Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN DALAM PRAKTIK PROFESI GIZI

“makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas matakuliah bioetika”

DISUSUN OLEH:

GHAITSA ZAHIRA SHAFA (2107211009)

DOSEN PEMBIMBING:

ARNISAM, SKM.,M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022
A. Pengertian Pengembangan
Pengembangan adalah proses yang menciptakan pertumbuhan, kemajuan,
perubahan positif atau penambahan komponen fisik, ekonomi, lingkungan, sosial
dan demografis. Tujuan pengembangan adalah peningkatan tingkat dan kualitas
hidup penduduk, dan penciptaan atau perluasan pendapatan daerah setempat dan
peluang kerja, tanpa merusak sumber daya lingkungan.
B. Pengertian kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain. Disamping itu kepribadian sering diartikan
sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu. Berdasarkan psikologi, Gordon
Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek
psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi,
kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport
menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris personality.


Kata Personality  sendiri berasal dari bahasa latin pesona, yang berarti topeng
yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Pada
saat pertunjukan para aktor tidak menampilkan kepribadian yang sesungguhnya
menyembunyikan kepribadiaannya yang asli, dan menampilkan dirinya sesuai dari
topeng yang digunakannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk


menggambarkan (1) identitas diri, jati diri seseorang, seperti: “Saya seorang yang
pandai bergaul dengan siapa saja”, atau “Saya seorang pendiam”, (2) kesan
seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti “Dia agresif”, atau “Dia jujur”,
dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah, seperti: “Dia baik”,
atau “Dia pendendam”.Beberapa istilah dalam teori psikologi kepribadian diberi
makna yabg berbeda-beda. Istilah yang berdekatan maknanya antara lain:

1. Personality (kepribadian): penggambaran tingkah laku secara deskriptif


tanpa memberi nilai (devaluative).
2. Character (karakter): penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai
(benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit.
3. Dispotition (watak): karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang
belum berubah
4. Temperamen (temperamen): kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologik atau fisiologik, disposisi hereditas.
5. Traits (sifat): respon yang senada (sama) terhadap sekelompok stimuli yang
mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
6. Type–attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli
yang lebih terbatas.
7. Habit:  kebiasaan respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus
yang sama pula.
Untuk memperoleh pemahaman tentang kepribadian, berikut dikemukakan
beberapa pengertian dari para ahli.

1. Hall dan Lindzey mengemukakan bahwa secara populer, kepribadian dapat


diartikan sebagai (1) keterampilan atau kecakapan sosial (social skill), dan
(2) kesan yang paling menonjol, yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap
orang lain (seperti orang yang dikesani sebagai agresif, atau pendiam).
2. Woodworth mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas
tingkah laku total individu”.
3. Guilford mengemukakan bahwa kepribadian adalah pola trait-trait yang
unik dari seseorang.
4. Maddy atau Burt mengemukakan bahwa kepribadian adalah seperangkat
karakteristik dan kecenderungan yang stabil yang menentukan keumuman
dan perbedaan tingkah laku psikologik (berpikir, perasaan, dan perbuatan)
dari seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat difahami secara
sederhana sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologik saat itu.
Faktor-faktor penentu kepribadian

1. Faktor keturunan
2. Faktor lingkungan
Allport mengemukakan lima tipe definisi kepribadian sebagai berikut:
1. Rag-Bag (omnibus), yang merumuskan kepribadiannya dengan cara
enumeasi (menjumlahkan). Contohnya definisi dari Morton Prince, yaitu
“kepribadian merupakan sejumlah disposisi biologis, impuls-impuls,
kecenderungan-kecenderungan, dan instink-instink bawaan, dan disposisi
lain yang diperoleh melalui pengalaman.
2. Integratif dan Konfiguratif, yang menekankan kepada organisasi cir-ciri
pribadi, seperti definisi dari Warren dan Carmichaeles “kepribadian
sebagai organisasi tentang pribadi manusia atau individu pada setiap tahap
perkembangan”.
3. Hirarchis, seperti yang dikemukakan oleh Wlliam James, yaitu
kepribadian itu dinyatakan dalam empat pribadi (selves): material self,
social self, spiritual self, dan puriego atau self of self.
4. Adjustment, seperti definisi dan kempfis, yaitu sebagai “integrasi dari
sistem kebiasaan individu dalam menyesuaikan dirinya dalam
lingkungannya”
5. Distinctiveness (Uniqueness), seperti yang dikemukakan oleh Shoen, yaitu
“sistem disposisi dan kebiasaan yang membedakan antara individu yang
satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok yang sama.
Selanjutnya Allport mengemukakan pendapatnya sendiri tentang
pengertian kepribadian ini, yaitu “Personality is the dinamic organization within
the individual of those psychophysical systems that determine his unique
adjustment to his environtment”.

Pengertian tersebut dapat diartikan sebagai berikut.

1. Dynamic, merujuk kepada perubahan kualitas perilaku (karakteristik)


individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke situasi.
2. Organization, yang menekankan pemolaan bagian-bagian struktur
kepribadian yang independen, yang masing-masing bagian tersebut
mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Ini menunjukkan bahwa
kepribadian itu bukan kumpulan sifat-sifat, dalam arti satu sifat ditambah
dengan yang lainnya, melainkan keterkaitan antara sifat-sifat tersebut, yang
satu sama lainnya saling berhubungan atau berinterelasi.
3. Psychophysical Systems, yang terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, motif,
keyakinan, yang kesemuanya merupakan aspek psikis, tetapi mempunyai
dasar fisik dalam diri individu, seperti: syaraf, kelenjar, atau tubuh individu
secara keseluruhan. Sistem psikofisik ini meskipun mempunyai fondasi
pembawaan, namun dalam perkembangannya lebih dipengaruhi oleh hasil
belajar, atau diperoleh melalui pengalaman.
4. Determine, yang menunjuk pada peranan motivasional sistem psikofisik.
Dalam diri individu, sistem ini mendasari kegiatan-kegiatan yang khas, yang
mempengaruhi bentuk-bentuk. Sikap, keyakinan, kebiasaan, atau elemen-
elemen sistem psikofisik lainnya muncul melalui sistem stimulus, baik dari
lingkungan, maupun dari dalam diri individu sendiri.
5. Unique, yang menunjuk pada keunikan atau keragaman tingkah laku individu
sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya. Dalam proses penyesuaian
diri terhadap lingkungan, tidak ada reaksi atau respon yang sama dari dua
orang, meskipun kembar identik.
Berdasarkan pengerian teori dan kepribadian di atas maka, istilah teori
kepribadian dapat diartikan sebagai “Seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah
laku manusia beserta definisi-definisi empirisnya.

Selanjutnya ia mengemukakan hakikat kepribadian manusia, yaitu sebagai


berikut.

1. Manusia merupakan makhluk yang unik dibandingkan dengan makhluk


(species) lainnya, seperti hewan.
2. Tingkah laku manusia bersifat kompleks
3. Manusia tidak selalu menyadari atau dapat mengontrol faktor-faktor yang
menentukan tingkah lakunya.
1.1. Struktur kepribadian

Kepribadian sebagai organisasi tingkah laku dipandang Eysenck memiliki empat


tingkatan hierarki, berturut-turut dari hierarki yang tinggi ke hierarki yang rendah:

1. Hierarki tertinggi: Tipe/Supertraits, kumpulan dari trait, yang mewadahi


kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.
2. Hierarki kedua: Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon
yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah
disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
3. Hierarki ketiga: Kebiasaan tingkah laku atau berpikir, kumpulan respon
spesifik, tingkah laku/pikiran yang muncul kembali untuk merespon
kejadian yang mirip.
4. Hierarki terendah: Respon spesifik, tingkah laku yang secara aktual dapat
diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.

1.2. Ciri-ciri kepribadian

 Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang


di dalamnya mencakup:

 Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten


tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
 Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
 Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau
ambivalen.
 Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih, atau putus asa
 Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko
dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko
secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
 Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang


menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini,
Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat
dan tidak sehat, sebagai berikut:

1. Kepribadian yang sehat


 Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya
tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya.
 Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar,
tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
 Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai
keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak
menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila
memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap
optimistik.
 Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.
 Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berpikir, dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta
menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
 Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat
menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau
konstruktif, tidak destruktif (merusak)
 Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas
dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak
atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara
mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
 Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain,
memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya
dan bersifat fleksibel dalam berpikir, menghargai dan menilai orang lain
seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak
membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan
mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
 Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan
memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
 Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup
yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
 Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh
faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan),
dan affection (kasih sayang).

2. Kepribadian yang tidak sehat

Kepribadian yang tidak sehat dapat terlihat dari beberapa tanda seperti berikut
ini:

Individu tersebut biasanya mudah marah (tersinggung) bahkan untuk hal-hal yang
kecil, menunjukkan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan, sering merasa
tertekan, bersikap kejam atau sering mengganggu orang lain yang uusianya lebih
muda, yang kurang memiliki daya dan kekuatan untuk melindungi diri atau
terhadap binatang, ketidakmampuan untuk menghindari diri dari perilaku
menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum, kebiasaan berbohong,
hiperaktif, memusuhi semua bentuk otoritas, senang mengkritik/mencemooh
orang lain, sulit tidur, kurang memiliki rasa tanggungjawab, sering mengalami
sakit kepala, kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama, pesimis
dalam menghadapi kehidupan serta kurang bergairah dalam menjalai kehidupan

1.3. Perubahan Kepribadian

Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataan


sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat dan mungkin terjadi.
Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaranya


adalah sebagai berikut.

1. Faktor Fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi (malnutrisi) mengkonsumsi


obat-obat terlarang (NAPZA atau NARKOBA), minuman keras, dan
gangguan organik (sakit atau kecelakaan).
2. Faktor Lingkungan Sosial Budaya, seperti: krisis politik, ekonomi, moral, dan
keamanan dapat menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stress, depresi)
dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan kriminalitas).
3. Faktor Diri Sendiri, seperti: tekanan emosional (frustasi yang
berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi tehadap orang lain yang
berkepribadian menyimpang.

1.4. Unsur kepribadian

Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kepribadian terbagi menjadi tiga bagian,


yaitu:

1. Pengetahuan

2. Perasaan
3. Dorongan naluri

Ada tujuh dorongan naluri dalam diri manusia, yaitu:

4. Dorongan untuk mempertahankan hidup.


5. Dorongan seksual.
6. Dorongan untuk mencari makan.
7. Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia.
8. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
9. Dorongan untuk berbakti.
10. Dorongan akan keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.

1.5. Sifat-sifat kepribadian

Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya


untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang
menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat
dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia,
dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai
situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang
mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa
sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan
bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan
karier.

1.6. Pola Kepribadian

Elizabeth B. Hurlock (1978) mengemukakan bahwa pola kepribadian


merupakan suatu penyatuan struktur yang multidimensi yang terdiri atas “self-
concept” sebagai inti atau pusat gravitasi kepribadian dan “traits” sebagai struktur
yang mengintegrasikan kecenderungan pola-pola respon.
Dilihat dari jenisnya, self-concept ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut.

a. The Basic Self-concept. Jane menyebutnya “real-self”, yaitu konsep seseorang


tentang dirinya sebagaimana adanya. Jenis ini meliputi : persepsi seseorang
tentang penampilan dirinya, kemampuan dan ketidakmampuannya, peranan dan
status dalam kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan, serta aspirasinya.
b. The Transitory Self-concept. Ini artinya bahwa seseorang memiliki “self-concept”
yang pada suatu saat dia, memegangnya, tetapi pada saat lain dia
melepaskannya. “self-concept” ini mungkin menyenangkan tapi juga tidak
menyenangkan. Kondisinya sangat situasional, sangat dipengaruhi oleh suasana
perasaan (emosi), atau pengalaman yang lalu
c. The Social Self-concept. Jenis ini berkembang berdasarkan cara individu
mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya, baik melalui perkataan
maupun tindakan. Jenis ini sering juga dikatakan sebagai “mirror image”.
Contoh: jika kepada seorang anak dikatakan secara terus-menerus bahwa dirinya
“naughty” (nakal), maka dia akan mengembangkan konsep dirinya sebagai anak
yang nakal. Perkembangan konsep diri sosial seseorang dipengaruhi oleh jenis
kelompok sosial dimana dia hidup, baik keluarga, sekolah, teman sebaya, atau
masyarakat.
d. The Ideal Self-concept. Konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang
apa yang diinginkan mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa yang
seharusnya mengenai dirinya. Konsep diri ideal ini terkait dengan citra fisik
maupun psikhis. Pada masa anak terdapat diskrepansi yang cukup renggang
antara konsep diri ideal dengan konsep diri yang lainnya. Namun diskrepansi itu
dapat berkurang seiring dengan berkembangnya usia anak (terutama apabila
seseorang sudah masuk usia dewasa).

2.  raits (Sifat-sifat)
Traits ini berfungsi untuk mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan
kepada pola-pola berpikir, merasa, dan bertindak. Sementara konsep diri berfungsi
untuk mengintegrasikan kapasitas-kapasitas psikologis dan prakarsa-prakarsa
kegiatan.

Setiap traits mempunyai tiga karakteristik: (a) Uniqueness, kekhasan dalam


berperilaku, (b) likeableness, yaitu bahwa trait itu ada yang disenangi (liked) dan
ada yang tidak disenangi (disliked), sebab traits itu berkontribusi kepada
keharmonisan atau ketidakharmonisan,

1.7. Faktor penghambat perkembangan kepribadian


Perkembangan seseorang akan terhambat dikarenakan dua faktor, antara lain:

1. Faktor Internal Diri


Perkembangan kepribadian akan mengalami hambatan yang berasal dari dalam
diri individu sendiri dikarenakan:

1. Individu tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas


2. Individu kurang bermotivasi dalam hidup
3. Individu enggan menelaah diri
4. Faktor usia
Pada tiga faktor penghambat internal di atas jelas terlihat bahwa individu
terbelenggu pada masa kanak-kanaknya, dan tidak dapat menjadi pribadi dewasa.
Pada kondisi ini , individu bukanlah pribadi bebas yang mempunyai tujuan hidup
dan berupaya untuk merealisasikan tujuan hidupnya. Individu menjadi “ada” yang
tiada dalam perkembangan keberadaan dirinya. Sering dijumpai pernyataan umum
yang menyatakan bahwa seseorang itu dewasa usia, tetapi tidak dewasa
pemikirannya.
Adapun faktor usia menjadi penghambat bagi perkembangan kepribadian seorang
individu dikarenakan individu yang telah berumur merasa bahwa mereka telah
lebih

C. Pengertian Pengembangan kepribadian

Pengembangan kepribadian berarti kemauan diri sendiri untuk menata aspek


internal diri atau sikap batin, dan aspek perilaku eksternal diri, yaitu cara Anda
menampilkan diri atau tampak sisi luar diri di persepsi orang lain. Untuk itu
semua, Anda harus mampu bersikap proaktif untuk meningkatkan kesadaran diri,
pengetahuan diri, kecerdasan diri, identitas diri, bakat dan potensi diri, kualitas
diri, serta memenuhi mimpi dan tujuan hidup dengan visi yang jelas. Termasuk,
memiliki keperibadian yang unggul untuk mengambil tanggung jawab atas
kesehatan diri, karir, keuangan, hubungan, emosi, kebiasaan, dan keyakinan
terhadap nilai-nilai kehidupan yang Anda perjuangkan.

D. Kode Etik Ahli Gizi (Persagi, 2010).

Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya
memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi,
pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam
menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi olehfalsafah dan
nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.

A. Kewajiban Umum

 Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam


meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
 Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap,
perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
 Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
 Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
 Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini,
dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa
membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang
benar.
 Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama
dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
 Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenarnya.
 Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun
lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-
baiknya.

B. Kewajiban Terhadap Klien

 Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup


institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum
 Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada
saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah
klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian
hukum
 Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai
kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan
budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras,
status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
 Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
 Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
 Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban
senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang
mempunyai keahlian.

C. Kewajiban Terhadap Masyarakat

 Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan


pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.
 Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
 Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat
mencegah masalah gizi di masyarakat.
 Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah
gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
 Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang
seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik.
 Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi
berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan,
dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi
tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
 Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan
salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat

D. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi Dan Mitra Kerja


 Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi
masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan
menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
 Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua
organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya
meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
 Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada
sesama profesi dan mitra kerja.

E. Kewajiban Terhadap Profesi Dan Diri Sendiri

 Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan


oleh profesi.
 Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan
dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi
terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
 Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani
mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati
dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
 Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh
kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak
sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat
(tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
 Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang
lain untuk melawan hukum.
 Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan
baik.
 Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan
atau kebesaran seseorang.
 Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi.
E. Tanggung jawab dan kewajiban Ahli Gizi terhadap profesi

1. Ahli Gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi Gizi dengan menunjukan
Sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan kepentingan pribadi

a. Ahli Gizi tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan


etika profesi gizi seperti :

1) Meminta imbalan yang berlebihan untuk jasa yang diberikan


2) Mencantumkan nama sebagai penanggung jawab,penulis,atau konsultan suatu
kegiatan yang ia sendiri sama sekali tidak terlibat
3) Mencantumkan namanya sebagai Ahli Gizi dalam iklan yang isinya
menyesatkan.
4) Menggunakan nama organisasi profesi untuk kepentingan pribadi yang
merugikan organisasi. Misalnya menggunakan nama PERSAGI tanpa izin
organisasi untuk kegiatan atau usaha pribadi

b. Ahli Gizi dapat memberikan pelayanan gizi hendaknya menerapkan standar


praktek setinggi-tingginya atas dasar kemanusiaan tanpa membedakan
asal,suku bangsa,agama dan tingkat sosial ekonomi
c. Ahli Gizi dituntut bersikap disiplin, jujur, ramah, sopan, menghargai orang lain
dan tidak menyombongkan diri.
d. Ahli Gizi wajib menghargai profesi lain dan menjalin hubungan kerja sama
yang baik.
Ahli Gizi dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi, berkaitan dan tidak lepas
dengan profesi lain. Ahli Gizi hendaknya menjalin hubungan kerja sama yang
serasi dengan profesi dan organisasi lain untuk peningkatan status gizi
masyarakat. Dalam menjalin kerjasama ini seorang Ahli Gizi hendaknya
menghargai wewenang dan pendapat profesi lain sebagai masukan bagi upaya
perbaikan gizi.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian
https://sumberbelajarvocstenmlg.wordpress.com/kompetensi-guru/
kompetensi-kepribadian/pengembangan-kepribadian/
https://intanwellisyaputri.wordpress.com/
https://fitriathatha13.wordpress.com/2017/05/07/faktor-penghambat-
perkembangan-kepribadian/
https://www.smilejogja.com/pengembangan-sdm/pengembangan-
kepribadian/#:~:text=Pengembangan%20kepribadian%20berarti%20kemauan
%20diri,diri%20di%20persepsi%20orang%20lain.

Anda mungkin juga menyukai