Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPRIBADIAN DAN EMOSI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku organisasi merupakan sebuah kajian yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia dimulai dari tingkah laku individu, kelompok, dan tingkah laku ketika berorganisasi,
serta pengaruh perilaku individu terhadap kegiatan organisasi dimana mereka melakukan dan
bergabung dalam organisasi tersebut.

Dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, perilaku organisasi dapat memainkan


peran pentingnya dalam perkembangan organisasi dengan melihat sudut pandang tingkah
laku individu atau kelompok yang dapat memberikan pengaruh terhadap apa yang kita sebut
dengan kinerja organisasi. Salah satu yang berkaitan dengan perilaku organisasi adalah
kepribadian dan emosi.

Di dalam sebuah organisasi, kepribadian dan emosi akan sangat mempengaruhi


individu dalam menjalankan tugasnya (kinerja). Tanpa disadari, faktor kepribadian dan emosi
menjadi salah satu penentu keberhasilan kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi. Maka
dari itu, sangat diperlukan bagi seseorang untuk tahu dan mengerti tentang kepribadian dan
emosi, baik dari segi pengertian, ciri-ciri, dan bagian-bagian lainnya. Pemakalah
mengharapkan setelah membaca karya tulis ini, selanjutnya pembaca mampu menguasai
materi tentang kepribadian dan emosi, dan diharapkan juga pembaca akan dapat
menempatkan dirinya di dalam sebuah organisasi. Karena, keberhasilan sebuah organisasi
akan ditentukan oleh setiap individu di dalam organisasi itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi kepribadian, ciri-ciri, perkembangan kepribadian, dan tipe-tipe kepribadian serta
pengaruhnya terhadap organisasi?
2. Apa definisi emosi, macam-macam emosi, bentuk-bentuk emosi dan pengaruhnya terhadap
individu?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui tentang defenisi kepribadian, ciri-ciri, perkembangan kepribadian, dan tipe-
tipe kepribadian serta pengaruhnya terhadap organisasi.
2. Untuk mengetahui defenisi emosi, macam-macam emosi, bentuk-bentuk emosi dan
pengaruhnya terhadap individu.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian

Kata kepribadian atau personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani
kuno proposan atau persona yang artinya topeng yang biasa dipakai artis dalam teater. Para
artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng
itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Konsep awal dari pengertian personality adalah
tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial, kesan mengenal diri yang diinginkan
agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial. Dalam istilah ilmiah pengertiannya berkembang
menjadi lebih bersifat internal, yaitu sesuatu yang relatif permanen menuntun, mengarahkan,
dan mengorganisir aktivitas manusia.1[1]

Terdapat beberapa pengertian berbeda tentang kepribadian yang dikemukakan oleh


para pakar kepribadian. Masing-masing para pakar kepribadian membuat definisi sendiri-
sendiri sesuai dengan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang
mereka kembangkan. Berikut beberapa contoh definisi kepribadian2[2] :
a. Nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard
dan Marquis).

1[1] Abu Bakar M. Luddin, Psikologi Konseling, (Bandung: Citapustaka Media


Perintis, 2011), hal. 126.

2[2] Ibid., 127-128.


b. Kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan,
kemampuan bertahan dan membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman (Stern).
c. Organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologis seseorang yang menentukan model
penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport).
d. Pola trait-trait yang unik dari seseorang (Guilford).
e. Seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang
menetap dalam merespon suatu situasi (Pervin).
f. Seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil yang menentukan keumuman dan
perbedaan tingkah laku psikologik (verfikir, merasa, dan gerakan) dari seseorang dalam
waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana sebagai hasil dari tekanan
sosial dan tekanan biologik saat iu (Maddy dan Burt).
g. Suatu lembaga yang mengatur organ tubuh yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti
terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional (Murray).
h. Pola khas dan fikiran, perasaan dan tingkah laku yang membedakan orang yang satu dengan
lainnya dan tidak berubah lintas waktu dan situasi (Phares).

Kepribadian atau personality pada dasarnya merupakan karakteristik psikologis dan


perilaku individu yang sifatnya relatif permanen (karena terbentuk oleh waktu yang cukup
lama) yang membedakan satu individu dengan individu lainnya. Dalam komteks organisasi,
seorang manajer atau pemimpin organisasi dituntut untuk dapat memahami kepribadian dari
setiap individu agar manajer atau pemimpin organisasi bisa mengetahui bagaimana cara
terbaik untuk menghadapi mereka. Memahami kepribadian adalah termasuk hal mendasar
yang perlu dipahami oleh para manajer atau pemimpin organisasi.3[3]

2. Ciri-Ciri Kepribadian

Dari penjelasan definisi yang sudah dikemukakan sebelumnya, ada lima persamaan
yang menjadi ciri dari kepribadian, yaitu4[4] :
a. Kepribadian bersifat umum, kepribadian menunjuk kepada sifat umum seseorang, fikiran,
kegiatan dan perasaan yang berpengaruh secara sistemik terhadap seluruh tingkah lakunya.

3[3] Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen,


(Jakarta: Kencana 2010), hal. 219.

4[4] Abu Bakar M. Luddin, Psikologi Konseling, (Bandung: Citapustaka Media


Perintis, 2011), hal. 128-129.
b. Kepribadian bersifat khas, kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat individu yang
membedakan dia dengan orang lain, seperti tanda tangan atau sidik jari, bagaimana individu
berbeda dengan individu lainnya.
c. Kepribadian berjangka lama, kepribadian dipakai untuk menggambarkan sifat individu yang
awet, tidak mudah berubah sepanjang hayat. Kalau terjadi perubahan biasanya bersifat
bertahap atau akibat merespon sesuatu kejadian yang luar biasa.
d. Kepribadian bersifat kesatuan, kepribadian dipakai untuk memandang diri sebagai unit
tunggal, struktur atau organisasi internal dipotetik yang membentuk kesatuan dan konsisten.
e. Kepribadian dapat berfungsi baik atau berfuungsi buruk, kepribadian adalah cara bagaimana
orang berada di dunia. Apakah dia tampil dalam tampilan yang baik, kepribadiannya sehat
dan kuat. Atau tampil sebagai burung yang lumpuh yang berarti kepribadiannya menyimpang
atau lemah.

Ciri kepribadian sering dipakai untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa orang
senang dan mengapa susah, berhasil atau gagal, berfungsi penuh atau berfungsi sekadarnya.

3. Perkembangan Kepribadian
Kepribadian seseorang seperti yang kita lihat sekarang, tidaklah dibawa sejak lahir,
Sigmund Freud dalam Abu Bakar M. Luddin, mengatakan kepribadian telah terbentuk pada
akhir tahun kelima dari kelahiran dan perkembangan selanjutnya merupakan penghalusan
struktur dasar itu.5[5]

Allport dalam buku yang sama, juga menegaskan bahwa individu dari lahir
mengalami perubahan-perubahan yang penting. Anak yang baru lahir dilengkapi keturunan-
keturunan, dorongan-dorongan, nafsu dan reflek mengisap, merekam gerakan namun belum
punya sifat dan kepribadian. Memiliki potensi fisik dan tempramen yang aktualisasinya
tergantung kepada perjembangan dan kematangan. Melalui aktivitas umum yang menjadi
sumber tingkah laku yang bermotif. Sifat-sifat khas seorang anak baru dapat dilihat pada
umur 2 tahun. Perkembangan itu melewati garis-garis yang berganda. Bermacam-macam
mekanisme atau prinsip-prinsip dipakai untuk mendeskripsikan mengenai perubahan-
perubahan sejak kanak-kanak sampai dewasa.6[6]

5[5] Ibid., hal. 129.

6[6] Ibid., hal. 130.


Manusia adalah organisme yang pada waktu lainnya merupakan makhluk biologis,
lalu berubah menjadi individu yang egonya selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas
dan merupakan inti dari tujuan-tujuan dan aspirasi masa depan. Pada orang dewasa faktor
yang menentukan tingkah laku adalah trait yang terorganisasikan dan selaras. Trait ini timbul
dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki. Tujuan yang akan dicapai
serta aspirasi-aspirasi masa depan merupakan motif utama dalam perubahan kepribadian.
Pribadi yang telah dewasa itu pada dasarnya harus memiliki hal-hal sebagai berikut7[7] :
a. Extension of self, yaitu hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-kegiatan
yang erat hubungannya dengan kebutuhan serta kewajiban yang langsung, dia harus dapat
mengambil bagian dan menikmati bermacam-macam kegiatan. Suatu hal yang penting dari
extension of self ialah proyeksi ke masa depan melalui perencanaan dan harapan.
b. Self objectification yang terdiri dari komponen humor dan insight, insight adalah kecakapan
hidup untuk mengerti dirinya, sedangkan humor tidak hanya berarti kecakapan untuk
mendapatkan kesenangan dan hal yang menertawakan saja, melainkan juga kecakapan untuk
mempertahankan hubungan positif dengan dirinya sendiri dan objek-objek yang disenangi
serta menyadari adanya ketidakselarasan dalam hal ini.
c. Falsafah hidup, maksudnya individu itu harus dapat objektif dan menikmati kejadian-kejadian
dalam hidupnya, juga mesti ada latar belakang yang mendasari segala sesuatu yang
dikerjakannya yang dapat memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal yang
penting dalam falsafah hidup seseorang.

Kepribadian seseorang tumbuh dan berkembang melalui proses sebagai berikut8[8] :


a. Individualisme, yakni suatu proses menjadi manusia, perubahan masa bayi yang sangat
bergantung menjadi tidak bergantung. Proses ini membantu manusia memperluas kesadaran
identitas pribadinya, penerimaan dirim kepastian akan dirinya.
b. Sosialisasi, yaitu suatu proses dinamis dimana individu mempelajari keterampilan-
keterampilan, informasi dan pemahaman kebutuhan, berhubungan secara efektif dengan
orang lain. Proses sosialisasi berlangsung dengan mementingkan hubungan antara individu
dalam kelompok.

7[7] Ibid., hal. 131.

8[8] Ibid., hal 132.


c. Integrasi, yaitu suatu proses yang mengkombinasikan, mengorganisir, dan mengerjakan
bersama bagian-bagian yang berbeda atau sifat khas dari seseorang individu menuju ke
tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu keseluruhan yang kompleks.

4. Perbedaan Kepribadian

Menurut William Marston, tipe kepribadian seseorang dapat diketahui berdasarkan


observasi terhadap pola perilaku yang ditampilkannya. Tipe kepribadian tersebut terdiri atas
tipe dominant, inspiring, supportive, dan cautious. Rincian karakteristik dari tiap-tiap tipe
kepribadian tersebut adalah sebagai berikut9[9] :

A. Tipe Dominant
Kata-kata Dominan, pengatur, penuntut/banyak permintaan, tegas,
penjelas tekun, pelaku.
Pola pikir Lakukan! Wujudkan! Raih kemenangan! Hasil!
Kegiatan, kompetisi, kerja keras, melakukan sesuatu,
Hal yang disukai tantangan, mendapatkan hasil, menjadi pimpinan,
menyelesaikan tugas-tugas.
Mereka adalah Berorientasi pada tujuan, tidak mudah puas, percaya diri,
orang yang tabah, tekun, menyadari pentingya prestasi.
Dimotivasi oleh Tantangan, pilihan, pengendalian.
Lingkungan yang Kebebasan, kewenangan, kegiatan yang bervariasi,
dibutuhkan kesempatan berkembang.
Gaya komunikasi Komunikasi lugas/terus terang.
Kurang sensitif terhadap orang lain, kurang bisa santai,
Kelemahan
kurang sabar.
B. Tipe Inspiring
Kata-kata Bersemangat, berpengaruh, penting, interaktif, mngesankan,
penjelas berminat pada hubungan dengan orang lain.
Pola pikir Jadi bintang pertunjukan, bersenang-senang, dan gembira!
Mempengaruhi orang lain, rencana jangka pendek, membuat
Hal yang disukai orang tertawa, melakukan banyak hal/kegiatan, berbincang-
bincang dengan orang lain, prestise, dipandang penting.
Banyak bicara, pandai memulai hubungan, menyenangkan,
Mereka adalah
cenderung membesar-besarkan, mudah gembira, senang
orang yang
menonton.

9[9] Masganti Sit, Perkembangan Pesera Didik, (Medan: Perdana Publishing,


2010), hal. 50-54.
Dimotivasi oleh Penghargaan, persetujuan, popularitas.
Prestise, hubungan persahabatan, kesempatan untuk
Lingkungan yang
mempengaruhi orang lain, kesempatan untuk mengilhami
dibutuhkan
orang lain, kesempatan untuk mengemukakan ide.
Gaya komunikasi Bersabat dan komunikasi informal.
Kurang bisa mengelola waktu, kurang realistis, kurang
Kelemahan mendengarkan orang lain, kurang memperhatikan
penyelesaian tugas.
C. Tipe Supportive
Kata-kata Pendukung, kokoh, tabah/teguh hati, ramah, peka,
penjelas sentimentil.
Pola pikir Netral. Bergaullah dengan semua orang. Tidak ada konflik.
Perdamaian, harmoni, ketentraman hati, kelompok
Hal yang disukai
persahabatan, kerja tim, menolong orang lain, kerjasama.
Berorientasi kelompok, sahabat, koorperatif, teman setia,
Mereka adalah
peka terhadap kebutuhan orang lain, mau memahami dan
orang yang
menerima orang lain.
Dimotivasi oleh Keamanan, penghargaan, kepastian/jaminan.
Lingkungan yang Wilayah khusus, identifikasi dengan kelompok, pola kerja
dibutuhkan yang mapan, situasi yang stabil, lingkungan yang konsisten.
Gaya komunikasi Komunkasi yang hangat, terbuka, tulus.
Sulit bila harus menghadapi perubahan, tidak mampu
Kelemahan
mengatakan Tidak, sulit bertindak bebas/independen.
D. Tipe Cautious
Kata-kata Hati-hati, penuh perhitungan, mampu, konsisten, pemikir, dan
penjelas teliti.
Kerjakan sesuatu dengan benar dan sempurna. Apa rencanya?
Pola pikir Sudahkan mempertimbangkan segala sesuatunya? Apa tujuan
sesungguhnya? Mengapa?
Konsistensi, kerja hebat, mengerjakan dengan tepat,
Hal yang disukai informasi/data, nilai, kualitas, segala sesuatu berjalan dengan
benar, ada perencanaan, prosedur, kejujuran.
Mereka adalah Berorientasi pada prosedur, mengabdikan diri pada tugas,
orang yang terfokus pada detail, logis, akurat, menaruh rasa hormat.
Dimotivasi oleh Jawaban berkualitas, keunggulan, nilai.
Gaya komunikasi Komunikasi yang logis, tepat, dan detail.
Analisis berlebihan, kurang mampu menepati deadline,
Kelemahan perfeksionis, kurang mampu mengekspresikan perasaan,
kurang memperhatikan pentingnya perasaan orang lain.
5. Tipe Kepribadian
Renee Baron dan Elizabeth Wagele dalam Marganti Sit, menyatakan ada sembilan
tipe kepribadian manusia, yaitu10[10] :
a. Perfeksionis. Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar,
memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
b. Penolong. Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan
peranan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
c. Pengejar prestasi. Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang
yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
d. Romantis. Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri
sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghiindari citra diri yang
biasa-biasa saja.
e. Pengamat. Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan
alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan
bodoh atau tidak memiliki jawaban.
f. Pencemas. Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa
diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
g. Petualang. Tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan
hal-hal yang menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan
dukacita.
h. Pejuang. Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri,
kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
i. Pendamai. Para pendamai termotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu
dengan orang lain dan menghindari politik.

B. Emosi
1. Pengertian Emosi

Perasaan atau emosi merupakan gejala afektif pada kejiwaan manusia yang dihayati
secara subjektif, yang pada umumnya bersentuhan secara langsung dengan gejala pengenalan.
Dalam realitas terdalam, perasaan atau emosi jiwa tidak bersifat tetap, baik dalam bentuknya
maupun kadarnya. Sakit dengan pedih, cinta dengan sayang, adalah bentuk perasaan yang
berbeda dan memiliki ukuran kedalaman emosi yang berbeda. Perbedaan itu dilatarbelakangi
oleh kepribadian dan keadaan hati seseorang.11[11]

10[10] Ibid., hal. 54.


Menurut Daniel Goleman dalam Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, emosi
dimaknai sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan
mental yang hebat dan meluap-luap. Chaplin dalam buku yang sama mendefinisikan emosi
sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.12[12]

Istilah emosi kurang lebih dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang muncul dari
organisme manusia. Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar yang mempengaruhi
kegiatan jasmani, yang menghasilkan penginderaan organis dan kenstetis dan ekspresi yang
menampak, serta dorongan-dorongan dan suasana perasaan yang kuat. Pada hakikatnya, suatu
emosi adalah suatu pengalaman yang sadar, kompleks, dan meliputi unsur perasaan,yang
mengikuti keadaan fisiologis dan mental, yang muncul serta penyesuaian batiniha, dan yang
mengekspresikan dirinya dalam tingkah laku yang menampak. Emosi tidak sama dengan
dorongan atau keinginan atau kehendak atau pun motif. Tetapi terdapat suatu hubungan sebab
akibat antara emosi dengan hal tersebut. Fungsi suatu emosi meliputi perubahan fisiologis.
Tingkah laku yang menampak, perasaan-perasaan dan tekanan-tekanan.13[13]

2. Teori-teori Proses Terjadinya Emosi

a. Teori James-Lange
Teori Jamer-Lange emosi berpendapat bahwa sebuah peristiwa menyebabkan
rangsangan fisiologis terlebih dahulu dan kemudian seseorang menafsirkan rangsangan ini.
Setelah interpretasi dari rangsangan terjadi seseorang mengalami emosi. Contohnya,
seseorang berhalan menyusuri lorong gelap larut malam dan dia mendengarkans esuatu. Ada
suara jejak di belakangnya dan dia mulai gemetar, jantungnya berdetak lebih cepat, dan

11[11] Rosleany Marliany, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal.
221.

12[12] Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan


Peserta Didik), (Jakart: Bumi Aksara, 2011), hal. 62.

13[13] Abu Ahmadi dan M. Umar, Psikologi Umum, (Surabaya: Bina Ilmu, 1992),
hal. 70.
napasnya semakin dalam. Dia melihat perubahan-perubahan fisiologis dan menafsirkannya
sebagai situasi yang menakutkan kemudian, maka dia mengalami rasa takut.14[14]

b. Teori Meriam Bard


Teori Meriam Bard berpendapat bahwa seseorang mengalami rangsangan fisioogis
dan emosional pada saat yang sama, tetapi tidak melibatkan peran pikiran atau perilaku
lahiriah. Contoh: ketika seseorang berjalan menyusuri lorang gelap larut malam dan dai
mendengarkan sesuatu. Ada suara jejak kaki dibelakannya, dia mulai gemetar, jantungnya
berdetak lebih cepat, dan pernapasannya menjadi lebih dalam dan pada saat yang sama dia
merasa takut.15[15]

c. Teori Schachter-Singer
Menurut Teori ini, suatu peristiwa pertama menyebabkan rangsangan fisiologis,
kemudian seseorang harus mengidentifikasi alasan untuk stimulus ini dan kemudian dia
mendapat pengalaman yang disebut emosi. Contoh: ketika seseorang berjalan menyusuri
lorang gelap larut malam dan dai mendengarkan sesuatu. Ada suara jejak kaki dibelakannya,
dia mulai gemetar, jantungnya berdetak lebih cepat, dan pernapasannya menjadi lebih dalam.
Setelah melihat ini rangsangan dia menyadari kenyataan bahwa dia berjalan menyusuri
lorong gelap sendirian, perilaku ini berbahaya dan hal itu menyebabkan dia merasakan emosi
takut.16[16]

d. Teori Lazarus
Teori Lazarus menyatakan bahwa pikiran harus datang sebelum emosi atau
rangsangan fisiologis. Dengan kata lain, seseorang harus terlebih dahulu berfikir tentang
situasi, sebelum dia mengalami emosi. Contoh: ketika seseorang berjalan menyusuri lorang
gelap larut malam dan dai mendengarkan sesuatu. Ada suara jejak kaki dibelakannya, dan dia

14[14] Masganti Sit, Perkembangan Pesera Didik, (Medan: Perdana Publishing,


2010), hal. 102.

15[15] Ibid., hal. 103.

16[16] Ibid.
pikir mungkin perampok sehingga dia mulai gemetar, jantungnya berdetak lebih cepat, dan
pernapasannya menjadi lebih dalam dan pada waktu takut pengalaman yang sama.17[17]

3. Macam-macam Perasaan
Perasaan pada umumnya dibagi dua, yakni perasaan senang dan perasaan tidak
senang. Perasaan senang merupakan suasana hati yang cerah direspons oleh keadaan tubuh
yang atraktif. Dinamika tubuh ketika menerima perasaan senang berbeda dengan ketika
menerima perasaan tidak senang. Misalnya perasaan senang itu terlihat jelas pada anak
sekolah yang berteriak-teriak kegirangan, berpesta ria ketika ujian akhir nasionalnya
dinyatakan lulus. Perasaan tidak senang adalah suasana hatiyang menolak peristiwa yang
berkaitan dengan dirinya yang jauh dari sesuatu yang diharapkan. Tidak senang adalah
perasaan yang sama dengan perasaan senang jika dilihat dari alat yang meresponnya, yakni
hati atau jiwa yang terdalam. Perasaan pun dapat memperlihatkan diri ke dalam bentuk
perbuatan fisik yang dapat ditafsirkan oleh orang lain. Misalnya, murid yang tidak lulus,
menjerit, menangis, merangkul ibunyam atau bahkan merobek ijazah.18[18]

Menurut Palland dalam Roeslany Marliany, ada tiga golongan perasaan manusia yang
merupakan gejalan kejiwaan, yaitu19[19]:
a. Perasaan-perasaan yang aktual, yakni yang berhubungan dengan kejadian yang dihadapi
sekaran, yang disebut dengan perasaan-perasaan present.
b. Perasaan yang berhubunan dengan sesuatu yang belum terjadi, yakni harapan.
c. Perasaan yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu, semacam hantu yang menakutkan,
sehingga sering dikatakan menghantui perasaan, misalnya perasaan merasa bersalah karena
seorang suami tidak menemani istrinya yang melahirkan, kemudian sang istri meninggal
dunia saat melahirkan.

4. Bentuk-bentuk Emosi

17[17] Ibid., hal. 104.

18[18] Rosleany Marliany, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal.
224.

19[19] Ibid., hal. 224-225.


Meskipun emosi itu sedemikian kompeksnya, namun Daniel Goleman dalam
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi,
yaitu20[20] :
a. Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian
patologis.
b. Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
c. Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut
sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, panik dan fobia.
d. Kenikmatan, di dalamnya meiputi bahagia, gembira, raing puas, riang, senang, terhibur,
bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali,
dan mania.
e. Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
f. Terkejut, di dalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.
g. Jengkel, di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
h. Malu, di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati
hancur lebur.

5. Pengaruh Emosi Terhadap Individu


Emosi merupakan perkembangan yang sempurna dari suatu pola tingkah laku
individu. Emosi itu mempunyai banyak nilai kehidupan dan dapat bekerja bagi
kegembiraannya atau bagi perlindungannya. Pribadi yang matang emosinya siap untuk
mengontrol tingkah lakunya. Tetapi keputusan-keputusan yang diambilnya sendiri akan
cenderung dikondisi oleh pengalaman-pengalaman emosionalnya. Berikut beberapa pengaruh
emosi terhadap individu21[21] :

a. Pengaruh emosi terhadap tingkah laku


Perasaan takut, marah, kasih sayang, kegembiraan, rasa ingin tahu, dan cemburu
berfungsi sebagai kekuatan-kekuatan pendorong. Mereka mendorong seorang individu
menuju kegiatan konstruktif. Mereka berpartidipasi dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang
20[20] Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan
Peserta Didik), (Jakart: Bumi Aksara, 2011), hal. 63.

21[21] Abu Ahmadi dan M. Umar, Psikologi Umum, (Surabaya: Bina Ilmu, 1992),
hal. 73-74.
destruktif. Pemilihan kontrol terhadap tingkah laku. Karenanya, menjadi sangat penting
selama terjadi pengalaman emosional. Akibat emosi terhadap tingkah laku individu berbeda-
beda karena umur dan tingkat perkembangannya. Biasanya individu mengalami situasi-situasi
yang memaksa mereka mencapai kedewasaan. Perbuatan kontrol emosional soerang yang
telah dewasa sangat beguna, tidak saja untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk setiap orang
muda yang terpengaruh oleh contoh-contohnya. Emosi dapat dikontrol sedemikian rupa
sehingga berperan melayani individu dan bukan merupakan tuannya.

b. Pengaruh emosi terhadap keadaan jasmani


Emosi memberikan pengaruh besar pada perencanaan dan proses jasmani lainnya.
Ketakutan yang berlebih-lebihan, kemarahan yang kuat dan kebimbangan yang dalam, dapat
menimbulkan akibat-akibat yang merugikan kesehatan. Kelenjar-kelenjar pencernaan dalam
mulut, dalam perut, dan dalam seluruh saluran pencernaan dipengaruhi oleh gangguan
emosional. Biasanya suasanan-suasana emosi yang tenang dan menggembirakan akan
menjadikan kelenjar-kelenajar pencernaan berfungsi dengan sebaik-baiknya.

c. Pengeruh emosi pada fungsi-fungsi lainnya.


Biasanya gangguan bicara seperti gagap itu disebabkan gangguan emosi. Keadaan
seperti itu sering terjadi pada masa-masa remaja. Pengaruh emosi marah merupakan sumber
daru kesulitan bicara dan kelaian jasmaniah lainnya. Bila individu dibebaskan dari gangguan
emosi, bicaranya relatif normal, tetapi bila seorang individu dalam keadaan emosi, maka akan
menunjukkan penyimpangan cara berbicara.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Kata kepribadian atau personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno
proposan atau persona yang artinya topeng yang biasa dipakai artis dalam teater. Kepribadian
atau personality pada dasarnya merupakan karakteristik psikologis dan perilaku individu
yang sifatnya relatif permanen (karena terbentuk oleh waktu yang cukup lama) yang
membedakan satu individu dengan individu lainnya.
Ciri kepribadian adalah, bersifat umum, bersifat khas, berjangka lama, bersifat kesatuan,
dapat berfungsi baik atau berfungsi buruk.
Kepribadian seseorang seperti yang kita lihat sekarang, tidaklah dibawa sejak lahir. Manusia
adalah organisme yang pada waktu lainnya merupakan makhluk biologis, lalu berubah
menjadi individu yang egonya selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas dan
merupakan inti dari tujuan-tujuan dan aspirasi masa depan.
Tipe kepribadian seseorang dapat diketahui berdasarkan observasi terhadap pola perilaku
yang ditampilkannya. Tipe kepribadian tersebut terdiri atas tipe dominant, inspiring,
supportive, dan cautious.
Tipe-tipe kepribadian antar lain, perfeksionis, penolong, pengejar prestasi, romantis,
pengamat, pencemas, petualang, pejuang, pendamai.
2. Istilah emosi kurang lebih dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang muncul dari organisme
manusia. Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar yang mempengaruhi kegiatan jasmani,
yang menghasilkan penginderaan organis dan kenstetis dan ekspresi yang menampak, serta
dorongan-dorongan dan suasana perasaan yang kuat.
Perasaan pada umumnya dibagi dua, yakni perasaan senang dan perasaan tidak senang.
Perasaan senang merupakan suasana hati yang cerah direspons oleh keadaan tubuh yang
atraktif. Perasaan tidak senang adalah suasana hatiyang menolak peristiwa yang berkaitan
dengan dirinya yang jauh dari sesuatu yang diharapkan.
Bentuk-bentuk emosi antara lain, amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut,
jengkel, malu.
Emosi merupakan perkembangan yang sempurna dari suatu pola tingkah laku individu.
Emosi itu mempunyai banyak nilai kehidupan dan dapat bekerja bagi kegembiraannya atau
bagi perlindungannya. Pribadi yang matang emosinya siap untuk mengontrol tingkah
lakunya. Tetapi keputusan-keputusan yang diambilnya sendiri akan cenderung dikondisi oleh
pengalaman-pengalaman emosionalnya. Emosi dapat berpengaruh terhadap tingkah laku,
terhadap keadaan jasmani, dan pada fungsi-fungsi lainnya.

B. Saran
1. Dengan mengetahui defenisi dan konsep tentang kepribadian dan emosi diharapkan pembaca
dapat menerapkannya di dalam dunia organisasi dan mampu menjadi individu yang
berkarakter dan dapat memahami individu lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, and M. Umar. Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu, 1992.
Ali, Muhammad, and Muhammad Asrori. Peikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik).
Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
M. Luddin, Abu Bakar. Psikologi Konseling. Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011.
Marliany, Roesleny. Peikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Sit, Marganti. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing, 2010.
Sule, Ernie Tisnawati, and Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana,
2010.

Anda mungkin juga menyukai