Anda di halaman 1dari 2

E.

Pengetahuan Tradisional Dan Lintas Budaya Tentang Penalaran Moral

1. Pengetahuan tradisional
Teori dominan tentang penalaran moral dalam psikologi perkembangan adalah
teori yang diajukan oleh Kohlberg. Teori Kohlberg didasarkan pada karya-karya Piaget
sebelumnya tentang perkembangan kognitif. Teori Kohlberg melihat bahwa ada tiga
tahap umum perkembangan keterampilan penalaran moral, yaitu:
a. Moralitas prakonvensional, dengan penekanan pada kepatuhan terhadap aturan untuk
menghindari hukuman dan mendapat hadiah.
b. Moralitas konvensional, dengan penekanan pada konformitas pada aturan yang
ditentukan oleh persetujuan orang lain atau aturan-aturan masyarakat.
c. Moralitas pascakonvensional, dengan penekanan pada penalaran moral menurut
prinsip-prinsip dan hati nurani individual.

2. Penelitian lintas budaya tentang penalaran moral


Kekhasan budaya dalam prinsip-prinsipnya dan penalaran moral telah menarik
perhatian ahli-ahli antropologi serta psikologi. Misalnya mengkaji prinsip-prinsip dan
domain moral beberapa budaya yang berbeda. Di bidang psikologi ada penelitian lintas
budaya tentang penalaran moral yang mempertanyakan daya generalisasi universal
gagasan-gagasan Kohlberg. Salah satu asumsi yang mendasar teori Kohlrberg adalah
bahwa penalaran moral menurut prinsip dan nurani individual, terlepas dari hukum-
hukum sosial atau kebiasaan budaya yang merupakan tingkat penalaran moral yang
tertinggi. Filosofi ini amat terkait dengan budaya di mana Kohlrberg mengembangkan
teorinya, yang berakar pada penelitian-penelitian terhadap laki-laki Amerika bagian Barat
tengah di tahun 1950 dan 1960an. Meski konsep-konsep demokratis seperti seperti
individualism dan nurani personal yang unik mungkin tepat untuk menggambarkan
sampel penelitiannya di waktu dan tempat itu, tidak jelas apakah konsep-konsep yang
sama juga mewakili prinsip-prinsip moral universal yang bisa diterapkan pada semua
orang dari semua budaya.
Beberapa peneliti mengkritik teori Kohlberg karena memuat bias-bias budaya
tersebut. Miller dan Bersoff (1992), misalnya, membandingkan bagaimana para subjek di
India dan di Amerika Serikat merespon suatu tugas penilaian moral. Para peneliti ini
melaporkan bahwa subjek-subjek India, anak-anak maupun orang dewasa, lebih
menganggap tindakan tidak menolong seseorang sebagai suatu pelanggaran moral
disbanding subjek Amerika, terlepas dari apakah situasinya mengancam nyawa ataupun
apakah orang yang butuh pertolongan itu merupakan sanak keluarga. Para peneliti
kemudia menafsirkan bahwa perbedaan cultural ini terkait dengan nilai-nilai afiliasi dan
keadilan, yang menunjukkan bahwa orang India memiliki rasa tanggung jawab sosial
yang lebih luas tanggung jawab individual untuk menolong orang yang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai