Anda di halaman 1dari 9

A.

Teori Kepribadian Behavior (REBT)


REBT atau yang lebih dikenal dengan Rational Emotive Behaviour Therapy adalah
konseling yang menekankan interaksi berfikir dan akal sehat (rational thingking), perasaan
(emoting), dan berperilaku (acting). Teori ini menekankan bahwa suatu perubahan yang
mendalam terhadap cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara
berperasaan dan berperilaku, sehingga seseorang akan memiliki kepercayaan diri dan mampu
memecahkan masalah serta memiliki tujuan hidup yang berarti bagi orang lain. 1 Pendekatan
Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang
menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran. Pendekatan Rational
Emotive Behavioral Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan.
Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk
berpikir irrasional yang salah satunya didapat melalui belajar sosial. Di samping itu, individu
juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan
untuk mengajak individu untuk mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional
melalui teori GABCDE.
Rational Emotive Beavior Therapy (REBT) adalah sebuah aliran psikoterapi yang
berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan
jujur maupun berfikir irasional yang jahat. Menurut George & Cristiani seperti yang dikutip oleh
Hartono & Boy Soedarmadji, menyatakan bahwa pendekatan Rational Emotive Therapy (RET)
ini menekankan pada proses berpikir konseli yang dihubungkan dengan perilaku serta kesulitan
psikologis dan emosional. Pendekatan RET lebih diorientasikan pada kognisi, perilaku dan aksi
yang lebih mengutamakan berpikir, menilai, menentukan, menganalisis dan melakukan sesuatu.
Menurut pandangan pendekatan RET permasalahan yang dimiliki seseorang bukan disebabkan
oleh lingkungan dan perasaannya, tetapi lebih pada sistem keyakinan, bagaimana dia menilai dan
bagaimana dia menginterpretasi apa yang terjadi padanya. Dapat disimpulkan bahwa jika emosi
terganggu, maka pikiran juga akan terganggu sehingga mucullah pemikiran yang irasional.

B. Hakikat Manusia Menurut Teori Behavior (REBT)


Pandangan REBT menyatakan bahwa manusia sebagai individu didominasi oleh sistem
berpikir dan sistem perasaan yang berkaitan dengan sistem psikis indivu. Menurut George dan
1
Hany Paturrochmah, “Rasional Emotif Behavior Therapy (REBT) Islam Dalam Menumbuhkan Sikap Mental Positif,”
205.
Cristiani yang dikutip oleh Gantina Komalasari dkk, secara khusus pendekatan Rational Emotive
Behavioral Therapy (REBT) berasumsi bahwa individu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Individu memiliki potensi yang unik untuk berpikir rasional dan irasional
2. Pikiran irasional berasal dari proses belajar yang irasional yang didapat dari orang tua
dan budayanya
3. Manusia adalah makhluk verbal dan berpikir melalui simbol dan bahasa, dengan
demikian, gangguan emosi yang dialami individu disebabkan oleh verbalisasi ide dan
pemikiran irasional
4. Gangguan emosional yang disebabkan oleh verbalisasi diri (self verbalising) yang terus
menerus dan persepsi serta sikap terhadap kejadian merupakan akar permasalahan, bukan
karena kejadian itu sendiri
5. Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan sosialnya
6. Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang dengan
mengorganisasikan kembali persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi logis dan rasional
Landasan filosofi Rational Emotive Therapy (REBT) tentang manusia tergambar dalam
quotation dari Epicetus yang dikutip oleh Ellis: “Men are disturbed not by things, but by the
views which they take of them (manusia terganggu bukan karena sesuatu, tetapi karena
pandangan terhadap sesuatu)”.
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) berasumsi bahwa berpikir logis itu tidak
mudah, kebanyakan individu cenderung ahli dalam berpikir tidak logis. Contoh berpikir tidak
logis yang biasanya banyak menguasai individu adalah :
1. Saya harus sempurna
2. Saya baru saja melakukan kesalahan, bodoh sekali!
3. Ini adalah bukti bahwa saya tidak sempurna, maka saya tidak sempurna.
Secara sistem nilai, terdapat dua nilai eksplisir dalam filosofi Rational Emotive
Therapy (REBT) yang biasanya dipegang oleh individu namun tidak sering diverbalkan,
yaitu :
1. Nilai untuk bertahan hidup (Survival)
2. Nilai kesenangan (enjoyment)
Kedua nilai ini didesain oleh individu agar ia dapat hidup lebih panjang, meminimalisir
stress emosional dan tingkah laku yang merusak diri serta mengaktualisasi diri sehingga individu
dapat hidup dengan penuh dan bahagia. Tujuan-tujuan ini dipandang sebagai pilihan daripada
kebutuhan. Hidup yang rasional terdiri dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang
berkontribusi terhadap pencapaian tujuan-tujuan yang dipilih individu. Sebaliknya, hidup yang
irrasional terdiri dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang menghambat pencapaian tersebut.
Manusia dipandang memiliki tiga tujuan fundamental, yaitu: untuk bertahan hidup (to
survive), untuk bebas dari kesakitan (to be relatively free from pain) dan untuk mencapai
kepuasan (to be reasonably or content). Rational Emotive Therapy (REBT) juga berpendapat
bahwa individu adalah hedonistic, yaitu kesenangan dan bertahan hidup adalah tujuan utama
hidup. Hedonisme dapat diartikan sebagai pencarian kenikmatan dan menghindari kesakitan.
Bentuk hedonisme khusus yang membutuhkan perhatian adalah penghindraan terhadap kesakitan
dan ketidaknyamanan. Dalam Rational Emotive Therapy (REBT) hal ini menghasilkan Low
Frustation Tolerance (LFT). Individu yang memiliki LFT terlihat dari pernyataan-pernyataan
verbalnya seperti ini terlalu berat, saya pasti tidak mampu, ini menakutkan, saya tidak bisa
menjalani ini.2
C. Perilaku Bermasalah Menurut Pendekatan Konseling REBT
Pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior
kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran.
Pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert
Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa
individu memiliki tendensi untuk berpikir irrasional yang salah satunya didapat melalui belajar
sosial. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir
rasional.
Rational Emotive Beavior Therapy (REBT) adalah sebuah aliran psikoterapi yang
berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan
jujur maupun berfikir irasional yang jahat.
Menurut REBT, perilaku bermasalah adalah perilaku yang didasarkan pada cara berpikir
yang irasional. Konselor REBT akan membantu konseli mengidentifikasi keyakinan dasar yang
tidak rasional dan menggantinya dengan keyakinan yang lebih rasional. Konselor juga akan
membantu konseli memahami bahwa apa yang menganggu konseli pada saat ini adalah karena
berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.

2
“BAB II Revisi.Pdf.”
Dalam REBT, konselor tidak hanya bersikap hangat dan mendukung, tetapi juga harus
mampu menantang keyakinan konseli. Konselor REBT juga akan mengajari konseli memiliki
keterampilan seumur hidup dalam membantu konseli mengelola respons emosional dan
kesehatan mental secara keseluruhan.
Menurut pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), perilaku bermasalah
lebih difokuskan pada kerja berpikir dan bertindak ketimbang pada ekspresi perasaan.
1. Pendekatan ini menggunakan strategi kognitif dan berfokus pada emosi dan perilaku
2. REBT memiliki tiga hipotesis fundamental, yaitu pikiran dan emosi saling berkaitan,
pikiran dan emosi biasanya saling mempengaruhi, dan pikiran dan emosi dapat diubah
dengan cara yang sama. Pendekatan ini menekankan pada keterkaitan antara perasaan,
tingkah laku, dan pikiran.
D. Fungsi dan peran konselor dalam konseling REBT
Fungsi dan peran konselor dalam pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy
(REBT) adalah;
1. Aktif-direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelaskan
terutama pada awal konseling
2. Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung
3. Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik
kembali diri konseli sendiri
4. Secara terus menerus “menyerang” pemikiran irasional konseli
5. Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi 6.
Bersifat didaktif (George & Cristiani, 1990, p. 86).
E. Tujuan Konseling REBT
Sayekti 1993 menjelaskan REBT yang dicetuskan Ellis memiliki tujuan utama dan tujuan
khusus dalam pelaksanaan konselingnya.
Tujuan utama konseling REBT adalah :
1. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir,keyakinan serta pandangan-
pandangan klien yang irasional dan ilogis menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui
perilaku kognitif dan efektif yang positif.
2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri, seperti: rasa
benci, rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, rasa was- was, rasa marah.
Sebagai konsekuensi dari cara berpikir dan system keyakinan yang keliru dengan jalan
melatih dan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan, nilai-nilai dan
kemampuan diri sendiri.

Tujuan khusus konseling REBT adalah:


1. Self interest: menciptakan kesehatan mental termasuk keseimbangan emosional pada
seseorang terletak pada diri sendiri, bukan dari orang lain. Maka konseling berfokus pada
kesadaran diri dari klien itu sendiri.
2. Self direction: individu yang memiliki kesehatan mental yang baik akan selalu
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu tujuan konseling harus
mendorong klien untuk mengarahkan dirinya sendiri, dalam arti bahwa klien harus
menghadapi kenyataan-kenyataan hidupnya dengan bertanggung jawab sendiri bukan
tergantung atau selalu minta bantuan orang lain.
3. Tolerance: konseling disini adalah untuk mendorong dan membangkitkan toleransi klien
terhadap orang lain meskipun ia bersalah.
4. Acceptance of Uncertainty: memberikan pemahaman yang rasional kepada klien untuk
menghadapi kenyataan hidup secara logis dan tidak emosional.
5. Flexibel: mendorong klien agar luwes dalam bertindak secara intelektual, terbuka
terhadap suatu masalah sehingga dipeoleh cara-cara pemecahannya yang dapat
mendatangkan kepuasan kepada diri klien sendiri.
6. Commitment: membangkitkan sikap objektivitas dan komitmen klien untuk menjaga
keseimbangan klien dengan lingkungannya.
7. Scientific Thinking: berpikir rasional dan objeltif adalah tujuan dari konseling rasional
emotif. Berpikir rasional bukan hanya terhadap orang lain tetapi juga terhadap diri
sendiri.
8. Risk Taking: mendorong dan membangkitkan sikap keberanian dalam diri klien untuk
mengubah nasibnya melalui kehidupan nyata, meskipun belum tentu berhasil. Keberanian
ini sangat penting dalam menanamkan kepercayaan diri pada klien untuk menghadapi
masa depan kehidupannya.
9. Self acceptance: penerimaan terhadap diri sendiri, terhadap kemampuan dan kenyatan
diri sendiri dengan rasa gembira dan senang.
F. Pengalaman Klien Dalam Konseling
REBT (Rational Emotive Behavior Therapy) adalah salah satu jenis terapi kognitif-
behavioral yang dapat membantu klien mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat.
Pengalaman klien dalam konseling REBT dapat berbeda-beda tergantung pada situasi unik
masing-masing klien, tetapi beberapa pengalaman umum yang dapat dirasakan oleh klien selama
proses terapi REBT adalah sebagai berikut:
Menjadi lebih sadar akan pola pikir yang tidak sehat: Dalam terapi REBT, klien akan
diajarkan untuk mengenali pola pikir yang tidak sehat, seperti generalisasi, pikiran bermasalah,
dan interpretasi yang salah. Dengan menyadari pola pikir yang tidak sehat ini, klien dapat
mempelajari cara untuk mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih positif dan sehat.
Belajar mengelola emosi: Terapi REBT juga membantu klien dalam mengelola emosi
yang tidak sehat, seperti kecemasan, marah, dan depresi. Klien diajarkan untuk mengidentifikasi
akar masalah emosi dan mencari cara untuk mengubah respons emosional yang tidak sehat
menjadi respons yang lebih sehat.
Meningkatkan kepercayaan diri: Terapi REBT juga dapat membantu klien meningkatkan
kepercayaan diri dengan mengajarkan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi masalah
dan tantangan yang sulit. Klien dapat mempelajari bagaimana untuk mengatasi rasa takut dan
keraguan diri, dan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil keputusan dan menghadapi
situasi yang menantang.
Meningkatkan kualitas hidup: Dengan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak
sehat, klien dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Klien dapat merasa
lebih bahagia, lebih produktif, dan lebih puas dengan hidup mereka setelah mengikuti terapi
REBT.
Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki pengalaman yang unik dalam terapi
REBT dan hasil yang dicapai dapat bervariasi tergantung pada kondisi individu dan tingkat
keterlibatan dalam proses terapi.
G. Tahap-Tahap Konseling Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
Menurut George & Cristiani (dalam komalasari,dkk.2011:215) dalam proses konseling
dengan pendekatan rasional emotif behavior terdapat beberapa tahap yang dikerjakan oleh
konselor dan konseli, yaitu:
Tahap 1
Proses dimana konseli diperlihatkan dan didasarkan bahwa mereka tidak logis dan
irasional. Proses ini membantu konseli memahami bagaimana dan mengapa dapat menjadi
irasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka memiliki potensi untuk mengubah hal
tersebut.
Tahap 2
Konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut dapat
ditantang dan diubah.Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-
tujuan rasional.
Tahap 3
Konseli dibantu untuk secara teru menerus mengembangkan pikiran rasional serta
mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang
disebabkan oleh pemikiran irasional.
H. Teknik-teknik Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy
Pendekatan REBT menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif,
behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Teknik-teknikpendekatan REBT adalah
sebagai berikut :
1) Teknik-teknik Kognitif
Teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa
Ketut menerangkan ada empat tahap dalam teknik-teknik kognitif:
a) Tahap Pengajaran
Dalam pendekatan REBT, konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar.Tahap ini
memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada
klien, terutama menunjukkan bagaimana irasional berfikir itu secara langsung menimbulkan
gangguan emosi kepada klien tersebut.
b) Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia kemukakan
tersebut merupakan pandangan yang salah. Kemudian konselor juga mencoba meyakinkan,
berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien tersebut adalah
pandangan yang salah.
c) Tahap Konfrontasi
Konselor mengubah cara berfikir klien yang tidak logis dan membawa klien ke arah
berfikir yang lebih logika.
d) Tahap Pemberian Tugas
Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam
situasi nyata.Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat jika mereka
merasa dikucilkan dari pergaulan, atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan cara
berfikirnya.
2) Teknik-teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Teknik
yang sering digunakan antara lain ialah:
a) Teknik Sosiodrama
Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan klien itu melalui
suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri
secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.
b) Teknik Self Modelling
Dilakukan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan
perasaan yang menimpanya. Klien diminta taatdan setia pada janjinya.
c) Teknik Assertive Training
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku
tertentu yang diinginkannya.
3) Teknik-teknik Behavioristik
Terapi Rasional Emotif banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal
upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak
rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
a) Teknik reinforcement
Teknik reinforcement (penguatan), yaitu: untuk mendorong klien ke arah tingkah laku
yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman
(punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai-nilai dan keyakinan yang
irasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang lebih positif.
b) Teknik social modeling (pemodelan sosial)
Teknik social modeling (pemodelan sosdapat hidup dalam suatu model sosial yang
diharapkan dengan cara mutasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dan
menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang
telah disiapkan konselor. ial), yaitu teknik untuk membentuk perilaku-perilaku baru pada klien.
Teknik inidilakukan agar klien
c) Teknik live models
Teknik live models (mode kehidupan nyata), yaitu teknik yang digunakan untuk
menggambar perilaku-perilaku tertentu. Khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks
dalam bentuk percakapanpercakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah

Anda mungkin juga menyukai