PENDAHULUAN
1
akan mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi memberikan pelayanan,
dimana akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.
Kepribadian perawat sebagai pelanggan internal (pelaku pelayanan)
mempunyai pengaruh terhadap pola perilakunya terutama dalam memberikan
pelayanan kepada pasien agar memuaskan. Karena perawat senantiasa dua puluh
empat jam bersama pasien maka sikap dan perilaku perawat berpengaruh terhadap
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apa pengertian dari perilaku dan kepribadian ?
2. Apa perbedaan kepribadian dengan watak dan tabiat ?
3. Bagaimana kepribadian berdasarkan pendekatan biologi ?
4. Bagaimana kepribadian berdasarkan pendekatan psikoanalisis menurut Freud,
Jung, Sullivan, dan Erikson ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku dan kepribadian.
2. Untuk mengetahui perbedaan kepribadian dengan watak dan tabiat.
3. Untuk mengetahui kepribadian berdasarkan pendekatan biologi
4. Untuk mengetahui kepribadian berdasarkan pendekatan psikoanalisis menurut
Freud, Jung, Sullivan, dan Erikson.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini yaitu:
2
BAB II
ISI
3
b. Yinger, berpendapat bahwa kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari
seorang individu dengan sisitem kecenderungan tertentu yang berinteraksi
dengan serangkaian situasi.
c. Koentjaraningrat : berpendapat bahwa kepribadian adalah ciri-ciri watak yang
di perlihatkan secara konsisten dan konsekuen sehingga seorang individu
memiliki suatu identitas yang khas dan berbeda dari individu lain.
d. Robet Sothirland : mengenggap bahwa keprbadian merupakan abstark
individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan
kebudayaan dengan demikian kepribadian di gambarkan sebagai hubungan
saling mempengaruhi antara tiga aspek tersebut.
e. Roucek dan warren, menjelaskan bahwa kepribadian adalah organisai faktor-
faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.
4
Salah satu pengertian kepribadian adalah “bagaimana individu tampil dan
menimbulkan kesan bagi individu lain” atau “suatu organisasi yang dinamis
dan sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran
individu secara khas sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya” (Allport, 2000). Ada pengertian populer yang menyebutkan
kepribadian adalah kualitas seseorang yang menyebabkan ia disenangi atau
disegani oleh orang lain.
b. Watak (Karakter)
Watak adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang
menggerakkan kemauan sehingga orang tersebut bertindak. Jadi,
dimaksudkan bahwa kepribadian seseorang menunjukkan tindakan akibat
kemauan yang teguh dan kukuh maka ia dinamakan seseorang yang berwatak
atau sebaliknya. Menurut Sumadi (2011), watak adalah keseluruhan atau
totalitas kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara emosional dan volisional
seseorang yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam
(dasar, keturunan, dan faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar
(pendidikan dan pengalaman, serta faktor-faktor eksogen). Kata watak
dipergunakan apabila orang bermaksud mengenakan norma-norma pada
orang yang sedang dibicarakan misalnya ungkapan: “ia orang yang pandai,
tetapi sayang tidak berwatak dan ia orang terdidik tapi tak punya watak”.
c. Tabiat (temperamen)
Tabiat adalah kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badania.
Secara singkat dapat di katakan bahwa tabiat adalah konstitusi
kejiwaan.Menurut Allprot tabiat adalah “gejala karakteristik dari sifat emosi
individu, termasuk mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan dan
kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan
intensitas suasana hati, serta bergantung pada faktor, konstitusional, yng
karenanya terutam berasal dari keturunan”. Jadi ,tabiat sifatnya turun
menurun dan tidak dapat di ubah oleh pengaruh-pengruh dari luar.
5
Perspektif/pendekatan biologis yaitu sebuah pendekatan psikologi yang
menekankan pada berbagai peristiwa yang berlangsung dalam tubuh
mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran seseorang. Perspektif Biologis
memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang psikologi yang nenekankan
pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan kesamaan di antara
manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi praktek-praktek sosial, dan area-
area lain dari perilaku. Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku
genomik yang mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku
(Sunaryo, 2004).
Pendekatan biologis berpendapat bahwa perilaku sebagian diwariskan dan
memiliki fungsi (atau evolusi) adaptif. Dalam pendekatan biologis menjelaskan
bahwa setiap perilaku seseorang mendapatkan pengaruh biologis. Seperti halnya
pengaruh hormonal dalam tubuh dan sistem syaraf dipandang memiliki pengaruh
signifikan terhadap perilaku seseorang. Dimana dalam ilmu psikologi itu adalah
ilmu yang mempelajari tentang perilaku-perilaku manusia. Contohnya, tindakan
agresi atau kekerasan yang dilakukan seseorang itu karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor biologis (Sunaryo, 2004).
Psikolog biologi menjelaskan perilaku dalam hal neurologis, yaitu fisiologi
dan struktur otak dan bagaimana ini mempengaruhi perilaku. Banyak psikolog
biologis telah berkonsentrasi pada perilaku abnormal dan telah mencoba untuk
menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi percaya bahwa skizofrenia
dipengaruhi oleh tingkat dopamine (neurotransmitter) (Sunaryo, 2004).
6
sejak lahir (unsur-unsur biologis), termasuk instink-instink. Das Es
merupakan “reservoir” energi psikis yang menggerakkan Das Ich dan Das
Uber Ich. Energi psikis di dalam Das Es itu dapat meningkat oleh perangsang,
baik perangsang dari luar maupun dari dalam. Apabila energi itu meningkat,
maka akan menimbulkan tegangan, dan ini menimbulkan pengalaman tidak
enak yang oleh Das Es tidak dapat dibiarkan, karena itu apabila energi
meningkat yang berarti ada tegangan, segeralah Das Es mendiskusikan energi
itu untuk menghilangkan rasa tidak enak itu.
2) Das Ich (the ego), yaitu aspek psychologis. Das Ich atau dalam bahasa Inggris
the ego merupakan kepribadianyang timbul karenakebutuhan organisme
untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realitas). Di dalam
fungsinya, Das Ich berpegang pada “prinsip kenyataan” atau “prinsip realita”
dan bereaksi dengan proses sekunder. Das Ich dapat pu;la dipandang sebagai
aspek eksekutip dari pada kepribadian, oleh karena itu Das Ich mengontol
jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara
untuk memenuhinya, serta memilih objek yang dapat memenuhi kebutuhan.
3) Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis. Das Ueber Ich adalah
aspek sosiologis dari kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai
tradisionals serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua
kepada anak-anaknya, yang dimasukkan dengan berbagai perintah dan
larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan kesempurnaan daripada
kesenangan, karena itu Ueber Ich dapat pula dianggap sebaga aspek moral
daripada kepribadian. Fungsi pokoknya adalah unyuk menentukan apakah
benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian
pribadi dapat bertindak sebagai moral masyarakat.
Freud berpendapat bahwa anak samaoi umur 5 tahun melewati fase yang
terdeferensiansikan secara dinamis,kemudian sampai umur 12 tahun atau 13 tahun
mengalami fase latent, yaitu dinamika menjadi lebih stabil bagi Freud masa
sampai umur 20 tahun adalah masa yang menentukan kepribadian. Tiap fase (dari
7
lahir samapi kira-kira umur 5 tahun) ditentuka atas dasar cara-cara reaksibagian
tubuh tertentu. Adapun fase-fase tersebut ialah :
a) Fase Oral
Terjadi sekitar usia 0 bulan-2 tahun
Berpusat kepada pemuasan id di daerah oral
Tugas perkembangan fase oral adalah memperoleh rasa percaya, yaitu
percaya kepada orang lain , dunia, dan diri sendiri. Apabila anak tidak
mendapatkannya maka akan terjadi gangguan pada tahap perkembangan
berikutnya yaitu permasalahan dalam berhubungan dengan orang lain-
gangguan interpersonal. Contoh: mengunyah permen karet (agresif), merokok,
makan yang berlebihan (pasif)
b) Fase Anal
Usia 1 sampai dengan 3 tahun
Toilet training, pengalaman pertama dalam disiplin
Tugas perkembangan memperoleh kemandirian, kekuatan dan otonomi
Sikap orang tua sangat dalam fase ini sangat berpengaruh kepada
pembentukan keperibadian. Contoh: sangat rapi dan teratur(terlalu bagus)
ceroboh, sembrono (gagal)
c) Fase Falik
Usia 3-6 tahun
Aktivitas seksual dimulai dan menjadi intens. E.g. masturbasi
Periode perkembangan nurani. Jika orangtua menanamkan nilai moral
yang berlebihan dapat menyebabkan pengendalian superego yang
berlebihan anak-anak perlu menerima perasaan-perasaan seksualnya sebagai
hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya secara sehat. Gagal dalam
fase ini dapat menyebabkan perasaan-perasaan yang membingungkan
sehubungan dengan identitas peranan seksualnya. Contoh : Oedipus complex,
electra complex
d) Fase Laten
Usia 6-12 tahun
8
Energi seksual menurun/ tidak begitu dominan digantikan dengan
ketertarikan pada keinginan untuk bersosialisasi
Ditandai dengan tumbuhnya minat untuk mengeksplorasi hobi dan
kegiatan baru
Berhasil pada fase ini akan berdampak pada perasaan mampu dan inisiatif
Gagal dalam fase ini berdampak pada rendahnya rasa percaya diri
e) Fase Genital
Dimulai usia 12-60 sampai seterusnya
Tiap fase dibangun berdasarkan fase sebelumnya
Fase ini seseorang harus bisa indpendent dari orang tuanya
Fase ini seseorang harus bisa menghadapi dan menyelesaikan konflik
psikoseksual dari masa lalunya.
Fase ini berpusat pada genital, yang sifatnya konsensual dan dewasa,
bukan yang kekanak-kanakan. Jadi ada pergeseran dari cara
mengekspresikannya tidak lagi berbentuk insting tetapi lebih bersifat
simbolis dan intelektual.contoh: hubungan cinta, keluarga. Contoh :
impoten, ketidakpuasan dengan hubugan yang ada.
9
perasaan-perasaan yang bukan merupakan bagian dari kesadaran saat ini,
akan tetapi sesungguhnya masih tetap dapat diakses. Ketidaksadaran personal
ini berisi pemikiran-pemikiran dan dorongan-dorongan yang tidak penting
pada masa kini, seperti halnya pemikiran dan dorongan yang ditekan secara
aktif karena sifatnya yang mengancam ego.
Jung juga memandang ketidaksadaran personal mencakup materi masa lalu
(retrospektif) dan masa depan (prospektif). Pemikiran ini berkembang dari
observasi Jung terhadap para pasiennya yang mengalami mimpi yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan masa
depan. Hal ini bukan berarti bahwa mereka “melihat” masa depan, namun
lebih bahwa mereka merasakan hal-hal yang mungkin akan terjadi. Pada
akhirnya, Jung percaya bahwa ketidaksadaraan personal ada untuk
mengimbangi ide-ide dan sikap-sikap sadar, yaitu jika pandangan sadar
seseorang hanya melihat satu sisi, ketidaksadaran personal mungkin akan
melihat sudut pandang yang sebaliknya melalui mimpi atau cara lain, sebagai
usaha untuk mengembalikan keseimbangan yang dimaksud.
3. Ketidaksadaran Kolektif.
Komponen ketiga dari psikis, oleh Jung disebut sebagai ketidaksadaran
kolektif (collective unconscious). Mungkin yang paling controversial adalah
fakta bahwa ketidaksadaran kolektif ini melibatkan tingkat yang lebih dalam
dari ketidaksadaran dan dibentuk oleh symbol emosional yang sangat kuat
yang disebut sebagai arketipe (archetype). Gambaran ini sudah dikenal oleh
banyak orang dan telah terbentuk sejak awal mula kehidupan. Arketipe-
arketipe ini berasal dari reaksi-reaksi emosional nenek moyang kita terhadap
peristiwa-peristiwa yang terus menerus berulang, seperti terbit dan
tenggelamnya matahari, perubahan musim, dan hubungan interpersonal yang
terus menerus muncul seperti hubungan ibu dan anak. Adanya arkatipe atau
pola-pola emosi tertentu mempengaruhi kita untuk berperilaku danlam cara
yang terprediksi terhadap stimulus yang umum. Jung mendeskripsikan
banyak arketipe yang berbeda-beda, seperti arketipe pahlawan, orang tua
yang bijak, yang seccara jelas muncul dalam film-film seperti Star Wars.
10
c. Erik Erikson
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan dari teori
psiko analisis dari Freud. Di dalam toeri psikososial disebutkan bahwa
tahapperkembangan individu selama siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh
sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis. Inti teori Erikson, yaitu :
1. Perkembangan emosional sejajar dengan peryumbuhan fisik.
2. Adanya interaksi anatara pertumbuhan fisik dan perkembanga psikologis.
3. Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikologis.
4. Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial
akan menyatu.
5. Setiap anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
6. Perkembangan manusia dari lahir hingga akhir hayat dibagi menjadi 8 fase,
dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
11
Salah satu peristiwa dramatik dalam masa kanak-kanak adalah transformasi
jahat, yakni perasaan bahwa orang hidup diantara msuh-musuh. Transformas
jahat merusakkan hubungan antar pribadi anak dan menyebabkan anak
mengisolasikan diri.
3. Masa Juvenile (Pueral)
Tahap Juvenile berlangsung sepenjang sebagian besar tn-tahun sekolah dasar.
Inilah masa untuk belajar menjadi sosial, mempenduk pada troleh
pengalaman-pengalaman tunduk pada tokoh autoritas diluar keluarga,
bersaing dan bekerjasama, mempelajari arti mengasingkan diri dari
pergaulan, penghinaan, dan perasaan kelompok.
4. Masa Pra-adolesen
Masa pra-adolesen yang relatif singkat ditandai oleh kebutuhan akan hubugan
yang akrab dengan kawan sejenis, sahabat yang dapat dipercaya, dan dapat
dipercaya dalam melaksanakan tugas-tugas dan memecahkan masalah-
masalah hidup. Inilah masa yang sanagt penting, karena masa ini menadakan
permulaan hubungan manusiawi sejati dengan orang lain. Paa masa ini, ana
mulai membangun hubungan dengan kawan sebayanya diamama terdapat
persamaan, kerjasama, tindakan timbal balik diantara anggota lainnya.
5. Masa Adolesen Awal
Tantangan utama masa adolesen awal adalah mengembangkan pola aktivitas
heteroseksual. Perubahan fisiologis pada pubertas dialami oleh remaja
sebagai perasaan birahi, dari perasaan ini timbulah dinamisme birahi dan
mulai menampak dalam kepribadian.
6. Masa Adolesen Akhir
Masa adolesen akhir dimulai ketika anak-anak muda sanggup merasakan
nafsudan keintiman terhada satu orang yang sama, dan ini berakhir pda masa
dewasa saat mereka sanggu membangun sebuah cinta yang abadi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah Perawat adalah suatu profesi yang mulia,
karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang
sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan
sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang
dihadapi oleh pasien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik.
Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang
lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku peduli atau kasih sayang.
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh
pasien, dan mempunyai perilaku yang peduli terhadap pasien.
13
DAFTAR PUSTAKA
14