2
“BAB II Revisi.Pdf.”
Dalam REBT, konselor tidak hanya bersikap hangat dan mendukung, tetapi juga harus
mampu menantang keyakinan konseli. Konselor REBT juga akan mengajari konseli memiliki
keterampilan seumur hidup dalam membantu konseli mengelola respons emosional dan
kesehatan mental secara keseluruhan.
Menurut pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), perilaku bermasalah
lebih difokuskan pada kerja berpikir dan bertindak ketimbang pada ekspresi perasaan.
1. Pendekatan ini menggunakan strategi kognitif dan berfokus pada emosi dan perilaku
2. REBT memiliki tiga hipotesis fundamental, yaitu pikiran dan emosi saling berkaitan,
pikiran dan emosi biasanya saling mempengaruhi, dan pikiran dan emosi dapat diubah
dengan cara yang sama. Pendekatan ini menekankan pada keterkaitan antara perasaan,
tingkah laku, dan pikiran.
D. Fungsi dan peran konselor dalam konseling REBT
Fungsi dan peran konselor dalam pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy
(REBT) adalah;
1. Aktif-direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelaskan
terutama pada awal konseling
2. Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung
3. Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik
kembali diri konseli sendiri
4. Secara terus menerus “menyerang” pemikiran irasional konseli
5. Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi 6.
Bersifat didaktif (George & Cristiani, 1990, p. 86).
E. Tujuan Konseling REBT
Sayekti 1993 menjelaskan REBT yang dicetuskan Ellis memiliki tujuan utama dan tujuan
khusus dalam pelaksanaan konselingnya.
Tujuan utama konseling REBT adalah :
1. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir,keyakinan serta pandangan-
pandangan klien yang irasional dan ilogis menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui
perilaku kognitif dan efektif yang positif.
2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri, seperti: rasa
benci, rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, rasa was- was, rasa marah.
Sebagai konsekuensi dari cara berpikir dan system keyakinan yang keliru dengan jalan
melatih dan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan, nilai-nilai dan
kemampuan diri sendiri.