Anda di halaman 1dari 6

[25/2 12.01] Satria Bokep: F.

Beberapa teori perkembangan moral

Terdapat beberapa teori yang membahas tentang

perkembangan moral diantaranya Piaget dan Kohlberg.

1. Teori perkambangan moral menurut Piaget

Dalam teori perkembangan moral Piaget ada beberapa

konsep yang dikemukakan antara lain :

a. Intensi dan konsekuesnsi

Konsepsi anak tentang aturan yang dapat berubahubah sesuai dengan tahap perkembangan moral.
Piaget

menghadapkan anak pada masalah-masalah moral seperti

berbohong. Piaget menyatakan bahwa anak-anak antara

usia 5 – 7 tahun cenderung menilai suatu perbuatan

berdasarkan konsekuensi yang hanya bersifat materia,

dimana nak-anak tidak bisa membedakan antara tindakan

intensi (tindakan yang disengaja) atau kesalahan tidak

disengaja. Anak-anak dengan usia yang lebih tua berpikir

sebaliknya, mereka sudah mampu memperhatikan intensi

kesalahan yang muncul dari suatu perbuatan.122

b. Hukuman-hukuman ekspiatoris dan resiprokal

Piaget mengklasifikasikan hukuman ke dalam dua

bentuk, yaitu hukuman-hukuman yang bersifat

ekspiatoris (expiatory punishment) dan hukuman-hukuman yang bersifat resiprositas (reciprocity

punishment).123

Hukuman yang bersifat ekspiatoris adalah

hukuman harus didasarkan atas pertimbangan yang

wajar antara bobot kesalahan dan juga bobot penderitaan

si pelanggar atas hukuman yang ditimpakan.

c. Antara Equality dan Equity

Membahas mengenai keadilan, Piaget menekankan

pada dua bentuk keadilan distributif yaitu equality dan

equity. Equality merupakan pemikiran bahwa tiap


manusia harus diperlakukan secara sama, sedangkan

equity yaitu pemikiran yang mempertimbangkan tiap-tiap

individu.

Piaget menyatakan bahwa tahap perkembangan moral ada

dua yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous dengan

ciri-ciri sebagai berikut:

[25/2 12.02] Satria Bokep: 1. Tahap Heteronomous

(Tahap Realisme Moral)

-Anak usia < 12 tahun

-Diberi label tahap moralitas

kendala

-Aturan dipandang sebagai

paksaan dari orang yang lebih

dewasa

-Menilai perilaku moral

berdasarkan konsekuensinya

-Hukuman dipandang sebagai

konsekuensi otomatis dari

pelanggaran

2. Tahap Autonomous

(Tahap Independensi Moral)

-Anak usia > 12 tahun

-Diberi label tahap moralitas

kerjasama

-Aturan dipandang sebagai

hasil kesepakatan bersama

-Menilai perilaku moral

berdasarkan niat pelakunya

-Hukuman dipandang sebagai

sesuatu hal yang tidak serta

merta, namun dipengaruhi


oleh niat pelakunya

[25/2 12.02] Satria Bokep: 2. Teori perkembangan moral menurut Kohlberg

Kohlberg menekankan bahwa cara berfikir tentang moral

berkembang melalui tahapan. Tahapan ini bersifat universal.

Konsep dari penalaran moral Kohlberg ini merupakan perubahan

perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal

menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal

Kohlberg membagi tiga tingkatan penalaran tentang moral

dan setiap tingkatan terdapat 2 tahapan yaitu :

a. Penalaran Prakonvensional adalah tingkat terendah dari

penalaran moral menurut Kohlberg. Pada tahap ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui reward
(imbalan) dan

punishment (hukuman) eksternal.

1) Tahap 1, moralitas heteronom adalah tahap

pertama dalam penalaran prakonvensional. Pada

tahap ini, penalaran moral terkait punishment.

Seperti contohnya anak berfikir bahwa mereka

harus patuh karena mereka takut hukuman

terhadap perilaku membangkang.

2) Tahap 2, individual, tujuan instrumental dan

pertukaran adalah kedua dari penalaran

prakonvensional. Pada tahap ini, penalaran individu

yang memikirkan kepentingan diri sendiri adalah

hal yang benar dan hal ini juga berlaku untuk orang

lain. Karena itu, menurut mereka apa yang benar

adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang

setara.

b. Penalaran konvensional, yaitu tingkat kedua atau

menengah dalam teori perkembangan moral Kohlberg.

Pada tingkatan ini, individu memberlakukan standar

tertentu, akan tetapi estándar ini ditetapkan oleh orang


lain, misalnya orang tua atau pemerintah. Pada tingkatan

dibagi menjadi 2 tahap yaitu :

1) Tahap 3, ekspektasi interpersonal mutual,

hubungan dengan orang lain dan konformitas

interpersonal merupakan tahap ketiga dari tahap

perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini

individu menghargai kepercayaan, perhatian dan

kesetiaan terhadap orang lain sebagai dasar dari

penilaian moral. Anak dan remaja seringkali

mengadopsi stándar moral orang tua dalam tahap

ini agar diadianggap sebagai anak yang baik.

2) Tahap 4, moralitas sistem sosial adalah tahap

keempat pada teori Kohlberg. Pada tahap ini,

penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang

keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan dan

kewajiban.

c. Penalaran Pascakonvensional, merupakan tingkatan

tertinggi dalam perkembangan moral Kohlberg. Pada

tingkatan ini, individu menyadari adanya jalur moral

alternative, mengeksplorasi pilihan ini, lalu memutuskan

berdasarkan kode moral personal.

1) Tahap 5, kontrak atau utilitas sosial dan hak

individu. Pada tahap ini, individu menalar bahwa

nilai, hak dan prinsip lebih utama atau lebih luas

daripada hukum. Seseorang mengevaluasi validitas

hukum yang ada, dan sistema sosial dapat diuji

berdasarkan sejauh mana hal ini menjamin dan

melindungi hak asasi dan nilai dasar manusia.

2) Tahap 6, prinsip etis universal adalah tahapan

tertinggi dalam perkembangan moral menurut

Kohlberg. Pada tahap ini, seseorang


mengembangkan standard moral berdasarkan hak

asasi manusia universal. Ketika dihadapkan dengan

pertentangan antara hukum dan hati nurani,

seorang menalar bahwa yang harus diikuti adalah

hati nurani, meskipun keputusan itu dapat

memberikan resiko.

Kohlberg juga mengatakan ada tiga pengalaman sosial

yang mempengaruhi penalaran moral yaitu :

a. Kesempatan Alih Peran

Alih peran merupakan proses kognitif dan proses sosial

yang menunjukkan bahwa individu dapat menempatkan

diri pada motif-motif, perasaan, pikiran dan tingkah laku

orang lain.

b. Konflik Sosio Kognitif

Konflik sosio kognitifini akan terjadi ketika individu

berhadapan dengan pandangan yang berbeda. Diantara

keragaman pandangan ini dalam diri individu juga terjadi

dialog intern individu.

c. Ikatan Moral Lingkungan Sosial

Iklim moral dari lingkungan sosial mempunyai potensi

untuk dipersepsi lebih tinggi dari tahap penalaran moral

anggotanya. Rangsangan lingkungan sosial ini tidak hanya

terbatas pada rangsangan penalaran terhadap masalahmasalah sosial, tetapi juga melalui peragaan
tindakan

bermoral dan peragaan peraturan bermoral.

Kohlberg menjelaskan bahwa :

1) setiap tahap memiliki

jenis pemikiran moral yang berbeda, bukan hanya peningkatan

pemahaman konsep moralitas;

2) tahap-tahap tersebut terjadi dalam urutan langkah yang sama, sehingga tidak ada loncatan

3) tahap-tahap merupakan prepotent. Hal tersebut berarti


memiliki pemahaman yang tidak lebih banyak dari orang yang

ada diatasnya. Anak tidak dapat memahami tahap yang lebih

tinggi, tanpa memperhatikan dorongan, pembelajaran dan

latihan. Hal yang terpenting dari teori Kohlberg bahwa tingkat

penalaran moral akan meningkat seiring dengan usia seseorang.

Anda mungkin juga menyukai