Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalau kita mempelajari pengertian kepribadian, ternyata banyak sekali


perbedaan pendapat para ahli psikologi mengenai isi dan batas-batas atau definisi
kepribadian. Gordon W. Allport menemukan 49 definisi kepribadian, kemudian ia
sendiri membuat satu definisi sehingga lengkap menjadi 50 definisi. Tidak hanya
keseragaman dalam definisi dan terminologi kepribadian menimbulkan
kesangsian pada beberapa pihak mengenai kemungkinan adanya satu ilmu
pengetahuan tentang psikologi kepribadian.

Di pihak lain, sebagian besar ahli psikologis justru berpendapat bahwa


ketidakseragaman pengertian kepribadian merupakan dorongan kuat untuk
mengadakan penyelidikan dan penelitian dalam pengembangan ilmu pengetahuan
mengenai psikologi kepribadian. Kenyataan adanya keanekaragaman justru
menunjukkan kekayaan jiwa manusia.

Para ahli psikologi kepribadian berbeda pendapat mengenai bagian mana dari
kepribadian itu yang paling hakiki atau terpenting. Pendapat tersebut hanya dapat
dijelaskan sepenuhnya dengan menelaah terlebih dahulu filsafat antropologi yang
mendasarinya. Dengan kata lain menelaah jawaban atas pertanyaan: “Apakah
sesungguhnya manusia itu?”. Pandangan filsafat mengenai manusia akan
mewarnai pendapat seseorang mengenai bagian yang dianggap hakiki dari
kepribadian dan pada akhirnya menentukan pengertian tentang kepribadian.
Hal ini menyebabkan pesatnya penilaian kepribadian melalui tes-tes proyeksi,
yaitu kenyataan atau ekspresi kepribadian seseorang dipancing melalui gambar-
gambar, baik disuruh menggambar atau disuruh menafsirkan gambar-gambar
maupun melalui ekspresi tulisan dan karangan. Riwayat hidup seseorang
dianalisis secara mendalam sejak lahir, bahkan sebelum lahir untuk mendapatkan
ciri kepribadiannya. Kalau perlu diberi rangsangan dengan kata-kata tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah faktor biologis mempengaruhi perkembangan kepribadian?
2. Bagaimanakah faktor sosial mempengaruhi perkembangan kepribadian ?
3. Bagaimanakah faktor kebudayaan mempengaruhi perkembangan
kepribadian?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui tentang pengaruh faktor biologis terhadap
perkembangan kepribadian.
2. Untuk mengetahui tentang pengaruh faktor sosial terhadap perkembangan
kepribadian.
3. Untuk mengetahui tentang pengaruh faktor kebudayaan terhadap
perkembangan kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan

Para ahli mengartikan perkembangan itu bermacam-macam, namun demikian


pendapat para ahli tersebut semuanya mengakui bahwa perkembangan itu adalah
suatu perubahan; perubahan kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Secara teknis,
perubahan tersebut biasanya melalui proses, oleh karena itu dapatlah dikatakan
secara garis besar para ahli sependapat bahwa perkembangan itu adalah suatu
proses. Proses ini, oleh para ahli juga berpendapat bermacam-macam. Tetapi yang
pada intinya berpangkal kepada pendirian masing-masing ahli. Pendapat atau
konsepsi yang bermacam-macam itu dapat digolongkan menjadi tiga golongan,
yaitu :
1. Konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran asosiasi.
2. Konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran Gestalt dan Neo-Gestalt
3. Konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran sosiologisme
Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalam
A.Supratika), yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6
tahun, (4) tahap laten: 6-12 tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahap
dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja (A.
Supratika, Op Cit, hal. 56).

Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi juga sesuatu yang terbuka
terhadap dunia sekitarnya. Pandangan filsafat Asia mengenai kepribadian,
terkesan lebih mendekati pandangan G.W. Leibniz. Agama Islam mengenal istilah
fitrah sebagai potensi dasar kejiwaan manusia yang mempunyai arti hampir sama
dengan konsep dari G.W.Leibniz. Apakah Leibniz dipengaruhi oleh pandangan
Islam? Mungkin saja, karena pengaruh Islam pada abad pertengahan cukup besar
di kalangan intelektual Barat. Aktualisasi, realisasi dan perkembangan fitrah itu
diwarnai oleh pengaruh orang tua, pendidikan, masyarakat serta situasi dan
kondisi lingkungan. Fitrah manusia selain berkembang dengan sendirinya juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai dari lingkungannya, sehingga menjadi tidak bersih.
Dengan melaksanakan ajaran Islam, fitrah yang telah dikotori oleh lingkungan
dapat menjadi suci kembali. Pandangan Asia ini lebih menekankan segi etika dan
rohaniah, sedangkan segi fisik kurang mendapat perhatian. Dalam kepribadian
selalu termuat pula elemen etis dan moral, yakni suatu perasaan keharusan pada
manusia untuk berlaku susila. Hal ini tidak terlepas dari pandangan hidup yang
terdapat di Asia, bahwa manusia merupakan sebagian dari kosmos atau makhluk
Tuhan, yang pada hakikatnya Tuhanlah yang akan menentukan sikap dan nasib
manusia.
Pada dasarnya istilah kepribadian digunakan untuk pengertian yang ditujukan
pada individu atau perorangan. Artinya, yang mempunyai kepribadian adalah
individu. Kemudian istilah kepribadian digunakan pula untuk kelompok individu
atau masyarakat, selain dikenal adanya kepribadian si Fulan, juga dikenal dengan
adanya kepribadian Minangkabau, kepribadian Jawa, kepribadian pegawai negeri,
kepribadian Indonesia, dan sebagainya.
Kepribadian Indonesia disamakan pengertiannya dengan manusia Indonesia,
ukuran satuan atau unitnya dalam pengertian sifat, ciri, karakter, watak, jiwa,
moral, semangat, kebiasaan, tingkah laku, dan lain-lain.
Gordon W. Allport (1937) memberikan definisi kepribadian sebagai berikut :
Personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophysical system that determine his unique adjustment to his environment.
“Kepribadian ialah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu
yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya”.
Kalau definisi tersebut dianalisis, maka kepribadian adalah:
a. Merupakan suatu organisasi dinamis, yaitu suatu kebulatan keutuhan, organisasi
atau sistem yang mengikat dan mengaitkan berbagai macam aspek atau komponen
kepribadian. Organisasi tersebut dalam keadaan berproses, selalu mengalami
perubahan dan perkembangan.
b. Organisasi itu terdiri atas sistem-sistem psychiphysical atau jiwa raga. Ini
menunjukkan bahwa kepribadian itu tidak hanya terdiri atas mental, rohani, jiwa
atau hanya jasmani saja tetapi organisasi itu mencakup semua kegiatan badan dan
mental yang menyatu kedalam kesatuan pribadi yang berbeda dalam individu.
c. Organisasi itu menentukan penyesuaian dirinya, artinya menunjukkan bahwa
kepribadian dibentuk oleh kecenderungan yang berperan secara aktif dalam
menentukan tingkah laku individu yang berhubungan dengan dirinya sendiri dan
lingkungan masyarakat. Kepribadian adalah sesuatu yang terletak di belakang
perbuatan khas yang berbeda dalam individu.
d. Penyesuaian diri dalam hubungan dengan lingkungan itu bersifat unik, khas,
atau khusus, yakni mempunyai ciri-ciri tersendiri dan tidak ada yang
menyamainya. Tiap penyesuaian kepribadian tidak ada dua yang sama dan karena
itu berbeda dengan penyesuaian kepribadian yang lain, walaupun seandainya dua
kepribadian anak kembar berasal dari satu telur. Tiap-tiap penyesuaian terarah
pada diri sendiri, lingkungan masyarakat, ataupun kebudayaan.
Dari definisi diatas diperoleh pengertian sebagai berikut:
a. Bahwa kepribadian adalah organisasi yang dinamis, artinya suatu organisasi
yang terdiri dari sejumlah aspek/unsur yang terus tumbuh dan berkembang
sepanjang hidup manusia.
b. Aspek-aspek tersebut adalah mengenai psiko-fisik (rohani dan jasmani) antara
lain sifat-sifat, kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk-bentuk tubuh, ukuran,
warna kulit dan sebagainya. Semuanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kondisi yang dimiliki seseorang.
c. Semua Aspek kepribadian, baik sifat-sifat maupun kebiasaan, sikap, tingkah
laku, bentuk tubuh, dan sebagainya, merupakan suatu sistem (totalitas) dalam
menentukan cara yang khas dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
lingkungan. Ini mengandung arti bahwa setiap orang memiliki cara yang khas atau
penampilan yang berbeda dalam bertindak atau bereaksi terhadap lingkungannya.
Dengan kata lain dapat dikatakan kepribadian yang mencakup semua aktualisasi
diri (penampilan) yang selalu tampak pada diri seseorang yang merupakan bagian
yang khas atau ciri-ciri dari seseorang. Misalnya ada orang yang memiliki sifat
pemarah tetapi jujur, tekun bekerja, suka menolong, rajin bekerja, senang
berolahraga, suka berpakaian yang sederhana dan sebagainya.
2. Temperamen dan Watak
Temperamen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan Emosi (perasaan),
misalnya pemarah, penyabar, periang, pemurung, introvern, ekstravert dan
sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan (warisan/turunan), sehingga
bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat berubah.
Watak (karakter, tabiat) adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan nilai-nilai,
misalnya jujur, pembohong, rajin, pemalas, pembersih, penjorok dan sebagainya.
Kepribadian mencakup keseluruhan aspek yang terdapat di dalam diri seseorang,
termasuk di dalam temperamen dan watak. Di samping itu, termasuk juga ke
dalam kepribadian semua pola tingkah laku, kebiasaan, sikap kecakapan, serta
semua hal yang selalu muncul dari seseorang. Dengan demikian kepribadian
mengandung arti yang lebih luas dari temperamen dan watak, karena temperamen
dan watak adalah sebagian dari kepribadian.
3. Tipe-tipe Kepribadian
Berdasarkan persamaan aspek kepribadian pada sejumlah orang tertentu, oleh para
ahli membuat pembagian/penggolongan kepribadian manusia bermacam-macam
tipe, seperti berikut:
a. Menurut Galenus, yaitu seorang dokter bangsa Romawi (129 – 199 M)
membagi temperamen manusia menjadi 4 tipe berdasarkan jenis cairan yang
paling berpengaruh pada tubuh manusia yaitu:
1) Cholericus : Empedu kuning (chole) yang paling berpengaruh. Orang ini besar
dan kuat tubuhnya, penarik darah, sukar mengendalikan diri.
2) Sanguinicus: darah (sanguis) yang lebih besar pengaruhnya. Orang ini
wajahnya selalu berseri-seri, periang, dan berjiwa kekanak-kanakan
3) Flegmeticus: lendis (flegma) yang paling berpengaruh. Orang ini
pembawaannya tenang, pemalas, pesimis, dan wajahnya selalu pucat
4) Melancholicus: empedu hitam (melanchole) yang lebih berpengaruh. Orang-
orang dengan tipe ini selalu bersikap murung dan mudah menaruh syak (curiga).
b. Menurut Heymans bahwa memperoleh 7 macam tipe manusia yaitu:
1) Gapasioneerden (orang hebat): orang yang aktif dan emosional serta fungsi
sekundernya kuat.
2) Cholerici (orang garang): orang aktif dan emosional tetapi fungsi sekundernya
lemah
3) Sentimentil (orang perayu): orang yang tidak aktif, emosional dan fungsi
sekundernya kuat.
4) Nerveuzen (orang penggugup): orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya
lemah tetapi emosinya kuat.
5) Flegmaciti (orang tenang): orang yang tak aktif dan fungsi sekundernya kuat.
6) Sanguinici (orang kekanak-kanakan): orang yang tidak aktif, tidak emosional,
tetapi fungsi sekundernya kuat.
7) Amorfrn (orang tak berbentuk): orang-orang yang tidak aktif, tidak emosional
dan fungsi sekundernya lemah.
c. Spranger mengatakan bahwa kuat lemahnya nilai-nilai dalam diri seseorang,
tergantung pada kepribadiannya
R. Spranger membagi watak/kepribadian manusia menjadi 6 tipe, yaitu:
1) Manusia teori Orang-orang ini berpendapat ilmu pengetahuan paling penting,
berada di atas segala-galanya.
2) Manusia Ekonomi, nilai yang paling penting bagi orang ini ialah uang
(ekonomi)
3) Manusia sosial, bagi orang ini, nilai-nilai sosial paling mempengaruhi jiwanya.
4) Manusia politik, nilai yang terpenting bagi orang ini ialah politik
5) Manusia seni, jiwa orang ini selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai kesenian
6) Manusia saleh Orang ini pecinta nilai-nilai agama.
4. Aspek-aspek Kepribadian
Tingkah laku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi yaitu:
a) Aspek kognitif (pengenalan) yaitu pemikiran, ingatan hayalan, daya bayang,
inisiatif, kreativitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi aspek kognitif adalah
menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
b) Aspek afektif yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam
perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan,
kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psi-
motorik (kecenderungan atau niat tidak) yang tidak dapat dipisahkan dengan
aspek afektif.
c) Aspek motorik yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti
perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.
Dari beberapa penjelasan tentang pengertian perkembangan dan kepribadian di
atas, dapatlah dikatakan bahwa perkembangan kepribadian itu adalah terjadinya
perubahan organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang
menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya kearah lebih
maju atau lebih dewasa
Purwanto, Ngalim (2006). mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian itu dibagi dalam 3 faktor yaitu :
- Faktor biologis
- Faktor sosial
- Faktor kebudayaan

C. Faktor Biologis
Faktor biologis yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau sering kali
disebut faktor fisiologi. Dewasa ini ada kedua psikologi Sosial (dengan huruf S
besar).. Ini menunjukkan dua pendekatan dalam psikologi , sosial: ada yang
menekankan faktor-faktor psikologis dan ada yang menekankan faktor-faktor
sosial; atau dengan istilah lain: faktor-faktor yang timbul dari dalam diri individu
(faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar diri
individu (faktor environmental). Manakah di antara dua pendapat ini yang benar
dengan menggunakan istilah Edward E. Sampson (1976) antara perspektif yang
berpusat pada personal (person-centered perspective) dengan perspektif yang
berpusat pada situasi (situation-centered perspective). Seperti juga konsepsi
tentang manusia, yang benar tampaknya interaksi di antara keduanya. Karena itu,
kita akan membahasnya satu per satu, dimulai dengan perspektif yang berpusat
pada personal.
Perspektif yang berpusat pada personal mempertanyakan factor-faktor internal
apakah, baik berupa sikap, instink, motif, kepribadian, sistem, kognitif yang
menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar ada dua faktor: faktor biologis
dan faktor sosiopsikologis.
Faktor Biologis Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan
hewan yang lainnya. Ia lapar kalau tidak makan selama dua puluh jam, kucing pun
demikian. Ia memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, begitu pula
monyet ia melarikan diri kalau melihat musuh yang menakutkan. Faktor biologis
terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor
sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat
diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis
yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya pengaruh warisan
biologis ini sampai muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan
manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya.
Aliran ini menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologi (Wilson, 1975).
Ada beberapa peneliti yang menunjukkan pengaruh motif biologis terhadap
perilaku manunusia. Tahun 1950 Keys dan rekan-rekannya menyelidiki pengaruh
rasa lapar, Selama 6 bulan, 32 subjek bersedia menjalani eksperimen setengah
lapar. Selama eksperimen terjadi perubahan kepribadian yang dramatis. Mereka
menjadi mudah tersinggung, sukar bergaul, dan tidak bisa konsentrasi. Pada akhir
minggu ke-25, makanan mendominasi pikiran, percakapan, dan mimpi. Laki-laki
lebih senang menempelkan gambar coklat dari pada gambar wanita cantik.
Kekurangan tidur juga telah dibuktikan rneningkatkan sifat mudah tersinggung
dan tugas-tugas yang kompleks atau memecahkan persoalan. Kebutuhan.akan rasa
aman, menghindari rasa sakit, dapat menghambat kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Walaupun demikian, Manusia bukan sekadar makhluk biologis. Kalau sekadar
makhluk bialogis, ia tidak berbeda dengan binatang yang lain.
Kura-kura Galapagos yang hidup sejak sekian ribu tahun yang lalu bertingkah
laku yang sama sekarang ini. Tetapi, perilaku orang Jawa di zaman
Diponegoro.sudah jauh berbeda dengan perilaku mereka di zaman Suharto.
Menurut Marvin Harris, antropolog terkenal dari University of Florida, agak sukar
kita menjelaskan perubahan kultural ini pada sebab-sebab biologis (Rensberger,
Dialogue, 1/1984:38). Ini hanya dapat dijelaskan dengan melihat komponen-
komponen lain dari manusia, yakni faktor-faktor sosiopsikologis.

D. Faktor Sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial ialah masyarakat; yakni manusia-manusia
lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Faktor-
faktor Sosiopsikologis adalah proses sosial dimana ia memperoleh beberapa
karakteristik yang mempengarahi perilakunya, hal ini dapat kita
mengklasifikasinya ke dalam tiga kamponen yaitu komponen afektif, komponen
kognitif, dan kornponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional
dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang
berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek
volisional, ymg berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Motif Sosiogenesis yaitu sering juga disebut motif sekufider sebagai lawan motif
primer (motif biologis), sebetulnya bukan motif anak bawang. Tetapi peranannya
dalam membentuk perilaku sosial sangat menentukan. Berbagai klasifikasi motif
sosiogenesis disajikan berikut ini:.
W . I. Thomas dan Florian Znaniecki menguraikan motif sosiogenesis adalah :
l. Keinginan memperoleh pengalaman baru;
2. Keinginan untuk mendapat respons;
3. Keinginan akan pengakuati;
4. Keinginan akan rasa amab:
David McCleiland mengemukakan bahwa motif sosiogenesis adalah:
l. Kebutuhan berprestasi (need for achieveinent)
2. Kebutuhan akan kasih sayang (need for afflliation)
3. Kebutuhan berkuasa (need for power)
Abraham Maslow berpendapat bahwa motif sosiogenesis adalah:
1. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs);
2. Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and love needs);
3. Kebutuhan akan Fengbortik(esteent needs)
4. Kebutuhan untuk pemenuban diri (Self actualization)
Melvin H. Marx berpendapat bahwa motif sosiogenesis adalah:
1. Kebutuhan organismis
-motif ingin tahu
- motif kompetensi
- motif prestasi
2. Motif-motif sosial
- motif kasih saying
- motif kekuasaan
- motif kebebasan
Secara singkat, motif-motif sosiogenesis dapat disebutkan sebagai berikut,
1). Motif ingin tahu, mengerti, menata dan menduga. Setiap orang berusaha
mengerti (memahami) arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka rujukan
(frame of freference) untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan
yang sesui.
2). Motif kompetensi, setiap orang ingin membuktikan bahwaia mampu mengatasi
persoalan apapun. Perasaan mampu amat bergantung pada perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional.
3). Motif cinta Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial bagi
pertumbuhan kepribadian. Orang ingin diterima di dalam kelompoknya sebagai
anggota sukarela dan bukan yang sukar rela.
4) Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari indentitas. Erat kaitannya
dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih
sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin
kehadiran kita bukan saja dianggap bilangan, tetapi juga diperhitungkan. Karena
itu, bersamaan dengan kebutuhan akan harga diri, orang mencari identitas dirinya.
Hilangnya identitas diri akan menimbulkan perilaku yang patologis (penyakit):
impulsif, gelisah, mudah terpengaruh, dan sebagainya.
5) Kebutuhan akan nilai, dambaan dan makna kehidupan. Dalam menghadapi
gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam
mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupannya. Termasuk ke
dalam motif ini ialah motifmotif keagamaan. Bila manusia kehilangan nilai, tidak
tahu apa tujuan hidup sebenarnya, ia tidak memiliki kepastian untuk bertindak.
Dengan demikian, ia akan lekas putus asa dan kehilangan pegangan.
6) Kebutuhan akan pemenuhan diri. Kita bukan saja ingin mempertahankan
kehidupan, kita juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan kita; ingin memenuhi
potensi-potensi kita. Dengan ucapan Maslow sendiri. What a man can be, he must
Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan melalui berbagai bentuk: (1)
mengembangkan dan menggunakan potensi-potensi kita dengan cara yang kreatif
konstruktif, misalnya dengan seni, musik, sains, atau hal-hal yang mendorong
ungkapan diri yang kreatif; (2) memperkaya kualitas. kehidupan dengan
memperluas rentangan dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan
jalan darmawisata; (3) membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan
orang-orang lain di sekitar kita; (4) berusaha manusia , menjadi persona yang kita
dambakan (Coleman, 1976:105).
Sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang paling
banyak didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif
sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar (Sherif dan Sherif, 1956:489):
Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum
memberikan respons (Allport, 1924).
Dari berbagai definisi kita dapat menyimpulkan beberapa hal. Pertama, sikap
adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau
kelompok. Jadi, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri.
Sikap haruslah diikuti oleh kata terhadap, atau pada objek sikap. Bila ada orang
yang berkata, Sikap saya positif kita harus mempertanyakan.Sikap terhadap apa
atau siapa?
Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekadar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharap–kan, dan diinginkan;
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif
dan Sherif, 1956:489). Bila sikap saya positif terhadap ilmu, saya akan setuju
pada proyek-proyek pengembangan ilmu, berharap agar orang menghargai ilmu,
dan menghindari orang-orang yang meremehkan ilmu. Ketiga, sikap relatif lebih
menetap. Berbagai studi menunjukkan bahwa sikap politik kelompok cenderung
dipertahankan dan jarang merigalami perubahan. Keempat, sikap mengandung
aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak
menyenangkan, sehingga Bern memberikan definisi sederhana: Attitudes are likes
and dislikes (1970:14). Kelima, sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak
lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau
diubah. Beberapa orang sarjana menganggap sikap terdiri dari komponen kognitif,
afektif, dan behavioral.
Emosi
Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala
kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis. Bila orang yang anda cintai
mencemoohkan anda, anda akan bereaksi secara emosional karena anda
mengetahui makna cemoohan itu (kesadaran). Jantung Anda akan berdetak lebih
cepat, kulit memberikan respons dengan mengeluarkan keringat, dan aapas
terengah-engah (proses fisiologis). Anda mungkin membalas cemoohan itu
dengan kata-kata keras atau ketupat bangkahulu (keperilakuan).
Sejak dilahirkan, anak telah bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Pertama -
tama dengan keluarganya - terutama ibu dan ayah - kemudian dengan anggota
keluarga lainnya, seperti kakak, adik, dan pembantu rumah tangga. Dalam
perkembangan anak pada masa bayi dan kanak-kanak, peranan keluarga, terutama
ibu dan ayah, sangat penting dan manentukan bagi pembentukan kepribadian anak
selanjutnya. Demikian pula traidsi, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang
berlaku dalam keluarga itu.
Keadaan dan suasana keluarga yang berlain-lainan, memberikan pengaruh yang
bermacam-macam pula terhadap perkembangan pribadi anak. Keluarga yang
besar ( Banyak anggota keluarganya ) berlainan pengaruhnya dari pada keluarga
yang kecil. Keluarga yang lebih berpendidikan lain pula pengaruhnya dengan
keluarga yang kurang berpendidikan. Demikian pula halnya dengan keluarga yang
kaya dan keluarga yang miskin.
Yang dimaksud dengan suasana keluarga, ialah bagaimana interrelasi antara
anggota-anggota keluarga. Ada keluarga yang selalu diliputi ketentraman dan
kemesraan; ada pula keluarga yang selalu diliputi suasana permusuhan,
perselihan-perselihan dan kericuhan, sehingga tidak ada keharmonisan. Suasana
keluarga seperti itu dipengaruhi puls oleh utuh tidaknya keluarga itu. Keluarga
yang masih utuh, masih lengkap adanya ayah dan ibu, lain suasananya dengan
keluarga yang ridak utuh. Ketidak utuhan keluarga ada bermacam-macam pula;
ayah sudah meninggal, atau ibu sudah meninggal, keluarga dengan seorang ibu
tiri atau ayah tiri, dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah
sangat mendalam dan menentukan perkembangn pribadi anak selanjutnya. Hal ini
disebab karena :
1. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tama
2. Pengaruh yang diterima anak itu masih terbatas jumlah dari luasnya
3. Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus menerus siang dan
malam
4. Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta bersifat intim dan
bernada emosional.
Makin banyak anggota keluarga ,makin kompleks pula sifat interaksi personal
yang diterima anak sebagai anggota keluarga.
E. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing
anak/orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu
dibesarkan. Seorang anak Indonesia misalnya, jika sejak kecil dibawa ke London
dan dibesarkan serta dipelihara oleh orang Inggris dengan kebudayaan Inggris,
jangan diharap bahwa keperibadian anak itu akan sama atau mirip dengan
kepribadian orang-orang Indonesia lainya. Pengaruh kebudayaan terhadap
kepribadian sangat erat pengaruhnya, kepribadiaan seseorang tidak dapat diukur
atau dinilai, tanpa menyelidiki latar belakang kebudayannya.
Beberapa aspek kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian, Yaitu:
1. Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh
manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Mentaati dan mematuhi
nilai-nilai hidup di dalam kebudayaan itu menjadi idaman dan kewajiban bagi
setiap anggota masyarakat kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota
suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
Nilai-nilai hidup yang berlaku dalam masyarakat sangat erat hubungannya dengan
kepercayaan, agama, adat istiadat, kebiasaan dan tradisi yang dianut oleh
masyarakat itu. Disamping itu, lingkungan masyarakat itu sendiri seperti
masyarakat desa, masyarakat kota, kota besar, pulau-pulau terpencil, dan
sebagainya, tidak dapat kita abaikan.
2. Adat dan Tradisi
Di setiap daerah terdapat adat dan tradisi yang berlainan. Dalam hal perkawinan,
bagaimana hubungan bujang dan gadis di waktu remaja, bagaimana cara-cara
melamar, cara menentukan/memilih hari pernikahan, upacara-upacara pesta
mempertemukan pengantin dan sebagianya; hampir setiap daerah mempunyai ciri-
ciri khas masing-masing. Demikian juga dalam hal upacara-upacara adat dan
kepercayaan lainnya. Seperti kita ketahui, adat Minangkabau berlainan dengan
adat Batak, meskipun letak daerahnya tidak begitu berjauhan. Tradisi hidup di
Jawa Tengah tidak sama dengan tradisi yang berlaku di Aceh misalnya. Adat dan
tradisi yang berlaku di suatu daerah, disamping menentukan nilai-nilai yang harus
ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan
bertingkah laku manusia-manusianya.
3. Pengetahuan dan Ketrampilan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan
tindakannya. Tiap orang memiliki pengetahuan yang barlain-lainan, dari
pengetahuan yang sangat elementer sampai kepada yang tinggi dan luas. Juga
jenis pengetahuan yang dimilikinya berlainan pula. yang seorang ahli dalam
ekonomi, yang lain ahli dalam ilmu kedokteran, yang lian lagi mahir dalam ilmu
pertanian, dan sebagainya.
Demikian pula kecakapan dan ketrampilan seseorang membuat atau mengerjakan
sesuatu adalah merupakan bagian dari kebudayaan. Ada orang yang pandai dalam
membuat hasil-hasil pekerjaan tangan tertentu, ada yang pandai berpidato, cakap
mengendarai kuda , pandai membuat kapal terbang, pandai mengajar dan
sebagainya. Tinggi rendahnya pengetahuan dan ketrampilan seseorang atau suatu
masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu.
Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup
dan cara-cara kehidupan manusia-manusianya.
4. Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa
merupakan juga salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu
kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang
memiliki bahasa itu. Pertama, kita mengetahui bahwa bahasa itu merupakan alat
komunikasi antara individu yang sangat penting. Kedua, bahasa adalah alat
berpikir bagi manuasia. Dengan demikian maka jelas, bagaimana sikap dan cara-
cara kita bertindak dan bereaksi terhadap orang-orang lain, bagaimana pergaulan
kita dengan mareka, pendeknya bagaimana cara-cara kita hidup
bermasyarakat,sebagian besar dipengaruhi oleh bahasa yang kita miliki dan oleh
bahasa yang berlaku dalam masyarakat itu.
Kata-kata seperti. “Bahasa mencerminkan kepribadian bangsa””, adalah banyak
mengandung kebenaran yang dapat kita terima. Disetiap daerah di dunia ini,
bahasa berkembang sejajar dengan perkembangan kebudayaan masyarakatnya.
Demikianlah bahasa merupakan fakror kebudayaan yang sangat penting, dan turut
mempengaruhi dan bahkan menentukan kepribadian seseorang
5. Milik kebendaaan (material possessions)
Milik yang berupa benda-benda yang dipunyai serta dipergunakan oleh manusia,
termasuk juga ke dalam kebudayaan “When we speakl of cultural, we refer to the
principal ways of behaving, the values, and the material possessions of a people.”
Demikian dikatakan oleh Sartain.
Demikian juga alat-alat transportasi (dari gerobak sampai kepada kapal terbang),
alat alat komunikasi (dari alat yang sederhana sampai kepada telepon,radio dan
televisi, Hand Phone), dan macam-macam produksi dari hasil kerja tangan sampai
kepada hasil-hasil pabrik dengan mesin-mesin modern, semua termasuk kedalam
pengertian kebudayaan. Milik kebendaan lain yang termasuk juga kedalam
kebudayaan ialah milik yang berupa/berbentuk kekayaan dan kemakmuran.
Makin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa makin maju dan modern pula
alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat
mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan.
Semua para ahli mengakui bahwa perkembangan itu adalah suatu perubahan yaitu
perubahan kearah yang lebih maju, lebih dewasa dan Kepribadian adalah
organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan
penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Maka pengertian
perkembangan kepribadian adalah terjadinya perubahan organisasi sistem jiwa
raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang
unik terhadap lingkungannya kearah lebih maju atau lebih dewasa
Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian ada 3 faktor ;
Pertama, faktor Biologis yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau
sering kali disebut asfek fisiologi, seperti; Ia lapar kalau tidak makan selama dua
puluh jam, perubahan besar, berat, tinggi, dan lain-lain yang berhubungan dengan
biologis/fisiologi. Kedua, faktor sosial yaitu masyarakat; yakni manusia-manusia
lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Ketiga,
faktor budaya yaitu termasuk di dalamnya tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-
peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu yang
mempengaruhinya.

Anda mungkin juga menyukai