Kelompok 4:
SUMATERA UTARA
MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Kami sangat berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
untuk mengetahui tentang Jenis Pendekatan Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritikdan saran demi
perbaikan makalah ini.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konseling kelompok dengan pendekatan psikoanalisis?
2. Bagaimana konseling kelompok dengan pendekatan psikologi
individu?
3. Bagaimana konseling kelompok dengan pendekatan client-centered?
4. Bagaimana konseling kelompok dengan pendekatan behavioral?
5. Bagaimana konseling kelompok dengan pendekatan rasional emotif?
6. Bagaimana pengembangan gaya konseling kelompok sendiri?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konseling kelompok dengan pendekatan
psikoanalisis
2. Untuk mengetahui konseling kelompok dengan pendekatan psikologi
individu
3. Untuk mengetahui konseling kelompok dengan pendekatan client-
centered?
4. Untuk mengetahui konseling kelompok dengan pendekatan behavioral
5. Untuk mengetahui konseling kelompok dengan pendekatan rasional
emotif
6. Untuk mengetahui cara mengembangkan gaya konseling kelompok
sendiri
2
BAB II
PEMBAHASAN
Freud sendiri menjelaskan arti istilah psikoanalisis tidak selalu sama. Salah
satu yang terkenal berasal dari tahun 1923 dan terdapat dalam suatu artikelyang
dia tulis bagi sebuah kamus ilmiah Jerman. Di situ Freud membedakan
psikoanalisis menjadi tiga arti:
3
2) Psikoanalisis menunjukan suatu teknik untuk mengobati gangguan-
gangguan psikis yang dialami oleh pasien neurosis.
3) Istilah yang juga dipakai dalam arti lebih luas, untuk menunjukan
seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metode dan
teknik di atas.
1. Tujuan konseling
Tujuan proses analisis adalah untuk menata kembali struktur watak dan
pribadian konseli. Menurut Natawidjaja (2009) tujuan itu dicapai dengan
membuat konflik-konflik yang tidak disadari menjadi disadari, dengan
menjajaki materi yang bersifat intrapsikis. Secara khusus, psikoanalisis
memerankan kembali keluarga yang asli secara simbolik melalui kelompok
sehingga latar belakang historis dari kehidupan anggota pada masa lalu
terujung kembali dalam kehadirannya dalam kelompok itu.1
4
Pada tahap ini konselur kelompok memilih para peserta yang cocok
untuk melaksanakan kegiatan kelompok yang akan dipimpinnya. Perlu
diusahakan bahwa mereka memiliki kondisi yang sesuai dengan kegiatan
kelompok. Kondisi itu diantaranya kemampuan untuk mengadakan kontak
dengan kehyataan, kemampuan untuk berhubungan secara- pribadi, luwes, dan
potensi untuk menjadi katalisator dalam kegiatan kelompok.
5
rasional, dan mengarahkan pembicaraan kepai hal-hal yang mendetail
mengenai aturan kegiatan dalam kelompok.
2
Natawidjaja,R.2009. Konseling Kelompok Konsep Dasardan Pendekatan, Bandung: Rizqi.
Hlm.65-66
6
mengenal, menyadari dan memhami potensi serta kelemahan dan mengarahkan
potensinya untuk mengatasi masalah dan kelemahan.3
7
4. Pengembangan program layanan bimbingan dan konseling ditempuh
melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan
penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan
program bimbingan dan konseling itu sendiri.
Ada tujuh prinsip yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu:
8
untuk mencari kekuatan baik secara fisik maupun simbolik agar dapat
survive.
9
Mengenai bagaimana gaya hidup itu berkembang, dan kekuatan yang
mempengaruhinya, menurut Adler dapat dipelajari dengan meyakini bahwa
perasaan rendah diri itu bersifat universal pada semua manusia, dan berikutnya
karena adanya usaha untuk mencapai superioritas. Akan tetapi ada karakteristik
umum yang berasal dari sumber lain di luar dirinya yang turut menentukan
keunikan kepribadian individu, yakni kehadiran kondisi sosial, psikologis, dan
fisik yang unik pada setiap manusia. Pada anak cacat mental, menyebabkan
masalah yang lebih parah lagi, hal ini disebabkan oleh:
Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian
individu, sebab hal ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama
bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip ini Adler ingin menjelaskan
bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Gaya hidup adalah bersifat
mekanis dan kreatif, sedangkan diri kreatif lebih dari itu. Ia asli, membuat
sesuatu yang baru yang berbeda dari sebelumnya, yakni kepribadian yang
baru. Individu mencipta dirinya.
10
bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari, dan ia
dapat menilainya sendiri.
11
humanistik yang memiliki perspektif eksistensial. Pendekatan ini beranggapan
bahwa seseorang yang mencoba mencari bantuan dalam bentuk konseling
merupakan seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan permasalahannya
dan dengan konseling akan mengarahkan kekuatan yang dimilikinya menuju ke
arah yang lebih baik.
2. Tujuan konseling
Menurut Lutfi Fauzan sesuai dengan konsep dasar client-centered,
maka tujuan konseling kelompok dari pendekatan ini adalah:
a) Memberikan kesempatan dan kebebasan kepada individu atau
konseli untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya,
perkembangan dan terealisasi potensinya.
b) Membantu individu untuk makin sanggup berdiri sendiri dalam
mengadakan integrasi dengan lingkungannya dan bukan pada
penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
c) Membantu individu dalam mengadakan perubahan dan
pertumbuhan.
3. Konselor pada Konseling Kelompok Terpusat pada Konseli
5
Andi Setiawan Muhammad. 2018. Pendekatan-Pendekatan Konseling. Yogyakarta: Cv
Budi Utama. Hlm.73-96
12
Rogers menganggap bahwa fungsi utama dari konselor adalah iklim yang
memberikan keamanan psikologis bagi para anggota. Dengan demikian, konselor
atau pemimpin kelompok dalam berpusat pada pribadi ini menggunakan dirinya
sendiri sebagai alat untuk mengadakan perubahan dalam kelompoknya dan dalam
diri para anggota seperti yang telah dijelaskan sebetumnya bahwa pendekatan
client-centered ini lebih menekankan pada sikap konselor ketimbang teknik-teknik
khusus dalam proses konseling.
13
sesungguhnya didasarkan atas peneriman dan sikap tidak menilai (non
judgmental).
d. Rasa hormat atau menghormati kelompok merupakan salah satu aspek
yang dikemukakan Egan (1982). Rasa hormat dapat diartikan sebagai
sikap menghargai orang lain sebagaimana adanya. Sikap menghormati
ini menunjukan pandangan behwa adanya kesamaan kedudukan antara
konselor dengan konseli bahwa konseli merupakan pribadi yang unik,
dan berhak untuk memandang segala scsuatu dari sisi yang
menguntungkan bagi dinnya. Biasanya rasa hormat dikomunikasikan
secara halus dan non verbal. ini
e. Kesegeraan merupakan kemampuan untuk menghayati, yaitu dimana
dan bagaimana menyatakan reaksi-reaksi konselor kepada konseli
dalam kaitannya dengan perjumpaan pribadi dengan pribadi dalam
kelompok. Egan (1982) menyatakan bahwa seasana kesegeraan
sebagai "percakapan Anda-aku" (you-me talk) sehingga konselor
diharapkan mampu untuk menjajaki secara terbuka dan
f. Kekonkretan. dikembangkan oleh kekonkretan ini ahli lain yang
bertolak para pada teori Rogers. Kekonkretan berarti kekhususan
dalam mendiskusikan kepedulian, perasaan, pemikiran, dan tindakan
seseorang. Konselor mendeteksi kelompok hendaknya gejala-gejala
tidak mampu adanya kekonkretan dalam kegiatan kelompok. Hal ini
diperlukan wmuk membantu konseli dalam menyadari pernyataannya.
kesamaran dari berbagai
g. Konfrontasi. Egan (1982) menyatakan bahwa konfrontasi itu sebagai
undangan kepada seseorang untuk menguji perilakunya secara lebih
jujur. Konfrontasi dalam proses konseling kelompok ini adalah usaha
untuk nenunjukkan perbedaan dan kesenjangan antara sikap,
pemikiran, dan perilaku konseli. Biasanya terdapat anggapan yang
keliru berbagai konfrontasi ini sehingga para konselor terkesan tentang
sangat berlebihan dalam memberikan dukungan kepada konseli.
Padahal, untuk menjadi seorang
14
D. Konseling Kelompok Dalam Pendekatan Behavioral
15
1. Tujuan konseling
Tujuan konseling dalam kerangka kerja behavioral tergantung pada
permasalahan konseli. Adapu tujuan umum dan khusus konseling
behavioral ini adalah:
a) Tujuan umum
Membantu konseli menghilangkan perilaku bermasalah dan
mempelajari tingkah laku yang lebih efektif.
b) Tujuan khusus
Membantu konseli mempelajari tingkah laku spesifik sesuai
dengan keunikan sendiri.
16
c) Membantu anggota kelompok untuk mengembangkan tujuan pribadi
dan tujuan kelompok secara khusus
d) Konselor harus menerima dan memahami konseli tanpa mengadili atau
mengkritik
e) Mendorong konseli untuk mentransfer tingkah lakunya dalam
kehidupan nyata
17
Rasional emotif adalah terori konseling yang dikembangkan oleh Albert
elis, yaitu suatu pendekatan psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur, maupun berfikir
irasional dan jahat. Tujuannya adalah mengubah pola fikiri irasional menjadi
rasional.6
6
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konsleing dan Psikoterapi, (Bandung: IKIP Semarang
Pres, 1995), h. 241
7
Singgih D Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), h. 236
18
kekehidupan yang lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih terpenuhi. Secara
terperinci terapi ini bertujuan untuk sebagai berikut:
2) Bermain Peran
19
tertentu.Melaksanakan perilaku tertentu untuk mengeluarkan apa
yang mereka rasakan dalam situasi tertentu, fokusnya adalah pada
menggarap keyakinan irasional yang mendasarinya yang ada
kaitannya dengan meras tidak nyaman.9
3) Imitasi
1. Langkah pertama
2. Langkah Kedua
3. Langkah ketiga
4. Langkah keempat
9
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,..., h. 480
20
1. Teknik menanggulangi masalah kedisiplinan disekolah.
a) Teknik pendekatan kedisiplinan
Teknik pendekatan kedisiplinan mengacupada aturan dan
ketentuan tata tertibdisekolah/madrasah,berikutdengansanksinya. Sebagai
salah satu komponenorganisasi disekolah/madrasah, aturan tatatertib
sangat perlu ditegakan untukmencegah dan mengatasi penyimpangan
perilaku peserta didik. Akan tetapi walaupun demikian, kita harus selalu
ingat bahwa,sekolah/madrasah bukanlah sebuah lembaga hukum yang
senantiasa mengobral sanksi dan hukum fisik terhadap penghuninya.
Penerapan sanksi dan hukum fisik, dihawatirkan peserta didik akan
mengalami stress dan defresi, sehingga pada akhirnya peserta didik akan
memberontak terhadap aturan tata tertibyang telah ditentukan
disekolah/madrasah.
b) Teknik Bimbingan dan Konseling.
Teknik pendekatan bimbingan dan konseling,berbeda dengan
teknik pendekatan kedisiplinan yang identik dengan penerapan sanksi dan
hukum fisik agar menghasilkan efek jera bagi si pelanggar kedisiplinan.
Penanganan siswa bermasalah dengan teknik bimbingan dan konseling,
lebih mengutamakan pada upaya peyembuhan dengan cara memberikan
saran, ajakan, arahan, danmasukan tentang suatu hal yang baik,sehingga
terbentuk kualitas hubunganinterpersonal yang solid antara konselor dan
konseli, sehingga pada akhirnya, konseli dapat mentadari bahwa sifat
danprilaku yang ada pada dirinya, merupakansifat dan prilaku yang salah
dimatamasyarakat.
Paradigma pelayanan bimbingan dan konseling, saat ini masih
terorientasi pada pelayanan yang bersifat pencegahan danpengembangan.
Bimbingan dan konselingterhadap siswa yang bermasalah, hinggasaat ini
masih menjadi topik utama dalamsystem pendidikan disekolah/madrasah
sehingga, Guru bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat
penting.Sofyan S Willis mengemukakan tingkatan masalah beserta
mekanisme dan petugas yang menanganinya, yaitu:
21
1) Kasus ringan
Contoh kasus ringan diantaranya:membolos, malas, kesulitan
belajar pada matapelajarantertentu,bertengkar,berkelahi,minum-
minumankeras,berpacaran, mengutil, dll. Untuk kasusringan seperti hal
tersebut, upaya mengatasinya adalah dengan cara memberikan bimbingan
yang continue, sedangkan petugas yang menanganinyacukup oleh wali
kelas dan guru yangkemudian berkonsultasi dengan kepalasekolah dan BK
untuk melakukankunjungan kerumah konseli.
2) Kasus sedang
Contoh kasus sedang diantaranya:Gangguan emosional, berpacaran
denganperbuatan menyimpang, tawuran, narkoba, mengganggu ketertiban
masyarakat, perbuatan asusila, dll. Untuk kasus sepertihal tersebut,
penanggulangiannya dengancara memberikanbimbinganyangdilakukan
oleh guru BK/konselor, yangkemudian berkonsultasi dengan
kepalasekolahagarmengadakan konferensi dengan staf ahli/professional.
3) Kasus berat
Contoh kasus berat diantaranya:Gangguan emosional tinggi,
kecanduannaroba/ NAFZA, kriminalitas berulangulang, sex bebas, hara-
kiri, perkelahian dengan sajam/senpi, dll. Untuk kasusseperti hal tersebut,
dilakukan alih tangan kasus (Referal) kepada ahli psikologis/psikiater,
Dokter, Polisi, atau ahli hukum dengan catatan, sebelum
mengalihtangankan kasus, hendaknya dilakukan konferensi atau mediasi
dengan pihak keluarga konseli dan stap ahli yang akan diberikan
pengalihan kasus.
22
c) Teknik Bimbingan dan Konseling dalam mengembangkan potensi
siswa
Menurut Shertezer dan Stoon (1982), Bimbingan adalah membantu
orang perorangan untuk memahami dirinya sendiri serta lingkungan hidup
disekitarnya. Pada umumnya teknik-teknik atau pendekatan yang
dipergunakan dalam bimbingan dan konseling, diantaranya:
1) Bimbingan kelompok (Group Guidance)
Teknik bimbingan kelompok (group guidance) dipergunakan
dalam membantu sekelompok siswa untuk memecahkan masalah-
masalah melalui kegiatan kelompok sehingga segala sesuatunyadapat
dirasakan bersama oleh kelompok maupun oleh induvidu yang menjadi
anggota kelompok.
2) Bimbingan konseling individual (Individual Guidance Counceling)
Bimbingan konseling individu adalahbimbingan konseling yang
memungkinkanklien mendapatkan layanan langsung secara tatap muka
dalam rangka pembahasan dan pengentasanpermasalahan yang bersifat
pribadi. Dalam hal ini konselor hendaknya, bersikap penuh
simpati dan empati. Dengan demikian klien, akan memberikan
kepercayaanpenuh terhadap konselor. Hal demikian
akansangatmembantudalamkeberhasilan seorang konselor
dalammelaksanakan tugasnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
Jadi di dalam konseling kelompok ini terdapat beberapa pendekatan
diantaranya psikoanalisis, psikologi individual, Client-Centered. Behavioral,
rasional emotif, dan mengembangkan gaya konseling kelompok sendiri. Yang
dimana psikoanalisis ini merupakan salah satu aliran besar dalam sejarah ilmu
psikologi. Layaknya aliran besar lainya, marxisme misalnya, psikoanalisis telah
merambah ke berbagai sektor keilmuan. Tokoh penting aliran ini adalah Sigmund
Freud, Carl Gustav Jung dan Alffred Alder. Psikologi individual merupakan
pertemuan konselor dan klien secara individual yang bernuansa hubungan
konseling yang akrab dan hangat sehingga konselor bisa memberikan bantuan
untuk pengembangan pribadi klien serta dapat mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya. Client-centered adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Dr.
Carl Rogers (1902-1987) pada tahun 1940-an. Pada awal perkembangannya, Carl
Rogers menamai pendekatan ini sebagai non-directive counseling sebelum pada
akhirnya diganti menjadi client centered pada tahun 1951. Behavioral membantu
individu untuk mengontrol atau mengubah tingkah lakunya dan fungsi konseling
ini adalah memberikan perhatian khusus pada dampak lingkungan atas dirinya.
Rasional emotif adalah terori konseling yang dikembangkan oleh Albert elis, yaitu
suatu pendekatan psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur, maupun berfikir
irasional dan jahat
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
24
Andriyani Juli. 2018. ”Konsep Konseling Individual Dalam Proses Penyelesaian
Perselisihan Keluarga”, Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam. Vol. 01.
No.01 (Januari-Juni). Hlm .19-20
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konsleing dan Psikoterapi, Bandung: Ikip
25