Anda di halaman 1dari 6

A.

Terapi Rasional Emotif


Tokoh teori Albert Ellis ahli psikologi  klinis sering mengkususkan diri dalam bidang konseling
perkawinan dan keluarga. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori belajar
behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang disebut rational emotive
therapy (RET) atau terapi rasional emotif.
Rational Emotive Therapy merupakan corak konseling yang menekankan kebersaman dan
interaksi antara berpikir sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting).
Pendekatan ini dipelopori oleh Albert Ellis. Ellis merupakan seorang ahli klinis terkemuka sejak
tahun 1955, yang lahir pada tahun 1913 di Pittsburgh tetapi ia melarikan diri ke Belanda pada usia
4 tahun dan menetap di sana. Ellis menyusun teori ini dikarekan banyak anak-anak yang tidak
mampu mencapai suatu kemajuan dan perkembangan karena tidak memiliki pemahaman yang
tepat pada hubungan dengan peristiwa yang telah terjadi.
Rational emotif therapy yang berasumsi bahwa pribadi sehat merupakan individu mampu
mengaktualisasikan diri, sedangkan pribadi tidak sehat pribadi yang id manusia yang cenderung
irasional. Secara umum terdapat dua prinsip yang mendominasi manusia yaitu pikiran dan
perasaan. Setiap manusia memiliki pikiran, perasaan, dan perilaku yang mana ketiga aspek saling
berkaitan yakni, pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan mempengaruhi pikiran
dan perilaku, serta perilaku mempengaruhi pikiran dan perasaan manusia. Maka dari itu
kebahagiaan seseorang ditentukan oleh ketiga aspek tersebut.
Pendekatan rational emotive therapy berpandangan bahwa manusia adalah subyek alam
yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia dilahirkan dengan
potensi untuk berfikir rasional, tetapi juga memiliki kecenderungan kearah berfikir curang. Maka
cenderung menjadi korban dari keyakinan yang irasional, akan tetapi berorientasi kognitif tingkah
laku dan menekan pada berfikir, menilai, menganalisa, dan melakukan.
Rational emotive therapy dapat diartikan dengan corak konseling yang menekankan
kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal sehat, berperasaan, dan perilaku
serta sekaligus menekankan bahwa suatu suatu perubahan yang mendalam. Corak
konseling RET berpangkal dari beberapa keyakinan tentang martabat manusia dan tentang
proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi
bersifat psikologi yaitu :
Manusia adalah makhluk manusiawai artinya manusia mempunyai kekurangan dan
keterbatasan, selama hidup di dunia dia dapat berusaha untuk menikmatinya sebaik
mungkin. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau
pembawaan. Hidup secara rasional berarti berfikir, berperasaan, dan berperilaku
sedemikian rupa sehingga kebahagiaan dapat dicapai  secara efisien dan efektif.
Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan
sehat. Orang yang kerap berpegang pada keyakinan yang sebenarnya kurang masuk akal
atau irasional. Pikiran-pikiran manusia biasanya menggunakan lambang verbal dan
dituangkan dalam bentuk bahasa. Bilamana manusia tidak bahagia dan mengalami gejolak
perasaan yang tidak menyenangkan serta menumbuhkan semangat hidup, rasa-rasa itu
bukan berpangkal pada kejadian dan pengalaman yang telah berlangsung, melainkan pada
tanggapannya yang tidak rasional terhadap kejadian dan pengalaman itu. Untuk membantu
orang mencapai taraf kebahagiaan hidup yang lebih baik dengan hidup lebih rasional.
Mengubah diri dalam berfikir irasional bukan perkara yang mudah, karena orang
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keyakinan yang sebenarnya tidak masuk
akal, ditambah perasaan cemas.
Konselor RET harus berusaha membantu orang menaruh perhatian wajar pada
kebahagiaan batinnya sendiri, menerima tanggung jawab atas pengaturan hidupnya sendiri
tanpa menuntut secara mutlak dukungan dari orang lain. Konselor harus membantu konseli
mengubah pikirannya yang irasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus
terang.
B. Konsep Utama Terapi Rasional Emotif
Ellis memandang manusia bersifat rasional dan irasional. Orang berperilaku dalam cara-cara
tertentu, mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negatif.Para
penganut teori RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam secala sesuatu yang
dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggung jawab akan semua perilakunya. Manusia pada
dasar dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional.
Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten.
Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.
Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan
filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat
dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan
penuh prasangka, sangat personal, dan irasional.Berpikir irasional diawali dengan belajar
secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara
irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis
menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir
yang tepat.Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara
berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan
cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep
kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent
event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal
dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu.
Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.
Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan
merupakan antecendent event bagi seseorang. Belief (B) yaitukeyakinan, pandangan, nilai,
atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam,
yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional
(irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system
keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang
tidak rasional merupakan keyakinan atau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk
akal, emosional, dan keran itu tidak produktif. Emotional consequence (C)merupakan
konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang
atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara
dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Pandangan yang penting ,Ellis mengemukakan ada 12 pikiran yang tak rasional yang
dapat menimbulkan perilaku neurosis atau psikologis :
 Manusia yang hidup dalam masyarakat mau tidak mau dapat dicintai ataupun ditolak
oleh orang lain disekitarnya setiap saat.
 Bahwa seseorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara
kompeten, edekuat agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi
masyarakat.
 Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat
ataupun kejam dan oleh karena itu patutlah disalahkan dihukum setimpal dengan
dosanya.
 Bahwa kehidupan mausia senantiasa dihadapkan kepada berbagai kemungkinan
malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau
harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
 Bahwa ketidaksenangan atau penderitaan emosional dari seseorang muncul dari
tekanan ekternal dan individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk
mengontrol perasaannya atau untuk menghilangkan perasaan depresi atau yang
bertentangan.
 Bila ada suatu hal yang berbahaya atau menakutkan, maka individu  berusaha keras
untuk menghadapi dan mengatasi depresi atau yang bertentangan.
 Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan hidup tertentu dan tanggungjawab diri
daripada usaha untuk mengadapi dan mengahargainya hanya untuk menghargai
bentuk disiplin diri.
 Bahwa sisa pengalaman masa lalu semuanya sangat penting karena hal itu
berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan
perilaku individu yang ada sekarang.
 Bahwa individu akan lebih baik untuk menghindarkan diri daripada mengerjakan
sesuatu.
 Bahwa individu akan mencapai kebahagiaan hidup dengan menyenangkan diri
sendiri.
 Bahwa individu akan mencapai sesuatu derajat yang tinggi dalam hidupnya untuk
merasakan sesuatu yang menyenangkan, atau memerlukan kekuatan supernatural
untuk mencapainya.
 Bahwa individu secara umum mempunyai nilai diri sebagai manusia dan penerimaan
diri untuk tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan
oleh orang lain terhadap individu.
C. Penerapan Dan Teknik-Teknik Serta Prosedur Terapi Rasional Emotif
Ada beberapa teknik dalam terapi rasional emotif:
Teknik emotif (afektif)
 Teknik Assertive Training , yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, medorong
dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku
tertentu yang diinginkan.
 Teknik sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis
perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
 Teknik self modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang digunakan untuk
meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk
menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
 Teknik imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan
secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan
menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik Behavioristik
 Teknik reinforcement / penguatan, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong
klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
  Teknik social modeling/ penguatan modeling, yakni teknik yang digunakan untuk
memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
 Teknik live models/ model dari kehidupan nyata, yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku tertentu.
Teknik-teknik kognitif
 Home work assigments/ pemberian tugas rumah , klien diberikan tugas rumah
untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu
yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
 Teknik Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien dalam
mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau
bermain peran.
 Bibliotherapy, teknik yang digunakan untuk membalikkan pola pikir irasional dan
ketidaklogisan dalam diri konseli yang menyebabkan permasalahan lewat buku-
buku. Konselor memilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli
dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.

Tugas konselor menurut Ellis adalah membantu individu yang tidak bahagia dan
menghadapi hambatan, untuk menunjukkan bahwa kesulitannya disebabkan oleh persepsi
yang terganggu dan pikiran yang tidak logis , usaha memperbaikinya adalah harus kembali
kepada sebab-sebab permulaan, konselor yang efektif akan membantu klien untuk
mengubah pikiran, perasaan, danperilaku yang tidak logis.
Tujuan utama terapi rasional-emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa
verbalisasi diri mereka merupakan sumber gangguan emosionalnya.Kemudian membantu
klien agar memperbaiki cara berpikir,merasa,dan berperilaku ,sehingga ia tidak lagi
mengalami gangguan emosional di masa yang akan datang.
Proses Terapi (konseling)
(a)    Konselor berusaha menunjukan klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan
dengan keyakinan irrasional, dan menunjukan bagaimana klien harus bersikap rasional dan
mampu memisahkan keyakinan irrasional dengan rasional.
(b)   Setelah klien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran irrasional,
maka konselor menunjukan pemikiran klien yang irrasional, serta klien berusaha mengubah
kepada keyakinan menjadi rasional.
(c)    Konselor berusaha agar klien menghindari diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor
berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
(d)   Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk
mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang
irrasional dan fiktif dengan  memperbaiki cara berpikir,merasa,dan berperilaku ,sehingga ia
tidak lagi mengalami gangguan emosional di masa yang akan datang .

Daftar pustaka

Suhesti.2012.Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?.Yogyakarta:Pustaka Pelajar


Corey Gerald.2007.Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi.Bandung: PT Refika Aditama

Hayat,Abdul.2010.Teori dan Teknik Pendekatan Konseling.Banjarmasin:Lanting Media Aksara

Anastari, Anne. 1982. The  Psychological Testing. Canada: Cellier macmillan Canada Inc.
Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Erosco
Hayat,Abdul.2010.Teori dan praktek konseling.Banjarmasin:Lanting Media Aksara
Muhammad Ahmud dan Mohammad Thohir, Konseling Islam dengan Terapi Rational Emotif Behavior
Untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe Yang Suka Minum Minuman Keras, Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam, Volume 3, Nomer 2,Tahun 2013, hal.190

Sofyan S Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling), (Bandung: Alfabeta, 2011)

Anda mungkin juga menyukai