Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Moral pada umumnya didefinisikan oleh para ahli psikologi sebagai sikap dan keyakinan yang dimiliki
oleh seseorang yang membantu orang tersebut untuk apa yang benar dan salah (Hook,1999).
Selanjutnya Hook (1999) menyatakan bahwa konsep moralitas itu sendiri dipengaruhi oleh aturan
dan norna-norma budaya dimana seorang di besarkan, sehingga terinternalisasi dalam diri orang
tersebut. Moralitas bukanlah merupakan bagian dari "perlengkapan standar" pada saat seseorang
dilahirkan, karena seseorang dilahirkan tanpa moral. dua orang ahli yang berpengaruh dalam toori
perkembangan moral adalah Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg (Shaffer, 1985; Durkin, 1995; Hook,
1999).Dalam membahas teori perkembangan moral KOhlberg,kita tidak dapat melepaskan dari karya
Piaget tentang perkembangan moral. Piaget merupakan peletak dasar teori perkembangan moral
dengan pendekatan kognitif. Piaget menolak pandangan nativisme bahwa moralitas adalah sesuatu
yang diturunkan serta pandangan teori belajar sosial yang menyatakan bahwa moralitas didapatkan
dariorang lain.Piaget dan kemudian dikembangkan oleh Kohlberg, membuktikan bahwa
pertumbuhan dalam penalaran moral adalah proses perkembangan moral yang merupakan suatu
proses pembentukan struktur kognitif (Duska dan Whelan, 1984). Piaget dan Kohlberg menggunakan
istilah moral judgment  yang sering diartikan dengan penalaran moral,untuk menunjukkan bahwa
perkembangan moral terkait dengan struktur kognitif. Piaget menyatakanbahwa moralitas
berkembang melalui tiga tahap: amoral,heteronomi, dan otonomi. Tahap amoral tampak pada anak
yang baru lahir sampaiusia dua tahun yang belum memiliki kesadaran akan adanya aturan yang
mengendalikan aktivitas mereka. Pada tahap heteronomi, anak memandang bahwaperaturan
merupakan hukum dari luar yang bersifat suci, karena ditetapkan olehorang dewasa. Pada usia 8
tahun, anak memasuki tahap otonomi, di mana peraturandilihat sebagai suatu keputusan bebas,
peraturan harus dihormati karena dimufakati bersama.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana tahap perkembangan  moral menurutLawrence Kohlberg?

2.      Apa saja contoh dari setiap tahap perkembangan  moral menurut Lawrence Kohlberg?

3.      Apa saja kelebihan dan kekurangan tahap perkembangan moral menurut Lawrence Kohlberg?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.      Agar kita mengetahui tahap-tahap perkembangan moral menurut perkembangan  moral


menurutLawrence Kohlberg.

2.      Agar kita dapat mengetahui contoh-contoh dalam masyarakat perkembangan  moral


menurutLawrence Kohlberg.

3.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan tahap-tahap perkembangan  moral menurut Lawrence


Kohlberg.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Tahap perkembangan Moral menurutLawrence Kohlberg

Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada
penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Dalam Teori Kohlberg mendasarkan teori
perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar hasil temuan Piaget. Menurut Kohlberg sampai
pada pandangannya setelah 20 tahun melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak. Dalam
wawancara , anak-anak diberi serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-
dilema moral. Berikut ini ialah dilema Kohlberg yang paling populer: Di Eropa seorang perempuan
hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada satu obat yang menurut dokter dapat
menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang
apoteker di kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker
menetapkan harganya 10X lebih mahal dari biaya pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan 1
dosis obat ia membayar $ 200 dan menjualnya $2.000. Suami pasien perempuan, Heinz pergi ke
setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang, tetapi ia hanya dapat mengumpulkan $1.000 atau
hanya setengah dari harga obat. Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan
memohon agar apoteker bersedia menjual obatnya lebih murah atau membolehkannya membayar
setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker berkata ”tidak, aku menemukan obat, dan aku harus
mendapatkan uang dari obat itu.” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk
mencuri obat bagi istrinya.”Cerita ini adalah salah satu dari 11 cerita yang dikembangkan oleh
Kohlberg untuk menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak yang
menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah Heinz
mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah? Pataskah suami yang baik itu
mencuri? Dll. Berdasarkan penalaran-penalaran yang diberikan oleh responden dalam merespon
dilema moral ini dan dilema moral lain. Dengan adanya cerita di atas menurut Kohlberg
menyimpulkan terdapat 3 tingkat perkembangan moral, yang masing-masing ditandai oleh 2 tahap.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg , ialah internalisasi
yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku
yang dikendalikan secara internal. Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut
Kohlberg terdapat 3 tingkat dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap diantaranya
sebagai berikut :

T;ngkat I  : Pra Konvens;onal.

Pada tingkat (level)  moralitas Pra konvensional, moralitas anak berorientasikepada akibat fisik yang
diterimanya daripada akibat-akibat psikologis danberorientasi padarasa patuh kepada pemberi
otoritas. Jadi perilaku moral anak berdasarkan pada kendali ekstemal, pada hal-hal yang
diperintahkan dan dilarang oleh otoritas tersebut. Tingkat Pra konvensional ini dibagi menjadi dua
tahap, yaitu tahap satu dan tahap dua.

Tahap  1 : Orientas;patuh dan takut hukuman.

  Dalam tahap pertama tingka tini, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, dan moralitas
suatu tindakan dinilai atas dasar akibat fisiknya. Anak menganggap perbuatannya baik apabila ia
memperoleh ganjaran atau tidak mendapat hukuman. Oleh karenanya tingkah lakuanak diarahkan
untuk mendapatkan ganjaran tersebut dan menghindarkan larangan larangan yang akan
memberinya hukuman. Kepatuhan anak ditujukan kepada otoritas, bukan kepada peraturan dan
kepatuhan dinilai untuk kepentingan dirinya sendiri. Pikirannya bersifat egosentris, yaitu anak tidak
dapat memahami atau mempertimbangkan pandangan-pandangan orang lain yang berbeda dengan
pandangannya.

Tahap  2: Orlentasl naif egolstlslhedonlsme Instrumental.

  Pada tahap Inl,seseorang menghubungkan apa yang baik dengan kepentingan, minat dan
kebutuhan dirinya sendiri serta ia mengetahui dan membiarkan orang lain melakukan hal yang
sarna. Seseorang menganggap yang benar apabila kedua belah pihak mendapat perlakuan yang
sarna, yaitu yang memberikan kebutuhan-kebutuhan sendiri dan orang lain, semacam moralitas jual
beli. Perspektif timbal batik ini masih bersifasangat pragmatis. Tahap ini juga disebut tujuan
instrumental oleh karena tindakan itudianggap benar jika secara instrumental dapat menyenangkan,
memuaskan diri sendiri dan orang lain. Tahap ini berbeda dari tahap moral orientasi patuh dan
takut Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberghukuman dalam hal
sudah timbulnya pandangan timbal balik antara dirinya dengan orang lain, karena tahap orientasi
patuh dan takut hukuman hanya mampu melihat dari perspektif dan kepentingan dirinya sendiri
saja. Perbedaan lainnya adalah bahwa seseorang pada tahap ini di dalam menentukan apakah
sesuatu itu baik atau tidak baik, tidak sepenuhnya tergantung pada pihak otoritas (kekuatan
ekstemal), tetapi peran dirinya sendiri mulai ada.

Tingkatll:KonvensionaL

Tingkat moralitas ini juga biasa disebut moralitas peraturan konvensional dan
persesuaian(conformity).  Ciri utama tingkat ini adalah suatu tindakan dianggap baik apabila
memenuhi harapan-harapan orang lain di luar dirinya, tidak peduli akibatakibatyang langsung dan
kelihatan. Sikap ini bukan hanya mau menyesuaikandengan harapan-harapan orang tertentu atau
dengan ketertiban $Osial, akan tetapisikap ingin loyal, sikap ingin menjaga, menunjang dan memberi
justifikasi padaketertiban itu dan sikap ingin mengidentifikasikan diri dengan orang-orang atau
kelompok yang ada di dalamnya. Tingkat konvensional dibagi menjadi dua tahap,yaitu tahap tiga dan
tahap empat.

Tahap  3: Orientasi anak yang baik.

Dalam tahap ini, moralitas anak yangbaik, anak yang menyesuaikan diri dengan peraturan untuk
mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka.
Agar disebut sebagai anak baik, individu berusaha agar ia dapat dipercaya oleh kelompok,bertingkah
laku sesuai dengan tuntutan kelompok dan berusaha memenuhi harapan harapan kelompok. Jadi
pada tahap ini individu telah menyadari nilai dalam suatu kelompok. Ciri-ciri altruistik cukup
menonjol, yaitu ia lebih mementingkan orang laindaripada dirinya sendiri. Kemampuan empati
membuat individu pada tahap ini mulai meninggalkan prinsip timbal balik, sifat egois telah
ditransformasikan kepada pencarian persetujuan. Oleh karena itu di dalam memutuskan sesuatu
secara moralbaik, persetujuan diri sendiri belum cukup, individu masih mencari persetujuan
ekstemal. Perlu dipahami bahwa egosentrisme individu belum ditinggalkan saran sekali.

Tahap  4: Moralitas pe/estarian otoritas dan aturan sasial.

  Dalam tahap keempat ini kebenaran diartikan sebagai menjunjung tinggi hukum yang disetujui
bersama. Individu yakin bahwa apabila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi
seluruh anggota kelompok, mereka harus berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari
kecaman dan ketidak setujuan sosial. pada tahap iniorientasi sebagai orang yang loyal, bak hati,
memenuhi harapan orang atau kelompok berganti dengan orientasi memelihara dan
mempertahankan sistem sosia!. Orientas imelaksanakan kewajiban dengan baik dan menghilangkan
egosentrime yang masihada pada tahap ketlga penalaran moral. dapat dlslmpulkan bahwa esensi
utama tahap Inl adalah menggantikan loyalitas kepada orang lain, kelompok atau masyarakat
kepadaloyalitas hukum.Paradigma, No. 02 Th. I,Juli 2006 . ISSN 1907-297X

Tingkat III:Pasca konvensional.

Tingkat ketiga ini bisa juga disebut sebagai moralitas prinsio-prinsip yang diterima sendiri. Pada
tingkatan ini nilai-nilai moral diartikan terlepas dari otoritas dan dari kelompok, terlepas dari apakah
individu menjadi anggota kelompok atau tidak. Individu berusaha untuk memperoleh nilai-nilai
moral yang lebih sahih yang diakuioleh masyarakat luas yang bersifat universal dan menjadi hak
milik pribadinya. Tingkat pasca konvensional ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap lima dan
tahap enam.

Tahap  5: Moralitas Kontrak sosial dan hak-hak Indivldu.

                        Dalam tahap ini kebenaran diperoleh individu melalui pertimbangan hak-hak individu yang
umum dantelah dikaji oleh masyarakat secara kritis. Konsensus masyarakat diperlukan karena nilai-
nilai pribadi masih dianggap relatif. Legalitas diutamakan, akan tetapi tidak berpegang secara kaku
kepada peraturan seperti pada tahap keempal Pada tahap kelima ini peraturan dapat diubah demi
kesejahteraan masyarakat. Individu meyakini bahwa harus ada keluwesan dalam keyakinan-
keyakinan moral yang memungkinkan modifikasi dan perubahan standar moral apabila ini terbukti
akan menguntungkan kelompok sebagai suatu keseluruhan. Pada tahap ini individu menyadari
bahwa hukum dan kewajiban harus berdasarkan perhitungan rasional dari kegunaannya secara
keseluruhan. Di dalam bertindak individu melakukan yang paling baik untuk mendapatkan yang
paling baik. Individu menyadari bahwa terdapat perbedaan nilai dan pendapat diantara individu-
individu. Dalam hal ini individu tidak memihak, akantetapi lebih berorientasi pada kontrak sosial.
Beberapa nilai dan hak seperti hak hidup dan kebebasan harus tetap dijunjung tinggi walaupun tidak
mendapatkan dukungan mayoritas.

Tahap  6: Moralitas prinsip-prinsip individu dan conscience.

Dalam tahap keenam ini kebenaran didasari oleh kata hati sendiri yang mengandung
konsistensi,pemahaman yang logis dan prinsip universal seperti keadilan, persamaan hak-hak asasi
manusia dan penghormatan terhadap martabat manusia. Dengan mengikut iprinsip etik yang dipilih
sendiri oleh individu ini, apabila hukum melanggar prinsip prinsip,maka individu akan bertindak
dengan berpegang pada prinsip-prinsip tersebut. Prinsip ini merupakan keadilan hak asasi manusia
sebagai individu. Individu memlliki persektif bahwa setiap manusla yang raslonal menyadari sifat
moralitas atau fakta bahwa orang adalah pribadi tersendiri dan harus diperlakukan demikian. Pada
tahap ini orang menyesuaikan dengan standar sosial dan cita-cita internal terutama untuk
menghindari rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bukan untuk mengindari kecaman sosial. tahap
ini merupakan moralitas yang lebih banyak berlandaskan penghargaan terhadap orang lain daripada
keinginan pribadi. Menurut Kohlberg ( Shaffer, 1985; Durkin, 1995; Hook, 1999), tingkat
prakonvensional ialah tingkat kebanyakan anak di bawah usia 10 tahun. Tingkat konvensional ialah
tingkat kebanyakan remaja dan orang dewasa. Tingkat pascakonvensional ialah tingkat yang dicapai
oleh sejumlah minoritas orang dewasa dan biasanya dicapai setelah usia 24 tahun. Tahap keenam
merupakan tahap yang jarang sekali dapat dicapai. Kohlberg menyebutkan contoh tokoh yang
mencapai penalaran moral tahap keenam, yaitu Gandhi, Martin Luther King da!" Galileo.

II.2 Contoh dari setiap tahap Perkembangan Moral menurut Lawrence Kohlberg

T;ngkat I  : Pra Konvens;onal

Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman.

Adalah penalaran moral yang yang didasarkan atas hukuman dan anak-anak taat karena orang-orang
dewasa menuntut mereka untuk taat. Dengan kata lain sangat memperhatikan ketaatan dan hukum.
Dalam konsep moral menurut Kohlberg ini anak menentukan keburukan perilaku berdasarkan
tingkat hukuman akibat keburukan tersebut. Sedangkan perilaku baik akan dihubungkan dengan
penghindaran dari hukuman.

         Seorang siswa di hukum oleh guru BKnya karena terlambat dating ke sekolah.

         Seorang siswa di hukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan PR.

         Seorang santri di hukum oleh pak kyainya karena membolos sholat berjamaah.

         Seorang pelajar smp di tilang polisi karena mengendarai motor tanpa membawa SIM.

         Seorang siswa di hukum oleh gurunya karena membolos sekolah.

Tahap  2: Orlentasl naif egolstlslhedonlsme Instrumental


         seorang anak mencuri obat diapotik untuk kakaknya yang sedang sakit.

          seorang anak belajar dengan keras dan dia selalu menjadi juara kelas akhirnya dia mengajari
teman2nya yang kurang mampu.

         seseorang bekerja keras setelah dia sukses dia membantu individu2 lainnya

          seorang kakak mencuri makanan di pasar untuk adiknya yang belum makan

         seorang anak mencuri uang ibunya untuk mentraktir teman2nya

Tingkat:KonvensionaL

Tahap 3: Norma-norma interpersonal (Orientasi anak yang baik)

pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai
landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral
orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oelh orangtuanya sebagai seorang
perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.
1.      Andri selalu melaksanakan apa yang di ajarkan oleh orang tuanya, karena ia tahu bahwa itu untuk kebaikan
dirinya juga.

2.      Toni membantu seorang temannya yang sedang kesusahan  untuk membeli buku sekolah.

3.      John menganggap keluarga Pak Tolah seperti orang tua sendiri, sebab semenjak ia masih kecil keluarga Pak
Tolah selalu   membantu kehidupan keluarga John yang sederhana.

4.      Ali dan ahmad sudah berteman sejak kecil dan sampai mereka dewasa pertemanan mereka tetap baik, selain
itu mereka menjadi contoh dari warga lainnya sebab ali dan ahmad adalah 2 pemuda yang rajin beribadah dan
baik kepada masyarakat sekitar.

5.      Pak Tolib yang bekerja pada keluarga Haji Syarif selama 40tahun, kemudian saat keluarga Haji Syarif
mendapat masalah Pak Tolib memberikan semua yang ia berikan untuk membantu menyelesaikan masalah
keluarga Pak Syarif, karena memiliki kesetiaan dan kepedulian kepada keluarga Haji Syarif tersebut.

Tahap 4: Moralitas pe/estarian otoritas dan aturan sasial. Pada tahap ini, pertimbangan moral
didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.

1.      Ipang berpendirian untuk tidak mencuri barang orang lain, sebab ia tahu perbuatan mencuri itu
menyimpan sanksi yang dibuat oleh pemerintah.

2.      Mayoritas masyarakat di jawa barat saat akan melaksanakan  pernikahan mereka selalu
mengadakan persepsi seserahan yang sudah menjadi adat di masyarakat tersebut.

3.      Pak Arif adalah ketua RT yang terkenal adil dalam menyelesaikan pemasalahan yang terjadi pada
warganya.

4.      Setelah ayahnya meninggal, Aan  menjadi  tulang punggu keluarga untuk membantu ibu. Ia
merasa memiliki kewajiban sebagai anak tertua dalam keluarga terssebut.
5.      Pada masyarakat batak, ada suatukepercayaan yang  menyebutkan bahwa adanya larangan
perkawinan sesama marga yang masih bertahan hingga saat ini.

Tingkat III:Pasca konvensional.

  Tahap  5: Moralitas Kontrak sosial dan hak-hak Indivldu.

1.      Kasus pelanggaran Ham di Serbia dan montenegro

2.      Kasus pelanggaran HAM di kabupaten

3.      Kasus Pembunuhan Munir

4.      Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah

5.      Penculikan Aktivis 1997/1998

  Tahap  6: Moralitas prinsip-prinsip individu dan conscience.

1.      Penembakan Mahasiswa Trisakti.

2.      Pembantaian Santa Cruz/Insiden Dili.

3.      Peristiwa Tanjung Priok.

4.      Pembantaiaan Rawagede

5.      Peristiwa 27 Juli

6.      Kerusuhan Timor-Timur Pasca Jejak Pendapat

7.      Pembantaian Massal Komunis 1965.

8.      Kasus Dukun Santet di Banyuwangi.

9.      Kasus Bulukumba

10.  Peristiwa Abepura, Papua

11.  Kasus-kasus di Papua.

12.  Kasus Timor-Timur Pasca Referendum

13.  Kasus-kasus di Aceh pra DOM


II.3 Kelebihan dan Kekurangan teori perkembangan moral Kohlberg

KohlbergTeori perkembangan moral Kohlberg dipengaruhi oleh tradisi formal dalamfilsafat dan
tradisi strukturalis dalam psikologi, sehingga dia memusatkan pada hirarki perkembangan moral,
yang mana penalaran moral individu dapat digolongkan dalam tahap-tahap menurut pemecahan
mereka terhadap dilema moral yang diajukan. kelebihan teori perkembangan moral dari Kohlberg
adalah pada tahap-tahap perkemba-ngan itu sendiri yang memudahkan orang dalam
memahamiperkembangan moral.

1.      Mempunyai arah yang jelas yakni, meningkatkan tahap perkembangan moral peserta didik.

2.      Memperhatikan komponen kematangan moral yang penting yaitu pertimbangan keputusan


moral yang benar.

3.      Mempunyai pandangan realistis terhadap peserta didik yang dilihat sebagai manusia yang
sedang berkembang.

4.      Mempunyai teori tentang tahap-tahap perkembangan moral yang dapat dijadikan pedoman
untuk menentukan cara-cara memperlakukan peserta didik sesuai dengan taraf perkembangannya.

5.      Memberikan wawasan baru tentang pentingnya memperhatikan faktor-faktor yang


menghambat peningkatan tahap perkembangan moral.

6.      Memberikan solusi tentang prioritas nilai-nilai moral, yaitu nilai-nilai yang berdasarkan prinsip
etis universal.

1.      Adanya pentahapan juga memudahkan orang untuk memprediksi perkembangan moral


seseorang.

2.      Secara praktis. dengan adanya tahap tahap perkembangan memudahkan orang dalam
memberikan stimulasi yang tepat untuk meningkatkan penalaran moral seorang anak.

3.      Teari Kohlberg merupakan sebuah teori perkembangan kognitif klasik, yang memberikan catatan
tentang sifat yang integrated

Beberapa penelitian yang mendukung teari Kohlberg tersebut di atas antara lain penelitian Kohlberg
sendiri (dalam Durkin, 1995) yang menemukan bahwa dengan meningkatnya usia, maka subjek juga
cenderung mencapai penalaran moral yang lebih tinggi. Beberapa penelitian lain dengan
menggunakan prosedur scoring dari Kohlberg ataupun prosedur yang lebih objektif yang
dikembangkan oleh Rest (dalam Durkin, 1995) menunjukkan hasil adanya konsistensi antara
menigkatnya usia dengan peningkatan penalaran moral. Snarey (dalam Durkin, 1995), yang
mereview 44 penelitian dalam 26 budaya berbeda di seluruh dunia, menemukan adanyauniversalitas
lintas budaya dalam tahap penalaran moral. Hasil penelitian lain mendukung pendapat Kohlberg
tentang pentingnya konflik sosio kognitif dan iklim morallingkungan sosial dalam meningkatkan
penalaran moral. Penelitian Speicher (1994) menunjukkan hubungan positif antara penalaran
moral orangtua dengan penalaran moral anak-anaknya. Pola-pola perkembanganmengindikasikan
bahwa selama remaja, penalaran moral orangtua berhubungan dengan penalaan moral anak-
anaknya, tetapi lebih kuat pada anak perempuan dibandingkan anak laki-Iaki. Namun pada usia
dewasa muda, penalaran moral ayah dan pendidikan merupakan prediktor yang paling kuat bagi
penalaran moral anak lakilaki maupun perempuan. Dari teari perkembangan moral Kohlberg yang
telah dijelaskan sebelumnya,tampak bahwa Kohlberg tidak melihat pentingnya aspek kepribadian
dalammempengaruhi penalaran moral seseorang, kecuali kemampuannya dalam elakukan ambil alih
peran.Sementara itu dari penelitian Hart dan Chmil (1992) menunjukkan bahwa kepribadian remaja,
khususnya pola mekanisme pertahanan diri,mempengaruhi penalaran moral sampai usia dewasa.

Kelemahan Teori Perkembangan Moral Kohlberg Meskipun teori perkembangan moral Kohlberg


merupakan teari yang banyak dijadikan referensi sampai saat ini, namun teari tersebut tidak terlepas
dari adanya beberapa kritikan atas kelemahan-kelemahannya.

Kelemahan-kelemahan tersebut:

1.      Masalah Metodologis

2.      Hubungan antara penalaran moral dan perilaku moral

3.      sifat Universal darl Teorl Perlcembangan Moral Kohlberg

4.      Gender dan Perlcembangan Moral Kohlberg

5.      Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg

6.      Filsafat Moral

7. Selain hal tersebut diatas, yang menjadi tema penting yang merupakan kritik keras terhadap teori
perkembangan moral Kohlberg adalah Pemikiran moral dan perilaku moral. Teori Kohlberg dikritik
karena terlalu banyak penekanan pada penalaran moral dan kurang memberi penekanan terhadap
perilaku moral. Penalaran moral terkadang dapat menjadi justifikasi dan perlindungan bagi perilaku
immoral. Penipu, koruptor dan pencuri mungkin mengetahui apa yang benar, tetapi masih
melakukan apa yang salah.

8. Menurut Gilligan, Kohlberg juga dipandang kurang memperhatikan perspektif kepedulian dalam
perkembangan moral. Dia percaya bahwa hal ini mungkin terjadi karena Kohlberg seorang laki-laki,
karena kebanyakan penelitiannya adalah dengan laki-laki daripada dengan perempuan, dank arena
ia menggunakan renspons laki-laki sebagai suatu model bagi teorinya.
http://loebis04.blogspot.co.id/2012/05/keperibadian-manusia-teori-kohlberg.html

http://gitagitgit13.blogspot.co.id/2013/04/bab-i-pendahuluan-1.html

http://senyumsimetris.blogspot.co.id/2015/10/teori-perkembangan-moral-dan-penalaran.html
BAB III

PENUTUP
a

II.3 Kesimpulan

Sebagai sebuah sebuah teori yang didasarkan pada tradisi filsafat formal serta tradisi strukturalis
dalam psikologi, teari perkembangan moral Kohlberg memiliki kesamaan dengan teari-teori
perkembangan lain yang menekankan adanya tahap tahap dalam perkembangan. Harus diakui,
bahwa Kohlberg yang mengikuti pendekatan Piaget dalam memandang perkembangan moral telah
mendobrak tradisi sebelumnya yang melihat moralitas sebagai sesuatu yang berasal dari luar diri
individu. Pendekatan kognitif yang dipakai oleh Kohlberg cenderung melihat moralitas sebagai
sesuatu yang terintegrasi dengan diri seseorang dan berkembang dalam suatu urutan yang dapat
diramalkan. Walaupun teari perkembangan moral Kohlberg merupakan teari yang berpengaruh
dalam psikologi, namun masih menampakkan beberapa kelemahan, khususnya dalam hal
universalitas, hubungannya dengan perilaku moral serta perbedaan gender dalam penalaran moral.
Nampaknya masih diperlukan penelitian-penelitian lanjutan untuk lebih memperjelas dan
mengembangkan teari ini. Dan memahami contoh-contoh dari setiap tahap tersebut.

Anda mungkin juga menyukai