Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MODEL-MODEL KONSELING

TEORI BEHAVIORAL RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR


THERAPY (REBT)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Model-Model Konseling


Dosen Pengampu: Fajar Bilqis, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 2.

Dosen Pengampu:
Fajar Bilqis, M. Pd.
Disusun oleh:
Siti mardinah : 201701500029.
Muhammad fadli :
Muhamad rizki alkahfi :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Kasih dan juga
Rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang
materi pembelajaran mata kuliah “model – model Konseling”. Melalui makalah
ini kami mencoba memberikan penjelasan mengenai “Teori
Behavioral Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)”.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan kami, makalah yang kami
susun ini belum lah sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ .. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................. .. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. .. 3

A. Sejarah Perkembangan ........................................................................... 3


B. Konsep Teori REBT............................................................................... 4
1. Pengertian Rational Emotive Behavior Therapy(REBT)................. 4
2. Konsep Dasar Rational Emotive Behavior Therapy(REBT)........... 4
C. Pandangan Tentang Manusia.................................................................. 6
D. Tujuan Konseling.................................................................................... 7
E. Karakteristik Permasalahan..................................................................... 8
F. Karakteristik Klien.................................................................................. 11
G. Karakteristik Konselor............................................................................ 11
H. Teknik-Teknik Utama............................................................................. 12
I. Proses Konseling..................................................................................... 14
K. Kelebihan dan Kekurangan..................................................................... 17
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 19
A. Kesimpulan........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rational-Emotive Behavior Therapy merupakan corak konseling yang
menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dan akal sehat
(rational thingking), berperasaan (emotion), dan berperilaku (acting), Serta
sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara
berfikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan
dan berperilaku. Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah
pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara
perasaan, tingkah laku dan pikiran. pendekatan Rational Emotive Behavior
Therapy (REBT) di kembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan.
Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu
memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui
belajar sosial. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar
kembali untuk berpikir rasional. pendekatan ini bertujuan untuk mengajak
individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui
teori A-B-C-D-E.
Penulis memilih REBT yang dikembangkan oleh Albert Ellis ini sebagai
bahan pembahasan berdasarkan pemikiran bahwa REBT bisa menantang para
mahasiswa untuk berpikir tentang sejumlah masalah dasar yang mendasari
konseling. REBT lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang
berorientasi kognitif tingkah laku, tindakan dalam arti menitik beratkan
berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak.
Dengan demikian, penulis ingin mengupas teori REBT lebih mendalam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep Teori Behavioral Rasional Emotive Behavior
Therapy (REBT)?
2. Bagaimanakah pandangan teori REBT tentang manusia?
3. Apakah tujuan konseling dari REBT?
4. Bagaimana karakteristik permasalahan teori REBT?
5. Bagaimana karakteristik konselor dan klien di dalam REBT?
6. Bagaimanakah teknik-teknik utama dalam teori behavioral REBT?
7. Bagaimanakah proses konseling dalam teori REBT?
8. Siapakah tokoh serta turunan teori dan seperti apa konsep
permasalahannya?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan konsep teori Behavioral Rational Emotive ehavior
Therapy (REBT).
2. Mendeskripsikan pandangan teori REBT tentang manusia.
3. Menjelaskan tujuan konseling dari REBT.
4. Mendeskripsikan karakteristik permasalahan didalam REBT
5. Menjelaskan karakteristik konselor dan klien di dalam REBT.
6. Menjelaskan teknik-teknik utama dalam teori behavioral REBT.
7. Mendeskripsikan proses konseling yang ada pada REBT.
8. Mendeskripsikan tokoh serta turunan teori dan menjelaskan konsep
permasalahannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didirikan pada tahun 1955
oleh seorang eksistensialis oleh Albert Ellis, seorang psikolog klinis Amerika
yang sangat puas dengan psikoanalisis yang dilatihkannya pada akhir 1940-an.
Awalnya, pendekatan ini disebut Terapi Rasional (RT) karena Ellis ingin
menekankan rasional dan fitur kognitif. Dalam melakukannya, Ellis
menunjukkan pengaruh filosofis pada pemikirannya. Pada 1961, ia berubah
nama menjadi Rational Emotive Therapy untuk menunjukkan bahwa
pendekatan ini tidak mengabaikan emosi, Dalam nya lebih dari 50 tahun
keberadaannya, terapi ini telah berhasil diterapkan untuk perorangan,
kelompok, perkawinan, dan terapi keluarga untuk beragam masalah. Lebih dari
30 tahun kemudian (tahun 1993) Ellis mengganti nama pendekatan sekali lagi,
yakni Rational Emotive Behavior untuk menunjukkan bahwa pendekatan ini
tidak mengabaikan perilaku.
Teori REBT dari Ellis merupakan filsafat irasional yang diekspresikan lewat
beberapa tingkah laku dalam bentuk tingkah laku emosional neurotik. Manusia
dapat menyusun kembali pemikiran rasionalnya, yang diikuti selanjutnya
dengan pola tingkah laku. Yang paling dasar dari tingkah laku irasional adalah
emotif (perangkat yang bisa membangkitkan emosi). REBT dipraktekkan di
seluruh dunia dan memiliki banyak aplikasi terapi pada pekerjaan dan
pendidikan yang berbeda. Namun, cenderung untuk hidup dalam bayang-
bayang terapi kognitif Beck’s, sebuah pendekatan terhadap terapi kognitif-
perilaku yang telah menarik sejumlah besar praktisi dan lebih patut secara
akademis.

B. Konsep Teori
1 Pengertian Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
Menurut Gerald Corey dalam bukunya “Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi” terapi rasional emotif behaviour adalah pemecahan masalah yang
fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak
berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi
perasaan.
Selain itu menurut W.S. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan adalah pendekatan konseling yang
menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat,
berperasaan dan berperilaku, serta menekankan pada perubahan yang
mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan yang berakibat pada
perubahan perasaan dan perilaku.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa terapi rasional
emotif merupakan terapi yang berusaha menghilangkan cara berpikir klien
yang tidak logis, tidak rasional dan menggantinya dengan sesuatu yang logis
dan rasional dengan cara mengonfrontasikan klien dengan keyakinan-
keyakinan irasionalnya serta menyerang, menentang, mempertanyakan, dan
membahas keyakina-keyakinan yang irasional.

2. Konsep -Konsep Dasar Rasional Emotive Behaviour Therapy.


Konsep-konsep dasar terapi rasional emotif ini mengikuti pola yang
didasarkan pada teori A-B-C, yaitu:
A: Activating Experence (pengalaman aktif) ialah suatu keadaan, fakta
peristiwa, atau tingkah laku yang dialami individu.
B: Belief System (cara individu memandang suatu hal). Pandangan dan
penghayatan individu terhadap A.
C: Emotional Consequence (akibat emosional). Akibat emosional atau reaksi
individu positif atau negatif.

Menurut pandangan Ellis, A (pengalaman aktif) tidak langsung


menyebabkan timbulnya C (akibat emosional), namun bergantung pada B
(belief system). Hubungan dan teori A-B-C yang didasari tentang teori rasional
emotif dari Ellis dapat digambarkan sebagai berikut:
A-----C
Keterangan:
---:Pengaruh tidak langsung
B: Pengaruh langsung

Teori A-B-C tersebut, sasaran utama yang harus diubah adalah aspek B
(Belief Sistem) yaitu bagaimana caranya seseorang itu memandang atau
menghayati sesuatu yang irasional, sedangkan konselor harus berperan
sebagai pendidik, pengarah, mempengaruhi, sehingga dapat mengubah pola
piker klien yang irasional atau keliru menjadi pola pikir yang rasional. Dari
uraian diatas, disimpulkan bahwa permasalahan yang menimpa seseorang
merupakan kesalahan dari orang itu sendiri yang berupa prasangka yang
irasional terhadap pandangan penghayatan individu terhadap pengalaman
aktif.
a. Ciri-Ciri Rational Emotive Behaviour Therapy
Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan
lebih aktif dibandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasannya peran konselor
disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan
masalah yang dihadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi
masalah yang dihadapi, artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha
menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan
disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya.
1) Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara
hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari
konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses
konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman
ketika berhadapan dengan klien.
2) Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor
untuk membantu klien mengubah caraberfikirnya yang tidak rasional menjadi
rasional.
3) Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa
lampau klien.
b. Tujuan Rational Emotive Behaviour Therapy
Tujuan Rational Emotive Behaviour Therapy adalah menghilangkan
gangguan emosional yang dapat merusak diri (seperti benci, rasa bersalah,
cemas, dan marah) serta mendidik klien agar mengahadapi kenyataan hidup
secara rasional.

C. Pandangan Tentang Manusia


Teori Rasional Emotif Behaviour Therapy (REBT) bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun
berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan
untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai,
bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan
tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan kearah
menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali
kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhyul, intoleransi,
perfeksionisme dan mencela diri, serta menghindari pertubuhan dan
aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada pola-pola
tingkah laku lama yang disfungsional dan mencari berbagai cara untuk terlibat
dalam sabotase diri. Manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi
aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan
pribadi dan masyarakatnya. Bagaimanapun, menurut REBT, manusia dilahirkan
dengan kecendrungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan,
tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya;
jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempersalahkan
dirinya sendiri ataupun orang lain.
Menurut pandangan REBT individu memiliki tiga tingkatan berfikir yaitu
berfikir tentang apa yang terjadi berdasarkan fakta dan bukti-bukti,
mengadakan penilaian terhadap fakta dan bukti, dan keyakinan terhadap
proses bukti-bukti dan evaluasi.

D. Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling dengan pendekatan REBT adalah membantu
individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih
produktif. Secara umum , REBT mendukung konseli untuk menjadi lebih
toleran terhadap diri sendiri, orang lain , dan lingkungannya .
Menurut Corey (2009: 279) tujuan umum Rational Emotive Behavior
Therapy adalah mengajari konseli bagaimana cara memisahkan evaluasi
perilaku mereka dari evaluasi diri esensi dan totalitasnya dan bagaimana cara
menerima dengan segala kekurangannya. Sedangkan tujuan dasarnya adalah
mengajarkan konseli bagaimana merubah disfungsional emosi dan perilaku
mereka menjadi pribadi yang sehat. Selain itu dua tujuan terpenting Rational
Emotive Behavior Therapy menurut Ellis (dalam Corey, 2009: 279) adalah a)
membantu konseli dalam proses mencapai unconditional self-
acceptance dan unconditional other acceptance, dan b) melihat bagaimana
kedua hal itu saling berkaitan.
Sedangkan menurut Ellis (dalam Sharf, 2012: 339) tujuan umum Rational
Emotive Behavior Therapy adalah membantu konseli dalam meminimalisir
gangguang emosi, menurunkan self-defeating self-behaviors,dan membantu
konseli lebih mengaktualisasikan diri sehingga mereka bisa menuju ke
kehidupan yang bahagia. Sedangkan tujuan khususnya adalah membantu
konseli berpikir lebih bersih dan rasional, memiliki perasaan yang lebih layak,
dan bertindak efisien dan efektif dalam mencapai tujuan hidup yang bahagia.

E. Karakteristik Permasalahan
Dalam Gantina dkk, Nelson Jones, 1995 mengatakan manusia dipandang
memiliki tiga tujuan fundamental, yaitu: Untuk bertahan hidup, untuk bebas
dari kesakitan, dan untuk mencapai kepuasan. Rasional Emotive Behavior
Therapy (REBT) juga berpendapat bahwa individu adalah hidonistik yaitu
kesenangan dan bertahan hidup adalah tujuan pertama hidup. Hedonisme
dapat diartikan sebagai pencarian kenikmatan dan menghindari kesakitan.
Bentuk hedonisme khusus yang membutuhkan perhatian adalah penghindaran
terhadap kesakitan dan ketidaknyamanan. Dalam Gantina dkk, Wallen
mengatakan Dalam REBT hal ini menghasilkan low frustration tolerance (LFT).
Individu yang memiliki LFT terlihat dari pernyataan-pernyataannya verbal
seperti: Ini terlalu berat, saya pasti tidak mampu, ini menakutkan, saya tidak
bisa menjalani ini.
Dalam Gantina dkk, Gladding, 1992 mengatakan Ellis mengidentifikasi
sebelah keyakinan irasional individu yang dapat mengakibatkan masalah yaitu:
1. Dicintai dan setujui oleh orang lain adalah sesuatu yang sangat esensial
2. Untuk menjadi orang yang berharga individu harus kompeten dan mencapai
setiap usahanya.
3. Orang yang tidak bermoral, criminal dan nakal merupakan pihak yang harus
disalahkan.
4. Hal yang sangat buruk dan menyebalkan adalah bila sebagala sesuatu tidak
terjadi seperti yang saya harapkan.
5. Ketidak bahagiaan merupakan hasil dari pristiwa eksternal yang tidak dapat
dikontrol oleh diri sendiri.
6. Sesuatu yang membahayakan harus menjadi perhatian dan harus selalu
diingat dalam fikiran.

Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia
keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal,
penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami
depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan
kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka
yang negatif terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik
utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa
keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-
kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang
langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya
berdering.
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku
bermasalah, didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara
berpikir yang irasional. Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :
1. Tidak dapat dibuktikan
2. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka)
yang sebenarnya tidak perlu
3. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang
efektif

Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan


oleh:
1. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara
kenyatan dan imajinasi
2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang
diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator sebab keyakinan irasional adalah:
1. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh
orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan
2. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat,
dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum
3. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka,
bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus
dihadapi oleh manusia dalam hidupnya
4. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada
berusaha untuk menghadapi dan menanganinya
5. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan
bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk
menghilangkan penderitaan emosional tersebut
6. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan
individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat
sekarang
F. Karakteristik Klien
menjelaskan bahwa karakteristik cara berpikir irasional yang dapat dijumpai
secara umum yaitu :
1. Terlalu menuntut, hasrat, pikiran, dan keinginan yang berlebihan membuat
individu mengalami hambatan emosional.
2. Generalisasi secara berlebihan, berarti individu mengingat sebuah peristiwa
atau keadan diluar batas-batas yang wajar.
3. Penilaian diri, seseorang harus bisa menerima dirinya tanpa syarat.
4. Penekanan, penekanan ini akan mempengaruhi individu dalam memandang
antecedent event secara tepat dan karena itu digolongkan sebagai cara
berpikir irrasional.
5. Kesalahan atribusi, kesalahan dalam menetapkan sebab dan motivasi perilaku
baik dilakukan sendiri, orang lain, atau sebuah peristiwa.
6. Anti pada kenyataan, terjadi karena tidak dapat menunjukkan fakta empiris
secara tepat.
7. Repetisi, keyakinan yang irrasional cenderung terjadi berulang-ulang.

G. Karakteristik Konselor
Konselor REBT diharapkan dapat memberikan penghargaan positif tanpa
syarat kepada klien atau yang disebutnya sebagai unconditional self-
acceptance (USA) yaitu penerimaan diri tanpa syarat, bukan dengan
syarat(consditioning regard), karena filosofi REBT berpegang bahwa tidak ada
manusia yang terkutuk untuk banyak hal.
Penggunaan USA dalam konseling, menurut Ellis akan membantu klien
untuk menerima dirinya secara penuh, dan akhirnya akan meningkatkan high
frustration tolerance(HFT). Orang yang selalu melakukan penilaian terhadap
dirinya (self-rating) akan menimbulkan masalah yang besar bagi dirinya.
Menurut REBT peran konselor adalah sebagai berikut:
1. Konselor lebih edukatif-direktif kepada klien yaitu dengan banyak
memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal.
2. Mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung.
3. Menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki
cara berfikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik
dirinya sendiri.
4. Dengan gigih dan berulang-ulang dalam menekankan bahwa ide irrasional
itulah yang menyebabkan hambatan emotional pada klien.
5. Menyerukan klien menggunakan kemampuan rasional(rational power) dari
pada emosinya.
6. Menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis.
7. Menggunakan humor sebagai jalan mengkonfrontasikan berfikir secara
irrasional.

H. Teknik-Teknik Utama
Rational Emotive Behavior Therapy menggunakan berbagi teknik yang
bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi
klien. Teknik-teknik Rational Emotive Behavior Therapysebagai berikut :
1. Teknik-Teknik Kognitif
Adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa
Ketut menerangkan ada empat tahap dalam teknik-teknik kognitif:
a. Tahap Pengajaran
Dalam REBT,konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini
memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan
sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikaan
berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien
tersebut.
b. Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia
kemukakan itu tidak benar. Dan Konselor juga mencoba meyakinkan, berbagai
argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak
benar.
c. Tahap Konfrontasi
Konselor mengubah ketidak logikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah
berfikir yang lebih logika.
d. Tahap PemberianTugas
Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan
tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan
anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau
membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.

2. Teknik-Teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah
emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
a. Teknik Sosiodrama
Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan klien itu
melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan
dramatis.
b. Teknik Self Modelling
Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk
menghilangkan perasaan yangmenimpanya. Dia diminta taat setia pada
janjinya.
c. Teknik Assertive Training
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola
perilaku tertentu yang diinginkannya.

3. Teknik-Teknik Behavioristik
Terapi Rasional Emotif banyak menggunakan teknik behavioristik terutama
dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar
keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang
tergolong behavioristik adalah:
a. Teknik Reinforcement
Teknik reinforcement (penguatan), yaitu: untuk mendorong klien ke arah
tingkah laku yanglebih rasional dan logis denagn jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk
membongkar sistem nilai-nilai dan keyakinan yang irasional pada klien dan
menggantinya dengan sistem nilai yang lebih positif.
b. Teknik Social Modeling (pemodelan sosial)
Teknik social modeling (pemodelan sosial), yaitu: teknik untuk membentuk
perilaku-perilaku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup
dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara mutasi (meniru),
mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-
norma dalam sistem model sosial dengan maslah tertentu yang telah disiapkan
konselor.
c. Teknik live models
Teknik live models (mode kehidupan nyata), yaitu teknik yang digunakan untuk
menggambar perilaku-perilaku tertentu. Khususnya situasi-situasi
interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan percakapan sosial,
interaksi dengan memecahkan maslah-masalah.

I. Proses Konseling
1. Tahap pertama
Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis
dan irrasional. Proses ini membantu klien memahami bagaimana dan mengapa
dapat terjadi irrasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka
mempunyai potensi untuk mengubah hal tersebut.
2. Tahap Kedua
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan
negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli
mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor
juga mendebat pikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan
untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik konseling REBT untuk
membantu konseli mengembangkan pikiran rasional.
3. Tahap Ketiga
Tahap akhir, konseli dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan
pikiran rasional serta mengembangkan fillosofi hidup yang rasional sehingga
konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikirian irasional.
Tahap-tahap ini merupakan proses natural dan berkelanjutan. tahap ini
menggambarkan keseluruhan proses konseling yang dilalui oleh konselor dan
konseli.

Cognitive Bahavior Therapy, didasarkan pada alasan teoritis bahwa cara


orang merasakan dan Situasi yang mengancam dapat menyebabkan tekanan
psikologis pemrosesan kognitif normal tidak berjalan sempurna
Persepsi dan interpretasi terhadap suatu situasi menjadi sangat selektif,
egosentris, dan rigid. Fungsi korektif (mengetes realitas dan penyaringan
konseptualisasi global) melemah. Penurunan kemampuan untuk “mematikan”
pemikiran menyimpang. Penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi
terhadap pemikirannya. Penurunan kemampuan untuk mengingat
pemikirannya. Penurunan kemampuan untuk menjelaskan pemikirannya.
Beberapa jenis distorsi kognitif adalah:
a.Generalisasi berlebihan: menarik kesimpulan umum dari bukti yang terbatas.
Contoh: seorang gagal melewati ujian mengemudi kali pertama, maka ia
mungkin akan menggeneralisasi hal tersebut secara belebihan dengan
menyimpulkan tidak perlu repot-repot untuk mencoba kedua kalinya karena ia
tidak akan pernah bisa lulus.
b.Pemikiran dikotomis (dichotomous thinking): melihat situasi dari kerangka
kutub yang berlawanan.
Contoh:
Seseorang melihat dirinya sebagai yang terbaik, waktu ia melihat bahwa ia tak
mampu mencapai kompetensi puncak, orang ini merasa gagal total.Seseorang
melihat orang lain sebagai orang yang benar-benar “jahat” atau “baik”.
c.Kecenderungan untuk membayangkan berbagai peristiwa yang ada pasti
berkaitan dengan tindakannya, walaupun tidak ada koneksi yang logis yang
dapat dibuat antara peristiwa tsb dengan tindakannya.
Contoh:
Dalam hubungan berpasangan, salah seorang melihat pasangannya tidak
bergairah, lalu hal itu dianggap karena pengaruh dari perilakunya, terlepas dari
adanya bukti yang cukup (menyalahkan dirinya, menganggap pasangannya
tidak bergairah karena dirinya). Padahal bisa saja pasangannya itu tidak
bergairah karena tekanan pekerjaan, atau sumber eksternal yang lain.
d.Kesimpulan yang berubah-ubah (arbitrary inference).
Jika saya gagal dalam ujian hari ini maka saya pasti seseorang yang benar-
benar bodoh)
e.Personalisasi: tukang gas terlambat datang karena semua yang ada di kantor
tersebut membenci saya.

K. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan :
1. Pendekatan ini jelas, mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan klien hanya
mengalami sedikit kesulitan dalam mengalami prinsip ataupun terminologi
REBT.
2. Pendekatan ini dapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan teknik
tingkah laku lainnya untuk membantu klien mengalami apa yang mereka
pelajari lebih jauh lagi.
3. Pendekatan ini relatif singkat dan klien dapat melanjutkan penggunaan
pendekatan ini secara swa-bantu.
4. Pendekatan ini telah menghasilkan banyak literatur dan penelitian untuk klien
dan konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat mengembangkan materi
biblioterapi seperti ini.
5. Pendekatan ini terus-menerus berevolusi selama bertahun-tahun dan teknik-
tekniknya telah diperbaiki.
6. Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan kesehatan
mental parah seperti depresi dan ansietas.
Kelemahan :
1. Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada individu yang
mempunyai gangguan atau keterbatasan mental, seperti schizophrenia, dan
mereka yang mempunyai kelainan pemikiran yang berat.
2. Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya, Albert Ellis. Banyak
individu yang mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari ke-
eksentrikan Ellis.
3. Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuatkonselor terlalu fanatik dan
ada kemungkinan tidak merawat klien seideal yang semestinya.
4. Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang
paling sederhana dalam membantu klien mengubah emosinya.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Konsep teori Rasional Emotif Behaviour Therapy (REBT) mengikuti pola
yang didasarkan pada teori A-B-C, yaitu:
A: Activating Experence (pengalaman aktif)
B: Belief System (cara individu memandang suatu hal).
C: Emotional Consequence (akibat emosional).
2. Teori REBT memandang bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik
untuk berfikir rasional dan jujur maupun berpikir irasional dan jahat.
3. Tujuan utama konseling dengan pendekatan REBT adalah membantu
individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih
produktif.
4. Karakteristik permasalahan dalam REBT yaitu manusia memiliki
tujuan untuk bertahan hidup, untuk bebas dari kesakitan, dan untuk mencapai
kepuasan. Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) juga berpendapat
bahwa individu adalah hidonistik yaitu kesenangan dan bertahan hidup adalah
tujuan pertama hidup.
5. Karakteristik konseli terlalu menuntut, Generalisasi secara berlebihan,
penilaian diri, penekanan, kesalahan atribusi, anti pada kenyataan, repetisi.
Karakteristik konselor memberikan penghargaan positif tanpa syarat kepada
klien atau yang disebutnya sebagai unconditional self-acceptance (USA) yaitu
penerimaan diri tanpa syarat.
6. Proses Konseling terdiri dari 3 tahap yaitu yang pertama proses dimana
konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irrasional,
tahap yang kedua konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan
negatif tersebut dapat ditantang dan diubah, dan yang terakhir konseli dibantu
untuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rasional.
7. Rational Emotive Behavior Therapy menggunakan berbagi teknik yang
bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi
klien. Seperti teknik kognitif, emotif dan behavioristik.
8. Tokoh turunan REBT adalah Aaron T. Beck membahas tentang Terapi
Perilaku Kognitif (TPK) atau Cognitive Behavior Therapy (CBT) adalah sebuah
pendekatan konseling yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan emosi, perilaku dan kognisi, melalui orientasi tujuan,
prosedur sistematis.
DAFTAR PUSTAKA

Beck, Judith S. 2011. Cognitive Behavior Therapy Basic and Beyond. Second Edition.
New York –London: The Guilford Press.
Gerald Corey (2009), Teori dan Praktek Konseling & Terapi, Bandung: Refika Aditama
Muhammad Surya (2003), Teori-Teori Konseling, Bandung: C.V Pustaka Bani Quraisy.
Muhammad Surya (1994), Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Bandung: Bhakti
Winaya.
Amirah Diniaty (2009), Teori-Teori Konseling, Pekanbaru: Daulat Riau.
Gantina komalasari, Dkk. (2011). Teori Teknik Konseling, Jakarta: Indeks.
Muhammad Surya, Teori-teori Konseling (Bandung Pustaka Bani Quraisy, 2003), 18.

Anda mungkin juga menyukai