Dosen Pengampu :
Dr. Muhammad Sholihuddin Zuhdi, M.Pd
Di Susun Oleh
Kelompok 1 :
Kelas : BKI - 6C
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya kepada penulis sehingga berhasil dalam menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Konsep Konselinng Kelompok”. Tidak lupa shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang kita tunggu-tungu
syafa’atnya di Yaumil Qiyamah.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sedikit mengalami hambatan. Tetapi kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain dari bantuan, dorongan,
dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan penyusunan makalah ini, maka kami
mengucapkan terimakasih kepada :
1) Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2) Bapak Dr. Abdul Aziz, M.Pd.I selaku Wakil Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung
3) Bapak Dr. Ahmad Rizqon Khamami, Lc., M.A Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Adab dan Dakwah
4) Bapak Dr. Muhammad Sholihuddin Zuhdi, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Praktik Konseling Kelompok
5) Teman-teman Mahasiswa FUAD, khususnya kelas BKI - 6C yang berbahagia.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang................................................................................................................1
B Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C Tujuan Masalah...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A Kesimpulan......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam rangka
memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya dan juga bersifat
pencegahan. Konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan masalah atau topik
yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, yaitu masalah yang di bahas
merupakan masalah pribadi yang secara langsung dialami atau lebih tepat lagi
merupakan masalah atau kebutuhan yang sedang dialami oeh para anggota kelompok
yang menyampaikan topik atau masalah. Layanan konseling kelompok merupakan suatu
proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar
dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, berorientasi pada kenyataan,
katarsis, saling mempercayai, saling pengertian, saling menerima, dan saling
mendukung. Dalam layanan konseling kelompok ada beberapa asas yang harus di
terapkan, antara lain asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,
kenormatifan. Konseling kelompok dapat berjalan dengan baik apabila komponen-
komponen dalam kelompok itu terbentuk, misalnya di tetapkannya Pemimpin kelompok
(PK), Anggota Kelompok (AK).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pengertian Konseling Kelompok?
2. Apa saja bentuk-bentuk kelompok dalam konseling kelompok?
3. Apakah tujuan konseling kelompok?
4. Apa saja Teknik layanan konseling kelompok?
5. Apa saja eknik dalam menstimulasi konseling kelompok?
6. Bagaimana evaluasi keberhasilan kelompok itu?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud Konseling Kelompok.
2. Untuk mengetahui dan memahami Bentuk-bentuk Kelompok dalam Konseling
Kelompok.
3. Untuk mengetahui dan memahami Tujuan Konseling Kelompok.
4. Untuk mengetahui dan memahami Teknik Layanan Konseling Kelompok.
iv
5. Untuk mengetahui dan memahami Teknik dalam Menstimulasi Konseling
Kelompok.
6. Untuk mengetahui dan memahami Evaluasi Keberhasilan Kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
v
(2002) mengungkapkan bahwa kebutuhan akan adanya konseling pada dasarnya
timbul dari dalam dan luar diri individu yang memunculkan pertanyaan mengenai :
apa yang seharusnya dilakukan individu. Disinilah konseling mengambil perannya
agar individu dapat menjawab sebanyak mungkin pertanyaan yang mengganggu
pikiran dan tingkah lakunya sehingga individu dapat memecahkan permasalahannya
sendiri.
Sedangkan Lesmana (2005) mengartikan konseling kelompok sebagai
hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan
kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien) agar dapat menghadapi
persoalan/konflik yang dihadapi dengan lebih baik.
vi
C. Tujuan Konseling Kelompok
vii
4) Masing-masing konseli menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai, yang
diwujudkan dalam membangun suatu sikap.
Tujuan dalam konseling kelompok yaitu Ketika suatu interaksi itu terjadi
antara konseli dengan konseli lain pasti akan tumbuh suatu kepercayaan diri (self
Confident) ini menjadi salah satu hal yang penting karena peningkatan keterampilan.
Kemudian akan lebih mudah membicarakan suatu permasalahan yang dihadapi dalam
suatu kelompok.
Dalam konseling kelompok para konseli lebih merasakan perpindahan pikiran
dari konseli satu dengan konseli lain dia akan lebih leluasa dari pada saat melakukan
konseling individual, sehingga dalam hal ini para konseli lebih menerima dirinya apa
adanya, meningkatkan juga kepercayaan diri, kepercayaan orang lain serta pikirannya
pun juga meningkat.
Tujuan pelaksanaan konseling kelompok adalah untuk meningkatkan
kepercayaan diri konseli. Kepercayaan diri dapat ditinjau dalam kepercayaan diri
batin dan lahir yang diimplementasikan kedalam tujuh ciri yaitu, sadar akan potensi
dan kekurangan yang dimiliki, cinta diri dengan gaya hidup dan psilaku untuk
memilahara diri, berpikir pos dengan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
hasilnya memilik tujan hidup yang jelas, memiliki ketegasan, penampilan diri yang
baik, dapat bekomunikasi dengan orang lain, memiliki ketegasan, dan memiliki
pengedalian perasaan.
viii
1) Teknik pemberian informasi
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu
pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar
Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, penilaian (Jacobsen, dkk. 1985). Keuntungan teknik pemberian
informasi antara lain adalah:
a) dapat melayani banyak orang
b) tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien,
c) tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas
d) mudah dilaksanakan dibanding dengan teknik lain.
a) menolong,
b) indiving dilaksanakan secara yang mendengarkan kurang aktif,
c) memerlukan ketrampilan berbicara supaya penejelasan menjadi menarik.
ix
mengembangkan pribadi. Dinkmeyer dan Munro dalam Romlah (2001: 89)
menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu
untuk mengembangkan terhadap diri sendiri,
untuk mengembangkan kesadaran tentang diri,
untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.
x
c) Mencari alternatif pemecahan masalah
d) Menguji masing-masing alternatif
e) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan
f) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
xi
Dalam suatu ability potential response, konselor menampilkan dan menunjukkan
potensi konseli pada saat itu untuk dapat memasuki suatu aktivitas tertentu. Suatu
ability potential response merupakan suatu respon yang penuh support dari
konselor, dimana konselor dapat secara verbal mengakui potensi atau kapabilitas
konseli untuk melakukan sesuatu.
5) Teknik Probing
Teknik Probing seringkali digunakan dimana saja. Kepada konseli diajukan
pertanyaan-pertanyaan pengarahan sehingga diperoleh jawaban yang ditetapkan.
Teknik ini dapat digunakan sebagai teknik pendahuluan untuk menstimulasi
minat anggota terhadap materi yang ingin diberikan oleh konselor.
Dalam mengajukan pertanyaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika
konselor ingin mengarahkan konseli memperoleh jawaban khusus yang tepat.
Konselor membuat suatu keadaan dan membawa opini konseli kedalam suatu
keadaan yang mengarah kepada jawaban atas pertanyaan, sampai diperoleh
jawaban selektif
Contoh:“Apa, bagaimana, siapa, bilamana atau dimana”. Pertanyaan hendaknya
bersifat terbuka. Melalui probe, dapat diperoleh lebih banyak informasi. Seperti
mengajukan pertanyaan mengenai hipotesa mengenai hubungan atau mengenai
arti suatu dalam interpretasi, konselor harus menaruh perhatian kepada anggota
yang lain terutama anggota yang pasif atau yang datang dengan latar belakang
keluarga yang tidak mengizinkan seorang anak tidak setuju dengan pendapat
orang tua. Ini akan menempatkan konseli pada posisi yang sulit. Interpretasi
sebaiknya tepat, bilamana keliru konselor harus tahu letak kekeliruannya
kemudian meralatnya.
6) Teknik Konfrontasi
Konfrontasi merupakan respon verbal dimana konselor mendeskripsikan
beberapa penyimpangan atau ketidakcocokan yang terlihat dalam pernyataan
atau tingkah laku konseli. Dalam teknik konfrontasi, anggota kelompok
dihadapkan langsung (dikonfrontir) pada hal-hal yang terlihat adanya
pertentangan.
Contohnya : seorang konseli berbicara keras, kemudian konselor menanyakan
“Apakah kamu sedang Bingung ?”.
Tujuan;
xii
Untuk membuka kedok konseli agar bertanggungjawab terhadap diskrepansi,
distorsi, permainan, dan tabir yang digunakan untuk menyembunyikan diri dari
perubahan tingkah laku yang konstruktif.
7) Klarifikasi
Teknik ini digunakan apabila konselor ingin meminta penjelasan lebih lanjut
yang di anggap belum mengerti dan tidak sistematis, atau untuk menyamakan
persepsi apakah yang sudah di tangkap oleh konselor betul atau tidak.
8) Bermain Peran ( Role Playing)
Merupakan suatu teknik konseling melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan anggota kelompok/klien. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan dalam kelompok, bergantung kepada
apa yang diperankan.
Role playing adalah teknik yang sering digunakan untuk konseling umum
dimana teknik role playing atau bermain peran dapat memecahkan suasana yang
kaku sehingga para peserta konseling kelompok aktif dan partisipatif dalam
kegiatan konseling kelompok.
xiii
1) Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan.
2) Keterlaksanaan program.
3) Hambatan yang dijumpai.
4) Faktor penunjang.
5) Keterlibatan siswa dalam kegiatan.
Evaluasi hasil konseling kelompok dimaksudkan untuk memperoleh
informasi keefektifan konseling kelompok dlihat dari segi hasilnya.
Aspek yang dinilai dalam evaluasi hasil konseling kelompok yaitu perolehan siswa
dalam hal:
1) Pemahaman baru,
2) Perasaan
3) Rencana kegiatan yang akan dilakukan pasca pelayanan
4) Dampak layanan terhadap perubahan perilaku ditinjau dari pencapaian tujuan
layanan, tugas perkembangan, dan hasil belajar
5) Permasalahan terpecahkan dan aspek-aspek tertentu pada diri siswa dapat
berkembang secara baik, titik-titik lemah yang dapat mengganggu
perkembangan dapat dihilangkan, dan permasalahan dapat dipecahkan dengan
cepat dan lancar.
Evaluasi segera setelah penanganan untuk melihat seberapa jauh konseling
kelompok telah membantu kelompok mencapai hasil-hasil yang diinginkan. Evaluasi
pasca konseling kelompok yaitu evaluasi yang dilakukan untuk memantau kinerja
anggota kelompok setelah konseling kelompok berakhir dan tujuannya tercapai.
Guru BK/Konselor melihat apakah anggota kelompok menjalankan keputusan atau
menindaklanjuti perilaku hasil yang diperoleh melalui kegiatan konseling.
Sedangkan sesi tindak lanjut merupakan kegiatan postgroup. Pada kegiatan
ini anggota kelompok dapat membicarakan upaya-upaya apa yang telah ditempuh.
Mereka dapat melaporkan tentang kesulitan-kesulitan yang ditemui, berbagai
kesukacitaan, dan keberhasilan dalam kelompok. Anggota kelompok menyampaikan
pengalaman-pengalaman mereka dan hasilnya selama mengikuti kegiatan konseling
kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Sesi tindak lanjut ini menjadi bagian penting
karena memberikan kesempatan anggota kelompok untuk menangani
terselesaikannya isu dan menerima dukungan atau dorongan dari kelompok.
xiv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling kelompok merupakan suatu bantuan pada individu dalam situasi
kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian
kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya (Nurihsan dalam Kurnanto,
2013).
Ada berbagai bentuk-bentuk kelompok dalam konseling kelompok, yaitu :
xv
1) Kelompok pertemuan (encaounter group).
2) Kelompok T (Training group)
3) Kelompok berstruktur
4) Kelompok membantu diri sendiri (self help group).
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok, seperti
yang disebutkan oleh Tatiek Romlah (2001) Beberapa teknik yang biasa digunakan
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu, antara lain: pemberian informasi,
diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem solving), permai anan peranan (role
playing), permainan simulasi (simulation games), karyawisata (field trip), penciptaan
suasana keluarga (home room).
Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan
(situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling :
xvi
xvii
DAFTAR PUSTAKA
ttps://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=8KRPDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=info:ZDCRCxafp4cJ:scholar.goo
gle.com/&ots=_bZTYX0Z0m&sig=Lmbs6FLRJjCNZFQUfYz-
e72__c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=true
http://staffnew.uny.ac.id
http://repo.mahadewa.ac.id/id/eprint/1897/1/Buku%20Konseling%20Kelompok-2015.pdf
https://andrisoesilo.blogspot.com/2015/11/jenis-teknik-dalam-konseling-kelompok.html?m=1
file:///C:/Users/ACER/Downloads/BAB%20II.pdf
xviii