Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi.
Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna
memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran
ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Watak digunakan untuk memberikan penafsiran kepada benda-
benda maupun manusia. Secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian
(personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau
tabiat seseorang, yang mencakup pola - pola pemikiran dan perasaan, konsep diri,
dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum (Calvin 2003).
Dari situ lah timbul yang namanya  pengetahuan, Pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis dengan
memperhitungkan sebab akibat dan dapat untuk menerangkan gejala – gejala
tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang
sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Seiring dengan perkembangan
zaman dan berkembangnya rasa keingintahuan dalam memahami manusia. Salah
satu teori yang dijadikan pembelajaran dalam memahami kepribadian dan watak
manusia (Sujanto, 2005).
Salah satu profesi yang berperan penting dalam penyelenggaraan menjaga
mutu pelayanan kesehatan adalah keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah
gabungan dari ilmu kesehatan dan seni merawat (care), suatu gabungan
humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik,
komunikasi, dan ilmu sosial. Oleh karena itu penting sekali dikembangkan
berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan diberbagai
aspek. Salah satu aspek yang coba dikaji disini adalah perilaku perawat terhadap
pasien. Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit tentunya
mempunyai kualitas kepribadian berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik internal maupun eksternal. Perbedaan kualitas kepribadian perawat

1
akan mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi memberikan pelayanan,
dimana akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.
Kepribadian perawat sebagai pelanggan internal (pelaku pelayanan)
mempunyai pengaruh terhadap pola perilakunya terutama dalam memberikan
pelayanan kepada pasien agar memuaskan. Karena perawat senantiasa dua puluh
empat jam bersama pasien maka sikap dan perilaku perawat berpengaruh terhadap
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apa pengertian dari perilaku dan kepribadian ?
2. Apa perbedaan kepribadian dengan watak dan tabiat ?
3. Bagaimana kepribadian berdasarkan pendekatan biologi ?
4. Bagaimana kepribadian berdasarkan pendekatan psikoanalisis menurut Freud,
Jung, Sullivan, dan Erikson ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku dan kepribadian.
2. Untuk mengetahui perbedaan kepribadian dengan watak dan tabiat.
3. Untuk mengetahui kepribadian berdasarkan pendekatan biologi
4. Untuk mengetahui kepribadian berdasarkan pendekatan psikoanalisis menurut
Freud, Jung, Sullivan, dan Erikson.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini yaitu:

1. Memberikan wawasan yang spesifik untuk mahasiswa mengenai konsep dan


teori kepribadian.
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan pengertian kepribadian berdasarkan
pendekatan biologi dan psikoanalisis.

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Perilaku


Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri, secara operasioanal
perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap
rangsangan dari luar subyek tersebut (Calvin 2003). Ensiklopedia Amerika,
perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkunganny.
Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan
menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Tawsend, 2009).
Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati
dan bahkan dapat dipelajari. Umum, perilaku manusia pada hakikatnya adalah
proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manivestasi hayati bahwa
dia adalah makhluk hidup (Calvin 2003).
Jadi, periaku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang di miliknya
sebagai perpaduan antara faktor genetik dan lingkungan.perilaku individu tidak
ada yang sama karena adanya perbedaan kepribadian yang di miliki individu,
yang di pengaruhi oleh aspek kehidupan, seperti pengalaman, usia, watak, tabiat,
sistem norma, nilai, dan kepercayaan yang di anutnya (Sujanto, 2005).     

2.2 Pengertian Kepribadian


Konsep kepribadian merupakan konsep yang luas, tetapi secara sederhana
istilah kepribadian mencakup karakteristik parilaku individu. Setiap individu
memiliki kepribadian yang unik yang dapat di bedakan dengan individu lain.
Berikut ini adalah beberapa pengertian kepribadian menurut para ahli (Tawsend,
2009) :
a. Theodore R. Newcomb menjelaskan bahwa keperibadian adalah organisasi
sikap-sikap yang di miliki seseorang sebagai latar belakang sebagai perilaku.

3
b. Yinger, berpendapat bahwa kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari
seorang individu dengan sisitem kecenderungan tertentu yang berinteraksi
dengan serangkaian situasi.
c. Koentjaraningrat : berpendapat bahwa kepribadian adalah ciri-ciri watak yang
di perlihatkan secara konsisten dan konsekuen sehingga seorang individu
memiliki suatu identitas yang khas dan berbeda dari individu lain.
d. Robet Sothirland : mengenggap bahwa keprbadian merupakan abstark
individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan
kebudayaan dengan demikian kepribadian di gambarkan sebagai hubungan
saling mempengaruhi antara tiga aspek tersebut.
e. Roucek dan warren, menjelaskan bahwa kepribadian adalah organisai faktor-
faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.

Kesimpulan dari berbagai devinisi tersebut dapat di katakan bahwa


kepribadia sesungguhnya merupakan integrasi dari kecenderungan seseorang
untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan berprilaku sosial tertentu. Dengan
demikian, kepribadian memberi watak yang khas bagi individu dalam kehidupan
sehari-hari. Kepribadian bukanlah preilaku namun kepribadianlah yang
membentuk prilaku manusia, sehingga dapat di lihat dari cara berfikir, berbicar,
atau berprilaku. Kepribadian  lebih berada dalam psikis (jiwa) seseorang yang di
perlihatkan dalam perilaku. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sikap
sesorang yang khas dan berkembang apabila berhubungan dengan orang lain
(Keliat, 2001).

2.3 Perbedaan Kepribadian dengan Watak dan Tabiat


Kepribadian, watak, dan tabiat mengandung pengertian yang sering tumpang
tindih dan sering tertukar, oleh karena itu perlu diberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai pengertian dari kepribadian, watak, dan tabiat. Berikut adalah
penjelasaannya (Keliat, 2001):
a. Kepribadian (Personalitas)

4
Salah satu pengertian kepribadian adalah “bagaimana individu tampil dan
menimbulkan kesan bagi individu lain” atau “suatu organisasi yang dinamis
dan sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran
individu secara khas sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya” (Allport, 2000). Ada pengertian populer yang menyebutkan
kepribadian adalah kualitas seseorang yang menyebabkan ia disenangi atau
disegani oleh orang lain.
b. Watak (Karakter)
Watak adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang
menggerakkan kemauan sehingga orang tersebut bertindak. Jadi,
dimaksudkan bahwa kepribadian seseorang menunjukkan tindakan akibat
kemauan yang teguh dan kukuh maka ia dinamakan seseorang yang berwatak
atau sebaliknya. Menurut Sumadi (2011), watak adalah keseluruhan atau
totalitas kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara emosional dan volisional
seseorang yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam
(dasar, keturunan, dan faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar
(pendidikan dan pengalaman, serta faktor-faktor eksogen). Kata watak
dipergunakan apabila orang bermaksud mengenakan norma-norma pada
orang yang sedang dibicarakan misalnya ungkapan: “ia orang yang pandai,
tetapi sayang tidak berwatak dan ia orang terdidik tapi tak punya watak”.
c. Tabiat (temperamen)
Tabiat adalah kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badania.
Secara singkat dapat di katakan bahwa tabiat adalah konstitusi
kejiwaan.Menurut Allprot tabiat adalah “gejala karakteristik dari sifat emosi
individu, termasuk mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan dan
kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan
intensitas suasana hati, serta bergantung pada faktor, konstitusional, yng
karenanya terutam berasal dari keturunan”. Jadi ,tabiat sifatnya turun
menurun dan tidak dapat di ubah oleh pengaruh-pengruh dari luar.

2.4 Kepribadian Berdasarkan Pendekatan Biologi

5
Perspektif/pendekatan biologis yaitu sebuah pendekatan psikologi yang
menekankan pada berbagai peristiwa yang berlangsung dalam tubuh
mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran seseorang. Perspektif Biologis
memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang psikologi yang nenekankan
pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan kesamaan di antara
manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi praktek-praktek sosial, dan area-
area lain dari perilaku. Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku
genomik yang mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku
(Sunaryo, 2004).
Pendekatan biologis berpendapat bahwa perilaku sebagian diwariskan dan
memiliki fungsi (atau evolusi) adaptif. Dalam pendekatan biologis menjelaskan
bahwa setiap perilaku seseorang mendapatkan pengaruh biologis. Seperti halnya
pengaruh hormonal dalam tubuh dan sistem syaraf dipandang memiliki pengaruh
signifikan terhadap perilaku seseorang. Dimana dalam ilmu psikologi itu adalah
ilmu yang mempelajari tentang perilaku-perilaku manusia. Contohnya, tindakan
agresi atau kekerasan yang dilakukan seseorang itu karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor biologis (Sunaryo, 2004).
Psikolog biologi menjelaskan perilaku dalam hal neurologis, yaitu fisiologi
dan struktur otak dan bagaimana ini mempengaruhi perilaku. Banyak psikolog
biologis telah berkonsentrasi pada perilaku abnormal dan telah mencoba untuk
menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi percaya bahwa skizofrenia
dipengaruhi oleh tingkat dopamine (neurotransmitter) (Sunaryo, 2004).

2.5 Kepribadian Berdasarkan Pendekatan Psikoanalisis menurut Freud,


Jung, Sullivan, dan Erikson
a. Sigmund Freud
Menurut Freud kepribadian dibagi terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
1) Das Es (the id), yaitu aspek biologis Das Es atau dalam bahasa inggris the Id
disebut juga oleh FREUD System der Unbewussten. Aspek ini adalah aspek
biologis yang merupakan sistem yang orisinil dalam kepribadian, dari aspek
inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Das Es berisikan hal-hal yang dibawa

6
sejak lahir (unsur-unsur biologis), termasuk instink-instink. Das Es
merupakan “reservoir” energi psikis yang menggerakkan Das Ich dan Das
Uber Ich. Energi psikis di dalam Das Es itu dapat meningkat oleh perangsang,
baik perangsang dari luar maupun dari dalam. Apabila energi itu meningkat,
maka akan menimbulkan tegangan, dan ini menimbulkan pengalaman tidak
enak yang oleh Das Es tidak dapat dibiarkan, karena itu apabila energi
meningkat yang berarti ada tegangan, segeralah Das Es mendiskusikan energi
itu untuk menghilangkan rasa tidak enak itu.
2) Das Ich (the ego), yaitu aspek psychologis. Das Ich atau dalam bahasa Inggris
the ego merupakan kepribadianyang timbul karenakebutuhan organisme
untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realitas). Di dalam
fungsinya, Das Ich berpegang pada “prinsip kenyataan” atau “prinsip realita”
dan bereaksi dengan proses sekunder. Das Ich dapat pu;la dipandang sebagai
aspek eksekutip dari pada kepribadian, oleh karena itu Das Ich mengontol
jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara
untuk memenuhinya, serta memilih objek yang dapat memenuhi kebutuhan.
3) Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis. Das Ueber Ich adalah
aspek sosiologis dari kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai
tradisionals serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua
kepada anak-anaknya, yang dimasukkan dengan berbagai perintah dan
larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan kesempurnaan daripada
kesenangan, karena itu Ueber Ich dapat pula dianggap sebaga aspek moral
daripada kepribadian. Fungsi pokoknya adalah unyuk menentukan apakah
benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian
pribadi dapat bertindak sebagai moral masyarakat.

            Freud berpendapat bahwa anak samaoi umur 5 tahun melewati fase yang
terdeferensiansikan secara dinamis,kemudian sampai umur 12 tahun atau 13 tahun
mengalami fase latent, yaitu dinamika menjadi lebih stabil bagi Freud masa
sampai umur 20 tahun adalah masa yang menentukan kepribadian. Tiap fase (dari

7
lahir samapi kira-kira umur 5 tahun) ditentuka atas dasar cara-cara reaksibagian
tubuh tertentu. Adapun fase-fase tersebut ialah :
a) Fase Oral
 Terjadi sekitar usia 0 bulan-2 tahun 
 Berpusat kepada pemuasan id di daerah oral
Tugas perkembangan fase oral adalah memperoleh rasa percaya, yaitu
percaya kepada orang lain , dunia, dan diri sendiri. Apabila anak tidak
mendapatkannya maka akan terjadi gangguan pada tahap perkembangan
berikutnya yaitu permasalahan dalam berhubungan dengan orang lain-
gangguan interpersonal. Contoh: mengunyah permen karet (agresif), merokok,
makan yang berlebihan (pasif)
b) Fase Anal
 Usia 1 sampai dengan 3 tahun 
 Toilet training, pengalaman pertama dalam disiplin 
 Tugas perkembangan memperoleh kemandirian, kekuatan dan otonomi
Sikap orang tua sangat dalam fase ini sangat berpengaruh kepada
pembentukan keperibadian. Contoh: sangat rapi dan teratur(terlalu bagus)
ceroboh, sembrono (gagal)
c) Fase Falik
 Usia 3-6 tahun 
 Aktivitas seksual dimulai dan menjadi intens. E.g. masturbasi
Periode perkembangan nurani. Jika orangtua menanamkan nilai moral
yang berlebihan dapat menyebabkan pengendalian superego yang
berlebihan anak-anak perlu menerima perasaan-perasaan seksualnya sebagai
hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya secara sehat. Gagal dalam
fase ini dapat menyebabkan perasaan-perasaan yang membingungkan
sehubungan dengan identitas peranan seksualnya. Contoh : Oedipus complex,
electra complex 
d) Fase Laten
 Usia 6-12 tahun

8
 Energi seksual menurun/ tidak begitu dominan digantikan dengan
ketertarikan pada keinginan untuk bersosialisasi 
 Ditandai dengan tumbuhnya minat untuk mengeksplorasi hobi dan
kegiatan baru
 Berhasil pada fase ini akan berdampak pada perasaan mampu dan inisiatif 
 Gagal dalam fase ini berdampak pada rendahnya rasa percaya diri 
e) Fase Genital
 Dimulai usia 12-60 sampai seterusnya 
 Tiap fase dibangun berdasarkan fase sebelumnya 
 Fase ini seseorang harus bisa indpendent dari orang tuanya 
 Fase ini seseorang harus bisa menghadapi dan menyelesaikan konflik
psikoseksual dari masa lalunya.
 Fase ini berpusat pada genital, yang sifatnya konsensual dan dewasa,
bukan yang kekanak-kanakan. Jadi ada pergeseran dari cara
mengekspresikannya tidak lagi berbentuk insting tetapi lebih bersifat
simbolis dan intelektual.contoh: hubungan cinta, keluarga. Contoh :
impoten, ketidakpuasan dengan hubugan yang ada.

b. Carl Gustav Jung


Menurut teori Jung, pikiran atau psikis terbagi menjadi tiga bagian: ego sadar,
ketidaksadaran personal, dan ketidaksadaran kolektif.
1. Ego sadar.
Ego yang dikemukakan oleh Jung ini sangat mirip dengan ego yang diajukan
oleh Freud dalam hal cakupan dan artinya, yaitu aspek dari kepribadian yang
disadari ditambah dengan perasaan akan diri (Jung percaya bahwa identitias
personal ini, atau ego, berkembang ketika individu berusia sekitar empat
tahun).
2. Ketidaksadaran personal.
Komponen pikiran kedua yang dikemukakan oleh Jung, ketidaksadaran
personal (personal unconscious), berisikan pemikiran-pemikiran dan

9
perasaan-perasaan yang bukan merupakan bagian dari kesadaran saat ini,
akan tetapi sesungguhnya masih tetap dapat diakses. Ketidaksadaran personal
ini berisi pemikiran-pemikiran dan dorongan-dorongan yang tidak penting
pada masa kini, seperti halnya pemikiran dan dorongan yang ditekan secara
aktif karena sifatnya yang mengancam ego.
Jung juga memandang ketidaksadaran personal mencakup materi masa lalu
(retrospektif) dan masa depan (prospektif). Pemikiran ini berkembang dari
observasi Jung terhadap para pasiennya yang mengalami mimpi yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan masa
depan. Hal ini bukan berarti bahwa mereka “melihat” masa depan, namun
lebih bahwa mereka merasakan hal-hal yang mungkin akan terjadi. Pada
akhirnya, Jung percaya bahwa ketidaksadaraan personal ada untuk
mengimbangi ide-ide dan sikap-sikap sadar, yaitu jika pandangan sadar
seseorang hanya melihat satu sisi, ketidaksadaran personal mungkin akan
melihat sudut pandang yang sebaliknya melalui mimpi atau cara lain, sebagai
usaha untuk mengembalikan keseimbangan yang dimaksud.
3. Ketidaksadaran Kolektif.
Komponen ketiga dari psikis, oleh Jung disebut sebagai ketidaksadaran
kolektif (collective unconscious). Mungkin yang paling controversial adalah
fakta bahwa ketidaksadaran kolektif ini melibatkan tingkat yang lebih dalam
dari ketidaksadaran dan dibentuk oleh symbol emosional yang sangat kuat
yang disebut sebagai arketipe (archetype). Gambaran ini sudah dikenal oleh
banyak orang dan telah terbentuk sejak awal mula kehidupan. Arketipe-
arketipe ini berasal dari reaksi-reaksi emosional nenek moyang kita terhadap
peristiwa-peristiwa yang terus menerus berulang, seperti terbit dan
tenggelamnya matahari, perubahan musim, dan hubungan interpersonal yang
terus menerus muncul seperti hubungan ibu dan anak. Adanya arkatipe atau
pola-pola emosi tertentu mempengaruhi kita untuk berperilaku danlam cara
yang terprediksi terhadap stimulus yang umum. Jung mendeskripsikan
banyak arketipe yang berbeda-beda, seperti arketipe pahlawan, orang tua
yang bijak, yang seccara jelas muncul dalam film-film seperti Star Wars. 

10
c. Erik Erikson
Erikson mengembangkan  teori psikososial sebagai pengembangan dari teori
psiko analisis dari Freud. Di dalam toeri psikososial disebutkan bahwa
tahapperkembangan individu selama siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh
sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis. Inti teori Erikson, yaitu :
1. Perkembangan emosional sejajar dengan peryumbuhan fisik.
2. Adanya interaksi anatara pertumbuhan fisik dan perkembanga psikologis.
3. Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikologis.
4. Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial
akan menyatu.
5. Setiap anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
6. Perkembangan manusia dari lahir hingga akhir hayat dibagi menjadi 8 fase,
dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.

d. Harry Stack Sullivian


Sullivian merupakan pencipta segi pandangan baru tentang psikologi yang
dikenal dengan nama interpersonal theory of psychiatry. Keterkaitn teori psikologi
interpersonal dengan psikologi kepribaian yaitu, teori ini mengajarkan “pola yang
relative menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang yang menjadi ciri
kehidupan manusia”. Sullivian menguraikan enam tahap perkembangan
kepribadian. Ke enam tahap tersebut adalah :
1. Masa Bayi
Masa bayi mulai dari lahir sampai saat belajar bicara. Ini adalah masa dimana
daerah oral merupakan daerah utama dalam interaksi antara bayi dan
lingkungannya. Perawatan yang diberikan Ibu memberikan bayi pengalaman
anatr pribadi yang pertama. Segi lingkungan yang menonjol pada masa bayi
adalah benda yang menyediakan makanan kepada bayi yang lapar.
2. Masa kanak-kanak

11
Salah satu peristiwa dramatik dalam masa kanak-kanak adalah transformasi
jahat, yakni perasaan bahwa orang hidup diantara msuh-musuh. Transformas
jahat merusakkan hubungan antar pribadi anak dan menyebabkan anak
mengisolasikan diri.
3. Masa Juvenile (Pueral)
Tahap Juvenile berlangsung sepenjang sebagian besar tn-tahun sekolah dasar.
Inilah masa untuk belajar menjadi sosial, mempenduk pada troleh
pengalaman-pengalaman tunduk pada tokoh autoritas diluar keluarga,
bersaing dan bekerjasama, mempelajari arti mengasingkan diri dari
pergaulan, penghinaan, dan perasaan kelompok.
4. Masa Pra-adolesen
Masa pra-adolesen yang relatif singkat ditandai oleh kebutuhan akan hubugan
yang akrab dengan kawan sejenis, sahabat yang dapat dipercaya, dan dapat
dipercaya dalam melaksanakan tugas-tugas dan memecahkan masalah-
masalah hidup. Inilah masa yang sanagt penting, karena masa ini menadakan
permulaan hubungan manusiawi sejati dengan orang lain. Paa masa ini, ana
mulai membangun hubungan dengan kawan sebayanya diamama terdapat
persamaan, kerjasama, tindakan timbal balik diantara anggota lainnya.
5. Masa Adolesen Awal
Tantangan utama masa adolesen awal adalah mengembangkan pola aktivitas
heteroseksual. Perubahan fisiologis pada pubertas dialami oleh remaja
sebagai perasaan birahi, dari perasaan ini timbulah dinamisme birahi dan
mulai menampak dalam kepribadian.
6. Masa Adolesen Akhir
Masa adolesen akhir dimulai ketika anak-anak muda sanggup merasakan
nafsudan keintiman terhada satu orang yang sama, dan ini berakhir pda masa
dewasa saat mereka sanggu membangun sebuah cinta yang abadi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah Perawat adalah suatu profesi yang mulia,
karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang
sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan
sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang
dihadapi oleh pasien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik.
Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang
lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku peduli atau kasih sayang.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh
pasien, dan mempunyai perilaku yang peduli terhadap pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Calvin S. Hall, dan Gardner Lindzey. 2003. Psikologi Kepribadian I. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius

Tawsend, MC (2009) Psichiatric Mental Health Nursing Consept to Care, Daris


Company, Philadelphia.

Keliat, B A (2001) Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksana Tindakan


Keperawatan, Makalah disampaikan pada Pelatihan Nasional Keperawatan
Profesional Jiwa.

Sujanto, Agus. 2005. Psikologi Kepribdian. Jakarta: Bumi Aksara

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai