebagai
berikut :

9
a. Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta
pandangan klien yang irasional dan logis menjadi rasional dan logis agar
klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya
seoptimal mungkin melalui prilaku kognitif dan afektif yang positif.
b. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri sendiri,seperti
rasa benci,rasa takut, rasa bersalah,rasa berdosa, rasa cemas, rasa waswas,
dan rasa marah dengan melatih system keyakinan hidup secara rasional
serta membangkitkan keberanian untuk memiliki kepercayaan dan
kemampuan diri sendiri dalam menghadapi masa depan.
Secara lebih khusus Ellis (Corey, 1986; 215) menyebutkan bahwa terapi
ini akan tercapai pribadi yang ditandai dengan :
1) Minat kepada diri sendiri
2) Minat sosial
3) Pengarahan diri
4) Toleransi terhadap pihak lain
5) Fleksibelitas
6) Menerima ketidakpastian
7) Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya
8) Berfikir ilmiah
9) Penerimaan diri
10)Berani mengambil resiko
11) “Non utopianism” yaitu menerima kenyataan.

Karakteristik terapi rasional-emotif :


1. Aktif-direktif
Dalam hubungan konseling lebih aktif membantu mengarahkan klien
dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
2. Kognitif-eksperiensial
Hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien
dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3. Emotif-eksperiensial
Hubungan yang dibentuk juga melihat aspek emotif klien dengan
mempelajari sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-
akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik
Hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya
perubahan perilaku dalam diri kliennya.

10
5. Kondisional
Hubungan dalam terapi rasional – emotif dilakukan dengan membuat
kondisi tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning
untuk mencapai tujuan terapi konseling.
Beberapa gambaran tentang apa yang dilakukan oleh seorang praktisi
rasional-emotif, yaitu :
1. Mengajak klien untuk menanggalkan ide-ide irasional yang mendasari
gangguan emosional dan perilaku.
2. Menantang klien dengan berbagai ide yang valid dan rasional.
3. Menunjukkan kepada klien asas logis dalam berfikir.
4. Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan irasional klien.
5. Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini adalah kooperative.
Menggunakan humor untuk menantang irasionalitas pemikiran klien.
6. Menjelaskan kepada klien bagaimana ide yang irasional ini dapat
ditempatkan kembali atau didistribusikan kepada ide-ide rasional yang
harus secara empirik melatarbelakangi kehidupannya
7. Mengajarkan bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, obyektif dan
logis dalam berfikir.
5. Peran Konselor
Dalam proses konseling pendekatan RET ini peran konselor aktif,
direktif namun tetap obyektif.Konselor meyakinkan konseli bahwa pikiran
rasional dan irasional harus dipisahkan. Setelah itu konselor menunjukkan
bahwa pikiran irasional itu adalah sumber dari permasalahan yang sedang
dihadapi konseli. Pada konseling RET ,konselor dapat menjadi model bagi
konseli yang mengarahkan konseli untuk membebaskan diri dari pikiran
irasional
Fungsi konselor dalam Rational Emotive Therapy ini adalah mengajak
dan membuka ketidaklogisan pola berfikir klien dan membantu klien mengubah
pikirannya yang irasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus
terang.
Peran konselor dalam proses konseling rasional emotif akan tampak
jelas dengan langkah-langkah konseling sebagai berikut:

11
a) Langkah pertama
Dalam langkah ini konselor berusaha menunjukkan kepada klien
bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya yang tidak
rasional. Disini klien harus belajar untuk memisahkan keyakinan rasional dari
yang tidak rasional.

Pada tahap ini peranan konselor adalah sebagai propagandis yang


berusaha mendorong, membujuk, meyakinkan, bahkan sampai kepada
mengendalikan klien untuk menerima gagasan yang logis dan rasional. Jadi,
pada langkah ini peran konseling ialah menyadarkan klien bahwa gangguan
atau masalah yang dihadapinya disebabkan oleh cara berfikirnya yang tidak
logis.
b) Langkah kedua
Peranan konselor adalah meyadarkan klien bahwa pemecahan
masalah yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri. Maka dari itu
dalam konseling rasional emotif ini konselor berperan untuk menunjukkan
dan menyadakan klien, bahwa gangguan emosional yang selama ini
dirasakannya akan terus menghantuinya apabila dirinya akan tetap berfikir
secara tidak logis. Oleh karenanya klienlah yang harus memikul tanggung
jawab secara keseluruhan terhadap masalahnya sendiri.
c) Langkah ketiga
Pada langkah ketiga ini konselor berperan mengajak klien untuk
menghilangkan cara berfikir dan gagasan yang tidak rasional. Konselor
tidaklah cukup menunjukkan klien bagaimana proses ketidaklogisan berfikir
ini, tetapi lebih jauh dari itu konselor harus berusaha mengajak klien
mengubah cara berfikirnya dengan cara menghilangkan gagasan-gagasan
yang tidak rasional.
d) Langkah keempat
Peranan konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang
realistis dan menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional. Konselor
berperan untuk menyerang inti cara berfikir yang tidak rasional dari klien dan
mengajarkan bagaimana caranya mengganti cara berfikir yang tidak rasional
dengan rasional.

12
6. Deskripsi proses konseling Rasional Emotif
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur
yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk
mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara
bersamasama oleh konselor dan klien.
Tugas konselor menunjukkan bahwa
• masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiranpikiran
yang tidak rasional
• usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebabsebab
permulaan.
Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih edukatif-direktif kepada klien,
dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap
awal mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung; (b) menggunakan
pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien,
kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan
gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang
menyebabkan hambatan emosional pada klien; (c) mendorong klien
menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya; (d) menggunakan
pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan humor dan “menekan” sebagai
jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.

Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :

1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih


aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan
memecahkan masalahnya.
2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk
berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan
masalah yang rasional.

3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang


dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan
mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus

13
membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan
tersebut.
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah
laku klien.
7. Teknik Konseling Rasional Emotif (RET)
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik
yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi
klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.
1. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya
dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan
lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah
laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah
lakunya sendiri yang negatif.
2. Teknik-teknik Behavioristik
a) Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih
rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward)
ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk
membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan
menggantinya dengan sistem nilai yang positif.Dengan memberikan
reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan
sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

14
b) Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien.
Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial
yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan
menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam
sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh
konselor.
3. Teknik-teknik Kognitif
a) Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat
mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang
tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang
ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru,
mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor
dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan
konselor.

Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan


sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta
kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan
mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
b) Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan
tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain
peran, latihan, atau meniru model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong
kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan
dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan klien dalam
mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak
asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan

15
dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih
tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
8. Kelebihan dan keterbatasan
Pendekatan rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis
mempunyai Kelebihan sebagai berikut :
1. Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien untuk
meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta nilai yang klien
anut.
2. Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman
yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu
mempraktekkan perilaku baru mereka.
3. Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif
dan eklektik.
4. Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukanterapi
sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.
Keterbatasan dari pendekatan ini adalah sebagai berikut :
1. Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses
terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.
2. Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien
dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat
terapis.
3. Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang
terapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benar
menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.
4. Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.
9. ContohPenerapanPendekatanKonselingRasional Emotif
Penerapan teori konseling Rasional-emotif ini sangat ideal apabila
diterapkan disekolah, terutama oleh:Guru,Konselor atau pemimbing yang
berwibawa. Contoh penerapan di gunakan pada kasus, berpikir mengenai halhal
yang tidak rasional.
Guru/konselor yang berwibawa akan mampu untuk membantu siswa
yang mengalami gangguan mental atau gangguan emosional untuk
mengarahkan secara langsung pada para siswa yang memiliki pola berfikir yang

16
tidak rasional, serta mempengaruhi cara berfikir mereka yang tidak rasional
untuk meninggalkan anggapan atau pandangan yang keliru itu menjadi rasional
dan logis.
Guru melalui bidang studi yang diajarkan kepada siswanya secara
langsung bisa mengaitkan pola bimbingan yang terpadu untuk
mempengaruhinya, untuk meninggalkan tindakan pikiran dan perasaan yang
tidak rasional.
Pendekatan ini pada menekankan pentingnya pemikiran sebagai dasar
dari gangguan-gangguan pribadi. Sumbangan utamanya adalah penekananya
pada keharusan praktek dan bertindak menuju perubahan tingkah laku masalah.

Contoh kasusnya :
Ada seorang siswa yang maumenghadapi UjianNasional. Ia takut,cemas
akan ujiannya nanti,ia takut tidak lulus.Padahal ujian masih 4 bulan lagi. Siswa
tersebut berpikir irasionalatauberfikirannegatif.
Konselor membantu klien agar klien sadar dan bisa berpikir rasional
karena jika klien tetap berpikir irasional itu akan membuat klien tidak siap
menghadapi ujian dan bisa berakibat pada konsentrasi saat mengerjakan soal
ujian sehingga, bisa berakibat buruk.
Konselor membantu klien mengubah pikiran irasional menjadi rasional
sehingga klien menyadari akan pikirannya itu,klien bisa berpikir rasional dengan
belajar selama 4 bulan itu dan menjadi siap menghadapi ujian.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelopor dan sekaligus promotor utama corak konseling ini adalah Albert
Ellis, menurut pengakuan Ellis sendiri, corak konseling rasional emotif terapi
berasal dari aliran pendekatan kognitif behavioristik. Menurut Ellis (dalam
Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa RET merupakan terapi yang sangat
komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
emosi, kognisi, dan perilaku.
Tujuan Rational Emotive Therapyyaitumemperbaiki dan mengubah
segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar
klien dapat mengembangkan dirinya.
B. Saran
• Diharapkan agar konselor mampu memahami dan mengubah klien
mempunyai fikiran rasional dari fikiran irasional sebelumnya.
• Konselor diharapkan mampu mengubah sikap positif terhadap klien
yang diawali dengan mengubah fikiran irasional menjadi rasional.

18
DAFTAR PUSTAKA
Corey Gerald.2007.Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi.Bandung: PT Refika
Aditama
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan
oleh E. Koeswara. Bandung: Refika Aditama.

Fryer, D. 2011. Putting The Fun Back Into Dysfunctional: Is The Use Of Humour In
Rational Emotive Behaviour Therapy A Desirable Condition Or An Amusing
Aside? The Rational Emotive Behaviour Therapist, 14 (1): 63-72.

Hayat,Abdul.2010.Teori dan Teknik Pendekatan Konseling.Banjarmasin:Lanting


http://www.scribd.com/doc/76026377/Model-Model-Konseling-Rasional-Emotif-
Kumar, G. V. 2009. Impact of Rational-Emotive Behaviour Therapy (REBT) on
Adolescents with Conduct Disorder (CD). Journal of the Indian Academy of
Applied Psychology, 35: 103-111.

Latipun. 2005. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.

Masdudi. 2011. Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: AtTarbiyah


Press.

Media Aksara http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2257215-konsep-dasar-


tentangmanusia-menurut/#ixzzlomAqbP8Q
Najafi, T., Jamaluddin, S., dan Lea-Baranovich, D. 2012. Effectiveness of Group REBT
in Reducing Irrational Beliefs in Two Groups of Iranian Female Adolescents
Living in Kuala Lumpur. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research
in Business, 3 (12): 312-322.

Papalekas, C. 2011. The Effects Of Rational And Irrational Beliefs In Determining


Unhealthy Anger And Anger Functional And Dysfunctional Inferences. The
Rational Emotive Behaviour Therapist, 14 (1): 7-30.

Rusmana, Nandang. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode,


Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.

19

Anda mungkin juga menyukai