Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 3

Selasa,2 maret 2021


Nama : Tri putri Wulandari
NIM : 191810025
Kelas : PS4B
Mata kuliah : Psikologi Abnormal

Soal :
 Jelaskan mengenai :
- Perspektif Behavioral mengenai perilaku abnormal
- Perspektif Kognitif mengenai perilaku abnormal
- Perspektif Sosio-Kultural mengenai perilaku abnormal
- Perspektif Biopsikososial mengenai perilaku abnorma
Jawab :
1. - Perspektif Behavioral mengenai perilaku abnormal
 Perilaku, dalam pandangan ini sangatlah ditentukan oleh pengaruh lingkungannya.
 John B Watson menekankan betapa dibutuhkannya suatu observasi dan eksperimen
yang sitematis untuk mempelajari perilaku. Manusia pada dasarnya dibentuk dan
ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
 Segenap perilaku manusia itu dipelajari, termasuk juga perilaku abnormalnya yang
dipelajari dengan cara yang sama pada individu lain.
 Pendekatan ini lebih tertarik pada perilaku-perilaku yang dapat diamati daripada
kondisi-kondisi abstrak atau bawah sadar yang merupakan tema pokok psikoanalisa.
 Ivan Pavlov (classical conditioning)
 Menggunakan Pavlov’s dog.
 CS (bel) tidak keluar saliva

UCS (daging) keluar saliva

CS diikuti UCS (berulang-ulang) keluar saliva

CS keluar saliva

 BF Skinner (operant conditioning)


 Menggunakan Skinner’s box (merpati)

 Bandura (modelling)
 Individu mengamati model untuk kemudian menirukan perilaku tersebut.
 Misalnya anak kecil akan menunjukkan perilaku jongkok saat berjumpa dengan
anjing, karena dia mengamati orang tuanya berperilaku tersebut saat berjumpa
dengan anjing.
2. - Perspektif Kognitif mengenai perilaku abnormal
 Pendekatan kognitif memusatkan perhatiaannya tentang bagaimana manusia
(bahkan hewan sekalipun) melakukan strukturisasi terhadap pengalaman, bagaimana
mereka membuat suatu sense terhadap pengalaman-pengalaman tersebut kemudian
mentransformasi stimulus-stimulus lingkungan menjadi informasi yang siap digunakan.
 Didalamnya terdapat juga tentang bagaimana seharusnya proses-proses mental
seperti pikiran, persepsi, ingatan, perhatian, pemecahan masalah dan penggunaan
bahasa dipelajari untuk memahami suatu perilaku.
 Albert Ellis mengemukakan Rational-emotive theory.
 Menurut teori ini individu yang memiliki rational beliefes, pada saat mengalami
kejadian negatif akan menunjukkan emosi negatif seperti sedih dan frustrasi. Tapi
individu dengan irrational beliefes akan berubah menjadi depresi, cemas atau marah.
 Menurut Allbert Ellis manusia itu mempunyai potensi baik untuk berpikiran baik
dan rasional maupun buruk dan irasional. Manusia memiliki kecenderungan-
kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan berkata, mencintai,
bergabung dengan orang lain serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi
manusia juga mempunyai kecenderungan-kecenderungan untuk menghancurkan diri,
menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan sampai berlarut-larut,
intoleransi, perfeksionis dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan
aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah
laku lama yang disfunction.
 Abnormalitas terjadi karena adanya penimbunan keyakinan-keyakinan irasional yang
berpengaruh pada masa kanak-kanak. Ellis mengatakan “gangguan emosi pada
dasarnya merupakan terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis
dan tidak bisa disahihkan, yang oleh orang terganggu diyakini secara dogmatis dan
tanpa kritik dan terhadapnya dia beremosi atau bertindak sampai ia sendiri kalah”.
 Ada tiga kategori utama irrational beliefes, dimana masing-masing membawa
konsekuensi terhadap kekalahan diri yaitu:
a. Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak, berprestasi dalam
segala hal dan dicintai sepanjang waktu atau gagasan bahwa seseorang merasa
tidak mampu dan tidak berharga. Gagasan ini bisa menyebabkan panik dan depresi.
b. Gagasan bahwa semua orang harus memperlakukannya dengan baik dan jujur atau
gagasan bahwa orang-orang tertentu buruk, keji, atau jahat dan harus dikutuk atas
kejahatannya. Gagasan ini dapat mengembangkan perasaan marah dan agresif.
c. Gagasan bahwa segala sesuatu harus mengikuti kehendaknya, tidak terlalu sukar
dikerjakan dan tidak membuat frustrasi atau gagasan bahwa hidup adalah
mengerikan, buruk, sangat menyakitkan dan malapetaka. Gagasan ini dapat
menciptakan kondisi mengasihani diri sendiri dan toleransi yang rendah terhadap
frustrasi juga prokrastinasi.
3. - Perspektif Sosio-Kultural mengenai perilaku abnormal
 Sebelumnya diabaikan , tapi makin lama makin terlihat semakin besar pengaruh
sosiokultural termasuk pandangan pandangan filosofis tentang diri sendiri
 Spiritual intektual
 Faktor-faktor yang menyangkut sosiokultural : bagaimana ia memaknakan diri dan
kehidupan yang dialami atau dijalani
 Perilaku abnormal – societal patogenik ,disorganized tatanan masyarakat.
Pandangan para ahli teori sosio-budaya hampir sama dengan pandangan para humanis dan
para eksistentialis. Mereka juga berbicara mengenai perasaan-perasaan alienasi. Tetapi, para
eksistensialis berbicara mengenai hubungan manusia dengan alam semesta dan kematian,
sedangkan para pendukung pandangan sosio-budaya berbicara mengenai hubungan antara
individu dan norma-norma serta harapan-harapan masyarakat.
Para ahli teori sosio-kultural mengemukakan bahwa penyebab tingkah laku abnormal tidak
ditemukan dalam individu, melainkan dalam masyarakat itu sendiri. Orang-orang akan
mengembangkan masalah-masalah psikologis bila mereka berada dalam stres yang hebat yang
disebabkan oleh kemiskinan, kesenjangan sosial, diskriminasi, dan tidak memiliki peluang. 

Dengan kata lain, pandangan sosio-kultural melihat tingkah laku abnormal (maladaptif)
sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk menangani stres secara efektif (Baca
Juga: Cara Menangani Stres dengan benar dengan Metode Coping). Hal itu tidak dilihat sebagai
penyakit atau masalah yang ada hanya dalam individu, tetapi sekurang-kurangnya sebagian
merupakan kegagalan sistem dukungan sosial.

Para psikolog sosio-kultural tidak menyangkal peran dari sejarah hidup atau faktor genetik
dalam menyebabkan tingkah laku abnormal (maladaptif), tetapi tidak dianggap cukup untuk
menimbulkan tingkah laku tersebut, selain jika tidak ada faktor-faktor sosial yang mendukung
kesehatan mental individu dan mencegah tingkah laku abnormal. Dengan kata lain, masyarakat
mendukung kesehatan mental individu dari luar. 

Menurut para ahli teori sosio-kultural yang radikal, seperti psikiater Thomas Szasz (1961),
penyakit mental tidak lebih daripada hanya mitos suatu konsep yang digunakan untuk menodai
dan menundukkan orang-orang yang tingkah lakunya menyimpang dari masyarakat. Szasz
mengemukakan bahwa apa yang dinamakan penyakit mental sebenarnya adalah masalah-
masalah dalam hidup bukan penyakit seperti halnya influenza, tekanan darah tinggi, dan
kanker.

4. Perspektif Biopsikososial mengenai perilaku abnorma


 Model biopsikososial = model interaksionis
 Berbagai sebab yang berasal dari ranah biologis ,psikologis,dan sosial budaya
berinteraksi secara kompleks dalam perkembangan perilaku abnormal
Banyak akademisi terkemuka pada masa kini yang meyakini bahwa pola-pola perilaku
abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif.
Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik
bila memperhitungkan interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang
biologis, psikologis, dan sosiokultural.
Perspektif biopsikososial, atau model interaksionis, menginspirasikan pendekatan yang kami
ambil dalam buku ini untuk memahami asal usul dari perilaku abnormal. Kami yakin bahwa kita
perlu untuk mempertimbangkan interaksi antara faktor-faktor biologis, psikologis, can
sosiokultural dalam perkembangan gangguan psikologis. Meskipun kami menyadari bahwa
panahaman kami mengenai faktor-faktor penyebab tersebut mungkin tidak lengkap, kami
mendorong pembaca untuk mempertimbangkan jalur penyebab yang mungkin ada yang
melibatkan pengaruh dari berbagai faktor dan interaksinya. Perspektif-perspektif tentang
gangguan psikologis memberikan suatu kerangka berpikir yang tidak Lanya untuk penjelasan
namun juga untuk penanganan (lihat Bab 4). Berbagai perspektif tersebut juga menghasilkan
formulasi untuk peramalan, atau hipotesis, yang menjadi pedoman penelitian. Model medis,
misalnya, memicu penyelidikan dalam metode-metode penanganan genetis dan biokimiawi..
Dikembangkan di Universitas Rochester oleh George L Engel dan John Romano tahun 1977.
Biopsikososial ini memahami kesehatan manusia dan penyakit dalam konteks mereka baik
secara biologis, psikologis dan sosial. Biopsikososial adalah metode interkasi biologi, psikologis
dan faktor sosial dalam mengobati penyakit dan meningkatkan kesehatan menjadi lebih baik.
Hal ini adalah sebuah kombinasi antara tubuh, pikiran dan lingkungan. Pendekatan model
biopsikososial ini melibatkan faktor biologis, psikologis dan sosial dalam memahami penyakit
dan sakitnya seseorang. Sedangkan konsep biopsikososial sendiri memungkinkan suatu
pemahaman tentang munculnya sakit yang kemudian dihubungkan dengan faktor lingkungan
dan kondisi stres.

Biologis fokus pada obat, psikologis fokus pada psikoterapi dan sosial fokus pada dukungan
dan modifikasi sosial.

 Pendekatan Biologis
 Adanya impairment, disability, functional limitation yang berpengaruh pada
pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga menimbulkan gangguan seperti
merubahnya nutrisi, kenyamanan, kerusaka mobilitas fisik, resiko cedera, kurang
merawat diri dan intoleransi aktivitas (Carpenito, 1997)
 Adanya perubahan penampilan, status dan peran, monilitas fisik, aktivitas dan
pekerjaan sehari-hari dengan orang lain karena adanya perbedaan kondisi sehat
dan sakit terlebih dalam kebutuhan dasar manusia dimana seseorang dalam
kondisi sakit akan membutuhkan bantuan orang lain.
 Dampak fisik akan memunculkan kondisi stres sehingga membutuhkan
penanganan secara fisik dan psikologis sedini mungkin. Karena dengan begitu
klien diharapkan merasa tenang, terlepas dari stres dan memperoleh prognosis
yang lebih baik lagi.
 Pendekatan Psikologis
Klien mengalami keadaan psikologis seperti :

 Shock atau kaget saat mendengar diagnosis penyakit hasil pemeriksaan dokter
 Denial atau penolakan dan tidak percaya atas hasil pemeriksana dokter
 Marah dan berusaha menolak sakitnya dan menyesali kenapa hal tersebut terjadi pada
dirinya
 Kecemasan dan ketakutan adanya nyeri, penurunan berat badan serta penipisan
finansial
 Depresi dan merasa kesepian
 Merasa tidak berdaya dan putus asa, Malu

Pendekatan yang dilakukan seperti :

 Menjadi orang terdekat yang dapat dijadikan sebagai tempat mengekspresikan perasaan
dan pikirannya
 Memberikan dukungan agar menerima sakit yang dialami terlebih jika penyakitnya
membutuhkan proses penyembuhan lama dan hasil yang tidak pasti
 Sholat dan berdoa untuk memenuhi kebutuhan spiritual demi kekuatan untuk bertahan
hidup
 Menyeimbangkan keadaan psikologi karena mempengaruhi keadaan biologis atau fisiknya
sebab keadaan psikologis yang buruk akan memberatkan prognosis dan penyembuhan
penyakit yang dialami oleh seseorang

 Pendekatan Sosial

Adanya perubahan dalam kehidupan sosial, diantaranya :

 Kehilangan pekerjaan
 Perubahan peran di rumah
 Gangguan interaksi sosial
 Menarik diri
 Tidak mampu melakukan ibadah dan organisasi atau kegiatan lain yang pernah diikutinya

Keadaan psikologisnya seperti :

 Mudah marah
 Tersinggung
 Depresi
 Interaksi sosial tidak baik
 Minder

Pendekatan yang dilakukan adalah dengan tidak menjauhkannya dari orang-orang terdekat
mereka. Kedekatan ini akan mempengaruhi keadaan psikologisnya sehingga klien akan merasa
kedamaian sehingga proses fisiologis dan biologis dalam penyembuhan penyakkit dapat
maksimal.

Penanganan dalam hal ini yaitu : Dukungan sosial dan depresi(makrolevel) dan kerusakan
sel atau ketidakseimbangan kimiawi (mikrolevel) akan saling berinteraksi mencapai kesehatan
tertentu. Dari konsep model biopsikososial kesehatan dan penyakit adalah hal yang dipengaruhi
oleh faktor tertentu yang menimbulkan efek.

Selain itu, pikiran dan tubuh merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena hal itu
saling mempengaruhi dalam aspek kesehatan dan penyakit. Konsekuensinya bahwa kesehatan,
penyakit dan perawatan medis adalah satu proses yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu
adapula implikasi model biopsikososial pada praktek klinis terhadap pasien yaitu :

 Mengetahui Kesehatan Atau Penyakit Seseorang


Dalam hal ini, konsep model biopsikososial harus memperhatikan hubungan faktor biologis,
psikologis dan sosial pada proses diagnosis (Oken, 2000)

 Treatment
Model biopsikososial harus memastikan bahwa treatment yang disarankan telah mencakup tiga
faktor tersebut yakni faktor biologis, psikologis dan sosial.

 Hubungan Praktisi dengan Pasien

Model biopsikososial dapat membentuk jelas hubungan antara praktisi dengan pasien
sehingga hal ini bisa berefek dalam meningkatkan motivasi pasien, dampak treatment baik dan
pemulihan penyakit yang lebih cepat (Belar, 1997). Praktisi disini harus memahami bahwa
faktor sosial dan psikologis berkontribusi terhadap pengobatan yang tepat dalam
menyembuhkan penyakit. Singkatnya dalam keadaan seseorang yang sehat, model ini
menunjukkan bahwa individu dapat memahami kebiasaan kesehatan pada koneks psikologi dan
sosial. Konteks ini berpengaruh pada bagaimana menjaga kesehatan yang baik dengan
modifikasi yang tepat dan fasilitas perkembangan yang sehat. Sedangkan dalam kasus
seseorang yang sakit, maka biologis, psikologis dan sosial berkontribusi dalam proses
pemulihan.

SUMBER REFERENSI
http://sumberilmupsikologi.blogspot.com/2015/10/perspektif-kontemporer-tentang-
perilaku.html
https://www.academia.edu/38821147/PERSPEKTIF_DALAM_PSIKOLOGI_ABNORMAL#:~:text=P
endekatan%20model%20biopsikososial%20ini%20melibatkan,memahami%20penyakit%20dan
%20sakitnya%20seseorang.&text=Kedekatan%20ini%20akan%20mempengaruhi
%20keadaan,dalam%20penyembuhan%20penyakkit%20dapat%20maksimal
http://sumberilmupsikologi.blogspot.com/2015/11/perilaku-abnormal-berdasarkan.html?m=1
https://www.initentangpsikologi.com/2019/05/gangguan-psikologis-yang-bisa-dikaji.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai