Anda di halaman 1dari 18

Kepribadian

(Personality)

Disusun oleh : Felix Montalfu


(03082180055) 18 TI 1
Penjelasan kepribadian
– Kepribadian menurut KBBI (ke.pri.ba.di.an ) Sifat hakiki yang
mencerminkan pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang
membedakan dari orang atau bangsa.
– Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi
dan berinteraksi dengan individu yang lain.
– Ilmu yang mempelajari kepribadian disebut Psikologi.
– Menurut ahli psikologi Gordon Allport menyatakan bahwa
kepribadian sebagai suatu organisasi yang merupakan suatu
struktur dan sekaligus proses.
Ekstraversi & Introversi

– Di dalam psikologi, terdapat pengelompokkan kepribadian manusia bedasarkan bagaimana manusia


memperoleh gairahnya, pengelompokkan ini pertama kali dicetuskan oleh Carl Jung (1920), dalam
bukunya berjudul Psychologische Typen. Secara umum, pribadi yang ekstrover mendapatkan gairah
(atau energi) dari interaksi sosial. Ekstrover biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan senang
bergaul, serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.
Sementara introver, di sisi lain, dianggap mendapatkan gairah lewat menyendiri. Introver, biasanya
cenderung pendiam, suka merenung, dan lebih perduli tentang pemikiran mereka dalam dunia
mereka sendiri. Ambievert merupakan kepribadian gabungan antara introvert dan ekstrovert.
Kelebihan dari tipe ini, mereka nyaman berada di tengah keramaian dan berbagai aktivitas sosial,
tetapi juga rileks dengan kesendirian. Kekurangan dari kepribadian ambievert adalah mereka
cenderung moody, karena sifat yang berubah-ubah
– Kepribadian manusia itu kompleks. Mereka dibentuk dari pengalaman, sejarah pribadi, interaksi,
dan budaya Anda dibesarkan. Seorang introvert mendapat kekuatan dari ide dan refleksi batin,
sedangkan ekstrovert melalui kegiatan eksternal.
Struktur Kepribadian

– Eysenck berpendapat bahwa kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian terlalu banyak mengemukakan variabel-
variabel kompleks dan tidak jelas. Pendapat ini dikombinasikan dengan anlisisnya, yaitu dengan analisis faktor
yang telah menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai oleh adanya sejumlah kecil dimensi-dimensi pokok
yang didefinisikan dengan teliti dan jelas.
– Kepribadian sebagai organisasi tingkah laku dipandang Eysenck memiliki empat tingkatan hierarki, berturut-turut
dari hierarki yang tinggi ke hierarki yang rendah:
1. Hierarki tertinggi: Tipe/Supertraits, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang
luas.
2. Hierarki kedua: Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai
persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
3. Hierarki ketiga: Kebiasaan tingkah laku atau berpikir, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/pikiran yang muncul
kembali untuk merespon kejadian yang mirip.
4. Hierarki terendah: Respon spesifik, tingkahlaku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon
terhadap suatu kejadian.
Triat Struktur Kepribadian
– Ada 3 struktur yang diketahui menurut Sigmund Freud yaitu id, ego, dan super ego :
Id : komponen yang hadir sejak lahir, aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naruliah dan primitive. Id
juga didorong oleh prinsip kesenangan untuk kepuasan segera dari semua keinginan dan kebutuhan.
Ego : Komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Ego terkembang dari id dan
memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima didunia nyata. Ego juga bekerja
berdasarkan prinsip relitas yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara yang realistis dan social yang sesuai.
Superego : Untuk mengembangkan kepribadian, superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar
internalisasi moral. Dan cita – cita yang kita peroleh dari kedua orangtua dan masyarakat. Superego memberikan pedoman
untuk membuat penilaian.
Jika dilihat dari hubungnnya dengan hierarki di atas, maka dapat disebutkan bahwa antar bagian dari hierarki kepribadian
tersebut terjadi interaksi dan saling berpengaruh antar satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah adanya interaksi
antara bagian kepribadian yang disebut sebagai specific response dan habitual response. Dimana yang disebut sebagai specific
response yakni perilaku atau pikiran individual yang bisa mencirikan sebuah pribadi atau tidak, misal seorang siswa yang
menyelesaikan tugas membaca. Sedangkan habitual response dapat dimaknai sebagai respon yang terus berlangsung di bawah
kondisi yang sama, misal jika seorang siswa seringkali berusaha sampai suatu tugas selesai dikerjakannya. Habitual response ini
dapat berubah-ubah ataupun dapat menetap.
Ciri-Ciri Kepribadian
– Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu
penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Menurut pendapat dia bahwa
kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya
yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah
penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,
ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan
tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
– Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang,
hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas
tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
– terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya: teori Psikoanalisa dari Sigmund
Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori
Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-
Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Aspek-Aspek Kepribadian Menurut
Abin Syamsuddin (2003)
– Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian
atau pendapat.
– Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan
yang datang dari lingkungan.
– Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
– Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah
tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
– Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang
dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
– Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang
terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menenujukkan kepribadian yang sehat atau
tidak sehat . Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak
sehat
Kepribadian yang Sehat atau
Tidak Sehat
– Kepribadian yang sehat :

Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.

Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi
dengan sikap optimistik.

Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan
norma yang berlaku di lingkungannya.

Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak)

Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan
dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.

Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel
dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi
korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.

Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Kepribadian yang tidak sehat
– Mudah marah (tersinggung)
– Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
– Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
– Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
– Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
– Kebiasaan berbohong
– Hiperaktif
– Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
– Senang mengkritik/mencemooh orang lain
– Sulit tidur
– Kurang memiliki rasa tanggung jawab
– Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
– Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama
– Pesimis dalam menghadapi kehidupan
– Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Faktor-Faktor Penentu
Kepribadian
– Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender,
temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik
yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh
siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis
bawaan dari individu. Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah
kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam
menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari
perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang
dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan
dalam berbagai situasi. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut,
dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan
bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang
memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Faktor Lingkungan

– Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan


karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma
dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang
seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam
membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk
norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga
ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki
sedikit pengaruh pada kultur yang lain.
Cara Identifikasi Kepribadian
dan Menilai Kepribadian
– Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang
mengatur perilaku. Seringnya, upaya ini sekadar menghasilkan daftar panjang
sifat yang sulit untuk digeneralisasikan dan hanya memberikan sedikit
bimbingan praktis bagi para pembuat keputusan organisasional. Dua
pengecualian adalah Myers-Briggs Type Indicator dan Model Lima Besar. Selama
20 tahun hingga saat ini, dua pendekatan ini telah menjadi kerangka kerja yang
dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang. .
Acuan yang cukup populer untuk studi kepribadian adalah buku "Personality
Plus" yang ditulis oleh Florence Littauer.
Myers-Briggs Type Indicator

– tes kepribadian menggunakan empat karakteristik dan mengklasifikasikan


individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian. Berdasarkan jawaban
yang diberikan dalam tes tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam
karakteristik ekstraver atau introver, sensitif atau intuitif, pemikir atau perasa,
dan memahami atau menilai. Instrumen ini adalah instrumen penilai
kepribadian yang paling sering digunakan. MBTI telah dipraktikkan secara luas di
perusahaan-perusahaan global seperti Apple Computers, AT&T, Citgroup, GE,
3M Co., dan berbagai rumah sakit, institusi pendidikan, dan angkatan
bersenjata AS.
GIT SUM VIDEO ??!!
Model Lima Besar

– Myers-Briggs Type Indicator kurang memiliki bukti pendukung yang


valid, tetapi hal tersebut tidak berlaku pada model lima faktor
kepribadian -yang biasanya disebut Model Lima Besar. Selama
beberapa tahun terakhir, sejumlah besar penelitian mendukung
bahwa lima dimensi dasar saling mendasari dan mencakup sebagian
besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia. Faktor-
faktor lima besar mencakup ekstraversi (extraversion), mudah akur
dan bersepakat (agreeableness), sifat berhati-hati (neuroticism),
stabilitas emosi (conscientiousness), dan terbuka terhadap hal-hal
baru (openness to experience). Lima dimensi ini ada dalam tiap
manusia, namun hanya satu dimensi yang mendominasi.
Menilai Kepribadian

– Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai


kepribadian adalah karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian
sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan. Nilai dalam tes
kepribadian membantu manajer meramalkan calon terbaik untuk suatu
pekerjaan. Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian :
– Survei mandiri
– Survei peringkat oleh pengamat
– Ukuran proyeksi (Rorschach Inkblot test dan Thematic Apperception Test)
SEKIAN TIDAK TERIMA
KASIH STAY CHEEKI BREEKI

Anda mungkin juga menyukai