Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT MANUSIA DAN THERAPI RATIONAL EMOTIVE

Universitas Gunadarma, Depok


1. Biografi Tokoh Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) sebagai salah satu pendekatan dalam
konseling individu dan kelompok, dikembangkan oleh Alber Ellis sejak tahun 1955.
Albert Ellis lahir di Pittsburg, Pensylvania tahun 1913. Sebagai pakar psikologis klinis, ia
memulai karirnya di bidang konseling perkawinan, keluarga dan seks. Rational Emotive
Behavior Therapy lahir dari ketidakpuasan Ellis terhadap praktek konseling tradisional
yang dinilai kurang efisien, khususnya psikoanalitik klasik yang pernah ditekuni.
Berdasarkan temuan-temuan eksperimen dan klinisnya, Ellis memperkenalkan
pendekatan baru yang lebih praktis, yaitu Rational Emotive Behavior Therapy.
Pendekatan ini menjadi popular bersamaan dengan dipublikasian buku perdanya ”Reason
an Emotion in Psychotherapy” pada tahun 1962. Albert Ellis (2 September 1913 – 24 Juli
2007) adalah seorang psikolog Amerika, ia dilahirkan dari keluarga Yahudi dan
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah Ellis adalah seorang pengusaha yang
sering melakukan perjalanan bisnis dan kurang memberikan kasih sayang kepada anak-
anaknya.
Dalam otobiografinya, Ellis menyebutkan ibunya sebagai perempuan yang tenggelam
dalam kesibukannya sendiri dan merupakan pengoceh yang tidak pernah mendengar
orang lain. Seperti ayahnya, ibunya mempunyai jarak emosional dari anak-anaknya. Ellis
mengatakan bahwa pada saat dia pergi sekolah, ibunya masih tidur dan pada saat pulang
sekolah ibunya sudah tidak ada di rumah. Kepahitan tentang kedua orang tuanya itu, Ellis
harus mengambil tanggung jawab untuk mengurus saudara-saudaranya. Sebagai anak-
anak, Ellis sering sakit dan menderita berbagai masalah kesehatan pada masa remajanya.
Pada umur 5 tahun, dia dirawat di rumah sakit karena penyakit ginjal, kemudian juga
karena penyakit amandel yang menyebabkan infeksi kerongkongan yang parah sehingga
memerlukan operasi. Orang tuanya hampir tidak memberikan dukungan emosional dan
jarang sekali menjenguknya. Ellis mengatakan bahwa dia belajar berkonfrontasi dengan
penderitaannya itu.
Pada tahun 1947 Ellis memperoleh gelar Doktor kehormatan di Columbia dan pada
saat itu dia meyakini bahwa psikoanalisis merupakan bentuk terapi yang sangat
mendalam dan sangat efektif. Seperti halnya dengan para psikolog di saat itu, dia sangat
tertarik dengan teori Sigmund Freud. Kemudian lama kelamaan kesetiannya kepada
psikoanalisis memudar. Dalam formasi awalnya, Ellis menekankan terapi rasional, yaitu
unsur kognitif dari perilaku manusia, asumsi ini sangat bertentangan dengan asumsi yang
popular pada pertengahan tahun 1950-an. Kemudian pendekatannya itu diperluas dengan
memasukkan unsur perilaku disamping unsur kognitif. Modifikasi selanjutnya Rational
Emotive Behavior Therapy ini mencakup teknik-teknik konseling perilaku seperti
relaksasi, metode khayal, latihan menyerang perasaan malu.

2. Counseling Philosophy of Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) approach


Hampir semua manusia memiliki tiga fundamental goals (FG) tujuannya, yaitu: untuk
tetap hidup, untuk relatif terbebas sakit, dan untuk cukup merasa puas. Sebagai subtujuan
atau primer goals adalah manusia ingin bahagia, saat berteman dengan manusia-manusia
lain dan dalam intimasi dengan orang-orang terpilih baik secara informasional maupun
edisional secara vokasional maupun ekonomis. Disamping itu, orang hidup di dunia sosial
kepentingannya sendiri mengharuskannnya untuk menempatkan orang lain di urutan
kedua (Ellis & Dryden, 1997).
Dalam salah satu makalah awalnya tentang Psikoterapi rasional (1985) mengusulkan
tiga hipotesis fundamental. Pertama, berpikir dan beremosi saling berkaitan erat. Kedua,
berpikir dan beremosi juga sangat saling berkaitan sehingga biasanya saling menyertai
satu sama lain, bekerja dalam hubungan sebab-akibat sirkuler, dan dalam hal-hal tertentu
pada dasarnya sama, sehingga pikiran seseorang menjadi emosinya dan emosinya
menjadi pikirannya, Ketiga, berpikir dan beremosi cenderung berbentuk self-talk atau
kalimat-kalimat yang diinternalisasikan dan untuk semua maksud praktis, kalimat yang
selalu dikatakan orang kepada dirinya itu akan menjadi pikiran dan emosinya. Jadi,
pernyataan internal orang kepada dirinya mampu membangkitkan dan memodifikasi
emosinya.
REBT bukan pendekatan tanpa emosi, alih-alih, ia menekankan emosi-emosi yang
sehat atau tepat guna. Emosi negatif bisa sehat, tidak sehat atau campuran keduanya
(Ellis, 2004).

3. Psychology pathology of Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) approach


Pada semua orang, ada ketegangan antara dua kecenderungan berpikir kreatif yang
saling bersaing. Di satu pihak, orang merasa kecenderungan bahwa untuk menciptakan,
mengembangkan, mengimplementasikan kognisi yang tidak rasional, emosi yang sehat
dan perilaku yang disfungsional. REBT meneorisasikan orang sering kali “terdisposisi
secara biologis untuk mengonstruk dengan kuat, penuh semangat, dan dengan kaku”. Jadi
memiliki potensi yang luar biasa besar untuk merusak dirinya dan orang lain, untuk tidak
logis dan terus mengulangi kesalahan yang sama.
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki
kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkah laku
rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkah
laku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian
besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak
disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara
berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam
berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. Berpikir irasional ini
diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan
budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang
digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-
kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta
penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat
diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah,
didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah:
a. Tidak dapat dibuktikan.
b. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang
sebenarnya tidak perlu.
c. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang
efektif.
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh:
a. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara
kenyatan dan imajinasi
b. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
c. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang
diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator sebab keyakinan irasional adalah:
a. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang
lain dari segala sesuatu yang dikerjakan.
b. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan
kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum.
c. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana
yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh
manusia dalam hidupnya.
d. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada
berusaha untuk menghadapi dan menanganinya.
e. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa
individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan
penderitaan emosional tersebut.
f. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan
individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
g. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu
yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural.
h. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari
kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap
individu.
Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia
memang“diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam
ini.  Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan
absolut. Ada beberapa jenis “pikiran-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan
orang,diantaranya:
a. Mengabaikan hal-hal yang positif
b. Terpaku pada yang negative
c. Terlalu cepat menggeneralisasi
Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga keyakinan irasional:
a. “Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak
berguna”
b. “Orang lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan
menderita”.
c. “Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa”.

4. Goals of Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)


Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta
pandangan klien yang irasional dan logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui
prilaku kognitif dan afektif yang positif. Menghilangkan gangguan emosional yang
merusak diri sendiri,seperti rasa benci,rasa takut, rasa bersalah,rasa berdosa, rasa
cemas, rasa was-was, dan rasa marah dengan melatih system keyakinan hidup secara
rasional serta membangkitkan keberanian untuk memiliki kepercayaan dan
kemampuan diri sendiri dalam menghadapi masa depan.

5. Methodology Steps of Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)


a. TAHAP I
Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis
dan irrasional. Proses ini membantu klien memahami bagaimana dan mengapa dapat
terjadi irrasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka mempunyai potensi
untuk mengubah hal tersebut.
b. TAHAP II
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan
negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi
ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran
irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide
tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini konselor menggunakan
teknik-teknik konseling REBT untuk membantu konseli mengembangkan pikiran
rasional.
c. TAHAP III
Tahap akhir, konseli dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan
pikiran rasional serta mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga konseli
tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikirian irasional. Tahap-tahap
ini merupakan proses natural dan berkelanjutan. tahap ini menggambarkan
keseluruhan proses konseling yang dilalui oleh konselor dan konseli.

Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi


dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam
batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
a. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif
membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
b. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada
aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
c. Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan
juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber
gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang
mendasari gangguan tersebut.
d. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya
menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.

6. Techniques of Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)


a. Teknik Emotive
Menurut Corey (2009) ada beberapa teknik emotif, yaitu: (1) assertive
training; digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk
secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku sesuai dengan
yang diinginkannya, (2) sosiodrama; digunakan untuk mengekspresikan berbagai
jenis perasaan yang menekan klien (perasaanperasaan negatif) melalui suatu
suasana yang dramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapan
dirinya sendiri baik secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan-gerakan
dramatis, (3) self modeling, digunakan dengan meminta klien untuk berjanji atau
mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau
perilaku tertentu. (4) irnitasi, digunakan dimana klien diminta untuk menirukan
secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi
perilakunya sendiri yang negative.
b. Teknik Behavioristik
Ada dua teknik behavioristik yaitu; (1). Reinforment, digunakan untuk
mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan
memberikan pujian verbal ataupun punishment, (2) Social modeling, digunakan
untuk menggambarkan perilaku –perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi
interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan
memecahkan masalah-masalah.
c. Teknik Kognitif
Teknik kognitif yang cukup dikenal adalah Home Work Assigment atau teknik
tugas rumah, digunakan agar klien dapat membiasakan diri serta
menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntun pola perilaku yang
diharapkan.(Corey, 2009)
 Home work assigments/ pemberian tugas rumah , klien diberikan tugas rumah
untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
 Teknik Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien
dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role
playing atau bermain peran.
 Bibliotherapy, teknik yang digunakan untuk membalikkan pola pikir irasional
dan ketidaklogisan dalam diri konseli yang menyebabkan permasalahan lewat
buku-buku. Konselor memilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat
membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.

DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. USA: Thomson
Brooks/Cole
Ellis, A. dan Dryden, W. (1997). The Practice of Rational Emotive Behaviors Therapy.
London: Free-Association Books
Ellis, A. (2004). Rational Emotive Behavior Therapy: It Works for Me-It Can Work for You.
Amherst, NY: Prometheus Books
https://mentarifebriani.wordpress.com/2014/07/07/jawaban-uas-mata-kuliah-tik-dalam-bk/
http://bimbingandankonseling07.blogspot.co.id/2012/11/rebt-rational-emotive-behavior-
therapy.html

Anda mungkin juga menyukai