Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA

TERHADAP DALAM EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI DESA


CIAPUS

KABUPATEN BOGOR

PROPOSAL KULIAH KERJA LAPANGAN

Di susun sebagai bukti penerapan konsep dan teori di perkuliahan ke dalam


praktek di Masyarakat

Disusun Oleh :

Ameliatul Wardah (D.1410075)

Anugrah Dwi Cahyo Prabowo (D.1410361)

Irenda Putri Utami (D.1410075)

Lena Ratna Sari (D.1410652)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DJUANDA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang multi dimensi secara pengelolaannya


melibatkan segenap aparat pemerintahan, baik ditingkat pusat maupun ditingkat
daerah bahkan sampai ditingkat desa. Komponen atau aparat yang dimaksud
hendaknya memiliki kemampuan yang optimal dalam pelaksanaan tugasnya.
Tepatlah kiranya jika wilayah desa menjadi sasaran penyelenggaraan aktifitas
pemerintahan dan pembangunan, mengingat pemerintahan desa merupakan basis
pemerintahan terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia yang sangat
menentukan bagi berhasilnya ikhtiar dalam pembangunan nasional yang
menyeluruh.

Mengingat pentingnya peranan kepala pemerintah desa beserta aparatnya


sebagai administrator penyelenggara utama aktifitas pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan maupun sebagai pembina ketentraman dan ketertiban di
wilayah kekuasaannya yang akan menentukan maju mundurnya suatu unit
pemerintahan, oleh sebab itu diperlukan aparat desa yang benar-benar mampu dan
dapat bekerjasama dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
sehingga dapat menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang efektif,
efisien, dan akuntabel sesuai kewenangan dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Untuk mewujudkan aparat desa yang efektif dalam
melakukan pekerjaannya juga diperlukan kepemimpinan yang baik dari kepala
desa sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat desa.

Kepemimpinan menurut Hasibuan (2009:170) adalah cara seorang


pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam pemerintahan desa, kepemimpinan seorang kepala desa memiliki
peranan yang sangat penting, mengingat dalam Undang-Undang nomor 32 tahun
2004 pada pasal 127 tentang tugas pokok Kepala Desa yaitu :

1) Pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa

2) Pemberdayaan masyarakat

3) Pelayanan masyarakat

4) Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

5) Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

Menyadari betapa pentingnya tugas administrasi pemerintahan desa, maka


yang menjadi keharusan bagi Kepala Desa dan aparatnya adalah berusaha untuk
mengembangkan kecakapan dan keterampilan mengelola organisasi pemerintahan
desa termasuk kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas dibidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan agar lebih efektif dan efisien.

Alasan bagaimana judul tersebut diambil karena kami menilai bahwa


kepemimpinan seorang kepala desa menjadi tolak ukur keberhasilan atau
kemajuan desa tersebut dan berdasarkan hasil observasi sementara yang kami
lakukan, bahwa masih kurangnya efektivitas kerja pegawai Desa Ciapus, hal ini
terlihat dari kurangnya kerjasama antar pegawai satu dengan pegawai lainnya
yang akhirnya dapat menghambat kegiatan organisasi tersebut. Maka dari itu,
kami mengambil judul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap
Efektivitas Kerja Pegawai Di Desa Ciapus Kabupaten Bogor
1.2. Rumusan Masalah

1) Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan Kepala Desa Ciapus terhadap


efektivitas kerja pegawai Desa Ciapus?

1.3. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan Kepala Desa


Ciapus terhadap efektivitas kerja pegawai Desa Ciapus

1.4. Manfaat Penelitian

1) Memperoleh pengalaman dalam kegiatan penelitian yang berguna untuk


mengembangkan kapasitas mahasiswa dalam memasuki Lingkup
Pemerintahan dan Sosial Masyarakat.

2) Menambah wawasan mahasiswa dalam Ilmu Administrasi Negara secara


luas dan di implementasikan dalam Kegiatan Kerja Lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep atau Teori yang Relevan

2.1.1 Kepemimpinan

Menurut George R. Terry (Dalam Sutarto, 1998:17) Kepemimpinan adalah


hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang
lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Sedangkan menurut Hasibuan (2009:170) Kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama
dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

Pemimpin mengadakan komunikasi dengan rekan-rekan dan bawahannya


untuk menyampaikan dan menjelaskan tujuannya, memberitahukan tugas masing-
masing, berusaha membangkitkan semangat kerja, malaksanakan funsi yang
penting. Mereka berusaha memahami masalah-masalah yang dihadapi
bawahannya dan perasaan mereka terhadap masalah tersebut, pekerjaan mereka,
rekan-rekan mereka dan lingkungan kerjanya (Terry, 2003:153).

Maka, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan cara seorang


pemimpin untuk mengerahkan dan mempengaruhi, memberikan petunjuk, rasa
gembira, kegairahan, kepercayaan, serta semangat kepada anggota organisasi.

Adapun Indikator Kepemimpinan menurut Wahjosumidjo (1991:154)


adalah sebagai berikut :

1) Bersifat Adil. Dalam kegiatan suatu organisasi, rasa kebersamaan diantara


para anggota adalah mutlak, sebab rasa kebersamaan pada hakikatnya
merupakan pencerminan daripada kesepakatan antara bawahan maupun antara
pemimpin dengan bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.

2) Memberi Sugesti. Sugesti biasanya sebagai saran atau anjuran. Dalam rangka
kepemimpianan, sugesti merupakan pengaruh dan sebagainya, yang mampu
menggerakkan hati orang lain dan sugesti mempunyai peranan yang sangat
penting dalam memelihara dan membina harga diri serta rasa pengabdian,
partisipasi dan rasa kebersamaan diantara para bawahan.

3) Mendukung Tujuan. Tercapainya tujuan organisasi tidak secara otomatis


terbentuk, malainkan harus didukung oleh adanya kepemimpinan. Olehkarena
itu, agar setiap orgasnisasi dapat efektif dalam arti mampu mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, maka setiap tujuan yang ingin dicapai perlu disesuaikan
dengan keadaan organisasi serta memungkinkan para bawahan untuk
bekerjasama.

4) Katalisator. Seorang pemimpin dikatakan sebagai katalisator, apabila


pemimpin itu selalu meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada,
berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja
cepat semaksimal mungkin.

5) Menciptakan Rasa Aman. Setiap pemimpin berkewajiban menciptakan rasa


aman bagi para bawahannya. Dan ini hanya dapat dilaksanakan apabila setiap
pemimpin mampu memelihara hal-hal yang positif, sikap optimisme di dalam
menghadapi segala permasalahan, sehingga dalam melaksanakan tugas-
tugasnya bawahan merasa aman, bebas dari persaan gelisah, kekhawatiran
merasa memperoleh jaminan keamanan dari pemimpin.

6) Sebagai Wakil Organisasi. Setiap bawahan yang bekerja pada unit organisasi
apapun, selalu memandang atasan atau pimpinannya mempunyai peranan
dalam segala bidang kegiatan, terlebih yang menganut prinsip-prinsip
keteladanan atau panutan. Seorang pemimpin adalah segala-galanya,
olehkarena itu segala perilaku, perbuatan dan kata-katanya akan selalu
memberikan kesan-kesan tertentu terhadap organisasinya.

7) Sumber Inspirasi. Seorang pemimpin pada hakekatnya adalah sumber


semangat bagi para bawahannya. Olehkarena itu, setiap pemimpin harus selalu
dapat membangkitkan semangat para bawahan sehingga bawahan menerima
dan memahami tujuan organisasi dengan antusias dan bekerja secara efektif
kearah tercapainya tujuan organisasi.
8) Bersikap Menghargai. Setiap orang pada dasarnya menghendaki adanya
pengakuan dan penghargaan diri pada orang lain. Demikian pula setiap
bawahan dalam organisasi memerlukan adanya pengakuan dan penghargaan
dari atasan. Oleh karena itu, menjadi suatu kewajiban bagi pemimpin untuk
mau memberikan penghargaan atau pengakuan dalam bentuk apapun kepada
bawahannya

2.1.2. Efektivitas Kerja

Sondang P. Siagian (1981:151) berpendapat bahwa efektivitas terkait


penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya atau
dapat dikatakan apakah pelaksanaan sesuatu tercapai sesuai dengan yang
direncanakan sebelumnya. Sedangkan The Liang Gie (1988:34) berpendapat
bahwa Efektivitas merupakan keadaan yang mengandung pengertian mengenai
terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, maka perbuatan itu dikatakan
efektif kalau menimbulkan akibat atau mencapai maksud sebagaimana yang
dikehendaki.

Adapun Efektivitas Kerja menurut The Liang Gie (1981:21) adalah suatu
efek atau akibat yang dikehendaki dari sejumlah rangkaian aktivitas jasmaniah
dan rohaniah yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
menurut Siagian (1983:151) efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat
waktunya yang telah ditetapkan.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa, efektivitas kerja adalah suatu efek
maupun akibat yang timbul akibat dari sejumlah rangkaian aktivitas jasmani dan
rohani yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat
dikatakan efektif apabila dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Terdapat beberapa indikator efektivitas kerja. Richard M. Steers


(1985:206) menyebutkan bahwa ada tiga kriteria dalam mengukur efektivitas
kerja yaitu :
1) Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah suatu penyelasaian tugas pekerjaan yang
sudah dibebankan sesuai dengan target yang telah ditentukan, bahan ada yang
melebihi target yang telah ditentukan sebelumnya (Steers:1985).

2) Kepuasan Kerja. Kepuasan kerja merupakan tingkat kesenangan yang


dirasakan seseorang atas peran atau pekerjaannya dalam organisasi. Dengan
demikian kepuasan adalah tingkat kesenangan dalam melaksanakan pekerjaan
yang dibebankan sebagai akibat dari imbalan yang diterima untuk memenuhi
kebutuhannya, jika kebutuhan pegawai terpenuhi maka mereka akan merasa
senang dan puas.

3) Kemampuan Menyesuaikan Diri. Kemampuan menyesuaikan diri adalah suatu


sikap mental dapat beradaptasi dengan lingkungan, sehingga hubungan kerja
menjadi lebih baik. Kemampuan menyesuaikan diri tidak terlapas dari
kemampuan pegawai dalam menyikapi situsi dan kondisi kerja dalam
organisasi.

Adapun indikator lainnya menurut Hasibuan (2003:105) yaitu :

1) Kuantitas Kerja. Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan


dibawah kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan
keadaan yang didapat atau dialaminya selama bekerja. Setiap perusahaan
selalu berusaha supaya efektifitas kerja dari karyawannya dapat ditingkatkan.
Oleh Karena itu, suatu perusahaan selalu berusaha agar setiap karyawannya
memiliki moral kerja yang tinggi.

2) Kualitas Kerja. Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh


karyawan berupa hasil kerja dalam bentuk kerapian,ketelitian, dan keterkaitan
hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan didalam mengerjakan
pekerjaan.

3) Pemanfaatan Waktu. Setiap karyawan harus dapat menggunakan waktu


seefisien mungkin, terutama dengan cara datang tepat waktu ke kantor dan
berusaha untuk menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dengan memanfaatkan
waktu selama penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan
perusahaan.

4) Peningkatan kualitas sumber daya manusia. Diperlukan guna mewujudkan


hasil yang diharapkan oleh setiap perusahaan. Setiap karyawan sudah
sepatutnya diarahkan untuk lebih meningkatkan efektivitas kerja mereka
melalui berbagai tahapan usaha secara maksimal. Sehingga dengan demikian
pemanfaatan sumber daya manusia akan lebih berpotensi dan lebih
mendukung keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.

2.2. Kerangka Pemikiran

Dengan kerangka pemikiran tersebut dapat disusun model sebagai


berikut :

Variabel (X)
Kepemimpinan
(Wahjosumidjo)
Variabel (Y)
1) Bersifat Adil
Efektivitas Kerja
2) Memberi Sugesti (Steers)
3) Mendukung Tujuan
1) Prestasi Kerja
4) Katalisator
2) Kepuasan Kerja
5) Menciptakan Rasa Aman
3) Kemampuan Menyesuaikan Diri
6) Sebagai Wakil Organisasi
7) Sumber Inspirasi
8) Bersikap Menghargai

2.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh positif terhadap Efektivitas Kerja


Pegawai
2.4. Operasional Variabel

Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat.

a) Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi


sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Kepemimpinan yaitu cara seorang pemimpin mempengaruhi
perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk
mencapai tujuan organisasi. Indikator dari kepemimpinan menurut Wahjosumidjo
meliputi Bersifat Adil, Memberi Sugesti, Mendukung Tujuan, Katalisator,
Menciptakan Rasa Aman, Sebagai Wakil Organisasi, Sumber Inspirasi, Bersikap
Menghargai.

b) Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi


akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
efektivitas kerja. Efektivitas kerja adalah suatu keadaan yang menunjukkan hasil
dari usaha manusia dalam mencapai tujuan yang diinginkan sehingga sesuai
dengan apa yang dikehendaki. Adapun indikator efektivitas kerja menurut Steers
adalah prestasi kerja, kepuasan kerja, dan kemampuan menyesuaikan diri.10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian


Dalam penelitian ini, kami menggunakan pendekatan kuantitatif
dikarenakan data yang akan digunakan untuk menganalisis hubungan antar
variabel dinyatakan dengan angka atau skala numerik.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono (2006:1) pada dasarnya merupakan


cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.Dalam
penelitian ini, kami menggunakan metode penelitian asosiatif kausal yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih (Sugiyono, 2016:11).

3.3. Populasi dan Sample


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini berjumlah .... orang. Sedangkan sampel menurut Sugiyono adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian


ini, maka penulis memakai metode simple random sampling. Dalam penentuan
jumlah sampel penulis menggunakan rumus perhitungan Taro Yamane dengan
tingkat kesalahan 10% yaitu :

n= N__
Nd2 + 1

Keterangan :

n = Jumlah Sampel Yang Akan Dicari

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat Kesalahan

Berdasarkan perhitungan dari rumus diatas, maka sampel yang penulis


ambil berjumlah ... orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang kami gunakan yaitu :
1) Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat gejala-
gejala yang tampak pada objek penelitian.
2) Kuesioner yaitu pengumpulan data dengan cara menyebarkan angket kepada
responden untuk memperoleh data yang diperlukan.
3) Wawancara yang dilakukan dengan pihak institusi ataupun pegawai sebagai
responden untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
4) Studi pustaka yang bersumber dari buku, diktat, skripsi, media internet, dan
media lainnya.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1) Korelasi Product Moment dari Karl Person

2) Koefisien Determinasi

3.6. Lokasi Penelitian


Kami melakukan penelitian di Kantor Desa Ciapus Kabupaten Bogor yang
berlokasi di Jalan ...... Kabupaten Bogor.
3.7. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 5 hari sejak tanggal 31 juli sampai 4
agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai