Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Grendy Al Akbar

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048444068

Kode/Nama Mata Kuliah : PWKL4105/Sistem Sosial

Kode/Nama UPBJJ : 21/UPBJJ-UT JAKARTA

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN
1.a Sebagai makhluk sosial, manusia adalah makhluk yang dilengkapi dengan kemampuan
berkomunikasi lebih baik dibandingkan dengan makhluk lain, karena manusia dilengkapi
dengan kemampuan berbahasa dan berpikir dengan akalnya. Dalam kehidupan
berkelompok, perilaku manusia membentuk masyarakat dan menghasilkan budaya
1.b Keluarga merupakan sistem sosial yang paling dasar. Keluarga
merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat yang terbentuk berdasarkan
pernikahan dan terdiri dari suami, istri dan anak yang pada umumnya tersusun dari
orang-orang berhubungan darah atau perkawinan
2.a Manusia sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial dalam berinteraksi dengan
lingkungannya lebih bersandar pada sesuatu yang diciptakan oleh akalnya dibandingkan
dengan kekuatan tubuhnya. Sebagai konsekuensi itu maka dalam memecahkan berbagai
masalah, homo sapiens atau makhluk manusia sekarang lebih mengandalkan kebudayaan
yang dimilikinya daripada secara biologis. Oleh karena itu, menurut Soerjani, lingkungan
sosial budaya ini sangat menentukan sampai seberapa jauh lingkungan hidup alam
mengalami perubahan menjadi lingkungan buatan. Maksudnya adalah lingkungan alam
yang terdiri atas “benda-benda mati” (abiotik) dan “jasad-jasad hidup” (biotik) termasuk
manusia, pada mulanya terbentuk secara alami, artinya manusia tidak ikut serta dalam
pembentukan lingkungan. Sejak manusia muncul di bumi, lingkungan alami mengalami
perubahan, karena perilaku manusia dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas
hidupnya, baik itu secara kuantitatif maupun kualitatif. Lingkungan yang tadinya alami
berubah secara drastik menjadi ”lingkungan buatan manusia” (man-made environment),
seperti yang dicontohkan pada Gambar 1.3 lingkungan alami yang telah diolah manusia
untuk sawah, selokan, dan pematang-pematang
2.b seperti yang digambarkan Lewis H. Morgan dalam Poerwanto (1997) tentang
periodisasi kebudayaan dan peradaban umat manusia seperti pada Tabel 1.2 berikut ini:

Masyarakat dan budaya tidak bisa lepas dalam suatu lingkungan sosial budaya. Masyarakat dan
budaya merupakan sistem yang saling terkait. Masyarakat tidak ada bila tidak ada pendukung budaya,
dan tidak ada budaya yang muncul bila tidak dalam suatu masyarakat. Masyarakat lebih banyak
dipelajari dalam sosiologi dan budaya lebih banyak dipelajari dalam antropologi, oleh karena itu
sosiologi dan antropologi merupakan pendukung utama dalam mempelajari lingkungan sosial budaya.
3.a Bentuk ikatan:
 Kesatuan dalam wilayah Gemeinschaft (Paguyuban): Berdasarkan tempat tinggal
yang berdekatan, ikatan darah, atau bisa juga berdasarkan jiwa dan pikiran yang
sama
 Gesellschaft (Patembayan): Kelompok yang memiliki hubungan solidaritas
organis, bersifat pamrih, orientasi profit, dan juga berlangsung dalam jangka
waktu pendek.
kepentingan yang sama, tanpa organisasi yang tetap:
Kelompok Semu
Ciri-cirinya: tidak direncanakan, tidak ada interaksi secara terus menerus, tidak terorganisir, tidak ada
kesadaran berkelompok, dan kehadirannya tidak konstan.

Kerumunan, cirinya adalah spontan, sementara, bebas keluar masuk dan tidak saling kenal.

Tipe kerumunan menurut Blumer:

 Kerumunan tidak tetap


 Kerumunan konvensional
 Kerumunan bertindak
 Kerumunan ekspresif

 kepentingan yang sama dengan organisasi yang tetap: Individu yang berinteraksi
mengidentifikasi dirinya sebagai anggota kelompok serta memiliki kesadaran bahwa ia
merupakan bagian dari kelompok
 Pihak luar mendefinisikan individu yang berinteraksi sebagai anggota kelompok
 Terdapat hubungan yang sifatnya timbal balik
 Memiliki norma dan nilai yang disepakati bersama sebagai pengikat dalam bersikap dan
bertingkah laku antar sesama anggota kelompok sehingga timbul kesamaan pola
perilaku
 Memiliki rasa kebersamaan dan solidaritas
 Memiliki kesamaan motif, visi dan tujuan

3.b Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang,


difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk
instink-instink biologis - lalu dikenal dengan penjelasan ”nature” - dan (2) perilaku bukan
diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka -
dikenal dengan penjelasan ”nurture”. Penjelasan ”nature” dirumuskan oleh ilmuwan
Inggris Charles Darwin pada abad kesembilan belas di mana dalam teorinya
dikemukakan bahwa semua perilaku manusia merupakan serangkaian instink yang
diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc Dougal sebagai seorang psikolog
cenjabv7n2.tex; 27/01/2012; 14:13; p.48 Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi
Sosial 145 derung percaya bahwa seluruh perilaku sosial manusia didasarkan pada
pandangan ini (instinktif). Namun banyak analis sosial yang tidak percaya bahwa instink
merupakan sumber perilaku sosial. Misalnya William James, seorang psikolog percaya
bahwa walau instink merupakan hal yang mempengaruhi perilaku sosial, namun
penjelasan utama cenderung ke arah kebiasaan - yaitu pola perilaku yang diperoleh
melalui pengulangan sepanjang kehidupan seseorang. Hal ini memunculkan ”nurture
explanation”. Tokoh lain yang juga seorang psikolog sosial, John Dewey mengatakan
bahwa perilaku kita tidak sekedar muncul berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi
juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh lingkungan - ”situasi kita” -
termasuk tentunya orang lain. Berbagai alternatif yang berkembang dari kedua
pendekatan tersebut kemudian memunculkan berbagai perspektif dalam psikologi sosial
- seperangkat asumsi dasar tentang hal paling penting yang bisa dipertimbangkan
sebagai sesuatu yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial. Ada empat
perspektif, yaitu : perilaku (behavioral perspectives) , kognitif (cognitive perspectives),
stuktural (structural perspectives), dan interaksionis (interactionist perspectives).
Perspektif perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial yang
berakar pada psikologi. Mereka sering menawarkan jawaban yang berbeda atas sebuah
pertanyaan : ”Seberapa besar perhatian yang seharusnya diberikan oleh para psikolog
sosial pada kegiatan mental dalam upayanya memahami perilaku sosial?”. Perspektif
perilaku menekankan, bahwa untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang,
seyogianya kita mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh seseorang.
Lebih baik kita memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan
kita sendiri. Dengan mempertimbangkan proses mental seseorang, kita tidak terbantu
memahami perilaku orang tersebut, karena seringkali proses mental tidak reliabel untuk
memprediksi perilaku. Misalnya tidak semua orang yang berpikiran negatif tentang
sesuatu, akan juga berperilaku negatif. Orang yang bersikap negatif terhadap bangsa A
misalnya, belum tentu dia tidak mau melakukan hubungan dengan bangsa A tersebut.
Intinya pikiran, perasaan, sikap (proses mental) bukan sesuatu yang bisa menjelaskan
perilaku seseorang. Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan pada pandangan bahwa
kita tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka.
Manusia tidak menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku mereka tergantung
pada bagaimana mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi untuk
memperoleh informasi yang bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan
hal utama yang bisa menjelaskan perilaku sosial seseorang.

Anda mungkin juga menyukai