Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disiplin pegawai merupakan salah satu kunci kesuksesaan bagi

keberhasilan sebuah organisasi. Disiplin kerja sangat menentukan dalam

mengarahkan sikap dan perilaku pribadi seseorang untuk dapat bersikap

dan berperilaku sesuai dengan aturan yang ditentukan dalam tercapainya

tujuan organisasi. Disiplin yang baik tercermin dari besarnya rasa tanggung

jawab seseorang terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Maka peraturan

sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi

pegawai dalam menciptakan tata tertib yang baik di dalam organisasi,

merupakan tugas utama para aparatur negara, sebagai abdi negara dan juga

abdi masyarakat. Tugas ini telah jelas digariskan dalam pembukaan UUD

1945 alinea keempat, yang meliputi empat aspek pelayanan pokok aparatur

terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Sebab kedisiplinan suatu organisasi dikatakan baik jika sebagian

pegawai menaati peraturan-peraturan yang ada (Hasibuan, 2003 : 193-194).

Sedangkan Menurut Prijodarminto (1994) mendefinisikan disiplin adalah

suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketentraman,

keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan merupakan salah satu cara untuk

mengukur tercapainya tujuan organisasi yang baik, jadi semakin baik

kedisiplinan suatu organisasi maka semakin besar pula keberhasilan suatu

organisasi. Kedisiplinan tersebut sangat dibutuhkan oleh semua instansi, baik

instansi pemerintah maupun instansi swasta, karena kedisiplinan akan

mendorong kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan organisasi. Oleh

karena itu setiap pimpinan selalu berusaha agar para pegawai mempunyai

kedisiplinan yang baik. Seorang pimpinan dikatakan efektif dalam

memimpin, jika para bawahannya berdisiplin yang baik.

Dalam kedudukannya sebagai pimpinan organisasi pemerintahan

ditingkat kecamatan, Camat dituntut untuk lebih aktif dan secara terus

menerus mengupayakan langkah-langkah dalam rangka peningkatan disiplin

kerja pegawai guna meningkatkan pelayanan umum pada masyarakat

khususnya masyarakat yang ada di lingkungan kecamatan serta menentukan

pola pembinaan yang tepat untuk meningkatkan disiplin kerja aparatnya, dan

Pelayanan publik pada dasarnya merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh

seseorang, kelompok atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan

kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Tugas

pokok pemerintah yang terpenting adalah memberikan pelayanan umum

kepada publik/masyarakat. Oleh karena itu, organisasi pemerintah sering pula

disebut sebagai “pelayan publik” (Public Servant). (Istianto, 2011:121).


Dunia kerja memiliki dinamika dan fenomenanya sendiri, salah

satunya adalah masalah kinerja pegawai. Semakin ketat persaingan antara

organisasi dewasa ini menuntut organisasi mampu bertahan dan berkompetisi

dengan organisasi lain. Salah satu yang dapat ditempuh organisasi agar

mampu bertahan dalam persaingan yang ketat adalah meningkatkan kinerja

pegawai. Usaha dalam mencapai peningkatan kinerja pegawai dewasa ini

dimulai dengan tenaga kerja/pegawai yang berada di dalam sebuah organisasi

tersebut. Pegawai/Karyawan merupakan makhluk sosial yang bagi setiap

organisasi, sebagaimana menurut Malayu (2003 .

Mereka menjadi perencana, pelaksanaan, dan pengendali yang selalu

berperan aktif dalam mewujudkan tujuan sebuah organisasi. Para pegawai

bekerja di organisasi/lembaga pemerintahan untuk menyelesaikan berbagai

tugas sesuai posisi atau jabatan mereka. Untuk mencapai tujuan ini, para

karyawan dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi sebuah organisasi.

Pegawai yang bekerja dengan baik diharapkan bisa meningkatkan kinerja

perusahaan/ lembaga pemerintah secara keseluruhan yang pada akhirnya

membawa kesejahteraan bersama dengan produktivitas dan kinerja pegawai

yang tinggi. Kinerja menurut Mangkunegara (2001: 67) berasal dari kata job

permormance atau actual performance (prestasi kerja atau prentasi

sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi

kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggungjawab yang diberikan kepadanya.Winardi (2001 :282) mengatakan


bahwa kinerja adalah kemampuan kerja seorang pegawai dalam

menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya secara berhasil dan

berdaya guna. Sedangkan menurut Nawawi (1992: 87) efektifitas sebagai

konsep pengukuran yang membandingkan realisasi dengan target yang ingin

dicapai. Semakin besar rasio antara realisai dengan target, berarti semakin

tinggi tingkat efektifitas pelayanan organisasi pemerintahaan. Pendapat lain

dikemukakan oleh Menurut Widodo (2005: 78) bahwa kinerja adalah

melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung

jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan, atau suatu hasil karya yang

dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara ilegal tidak melanggar

hukum, dan sesuai dengan moral dan etika.

Adapun indikator kinerja sebagaimana dikatakan Yoder (1990 :61)

bahwa salah satu indikator kinerja individu untuk organisasi yang diukur

dengan produktifitas yang dapat diukur dengan absensi (absentelism) dalam

tingkat keluar masuk pegawai. Di Kantor Camat sentani Kota Kab

Jayapuara merupakan lembaga pemerintahaan yang dimana pegawai-

pegawainya sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat,

yang senantiasa dituntut menjalankan pekerjaan harus disiplin, mempunyai

kinerja yang berkualitas yang bertujuaan agar tercapainya sebuah lembaga

pemerintah yang baik dan menjalankan fungsinya sebagai lembaga

pemerintah dengan benar Pegawai dilingkungan Kantor Distrik sentani Kota


sebagaimana halnya dengan pegawai pada kantor lain, diharapkan selalu

menunjukkan tingkat kedisiplinan yang tinggi agar dapat melaksanakan

tugas-tugasnya dengan efisien dan efektif. Namun demikian berdasarkan

pengamatan awal yang penulis lakukan pada Kantor Distrik sentani Kota,

instansi pemerintah daerah seperti kecamatan merupakan salah satu contoh

instansi pemerintah yang melaksanakan pelayanan publik. Kecamatan sebagai

penyedia layanan publik mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam

wilayah kecamatan serta meningkatkan efektivitas pelayanan publik dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik serta peningkatkanan

kualitas pelayanan dalam bentuk jasa atau perjanjian melalui transparasi dan

standarisasi pelayanan.

Adapun tugas lain dari kecamatan yaitu melayani dalam hal pembuatan

Kartu Tanda Penduduk (KTP), akta kelahiran, surat nikah, sertifikat tanah,

Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), keterangan pindah, pertanahan, legalisasi

surat-surat, dan program keluarga Harapan. Pelayanan yang baik kepada

masyarakat harus didukung oleh pegawai pegawai yang handal, berkompeten,

mampu memahami serta dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

sesuai dengan bidang tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dalam

meningkatkan kualitas pelayanan publik dibutuhkan faktor kedisiplinan

pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai aparatur pemerintahan

yang bertugas untuk melayani kepentingan masyarakat, karna faktor disiplin

mempunyai peran yang penting dalam pelaksanaan tugas sehari-hari pegawai.


Seorang pegawai yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi

akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan. Seorang

pegawai yang tidak disiplin akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-

hal yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Saat ini masyarakat

membutuhkan perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik, karna kurang

baiknya kinerja birokrasi selama ini menjadi salah satu faktor yang

mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Pelayanan masyarakat yang diberikan oleh aparatur pemerintah seringkali

cenderung rumit seperti tata cara pelayanan, rendahnya pendidikan aparat,

serta disiplin kerja. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan

umum di daerah. Pelayanan masyarakat dikategorikan efektif apabila

masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang

singkat, cepat, tepat, dan memuaskan. Keberhasilan meningkatkan kualitas

pelayanan ditentukan oleh faktor kemampuan pemerintah dalam

meningkatkan disiplin kerja aparat pelayanan. Khususnya pemerintah Distrik

Sentani Kota Kabupaten Jayapura dituntut untuk mewujudkan disiplin kerja

aparat kecamatan. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti,

pegawai Kecamatan Sentani Kota Kabupaten Jayapuara masih belum

menerapkan kedisiplinan dalam kerja, hal ini karena para pegawai tidak

melaksanakan tugas dengan baik maka dari atas tidak dikantor, yaitu datang

ke kantor lambar dan pulang tidak sesuai jam pulang dan pegawai disaat jam

kerja, ruangan kerja yang seharusnya digunakan untuk melakukan pekerjaan


guna menunjang pelayanan pada masyarakat beralih fungsi menjadi tempat

atau sarana bermain sejumlah anak dibawah umur lima tahun.

Peneliti juga mengamati bahwa masih banyak pegawai yang datang

tidak tepat pada jam masuk kerja yang telah ditentukan di Kantor Camat

Sentani kota Kabupaten Jayapuara hanya beberapa pegawai saja yang berada

dikantor. Padahal terdapat 33 pegawai di Kantor Camat Sentani Kota

Kabupaten Jayapura, telah menetapkan jam masuk kerja pada pukul 08.00

WIB serta melakukan apel pagi sebelum memulai bekerja. Peneliti juga

melihat, bahwa setelah apel beberapa pegawai tidak masuk ke ruangan kerja

masing-masing untuk langsung melaksanakan tugas mereka, banyak pegawai

berkumpul di ruangan piket untuk saling mengobrol. Adapun beberapa

pegawai, setelah melaksanakan apel pagi menuju kantin di samping kantor

kecamatan.

Hal ini menunjukkan kurang sadarnya Pegawai Negeri Sipil di Kantor

Camat Sentani Kota Kabupaten Jayapura, tugas-tugasnya sebagai abdi

masyarakat. Disiplin pegawai tingkat kecamatan merupakan faktor penting

dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu penting pembinaan disiplin

dengan tujuan agar tumbuh kesadaran dan mentaati peraturan yang

berlaku,mengembangkan jiwa dan semangat fokus kerja, mengembangkan

sikap untuk mementingkan kepentingan umum, mengembangkan daya tahan

kerja, mengembangkan tanggung jawab yang tinggi, serta kepatuhan kepada

atasan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 tahun

2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yaitu kesanggupan Pegawai

Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan atau peraturan kedinasan

yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Disiplin

sendiri merupakan satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas

pelayanan, karena tanpa adanya disiplin, segala kegiatan yang akan dilakukan

akan mendatangkan hasil yang kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan

harapan. Hal ini mengakibatkan kurangnya pencapaian sasaran dan tujuan

organisasi serta dapat juga menghambat jalannya program organisasi yang

dibuat dari atasan.

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis tertarik menulis

sebuah judul yaitu: Disiplin Pegawai Dalam Meningkatkan Efesiensi Kerja Di

Kantor Distrik Sentani Kota Kab Jayapuara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan,

maka masalah penelitian ini adalah :

a. Bagaimana Disiplin Pegawai Dalam Meningkatkan Epesiensi Kerja Di

Kantor Distrik Sentani Kota Kabupaten Jayapura.

b. Bagaimana Penerapan Disiplin pekawai terhadap peningkatan kerja di

Kantor Distrik Sentani Kota Kabupaten Jayapura.

c. Bagaimana Epesiensi kerja Pegawai Pada Kantor, Distrik Sentani Kota

Kabupaten Jayapuara.
1.3 Tujuan dan Kegunaan

Adapun Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang

hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Suatu riset khusus

dalam pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan

menganalisis disiplin pegawai dalam meningkatkan epesiensi kerja di Kantor

Distrik Sentani Kota Kabupaten Jayapura.

1.4 Keterbatasan Penelitian

a. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan

menambah keilmuan dalam bidang Administrasi Negara.

2. Secara akademik, penelitian ini diharapkan menjadi referensi tambahan

dalam kajian keilmuan khususnya dalam bidang Administrasi Negara.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan

beberapa masukan dan saran terhadap persoalan yang berkaitan dengan

kebijakan pemerintah saat ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Disiplin

Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa latin “discipline” yang

berarti “latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

pengembangan tabiat”. Hal ini menekankan pada bantuan kepada pegawai

untuk mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya dan

merupakan cara pengawas dalam membuat peranannya dalam hubungan

dengan disiplin. Disiplin merupakan suatu kekuatan yang berkembang

didalam tubuh pekerja sendiri yang mengebabkan dia dapat menyesuaikan

diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan atau peraturan-peraturan,

dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku menyatakan bahwa

disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksana manajemen untuk

memperteguh pedoman-pedoman organisasi.

Sedangkan pendapat Sastrohadiwiryo (2003:291) disiplin kerja dapat

didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan

taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun

tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk

menerima sangsi-sangsinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang

diberikan kepadanya. Selanjutnya menurut Gie (2005:56) menyatakan

bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang tergabung


dalam suatu biokrasi pemerintahan khususnya di kantor, tunduk kepada

peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati.

Menurut David (2001:129), menyatakan bahwa disiplin kerja dapat

diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-

pedoman organisasi.

Rumusan lain menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan

manajemen mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan

berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, pendisiplinan pegawai

adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk

pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut

secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan

yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya.

Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2002), mengatakan disiplin

adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati

norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya.

Disiplin Pegawai dapat dibentuk dan dikembangkan melalui berbagai

cara antara lain:

1) Melalui pendidikan yang tidak formal yaitu dalam kehidupan keluarga

dan lingkungan sekitarnya.

2) Melalui pendidikan formal yaitu melalui jalur Taman Kanak-kanak,

Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan maupun Pendidikan Tinggi.

3) Melalui latihan kepemimpinan terutama melalui pelatiahan pembentukan

dasar disiplin melalui sikap, cara bertindak, berbicara sesuai dengan


aturan dan kebiasaan untuk bersikap patuh dan taat yang dapat

membentuk semangat penguasaan diri dalam kehidupan organisasi dan

masyarakat.

4) Melalui keteladanan. Ini berarti disiplin harus dimulai dari tingkat

pimpinan terlebih dahulu.

5) Melalui gerakan Disiplin Nasional, yaitu untuk mewujudkan kepatuhan

dan keteladanan yang lahir dari sikap patuh oleh seluruh masyarakat

terhadap ketentuan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis

sebagai konvensi yang berlaku secara nasional. Jadi yang dimaksud

dengan disiplin nasional adalah disiplin yang sudah menjadi milik

bangsa yang harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat.

Disiplin Pegawai dapat diartikan sebagai suatu sikap menghormati,

menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku.

Menurut Hasibuan (1997:212) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya

Manusia” menyebutkan, Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial

yang berlaku.

Moenir dalam Sutrisno (2002), mengatakan disiplin adalah untuk

menciptakan keadaan di suatu lingkungan kerja yang tertib, berdaya guna,

dan berhasil guna melalui suatu sistem pengaturan yang tepat.

Mendefinisikan disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan

terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-


nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketentraman, keteraturan dan ketertiban

membedakan tiga tingkatan disiplin yaitu:

a) Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan

atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.

b) Disiplin kelompok sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari sikap

taat, patuh terhadap aturan-aturan (hukum) norma yang berlaku pada

kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia, misalnya disiplin

pada kesatuan-kesatuan atau perkumpulan tertentu misalnya disiplin

kesatuan olahraga.

c) Disiplin Nasional yakni disiplin yang lahir dari sikap patuh yang

ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan,

nilai-nilai yang berlaku secara nasional. Disiplin ini sudah menjadi

budaya nasional, sudah menjadi milik bangsa.

Dari pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa

kedisiplinan pegawai merupakan suatu sikap atau tindakan dari seorang

karyawan atau pegawai yang berada di lingkungan kerja untuk

melaksanakan segala tata tertib dan aturan yang berlaku kemampuan

melaksanakan tugas yang nantinya dapat diharapkan tercapainya tujuan

organisasi.

Yang dimaksud dengan kedisiplinan yang baik, merupakan hal yang

sulit, tetapi Hasibuan (2009 : 193) memberikan definisi sebagai berikut.

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati

semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.


Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati

semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggungjawabnya.

Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang

yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak

tertulis.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang

menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang

terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya

baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

2. Jenis-Jenis Disiplin Kerja.

Menurut Terry (1993: 218), disiplin pegawai dapat timbul dari diri

sendiri dan dari perintah, yang terdiri dari:

a. Self Inposed Dicipline yaitu disiplin yang timbul dari diri sendiri atas

dasar kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas dasar paksaan. Disiplin

ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa

telah menjadi bagian dari organisasi sehingga orang akan tergugah

hatinya untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala peraturan yang

berlaku.

b. Command Dicipline yaitu disiplin yang timbul karena paksaan, perintah

dan hukuman serta kekuasaan. Jadi disiplin ini bukan timbul karena

perasaan ikhlas dan kesadaran akan tetapi timbul karena adanya

paksaan / ancaman dari orang lain.


3. Tipe–Tipe Disiplin pegawai

Menurut Handoko, (1990: 129-130) Tipe-tipe kegiatan

pendisiplinan pegawai ada tiga tipe yaitu:

a. Disiplin preventif yaitu kegiatan yang mendorong para pegawai untuk

mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan dapat

dicegah. Sasaran pokok dari kegiatan ini adalah untuk mendorong

disiplin diri diantara para pegawai. Dengan cara ini para pegawai

bekerja dengan ikhlas, bukan karena paksaan manajemen.

b. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran yang dilakukan karyawan / pegawai terhadap peraturan yang

berlaku dan mencegah terjadinya pelanggaran lebih lanjut. Contohnya

dengan tindakan skorsing terhadap karyawan.

c. Disiplin progresif yaitu tindakan memberi hukuman berat terhadap

pelanggaran yang berulang. Contoh dari tindakan disiplin progresif

antara lain.

1) Teguran secara lisan oleh atasan.

2) Teguran tertulis.

3) Skorsing dari pekerjaan selama beberapa hari.

4) Diturunkan pangkatnya.

5) Dipecat

4. Prinsip-Prinsi Disiplin Kerja

Menurut Soejono (1997:67), dengan adanya tata tertib yang

ditetapkan, dengan tidak sendirinya para pegawai akan mematuhinya, maka


perlu bagi pihak organisasi mengkondisikan karyawannya dengan tata tertib

kantor. Untuk mengkondisikan pegawai agar bersikap disiplin, maka

dikemukakan prinsip pendisiplinan sebagai berikut.

a. Disiplinan dilakukan secara pribadi yaitu:

Disiplinan ini dilakukan dengan menghindari menegur kesalahan

dihadapan orang banyak, karena bila hal tersebut dilakukan karyawan

yang bersangkutan malu dan tidak menutup kemungkinan akan

memperbagi kelakuannya.

b. Pendisiplinan yang bersifat membangun.

Selain menunjukan kesalahan yang dilakukan karyawan, haruslah

disertai dengan memberi petunjuk penyelesaiannya, sehingga karyawan

tidak merasa bingung dalam menghadapi kesalahan yang dilakukan.

c. Pendisiplinan dalam Keadilan.

Dalam melakukan tindakan disiplinan, harusnya dilakukan secara

adil tanpa pilih kasih serta tidak membeda-bedakan antara atasan dan

bahwahan.

Disiplinan dilakukan pada waktu karyawan tidak absen. Pimpinan

hendaknya melakukan disiplinan ketika karyawan yang melakukan

kesalahan hadir, sehingga secara pribadi ia mengetahui kesalahannya.

Setelah disiplinan hendaknya dapat bersikap wajar. Hal itu

dilakukan agar proses kerja dapat berjalan lancer seperti biasa dan tidak

kaku dalam bersikapnya.


5. Indikator Disiplin kerja.

Menurut Saksono (1997:67), adapun disiplin kerja dipengaruhi oleh

faktor yang sekaligus sebagai indikator dari disiplin kerja. Indikator dari

disiplin kerja yaitu:

a. Ketepatan waktu.

Para pegawai datang ke kantor tepat waktu, tertib dan teratur, dengan

begitu dapat dikatakan disiplin kerja baik.

b. Menggunakan peralatan kantor dengan baik.

Sikap hati-hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukan

bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga peralatan

kantor dapat terhindar dari kerusakannya.

c. Tanggung jawab yang tinggi.

Pegawai yang senantiasa menyelesaikan tugas yang dibebankan

kepadanya sesuai dengan prosedur dan bertanggung jawab atas hasil

kerjanya, dapat pula dikatakan memiliki disiplin kerja yang baik.

d. Ketaatan terhadap aturan kantor.

Pegawai memakai seragam kantor, menggunakan kartu tanda pengenal/

identitas, membuat izin bila tidak masuk kantor, juga merupakan

cerminan dari disiplin yang tinggi.

Menurut Discenza dan Smith, dalam Timpe (2000:403)

mengemukakan bahwa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

kedisiplinan karyawan adalah: ketaatan terhadap peraturan, kepatuhan

terhadap perintah pimpinan, ketaatan terhadap jam kerja, kepatuhan


berpakaian seragam, kepatuhan dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana

kantor dan selalu bekerja sesuai prosedur.

Kedisiplinan diartikan jika pegawai selalu datang tepat pada

waktunya, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua

peraturan-perusahaan dan norma-norma yang berlaku. Salah satu tolak ukur

dari kedisiplinan adalah kehadiran dan kepulangan tepat waktu sesuai

dengan jam yang telah ditentukan, kemudian bentuk disiplin lain adalah

ketepatan dalam melaksanakan tugas kerja atau lebih menekankan pada

output. Pegawai dituntut untuk dapat melaksanakan sesuai dengan jadwal

atau jam yang telah ditentukan.

6. Konsep Kinerja Pegawai.

Istilah prestasi kerja atau kinerja merupakan pengalih bahasaan dari

kata performance. Definisi performance adalah catatan tentang hasil-hasil

yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu

selama di kantor. Prestasi menekankan pengertian sebagai hasil atau apa

yang keluar (outcomes) dari sebuah pekerjaan dankontribusi mereka pada

organisasi.

Penilaian kinerja pegawai kerja amat penting bagi suatu organisasi.

Dengan penilaian prestasi tersebut suatu organisasi dapat melihat sampai

sejauh mana faktor manusia dapat menunjang tujuan suatu organisasi.

Penilaian terhadap prestasi dapat memotivasi karyawan agar terdorong

untuk bekerja lebih baik. Oleh karena itu diperlukan penilaian prestasi yang

tepat dan konsisten. Penilaian prestasi merupakan sebuah proses formal


untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi prestasi kerja seseorang

secara periodik. Proses penilaian prestasi ini ditunjukan untuk memahami

prestasi kerja seseorang, dimana kegiatan ini terdiri dari identifikasi,

observasi, pengukuran dan pengembangan hasil kerja dalam sebuah

organisasi diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja

merupakan implementasi dari perancanaan yang telah disusun tersebut.

Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki

kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan.

B. Kerangka konsepsual

Kerangka pemikiran merupakan suatu model yang digunakan peneliti

untuk memecahkan masalah penelitian yang dilandasi konsep-konsep dan teori

yang relevan. Konsep adalah ide abstrak yang dipergunakan untuk

menggeneralisasi objek atau fakta hasil pengamatan. Selain itu, teori adalah

suatu pemikiran, penelaahan, bisa juga penelitian yang telah diakui

kebenarannya secara ilmiah (Pujileksono, 2005:10).

Disiplin pegawai merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan

kualitas pelayanan publik oleh karena itu instansi pemerintahan perlu

menerapkan kedisiplinan untuk para pegawainya, karna faktor kedisiplinan

yang dimiliki oleh pegawai akan berdampak pada pelayanan yang akan

diberikan oleh pengguna layanan yaitu masyarakat. Dengan disiplin yang baik

maka pegawai di Kantor Camat Sentani Kota Kabupaten Jayapura akan mampu

memberikan pelayanan.
Disiplin Kerja. Kerja Pegawai
Ketepatan Waktu. Kualitas Kerja.
Tanggung jawab yang tinggi. Kuantitas kerja.
Kepatuhaan terhadap aturan kantor Jangka waktu

C. Variabel Dan Indikator penelitian

Adapun variabel yang di gunakan dalam penulisan ini adalah untuk

mengetahui sejauhmana disipli pegawai di kantor Distrik Sentani Kota

Kabupaten Jayapura dengan indikator penelitian tentang disiplin pegawai

adapun disiplin kerja dipengaruhi oleh faktor yang sekaligus sebagai indikator

dari disiplin kerja. Indikator dari disiplin kerja yaitu :

Menurut Zeithhaml, Parasuraman & Berry (dalam Hardiansyah 2011:46)

untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh

konsumen, ada indikator kualitas pelayanan yang terletak pada lima dimensi

kualitas pelayanan yaitu:

1. Tangible (berwujud

Kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi

administrasi, ruang tunggu, tempat informasi. Indikatornya adalah.

a) penampilan petugas/aparatur dalam melayani pengguna layanan

b) kenyamanan tempat dalam melakukan pelayanan.

c) Kemudahan dalam proses pelayanan.

d) Kedisiplinan petugas/aparatur dalam melakukan pelayanan.

e) Kemudahan akses pelanggan dalam permohonan pelayanan.


2. Realibility (kehandalan)

Kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang

terpercaya. Indikatornya:

a) kecermatan petugas dalam melayani

b) memiliki strandar pelayanan yang jelas

c) kemampuan petugas/aparatur dalam menggunakan alat bantu dalam

proses pelayanan

d) keahlian petugas dalam menggunakan alat bantu dalam proses

pelayanan.

3. Responsiviness (ketanggapan)

Kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara

cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen. Indikatornya

adalah.

a) Merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapatkan

pelayanan.

b) Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cepat

c) Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cermat

d) Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat

e) Semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas

D. Hipotesis

Didalam penelitian kualitatif hipotesis kerja bagian penting untuk

melengkapi data peneliti dan bertujuan untuk membantu peneliti menjawab

pertanyaan sementara dari apa yang peneliti teliti. Sugiyono (2009:96)


hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam sebuah pertanyaan.

Didalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis kerja yaitu Disiplin

Pegawai Dalam Meningkatkan Epesiensi Kerja Di Kantor Distrik Sentani Kota

Kabupaten Jayapuara terkait dengan ketepatan waktu, kesetiaan/patuh pada

peraturan yang ada, penggunaan perlengkapan/peralatan kantor, dan

kehadirannya.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Dan Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Distrik Sentani kota

Kabupaten Jayapura dengan pertimbangan ingin mengetahui penerapan

disiplin pegawai dalam meningkatkan epesiensi di kantor Distrik Sentani kota

Kabupaten Jayapura

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran dan penjelasan

tentang pengadaan infrastruktur publik oleh disiplin pegawai dalam kerja di

kantor Distrik Sentani kota Kabupaten Jayapura

Dasar penelitian adalah Melakukan wawancara.

3.2 Unit Analisis.

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penulisan ini adalah:

Pegawai yang bekerja pada Kantor Distrik Sentani Kota Kabupaten Jayapura.

adalah 33 orang. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang

mengetahui pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu disiplin pegawai

dalam meningkatkan epesiensi kerja .

Informan penelitian yang dimaksud adalah beberapa pegawai yang

terdiri dari 1 orang Camat, 1 orang sekretaris Camat, dan 1 orang pegawai

Kantor Camat 1 orang Staf. Dengan demikian keseluruhan informan

berjumlah 3 orang.
3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Untuk mencapai tujuan kegunaan penelitian ini penulis sebagi

peneliti ini tentunya di harapkan kepada populasi berupa subyek pegawai

negeri sepil,maupun obyek yang ada hubungan dengan masalah penelitia

ini cara menggumpulkan data dapat dilakukan dengan meneliti secara

keseluruhan anggota responden untuk memberikan keterangan-keterangan

yang sesuai dengan yang di butuhkan di mana populasi univesum populasi

di batasi dengan jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama.

Dengan demikian yang menjadi populasi ialah 33 orang pegawai

Kantor Distrik Sentani Kota Kabupaten Jayapura.

b. Sampel penelitian

Adapun teknik sampel yang digunakan adalah teknik random

sampling (pemilihan ajak) yaitu suatu cara penarikkan kesatuan di mana

semua unsur yang berada dalam frame atau mendapat peluang yang sama

untuk di pilih dengan demikian di dalam pelaksanaan di mana untuk

memudakan penulis dalam suatu penyaring data atau penggumpulan data

sampel adalah bagian yang di ambil dari populasi dengan mengunakan

cara-cara tertentu.

Jadi penulis mengambil 33 pegawai kantor yang memiliki PNS.

Distrik Sentani Kota Kabupaten Jayapura.


3.4 Definisi Opersional

Secara teoritis, definisi operasional adalah unsur penelitian yang

memberikan penjelasan atau keterangan tentang variabel-variabel sehingga

dapat diamati atau diukur,

Definisi operasional yang akan dijelaskan penulis yaitu :

a. Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan

taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis

maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak

untuk menerima sangsi-sangsinya apabila ia melanggar tugas dan

wewenang yang diberikan kepadanya.

Adapun indikator-indikatornya adalah sebagai berikut :

1) Ketepatan waktu yang dimaksud ialah para pegawai mampu

melaksanakan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan, serta datang

dan pulang kantor tepat waktu, dengan begitu dapat dikatakan disiplin

kerja baik.

2) Kepatuhan terhadap aturan kantor yang dimaksud disini adalah pegawai

mampu mematuhi tata tertib kantor, dan pegawai mampu untuk tidak

melanggar peraturan kantor, ini juga merupakan cerminan dari

disiplin yang tinggi.

3) Kepatuhan terhadap perintah atasan yang dimaksud disini adalah

pegawai yang mampu melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh

atasan dan pegawai tidak lalai dalam melaksanakan tugas yang

diperintahkan, ini juga merupakan disiplin yang baik.


b. Kerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku,

dalam kurun waktu tertentu, berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku

dan tindakannya.

Adapun dimensinya yakni:

1) Kualitas kerja adalah kesesuaian pekerjaan dan ketelitian pekerjaan

2) Kuantitas kerja adalah volume/banyaknya pekerjaan yang deberikan

dan diselesaikan

3) Jangka waktu adalah ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

4) Disiplin kerja adalah disiplin waktu dan disiplin terhadap aturan yang

telah ditetapkan.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data.

a. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari peninjauan

langsung dilapangan pada objek penelitian, data tersebut diperoleh dari

wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pihak- pihak yang

berkompeten dan akan di proses untuk tujuan penelitian.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan

berbagai sumber lain yang terdiri dari laporan, cacatan, dokumen, dan

studi pustaka yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya.


3.6 Jenis Sumber Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena bertujuan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

diharapkan (Sugiyono,2016:101).Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini diantaranya.

a. Teknik pengumpulan data primer

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data primer yang dilakukan oleh

peneliti melalui.:

1) Wawancara

Wawancara dapat diartikan sebagai interaksi bahasa yang

berlangsung antara dua orang dalam satu situasi yang berhadapan, yaitu

yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada

orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan keyakinannya.

Wawancara yang dilakukan juga mengacu kepada pedoman wawancara

yang disusun sebelumnya.

2) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan

secara langsung terhadap objek atau fenomena – fenomena yang

berkaitan dengan fokus permasalahan yang diteliti dengan mencatat

gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk mempelajari data-data

yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

Penulis mengamati hal – hal yang berkaitan dengan indikator penelitian


melalui pedoman obsevasi yang dijadikan sebagai panduan dalam

mengamati gejala yang ada

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan

menggunakan instrumen sebagai berikut: Studi Dokumentasi:

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu diperoleh

dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen, foto foto,

gambar dan sumber sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

3.7 Teknik analisis dan pengukuran

Teknik analisis dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai

dengan menelaah data yang terkumpul, menyusun dalam satu kesatuan yang

kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan

serta menafsirkannya dengan analisis kemampuan daya peneliti untuk

membuat kesimpulan penelitian.

Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2016:246) mengemukakan

bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Dalam melakukan analisis data, ada langkah-langkah yang dilakukan,

yaitu:

a. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang telah dipahami.

c. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai

hipotesis, dan bila didukung oleh data maka akan dapat menjadi teori.
DAFTAR PUSTAKA

A.S.Moenir. 2001. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta : Aksara

Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta : Gaya Media

Handoko, Hani T. 2001. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta : BPFE

Handoko, Hani T. 2003. Manajemen. Yogyakarta : BPFE

Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi


Aksara

Heidrajchman dan Suad Husnan. 1990. Manajemen Personalia. Yogyakarta :


BPFE

Heidrachman. 2001. Manajemen Personalia. Jakarta : BPFE

I.G. Wursanto. 1999. Manajemen Kepegawaian. Yogyakarta : Kanisius

Istianto, Bambang. 2011. Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif Pelayanan


Publik. Jakarta : Mitra Wacana Media

Konjtraningrat. 1993. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama

Mathis, Robert L dan John H Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta : PT Salemba Empat

Moelong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja


Rosdakaraya

Moenir H.A.S. 2002. Manajemen Kantor. Jakarta : Yudhistira

Prijodarminto, soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta : Pradnya


Paramita.

Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang:


Intrans Publishing

Ratminto & Atik Septi Winarsih. 2007. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Simamora, henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE


UGM
Soejono. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE YKPN
Universitas Sumatera Utara

Soedjono, Imam. 1983. Teknik memimpin pegawai dan pekerdja. Jakarta : Aksara
Baru

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Bandung: Aflabeta

Sugiyono.2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Bandung: Aflabeta

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2011. Memahami Good Governance Dalam Perspektif


Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Gava Media

Sutrisno Edy. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta : PT Gramedia


Widia sarana Indonesia

Tjiptono, Fandy. 2000. Manajemen Jasa. Yogyakarta : AndiJurnal, Skripsi :

Wibowo. Sapto Heri. Pelaksanaan Disiplin Kerja Pegawai Dalam Upaya


Meningkatkan Kinerja Pada Dinas BAPERMADES Kabupaten Semarang

Sumber Dokumen :
PP Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Sumber lain :

Anda mungkin juga menyukai