Kelompok 5 :
1. Irwan Stevanus Sowang ( 39 )
2. Ni Komang Ayu Ariani ( 40 )
3. Ni Wayan Mendrawati (41)
4. Ni Komang Rustini ( 42)
5. Linda Kristiana ( 43 )
6. Ni Ketut Ayu Krisnawati ( 44 )
7. Ni Kadek Febrianti ( 45 )
A. Landasan Teori
1. Kepemimpinan Transformasional
a. Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan pendekatan terakhir yang
hangat dibicarakan selama dua dekade terakhir ini. Menurut Robbins dalam
Setiawan dan Muhith (2013), mengatakan bahwa kepemimpinan
transformasional termasuk dalam teori kepemimpinan modern yang gagasan
awalnya dikembangkan oleh James McGroger Burns, yang secara eksplisit
mengangkat suatu teori bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah
proses dimana pimpinan dan para bawahannya berusaha mencapai tingkat
moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.
Menurut Wutun (2001) konsep kepemimpinan transformasional dari Bass
merupakan salah satu konsep kepemimpinan yang lebih dapat menjelaskan secara
tepat pola perilaku kepemimpinan atasan yang nyata ada dan mampu memuat
pola-pola perilaku dari teori kepemimpinan lain. Wutun (2001), menyatakan
bahwa pemimpin berusaha memperluas dan meningkatkan kebutuhan melebihi
minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bersama
termasuk kepentingan organisasi.
Bila model situasional lebih berfokus pada gaya kepemimpinan yang
cocok untuk status quo, maka model agen perubahan (chande agency models)
menekankan alternative kepemimpinan yang tepat untuk mengadakan perubahan.
Salah satu teori agen perubahan yang paling komprehensif adalah teori
kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional. Gagasan awal
megenai model kepemimpinan tersebut dikembangkan oleh James MacGregor
Burn yang menerapkannya dalam konteks politik dan selanjutnya disempurnakan
serta diperkenalkan kedalam konteks organisasional oleh Bernard Bass
(Eisenbach,2005).
Selanjutnya menurut Burns (2004) menyatakan bahwa kepemimpinan
transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu
memotivasi bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari
yang mereka harapkan. Pemimpin Transformasional harus mampu
mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi dan
bawahan harus menerima dan mengakui pemimpinnya.
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin
untuk mempengaruhi orang lain (karyawan), olehnya diperlukan suatu gaya atau
perilaku kepemimpinan tertentu, yang dikenal dengan kepemimpinan abad 21
yakni kepemimpinan transformasional. Menurut Setiawan dan Muhith (2012)
secara leksikal istilah kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu
kepemimpinan dan transformasional. Istilah tersebut bermakna perubahan rupa
(bentuk, sifat, fungsi dan lain sebagainya) bahkan ada juga yang menyatakan
bahwa kata transformasional berinduk dari kata “to transform” yang memiliki
makna mentransformasionalkan visi menjadi realitas, panas menjadi energi,
potensi menjadi faktual, laten menjadi manifest. Menurut Lensufiie (2010) bahwa
kepemimpinan transformasional memiliki pengertian kepemimpinan yang
bertujuan untuk perubahan, perubahan yang dimaksud diasumsikan sebagai
perubahan yang lebih baik menentang status quo dan aktif. Kepemimpinan
Transformasiona ljuga diartikan sebagai pendekatan kepemimpinan yang
menciptakan perubahan positif dan bernilai bagi suatu organisasi.
Selanjutnya Bass dalam Zanikham (2008) Kepemimpinan
Transformasional didefinisikan sebagai kemampuan pemimpin mengubah
kemampuan kerja, motivasi kerja, pola kerja dan nilai-nilai kerja yang
dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja
untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Burns dalam sedarmayanti (2010) pakar kepemimpinan kelas
dunia mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional yang mampu dan
melaksanakan perubahan karena kepemimpinan transformasional menyediakan
visi yang jelas bagi perubahan lebih lanjut dikemukakan pemimpin mempunyai
tujuan jelas yang bisa membimbing organisasi menuju arah baru, pemimpin
menekankan pentingnya melihat kemungkinan baru dan mempromosikan visi
dimasa datang yang menggairahkan.
Selanjutnya berdasarkan penelitian dari Olga Epitropaki bahwa sistem
kepemimpinan transformasional menunjukkan bahwa:
1) Secara signifikan dapat meningkatkan performance organisasi
2) Mempunyai pengaruh positif terhadap penjualan jangka panjangdan
kepuasan pelanggan
3) Meningkatkan komitmen organisasi dan bawahan
4) Meningkatkan kepercayaan karyawan dan perilaku perusahaan
5) Meningkatkan kepuasan karyawan dengan pekerjaan danpimpinan
6) Mengurangi tekanan kerja dan meningkatkan kesejahteraanKaryawan Dari
pendapat diatas disimpulkan bahwa pemimpin yang transformasional diukur
dari tingkat kepercayaan, kepatuhan, kekaguman, kesetiaan dan rasa hormat
para pengikutnya.
Perilaku-perilaku yang dimunculkan kepemimpinan transformasional
dapat ditarik beberapa karekteristik yang menjadi ciri khas kepemimpinan
transformasional antara lain:
1) Mempunyai visi yang besar dan memercayai intuisi
2) Menempatkan diri sebagai motor penggerak perubahan
3) Berani mengambil resiko dengan pertimbangan yang matang
4) Memberikan kesadaran pada bawahan akan pentingnya hasil pekerjaan
5) Memiliki kepercayaan akan kemampuan bawahan
6) Fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman baru
7) Berusaha meningkatkan motivasi yang lebih tinggi daripada sekedar
motivasi yang bersifat materi
8) Mendorong bawahan untuk menempatkan kepentingan organisasi diatas
kepentingan pribadi atau golongan
9) Mampu mengartikulasikan nilai inti (budaya/tradisi) untuk membimbing
perilaku mereka (Karim dalam Setiawan dan Muhith,2013)
Selanjutnya Bass (2002) mengemukakan pedoman kepemimpinan
transformasional adalah sebagai berikut:
1) Menyatakan visi jelas dan menarik
2) Menjelaskan bagaimana visi dicapai
3) Bertindak rahasia dan optimistis
4) Memperlihatkan keyakinan pada pengikut
5) Menggunakan tindakan dramatis dan simbolis untuk menekankannilai
penting
6) Memimpin dan memberi contoh
7) Memberi kewenangan kepada orang untuk mencapai visi (dalam
Sedarmayanti, 2010)
Sejauhmana pemimpin dikatakan sebagai pemimpin transformasional, Bass
(2002) mengemukakan bahwa hal tersebut dapat diukur dalam hubungan dengan
pengaruh pemimpin tersebut berhadapan dengan karyawan. Oleh karena itu bass
mengemukakan ada tiga cara seorang pemimpin transformasional memotivasi
karyawannya yaitu dengan:
1) mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha
2) mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok
3) meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diridan
aktualisasi diri.
c. Kriteria-Kriteria Kinerja
Kriteria kinerja adalah dimensi-dimensi pengevaluasian kinerja
seseorang pemegang jabatan, suatu tim, dan suatu unit kerja. Secara bersama-
sama dimensi itu merupakan harapan kinerja yang berusaha dipenuhi individu
dan tim guna mencapai strategi organisasi. Menurut Schuler dan Jackson 2004
(dalam Harsuko, 2011) bahwa ada 3 jenis dasar kriteria kinerja yaitu:
1) Kriteria berdasarkan sifat memusatkan diri pada karakteristik pribadi
seseorangkaryawan. Loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi, dan
keterampilan memimpin merupakan sifat-sifat yang sering dinilai selama
proses penilaian. Jenis kriteria ini memusatkan diri pada bagaimana
seseorang, bukan apa yang dicapai atau tidak dicapai seseorang dalam
pekerjaanya.
2) Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada bgaimana pekerjaan
dilaksanakan. Kriteria semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang
membutuhkan hubungan antar personal. Sebagai contoh apakah SDM-nya
ramah atau menyenangkan.
3) Kriteria berdasarkan hasil, kriteria ini semakin populer dengan makin
ditekanyaproduktivitas dan daya saing internasional. Kreteria ini berfokus
pada apa yang telah dicapai atau dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu
dicapai atau dihasilkan.
Menurut Bernandin & Russell (2001) dalam Riani (2011) kriteria yang
digunakan untuk menilai kinerja karyawan adalah sebagai berikut:
1) Quantity of Work (kuantitas kerja): jumlah kerja yang dilakukan dalam
suatu periode yang ditentukan.
2) Quality of Work (kualitas kerja): kualitas kerja yang dicapai berdasarkan
syarat-syarat kesesuaian dan ditentukan.
3) Job Knowledge (pengetahuan pekerjaan): luasnya pengetahuan mengenai
pekerjaan dan keterampilannya.
4) Creativeness (kreativitas): keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan
tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5) Cooperation (kerja sama): kesedian untuk bekerjasama dengan orang lain
atau sesama anggota organisasi.
6) Dependability (ketergantungan): kesadaran untuk mendapatkan
kepercayaan dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.
7) Initiative (inisiatif): semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan
dalam memperbesar tanggung jawabnya.
8) Personal Qualities (kualitas personal): menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang menyangkut pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
kinerja karyawan yang pernah dilakukan sebelumnya, sebagai berikut:
1.Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi Terhadap
Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Surabaya,
yang ditulis oleh Agustina Ritawati (2013). Hasil Penelitian ini menunjukkan
adanya pengaruh pengaruh positif gaya kepemimpinan transformasional terhadap
kinerja karyawan.
2.Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional
Terhadap Kinerja Karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda, yang ditulis
oleh Maulizar, Musnadi dan Yunus (2012). Hasil penelitian ini menunjukan adanya
pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional terhadap
kinerja karyawan.
3.Pengaruh kepemimpinan dan team work Terhadap kinerja karyawan Di koperasi
Sekjen Kemdikbud Senayan Jakarta yang ditulis oleh Merpaung (2014). Hasil
penelitian menunjukkan Terdapat pengaruh kepemimpinan yang kuat dan
signifikan terhadap kinerja pegawai koperasi.
4.Pengaruh komunikasi, kepemimpinan dan kedisiplinan kerja Terhadap kinerja
karyawan pada dinas komunikasi dan Informatika pemerintah Kota Surakarta yang
ditulis oleh Srip Partini dan Hartono (2013). Hasil penelitian menunjukkan
Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada
Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Surakarta.
5.Pengaruh gaya kepemimpinan tranformasional terhadap kepuasan kerja karyawan
PT. Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putra 1912 Cabang Kendari yang ditulis oleh
Darwis (2007). Hasil penelitian menemukan bahwa kepemimpinan
transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan.
6.Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap
kepuasan kerja dan kinerja pegawai pada Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi
Tenggara yang ditulis oleh Sarira (2009). Hasil Penelitian menemukan bahwa
kepemimpnan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan gambaran secara skematis tentang arah penelitian
yang dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diketahui skema penelitian yang
menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Di dalam suatu
perusahaan, kinerja merupakan hal yang terpenting. Setiap karyawan dituntut untuk dapat
menampilkan kinerja yang baik dan memberikan kontribusi yang maksimal. Kinerja
dipengaruhi oleh kondisi input dan proses sumber daya manusia sebagai faktor
pendukung dalam menjalankan tugas. salah satunya ditentukan oleh gaya kepemimpinan
dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang berkaitan dengan pencapaian kinerja karyawan
Dan gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan transformasional. Oleh
karena itu, tantangan organisasi dalam organisasi ini adalah berusaha mentransformasi
pola pikir dan memotivasi setip karyawan secara terus menerus dalam rangka
memperbaiki perilaku kerja.
Salah satu teori kepemimpinan yang berdasarkan pada gaya tranformasioanal
adalah teori kepemimpinan tranformasional dari Setiawan, (2013). Dalam teorinya, Ia
menyatakan bahwa untuk memotivasi dan menginspirasi para bawahan dan sekaligus
dapat meningkatkan kinerjanya, maka manajemen harus menekankan pada pendekatan
„tranformasional leadership’, yang meliputi 4 (empat) dimensi, yakni: (1) kemampuan
dalam mengartikulasikan visi, kemampuan, keahlian, dan tindakan yang baik terhadap
bawahan (attributed charisma); (2) kemampuan dalam memotivasi dan memberikan
inspirasi terhadap bawahan (inspirational motivaion); (3) kemampuan dalam menerima
dan mendukung bawahan dalam memikirkan cara kerja dalam menyelesaikan
tugas/pekerjaan (intellectual stimulation); dan (4) kemampuan memberikan perhatian dan
sikap peduli terhadap bawahan (individualized consideraton). Dengan kata lain, apabila
keempat dimensi kepemimpinan transformasional tersebut dapat berjalan dengan baik,
maka dapat diharapkan akan berdampak pada kinerja yang positif bagi karyawan. Dengan
demikian, karyawan dapat memberikan umpan balik yang cepat atas kinerja mereka dapat
mengetahui dengan mudah apakah mereka menjadi lebih baik atau tidak, dan dimana
mereka dapat menetukan tujuan organisasi.
Gambar II.1
Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiyono, 2008)
Sedangkan menurut Suharsimi (2006) hipotesis merupakan suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian dan belum ada jawaban empiris.
Penolakan dan penerimaan hipotesis tergantung pada hasil penyelidikan terhadap
fakta-fakta. Dengan demikian, hipotesis adalah suatu teori sementara yang
kebenarannya masih perlu diuji.
Berdasarkan landasan teori di atas, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. H1: Diduga gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi
berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap kinerja karyawan
2. H2: Diduga gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan
3. H3: Budaya Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
2. Indikator Kinerja
Menurut Robbins (2006:206), indicator untuk mengukur kinerja karyawan
yaitu (Manis, 2017):
a. Kualitas
Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang
dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan.
b. Kuantitas
Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
c. Ketepatanwaktu
Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
d. Efektivitas
Efektivitas merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,
uang teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil
setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
e. Kemandirian
Kemandirian merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya
f. Komitmen kerja
Komitmen kerja merupakan suatu tingkat dimana karyawan memiliki komitmen
kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
Hipotesis:
H1:Kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi
berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap
kinerja karyawan.
H2: Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan.
H3: Budaya Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan.
Hasilpenelitian
Kesimpulan
BAB IV
KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
Kepemimpinan
Transformasional H2
(X1)
Kinerja
Karyawan
(Y)
Budaya
Organisasi H3
(X2)
H1
BAB V
KETERBARUAN IDE
Kesimpulan
Sumberdaya manusia merupakan kunci yang menjadi penyambung rantai kesuksesan
sebuah perusahaan untuk meraih target yang sudah di tentukan. Ditengah persaingan ekonomi
sekarangini, faktor SDM merupakan asset perusahaan aset yang sangat penting,karena
merupakan sebgai penggerak dan pelaksan kegiatan organisasi. Budaya organisasi merupakan
kebiasaan kerja seluruh anggota yang dibakukan serta di terima sebagai standar perilaku kerja
dalam rangka pencapaian sasaran dan hasil direncanakan terlebih dahulu yang dapat memberi
arah bagi setiap pekerja untuk mencapai tujuan perusahaan. Budaya organisasai mengacu
pada suatu system makna bersama yang di anut oleh anggota organisasi dan yang
membedakan organisasi itu dengan organisasi lain.
Kesimpulanya yaitu budaya organisasi merupakan pendapat dan pemikiran para ahli
adalah sama, bahwa budaya adalah nilai-nilai, keyakinan, tradisi dan harapan yang tertanam
dan berkembang dikalaangan anggota organisasi mengenai pkerjaan dalam usaha pencapaian
tujuaan perushaan yang telah di tetapkan.Gaya kepemimpinan trasformasional berarti
pemimpin mempengaruhi bawahan untuk lebih dapat berbuat atau berusaha dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.