Disusun Oleh:
PGMI 4 / Sem. VII
Jihan Farhanah (0306182170)
Nurlia Setiawati (0306183204)
Siti Renita Rahma (0306183197)
Assalamualaikum
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. Yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Bimbingan Konseling ini. Tidak lupa pula shalawat berangkaikan salam kita hadiahkan
kepada Rasulullah SAW, yang semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau di hari akhir
kelak. Aamiin.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing dan
memberi arahan dalam pembuatan makalah kami yang membahas materi mengenai “Teori
Konseling Gestalt”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang
beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan diri peserta didik.
Disini kami memohon maaf karena, makalah ini masih diperlukan adanya
pengembangan yang lebih lanjut agar lebih baik dan lengkap pembahasannya. Tetapi begitu
pun, kami berterima kasih kepada orang-orang yang telah mendorong kelancaran selesainya
makalah ini, tanpa bisa disebutkan satu persatu.
Wassalamualaikum
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Konsep Dasar Teori Konseling Gestalt.................................................................3
B. Tujuan Konseling Gestalt......................................................................................5
C. Asumsi Dasar Konseling Gestalt...........................................................................6
D. Teori Konseling Gestalt.........................................................................................7
E. Tahapan Konseling Gestalt....................................................................................8
F. Prinsip Kerja Teknik Teori Konseling Gestalt....................................................10
G. Kelebihan dan Kelemahan Konseling Gestalt.....................................................11
BAB II PENUTUP.........................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................12
Daftar Pustaka...............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konselor dalam menangani suatu masalah, tidak akan dapat terlepas dari pendekatan-
pendekatan atau tekhnik-tekhnik yang digunakan dalam proses konseling. Tanpa didukung
oleh penguasaan pendekatan konseling yang memadai, bantuan yang diberikan konselor
kepada konseli tidak akan berjalan efektif karena tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas
Pendekatan konseling ini muncul seiring dengan perkembangan kehidupan yang semakin
kompleks, sibuk, dan terus berubah. Hal tersebut membuat beberapa masalah, khususnya
dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan, khususnya di sekolah masalah-masalah yang
muncul banyak dialami oleh siswa, misalnya masalah belajar, masalah pribadi, masalah
sosial, maupun masalah psikologis siswa. Hal tersebut membuat beberapa masalah yang
dapat menggangu proses pendidikan itu sendiri. Selain itu masalah tersebut jika tidak dapat
diatasi dengan baik, benar dan tepat oleh seorang konselor, maka dapat menghambat
perkembangan kehidupan siswa itu sendiri. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan, salah satu di antaranya adalah dengan
mencari dan memberikan solusi pada siswa itu sendiri.
Geralt Corey dalam bukunya (Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, hal. 118)
mengatakan bahwa terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk
1
terapi yang mengharuskan individu menemukan jalannya sendiri dan menerima tanggung
jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori konseling Gestalt?
2. Bagaimana tahapan pada konseling Gestalt?
3. Apa kelebihan dan kelemahan konseling Gestalt?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami konsep dasar teori konseling Gestalt.
2. Memahami tahapan pada konseling Gestalt.
3. Memahami kelebihan dan kelemahan konseling Gestalt.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pendekatan konseling gestalt ini terdapat konsep tentang urusan yang tak
selesai (unfinished busines), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkap
1
Farid Mashudi, “Paduan Evaluasi dan Supervisi Bimbingan Konseling”, (Yogyakarta: Diva Press, 2018), hal.
183-185
3
seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa,
rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan
dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. karena tidak terungkapkan di dalam
kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tunggal pada latar belakang dan di bawa pada
kegiatan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan
dirinya seniri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia
menghadapi an menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu. Dampaknya,
ada beberapa asumsi tingkah laku bermasalah berikut ini:
Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan
keberanian “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut,
mengancam. Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah,
pasif, ingin dimaklumi.
Analisa dari Konseling Gestalt ini bahwa teori ini memandang manusia sebagai
individu yang memiliki utuh dan memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab
pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan
menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Konseling Gestalt ini ialah salah
satu teori yang dapat digunakan dalam menangani masalah yang terjadi pada anak
4
berkebutuhan khusus, pada teori ini yang ditekankan ialah bahwa anak yang mengalami
masalah harus dapat menyadari masalah yang dihadapinya dan memahami dirinya
sendiri, sehingga pada akhirnya pemecahan masalah dilakukan oleh anak itu sendiri.
Jadi pada proses konseling gestalt ini, konselor hanya sebatas membantu
menyadarkan anak akan pemahaman tentang dirinya dan agar anak menyadari masalah
apa yang dihadapinya serta memberikan semangat dan motivasi bahwa seyogyanya anak
sanggup atau mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga anak
paham akan masalah yang ada pada dirinya. Konselor juga membantu anak untuk
berusaha tidak bergantungan kepada orang lain, anak diberikan dukungan untuk bisa
mandiri dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Yang pada akhirnya anak sadar
akan kenyataan hidup yang harus ia lewati, dan tidak berlarut pada masa lalu dan tidak
terlalu berharap kepada masa depan tetapi apa yang dihadapi sekarang adalah yang harus
di jalani dengan sebaik mungkin, dan pada yang akan datang dapat menghadapi hidup
lebih optimis.
Tujuan utama dari konseling gestalt ini adalah membantu klien agar berani
menghadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan
ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap
lingkungan atau orang lain menjadi percaya diri dan dapat berbuat lebih banyak untuk
meningkatkan kebermaknaan hidupnya.2
2
Jumadi Tuasikal, “ Teori Konseling Gestalt” https://lenterakonseling.blogspot.com , diakses pada
tanggal 05 November 2021 pukul 23:01 Wib
5
3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang
lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat bertingkah laku menurut
prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfished bussines) yang
muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
Jadi tujuan utama konseling Gestalt ini ialah meningkatkan proses pertumbuhan klien
dan berusaha membantu klien dalam mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama
pada konseling Gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu
dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (self-support). Konselor membuat klien menjadi
kecewa sehingga klien dipaksa untuk menemukan caranya atau mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya secara mandiri.
Latner (Supriatna, N (2009: 48) mengemukakan empat asumsi dasar terapi gestalt, yaitu
1. Prinsip total (integrasi): individu akan melaksanakan pekerjaan yang tidak selesai
tentang emosi dan masalahnya. Individu menghadapi ketidak lengkapan, perpisahan
agar merasa utuh kembali.
2. Prinsip kesadaran : orang bebas memilih hanya jika memiliki kesadaran akan diri
sendiri. Konsep kesadaran termasuk semua sensasi, pikiran, tingkah laku yang
dialami.
6
3. Prinsip figur / latar belakang, berupa pengalaman sangat penting, misalnya keputusan
mendekati orang yang sangat dicintainya; sedangkan latar belakang terdiri atas
pengalaman yang kurang menekan seperti apa yang seseorang akan lakukan setelah
makan malam
4. Prinsip polaritas, jika seseorang mengalami kebutuhannya, maka pertama kali harus
membedakan lapangan perseptualnya dalam bentuk yang berlawanan, misalnya aktif
atau pasif, baik atau buruk.
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki tanggung jawab tanggung jawab
pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh masalah-
masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara menghindari
masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya. Terapi
menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang dapat membantu individu
memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah menuju pemanduan dan
pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami hambatan-penghambatan pertumbuhannya,
maka kesadaran individu atas penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga
kemudian bias mengumpulkan kekuatan untuk mencapai yang lebih otentik dan vital.3
Menurut pendekatan Gestalt, area yang paling penting yang harus diperhatikan dalam
konseling adalah pemikiran dan perasaan yang individu alami pada saat sekarang. Perilaku
normal dan sehat terjadi bila individu bertindak dan bereaksi sebagai organisme yang total,
yaitu memiliki kesadaran dalam pemikiran, perasaan, dan tindakan pada masa sekarang.
Banyak orang yang memisahkan kehidupannya dan lebih berkonsentrasi serta memfokuskan
perhatiannya pada poin-poin dan kejadian-kejadian tertentu dalam hidupnya. Hal ini
menyebabkan fragmentasi dalam diri yang terlihat dari gaya hidup yang tidak efektif yang
berakibat pada produktivitas rendah bahkan membuat masalah kehidupan yang lebih serius.4
3
https://dewiroyaniazwar.wordpress.com/2015/07/03/makalah-gestalt/
4
Namora Lumongga Lubis dan Hasnida, Konseling Kelompok, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 124
7
menghadapinya, klien bisa diajak untuk memilih dua alternative, menolak kenyataan yang
ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya
sekarang. Selain itu konselor diharapkan menghindari diri dari pikiran-pikiran yang abstrak,
keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi, maupun memberi nasihat.
Konselor sejak awal sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang maupun
menyingkirkan hambatan-hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri.
Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap factor luar
menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan
membuka ketersesatan atau kebuntuan klien. Pada saat klien mengalami ketersesatan dan
klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan
kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh atau gila. Konselor membantu membuat
perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya
dapat berkembang lebih optimal.5
5
https://binham.wordpress.com/2012/05/22/teori-dan-teknik-konseling-pendekatan-gestalt/
8
Pada tahap ini proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spesifik.
Konselor mengeksplorasi berbagai introyeksi, berbagai modifikasi kontak yang dilakukan
dan unfinished business. Disini peran konselor adalah secara berkelanjutan mendorong dan
membangkitkan keberanian konseli mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-
emosinya dalam rangka meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi dan memahami
unfinished business.
Pada tahap ini ditandai dengan aktifitas yang dilakukan konseli dengan
mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan secara
signifikan. Tahap ini merupakan fase tersulit karena pada saat ini konseli menghadapi
kecemasan-kecemasannya sendiri, ketidakpastian dan ketakutan-ketakutan yang selama ini
terpendam dalam diri. Selain itu, konseli menghadapi perasaan terancam yang kuat disertai
dengan perasaan kehilangan harapan untuk hidup yang lebih mapan, pada fase ini konselor
memberikan dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas
dan ragu-ragu mengadapi masalahnya.
Pada tahap ini konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi
sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-
emosinya dalam perspektif yang baru. Konseli telah mampu menerima ketidakpastian,
kecemasan dan ketakutannya serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri,
tahap ini terdiri dari beberapa langkah sbb:
Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman baru dan insight
baru
Memfokuskan pada pembuatan kontak relasi yang memuaskan
Berhubungan dengan masyarakat dan komonitas secara luas, menerima ketidakpastian
dan kecemasan yang dapat menghasilkan makna-makna baru
Menerima tanggung jawab untuk hidup baru
Pada tahap ini konseli siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervise
konselor, yang ditandai oleh proses-proses berikut:
9
Berusaha untuk melakukan tindakan antisipasi akibat hubungan konseling yang telah
selesai
Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada
Merayakan apa yang telah dicapai
Menerima apa yang belum tercapai
Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisis dimasa depan
Membiarkan pergi dan melanjutkan kehidupan.6
6
https://080222.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
7
Kholifah, “Teori Konseling (Suatu Pendekatan Konseling Gestalt)”, Al-Tazkiah, Vol. 5 No. 2 (Desember
2016), hlm. 116
10
a. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa
lampau yang relevan ke saat sekarang.
b. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan non-verbal dan
pesan-pesan tubuh
c. Terapi Gestalt menolak mengakui ketidakberdayaan sebagai alasan untuk tidak
berubah
d. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna
dan penafsiran-penafsiran sendiri
e. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan
langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
2. Kelemahan
a. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
b. Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan
faktor-faktor kognitif
c. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi
mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain
d. Terdapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik
Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi
tetap tersembunyi
e. Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena
merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangka yang
layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.8
8
Namora Lumongga Lubis dan Hasnida, Konseling Kelompok, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 132
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya pemaparan di atas maka akan penulis simpulkan beberapa hal
yang telah disampaikan sebagai berikut:
Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya
selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan
penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan
sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia
aktif terdorong ke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya.
Analisa dari Konseling Gestalt ini bahwa teori ini memandang manusia
sebagai individu yang memiliki utuh dan memiliki kemampuan untuk menerima
tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang
akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
Tujuan utama konseling Gestalt ini ialah meningkatkan proses pertumbuhan
klien dan berusaha membantu klien dalam mengembangkan potensi manusiawinya.
Fokus utama pada konseling Gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari
keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (self-support).
Asumsi dasar Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu menangani
sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama konselor adalah
membantu konseli agar merasakan pengalaman di sini dan sekarang dengan
menyadarkannya atas tindakannya mencegah fitur sendiri merasakan dan mengalami
saat ini.
B. Saran
Penulis mengetahui dan memahami bahwasannya makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu, untuk
memperbaiki makalah ini dan memajukan tingkat literasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik, penulis memohon kritik yang membangun dari para
pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
Kholifah. “Teori Konseling (Suatu Pendekatan Konseling Gestalt)”. Al-Tazkiah, Vol. 5 No. 2
(Desember 2016).
Lubis, Namora Lumongga dan Hasnida. 2016. Konseling Kelompok. Jakarta: Kencana.
Mashudi, Farid. 2018. Paduan Evaluasi dan Supervisi Bimbingan Konseling. Yogyakarta:
Diva Press.
https://dewiroyaniazwar.wordpress.com/2015/07/03/makalah-gestalt/
https://binham.wordpress.com/2012/05/22/teori-dan-teknik-konseling-pendekatan-gestalt/
https://080222.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
13