Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan adalah sebuah masalah global yang dihadapi oleh seluruh

negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Isu kemiskinan termasuk dalam

masalah kemanusiaan, dan dibutuhkan upaya yang sangat terintegrasi untuk

mengatasinya. Kemiskinan merupakan persoalan klasik yang telah ada sejak

sejak umat manusia ada. Bahkan sampai saat ini, masih belum ditemukan

suatu rumusan maupun formula penanganan kemiskinan yang dianggap jitu

dan sempurna untuk mengatasi penyebab kemiskinan, sehingga harus terus

menerus dikembangkan.Indonesia adalah salah satu negara berkembang

dihadapkan pada masalah kemiskinan yang tidak bisa diabaikan. Angka

kemiskinan masyarakat setiap tahunnya seolah tak pernah berkurang.

Maka dari itu pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa bantuan

sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut UU tersebut,

bantuan sosial merupakan bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau

rentan terhadap risiko sosial. Pengertian ini juga dijelaskan dalam Perpres

Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai.

Bantuan sosial ini akan dikelola oleh aparatur desa setempat guna

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pelayanan Bantuan Sosial merupakan tanggung jawab pemerintah atas

kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat. Tugas

1
2

pokok aparatur pemerintah pada hakikatnya adalah memberikan pelayanan

kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan tersebut mengandung adanya unsur-unsur perhatian dan kesediaan

serta kesiapan dari pegawai pemerintah dalam menghadapi perubahan sosial

dan dinamika masyarakat sebagai sasaran pelayanannya, rasa puas masyarakat

dalam pelayanan publik akan terpenuhi jika apa yang diberikan oleh pegawai

kantor pemerintah sesuai dengan apa yang mereka harapkan selama ini.

Khusus dalam pelaksanaan tugas pemerintahan ditingkat

kabupaten/kota, kecamatan dan desa dituntun kepada aparatur negara selaku

penyelenggara pemerintahan harus mampu melakukan inovasi diri guna

meningkatkan kinerja, baik untuk diri pribadinya maupun untuk instansi

tempat dimana dia bekerja. Oleh karena itu banyak pegawai sebagai aparatur

negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat harus menyelenggarakan

pelayanan secara adil kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan

ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Ditingkat desa misalnya, di Desa Parigi Kecamatan Takkalalla

Kabupaten Wajo sejauh ini masih terdapat beberapa permasalahan,

diantaranya masih kurangnya fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang untuk

terlaksananya pelayanan yang maksimal, masyarakat yang masih kurang

mengerti prosedur penerimaan bantuan sosial, bantuan sosial yang kadang

tidak tepat sasaran dan masih kurangnya kesadaran aparatur untuk hadir tepat

waktu pada saat jam kerja.


3

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, maka penulis tertarik

untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “ANALISIS KINERJA

APARATUR DESA DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN

BANTUAN SOSIAL DI DESA PARIGI KECAMATAN TAKKALALLA

KABUPATEN WAJO”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan

diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahan pokok sebagai berikut :

“Seberapa besar Kinerja Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Pelayamam

Bantuan Sosial Di Desa Parigi Kecamatan Takkalalla Kabupaten Wajo?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan mengadakan penelitian ini adalah untuk melihat

seberapa besar Kinerja Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bantuan

Sosial Di Desa Parigi Kecamatan Takkalalla Kabupaten Wajo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat digambarkan secara praktis dan teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan teori

dan analisisnya untuk kepentingan penelitian dimasa yang akan datang

serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.


4

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

peneliti serta menjadi masukan bagi peneliti untuk mempersiapkan diri

terjun kedalam dunia masyarakat. Penelitian ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik.

b. Bagi Pemerintah Desa Parigi

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam Kinerja

pelaksanaan pelayanan bantuan sosial agar lebih baik lagi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi

swasta untuk mencapai tujuan tentunya membutuhkan dukungan dari

sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang baik dapat dilihat

dari kinerjanya. Moeheriono (2012: 95), “Kinerja atau performance

merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suayu

program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis

suatu organisasi”. Sependapat dengan Moeheriono, Mahsun (2006: 95)

menyatakan bahwa, “Kinerja (performance) adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/

program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi”.

Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian pegawai

dalam mewujudkan tujuan suatu organisasi. Agar mempunyai kinerja

yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk

mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Defenisi lain menurut

Nawawi (2006: 62), “kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target

dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampaui batas

5
6

waktu yang disediakan. Kinerja menjadi rendah apabila diselesaikan

melampaui batas waktu yang disediakan atau sama sekali tidak

terselesaikan”. Kinerja merupakan hasil kerja dari seorang pegawai

sesuai dengan tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

Setiap organisasi akan berusaha untuk meningkatkan kinerja

pegawai dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, karena

keberhasilan suatu organisasi salah satunya dipengaruhi oleh kinerja

pegawai. Menurut Fahmi (2010: 2), “Kinerja adalah hasil yang

diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit

oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode

waktu”.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh aparatur dalam suatu

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

masing dan diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan,

kecakapan pegawai, pengalaman, kualitas, dan kuantitas guna

mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi. Kinerja dapat dikatakan

tinggi apabila target dapat diselesaikan dengan waktu yang tepat.

Sedangkan kinerja dikatakan rendah apabila diselesaikan melampaui

batas waktu yang ditentukan.


7

b. Faktor-faktor Kinerja Pegawai

Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

pegawai dalam melaksanakan suatu kegiatan dalam sebuah organisasi.

Kinerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa hal. Terdapat faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Hasibuan yang

dikutip dalam Nawawi (2006: 64), kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor

yang terdiri dari:

1) Minat dalam bekerja

2) Penerimaan delegasi tugas, dan

3) Peran dan tingkat motivasi seorang pekerja.

Kinerja dalam menjalankan fungsinya itu berdiri sendiri, tetapi

hubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kinerja dapat

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Soesilo

dalam Nogi (2005: 180), mengatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh

lima faktor antara lain yaitu:

1) Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan

dengan fungsi yang menjelaskan aktivitas organisasi

2) Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi

3) Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan

untuk bekerja dan berkarya secara optimal


8

4) Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan

pengelolaan database untuk dipergunakan dalam mempertinggi

kinerja organisasi.

5) Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan

penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap

aktivitas organisasi.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai. Faktor tersebut

dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Faktor Internal

Fakor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam

diri pegawai antara lain minat dan motivasi dalam bekerja,

pengetahuan, pengalaman, kepribadian dan kemampuan.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar

diri pegawai yaitu dari organisasi dimana pegawai bekerja, antara

lain imbalan, sarana dan prasarana, sistem informasi manajemen,

kebijakan organisasi, dan tugas yang diberikan.

c. Standar Kinerja Pegawai

Suatu organisasi perlu menetapkan standar kinerja untuk

pegawainya agar organisasi mempunyai tolok ukur mengenai

kemampuan pegawai terkait tugas dan tanggung jawab yang telah

diberikan. Ma’ruf (2014:114) menyatakan bahwa, “Standar kinerja


9

merupakan tingkat kinerja yang diharapkan dalam suatu organisasi,

dan merupakan pembanding (benchmark) atau tujuan atau target

tergantung pada pendekatan yang diambil. Standar kinerja yang baik

harus realistis, dapat diukur dan mudah dipahami dengan jelas

sehingga bermanfaat baik bagi organisasi maupun para karyawan”.

Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, dibutuhkan penilaian

kinerja. Penilaian kinerja yang adil membutuhkan standar. Standar

kinerja digunakan sebagai perbandingan antara tujuan dengan kinerja

pegawai. Wibowo (2010: 73) menyatakan bahwa “Standar kinerja

menjelaskan apa yang diharapkan manajer dari pekerja sehingga harus

dipahami pekerja. Klarifikasi tentang apa yang diharapkan merupakan

hal yang penting untuk memberi pedoman perilaku pekerja dan

dipergunakan sebagai dasar untuk penilaian. Standar kinerja

merupakan tolok ukur terhadap mana kinerja diukur agar efektif.

Dengan demikian, standar kinerja merupakan pernyataan tentang

situasi yang terjadi ketika sebuah pekerjaan dilakukan secara

efektif. Standar kinerja dipakai apabila tidak mungkin menetapkan

target berdasarkan waktu. Pekerja juga harus tau seperti apa wujud

kinerja yang baik itu.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

standar kinerja pegawai adalah tolok ukur minimal kinerja yang ada di

sebuah organisasi sebagai pembanding antara tujuan/target dengan

hasil yang dicapai oleh pegawai. Standar kinerja dibuat berdasarkan


10

kriteria-kriteria yang realistis dan dapat diukur. Standar kinerja berisi

kriteria pelaksanaan pekerjaan, aspek-aspek yang jelas daan dapat

diukur dari pelaksanaan sutau pekerjaan, dan harus memiliki

kriteria yang jelas agar penilai bebas dari bias dalam menilai.

2. Aparatur Desa

Aparatur Desa adalah semua unsur yang mempunyai peran penting

dan terlibat didalam lingkungan desa. Contoh aparatur desa adalah :

Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Dusun, Rukun Tetangga, Rukun

Warga.

a. Kepala Desa

Kepala Desa adalah pemimpin dari desa di Indonesia. Kepala

desa merupakan pimpinan dari pemerintah desa. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004, masa jabatan kepala desa adalah 6

tahun dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan.

b. Sekretaris Desa

Sekretaris Desa merupakan ujung tombak pemerintahan desa

yang melaksanakan tugas khususnya membantu kepala desa dibidang

administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrasi kepada

seluruh perangkat desa serta membantu kepala desa menjalankan hak

wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintahan desa.

c. Kepala Dusun

Kepala Dusun adalah orang yang mengetahui sebuah dusun,

satu wilayah dibawah desa atau unsur pelaksana tugas Kepala Desa
11

dengan wilayah kerja tertentu. Kepala Dusun diangkat dan

diberhentikan oleh Camat atas nama Bupati atau Wali Kota madya

kepala daerah tingkat II atas usul kepala Desa.

d. Rukun Tetangga

Rukun Tetangga adalah pembagian wilayah di Indonesia

dibawah Rukun Warga. Rukun Tetangga bukanlah termasuk

pembagian administrasi pemerintahan, dan pembetukannya adalah

melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan

kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa atau Kelurahan.

e. Rukun Warga

Rukun Warga adalah istilah pembagian wilayah dibawah

Kelurahan. Rukun Warga adalah Lembaga Masyarkat yang dibentuk

melalui musyawarah pengurus RT diwilayah kerjanya dalam rangka

pelayanan pemerintah dan masyarakat yang diakui dan dibina oleh

Pemerintah Daerah yang diterapkan oleh Lurah.

3. Pelayanan Bantuan Sosial

a. Pelayanan

Pelayanan merupakan salah satu ujung tombak dari upaya

pemuasan pelanggan dan sudah merupakan keharusan yang wajib

dioptimalkan baik oleh individu maupun organisasi, karena dari bentuk

pelayanan yang diberikan tercermin kualitas individu atau organisasi

yang memberikan pelayanan.


12

Menurut Hardiyansah (2011: 11) mendefinisikan bahwa “

pelayanan dapat diartikan sebagai aktivitas yang diberikan untuk

membantu, menyiapkan, dan mengurus baik itu berupa barang atau

jasa dari satu pihak ke pihak lain”. Pelayanan pada hakikatnya adalah

serangkaian kegiatan, karena itu proses pelayanan berlangsung

secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan

organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan

sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan

pemberi pelayanan.

Pengertian pelayanan menurut Kotler dalam Litjan Poltak

Sinambela, dkk (2011: 4) adalah “setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan

menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu

produk secara fisik.”

Pendapat lain mengenai pelayanan menurut Gronross yang

dikutip oleh Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2006: 2) Pelayanan

adalah suatu aktivitas atau serangkain aktivitas yang bersifat tidak

kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya

interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal- hal lain yang

disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan

untuk pemberi pelayanan yang dimaksudkan utuk memecahkan

permasalahan konsumen/ pelanggan.


13

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan

adalah aktivitas yang dapat dirasakan melalui hubungan antara

penerima dan pemberi pelayanan yang menggunakan peralatan

berupa organisasi atau lembaga perusahaan.

b. Bantuan Sosial

Bantuan sosial (bansos) diberikan kepada masyarakat yang

mengalami risiko sosial. Bansos dapat diberikan dalam bentuk uang

maupun barang. Ketentuan mengenai bansos diatur dalam UU Nomor

14 Tahun 2019 tentang Pekerja Sosial. Peraturan ini mengubah UU

Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Menurut UU tersebut, bantuan sosial merupakan bantuan

berupa uang, barang, atau jasa kepada individu, keluarga, kelompok

atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko

sosial. Pengertian ini juga dijelaskan dalam Perpres Nomor 63 Tahun

2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non tunai.

Mengenal Singkatan PBI dalam Bansos dan Cara Cek Data

Penerimanya Pengelolaan bansos diatur dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia (Permendagri) Nomor 77 Tahun

2020. Aturan ini mencabut Permendagri Nomor 99 Tahun 2019

tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan

Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah.
14

Berdasarkan Permendagri Nomor 77 Tahun 2020, pemberi

bansos adalah Satuan Kerja pada kementerian atau lembaga pada

Pemerintah Pusat dan/atau Satuan Kerja Perangkat Daerah pada

Pemerintah Daerah yang tugas dan fungsinya melaksanakan program

penanggulangan kemiskinan yang meliputi perlindungan sosial,

jaminan sosial, pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan pelayanan

dasar.

1) Tujuan Pemberian Bansos

Selaras dengan namanya, pemberian bansos bertujuan untuk

mengatasi hal-hal yang berkaitan dengan risiko sosial. Berikut

enam tujuan bansos:

a) Rehabilitasi Sosial

Bansos bertujuan untuk memulihkan dan

mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami

disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar.

Untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan

dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok

masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai

dengan kebutuhan dasar minimal.

b) Pemberdayaan Sosial

Bansos juga bertujuan sebagai pemberdayaan sosial,

yakni untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat


15

yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga

mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

c) Jaminan Sosial

Bansos sebagai jaminan sosial merupakan skema yang

melembaga untuk menjamin penerima bantuan agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

d) Penanggulangan Kemiskinan

Tujuan bansos sebagai penanggulangan kemiskinan

memiliki arti bahwa bansos merupakan kebijakan, program,

kegiatan, dan sub kegiatan yang dilakukan terhadap orang,

keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau

mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat

memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

e) Penanggulangan Bencana

Terakhir, pemberian bansos bertujuan untuk

penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang

ditujukan untuk rehabilitasi.

2) Jenis Bansos

Secara umum, bansos dibedakan menjadi tiga jenis. Antara lain

sebagai berikut:

a) Bantuan Sosial Berupa Uang

Bantuan sosial berupa uang diberikan secara langsung

kepada penerima seperti beasiswa bagi anak miskin, yayasan


16

pengelola yatim piatu, nelayan miskin, masyarakat lanjut usia,

terlantar, cacat berat dan tunjangan kesehatan putra putri

pahlawan yang tidak mampu. Bantuan jenis ini dapat diberikan

secara tunai maupun non tunai.

b) Bantuan Sosial Berupa Barang

Bantuan sosial berupa barang adalah barang yang

diberikan secara langsung kepada penerima seperti bantuan

kendaraan operasional untuk sekolah luar biasa swasta dan

masyarakat tidak mampu, bantuan perahu untuk nelayan

miskin, bantuan makanan/pakaian kepada yatim piatu/tuna

sosial, ternak bagi kelompok masyarakat kurang mampu

c) Bantuan Sosial Berupa Jasa

Bantuan sosial berupa jasa disalurkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Contoh bantuan

berupa jasa adalah pemberian pelatihan untuk penerima

bantuan dari satuan kerja (pemberi bansos).

3) Penerima Bansos

Penerima bansos adalah seseorang, keluarga, kelompok

atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap

risiko sosial. Saat ini data penerima bansos dapat dicek dengan

mudah melalui Sistem Cek Bansos Kementerian Sosial.


17

4. Dimensi Kinerja Aparatur

Menurut Prawirasentono dalam Edy Sutrisno (2011:176) ada

empat faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu:

a. Efektifitas dan Efisiensi

Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran

baik buruknya kinerja diukur dari efektifitas dan efisiensi. Misalnya

adalah bagaimana proses terjadinya efektifitas dan efisiensi organisasi

dikatakan efektif bila mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau

tidak. Artinya, efektifitas dari kelompok (organisasi) bila tujuan l

kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan. Sedangkan efisiensi berkaitan dengan jumlah yang

dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Aghar tercapai

tujuan yang diinginkan organisasi, salah satu yang perlu mendapat

perhatian adalah hal yang berkaitan dengan wewenang dan tanggung

jawab para peserta yang mendukung organisasi tersebut.

b. Otoritas dan tanggung jawab

Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab

telah didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang tindih tugas.

Masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa

yang menjadi haknya dan tanggung jawab dalam rangka mencapai

tujuan organisasi. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap


18

orang dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja karyawan

tersebut. Kinerja karyawan akan dapat terwujud bila karyawan

mempunyai komitmen dengan orgnisasinya dan ditunjang dengan

disiplin kerja yang tinggi.

c. Disiplin

Secara umum disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap

format yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan

perusahaan. Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu

dijatuhkan kepada pihak yang melanggar. Dalam hal seorang karyawan

melanggar peraturan yang berlaku dalam organisasi, maka karyawan

bersangkutan harus sanggup menerima hukuman tang telah disepakati.

Masalah disiplin para karyawan yang ada didalam organisasi baik

atasan maupun bawahan akan memberi corak tehadap kinerja

organisasi.

d. Inisiatif

Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya fikir, kreatifitas

dalam bentuk ide untuk merencanakan suatu yang berkaitan dengan

tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapat tanggapan

positif dari atasan, jika memang dia atasan yang baik.

B. Kerangka Pikir

Menurut Sugiyono (2017:60) mengemukakan bahwa karangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.


19

Banyak pegawai sebagai aparatur negara yang bertugas sebagai abdi

masyarakat harus menyelenggarakan pelayanan secara adil kepada masyarakat

dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945. Dengan terselenggaranya pelayanan secara baik maka

dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan harmonis sehingga

akan memberikan dampak positif terhadap kinerja pegawai.

a) Efektifitas dan Efisiensi


b) Otoritas dan Tanggung jawab
c) Disiplin
d) Inisiatif Kinerja

Edy Sutrisno (2011:176)

Gambar 2.1 : karangka Pikir

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan

teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya.

Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka dan karangka pikir maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kinerja Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bantuan Sosial

Di Desa Parigi Kecamatan Takkalalla Kabupaten Wajo termasuk dalam

kriteria yang cukup baik dari nilai ideal.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang akan dilakukan yaitu pada Kantor Desa

Parigi Kecamatan Takkalalla Kabupaten Wajo.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian dilaksanakan 3 (tiga) bulan setelah seminar

proposal.

B. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian sensus

dengan metode Kuantitatif untuk memperoleh gambaran tentang kinerja

aparatur desa dalam pelaksanaan pelayanan bantuan sosial di desa parigi

kecamatan takkalalla kabupaten wajo.

C. Variabel dan Defenisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi variabel penelitian ini terdiri dari satu

variabel atau disebut variabel tunggal yakni “Kinerja Aparatur”.

2. Definisi Operasional Variabel

Menurut Prawirasentono dalam Edy Sutrisno (2011:176) ada empat

faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu:

20
21

a. Efektifitas dan Efisiensi

Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran

baik buruknya kinerja diukur dari efektifitas dan efisiensi. Misalnya

adalah bagaimana proses terjadinya efektifitas dan efisiensi organisasi

dikatakan efektif bila mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau

tidak. Artinya, efektifitas dari kelompok (organisasi) bila tujuan

lkelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan. Sedangkan efisiensi berkaitan dengan jumlah yang

dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Aghar tercapai

tujuan yang diinginkan organisasi, salah satu yang perlu mendapat

perhatian adalah hal yang berkaitan dengan wewenang dan tanggung

jawab para peserta yang mendukung organisasi tersebut.

b. Otoritas dan Tanggung jawab

Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab

telah didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang tindih tugas.

Masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa

yang menjadi haknya dan tanggung jawab dalam rangka mencapai

tujuan organisasi. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap

orang dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja karyawan

tersebut. Kinerja karyawan akan dapat terwujud bila karyawan

mempunyai komitmen dengan orgnisasinya dan ditunjang dengan

disiplin kerja yang tinggi.


22

c. Disiplin

Secara umum disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap

format yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan

perusahaan. Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu

dijatuhkan kepada pihak yang melanggar. Dalam hal seorang karyawan

melanggar peraturan yang berlaku dalam organisasi, maka karyawan

bersangkutan harus sanggup menerima hukuman tang telah disepakati.

Masalah disiplin para karyawan yang ada didalam organisasi baik

atasan maupun bawahan akan memberi corak tehadap kinerja

organisasi.

d. Inisiatif

Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya fikir, kreatifitas

dalam bentuk ide untuk merencanakan suatu yang berkaitan dengan

tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapat tanggapan

positif dari atasan, jika memang dia atasan yang baik.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Arikunto (2002:108), memberikan pengertian tentang populasi,

yaitu keseluruhan Subyek penelitian, sedangkan Sugiyono (2006:57),

memberikan pengertian sebagai berikt:

“Populasi adalah wilaya generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajri dan kemudian ditarik kesimpulan,


23

populasi bukan hanya orang, akan tetapi juga benda-benda alam lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek, tetapi

meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu”.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa populasi

dalam penelitian, meliputi segala sesuatu yang akan dijadikan subyek atau

obyek penelitian yang dikehendaki peneliti. Berkenaan dengan penelitian

ini, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah pegawai

kantor desa yang berjumlah 8 Orang.

2. Sampel

Memperhatikan pernyataan tersebut, karena populasi hanya 8

(delapan) orang kurang dari 30 (tiga puluh), maka diputuskan untuk

menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian dengan

teknik sampel jenuh (sampel total).

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk menjaring

data yang relevan dengan pokok permasalahan dalam penelitian. Karenanya

instrumen mempunyai peranan penting dalam pengumpulan data. Kesalahan

instrumen akan berakibat pada kesalahan data yang terkumpul dan pada

akhirnya akan terjadi kesalahan terhadap hasil penelitian. Berikut ini disajikan

operasionalisasi variabel penelitian dalam bentuk kisi-kisi instrument seperti

pada tabel 3.1.


24

Tabel 3.1 Instrumen Kinerja Aparatur

No.
No. Variabel Dimensi Indikator
Item
1 1) Efektifitas dan 1) Efektif 1-2
Efisiensi 2) Efisien
Kinerja 2) Otoritas dan 3) Wewenang 3-5
Aparatur Tanggung Jawab 4) Bertanggung Jawab
5) Berkomitmen
3) Disiplin 6) Taat peraturan 6-7
Edy Sutrisno 7) Kehadiran aparatur
(2011:176) tepat waktu di tempat
kerja
4) Inisiatif 8) Daya pikir 8-9
9) Kreatif

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, ditempuh

beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan

data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai

pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh

sebelumnya.

2. Kuisioner/Angkat

Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2005:162)

Kuisioner yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh data

adalah kuisioner dalam bentul checklist, dimana responden tinggal

membubuhkan tanda checklist pada tempat yang telah disediakan.


25

Adapun kategori penyekoran lembar kuisioner seperti pada tabel

berikut:

Tabel 3.2 : Alternatif Skor Jawaban Responden

No. Alternative Jawaban Skor


1 Sangat Baik 5
2 Baik 4
3 Cukup Baik 3
4 Tidak Baik 2
5 Sangat Tidak Baik 1
Sumber: di kembangkan dari Riduan dan Kuncoro (2007:20)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan

mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari

berbagai masalah resmi yang terdapat di lokasi penelitian.

G. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Deskriptif

Untuk mengetahui klasifikasi jawaban dari responden, panulis

mengadapan perhitungan. Menurut Eko Putro Widoyoko (2012:110-111),

dalam menentukan klasifikasi sikap responden terhadap variabel penelitian

sebagai berikut:

a. Skala Variabel

Nilai Tertinggi = Skor Tertinggi x Jumlah Sampel x Jumlah Item

=5x8x9

= 360

Nilai Terendah = Skor Terendah x Jumlah Sampel x Jumlah Item

=1x8x9
26

= 72

Nilai Tertinggi−Nilai Terendah


Interval =
Skor Tertinggi

360−72
=
5

= 57,6

b. Skala Butir

Nilai Tertinggi = Skor Tertinggi x Jumlah Sampel

=5x8

= 40

Nilai Terendah = Skor Terendah x Jumlah Sampel

=1x8

=8

Nilai Tertinggi−Nilai Terendah


Interval =
Skor Tertinggi

40−8
=
5

= 6,4

Tabel 3.3 Kriteria Ideal Persentase Interval Skor

Kinerja Aparatur Interval Skor Indikator Kriteria Ideal


>302,4 – 360 >33,6 – 40 Sangat Baik
>244,8 – 302,4 >27,2 – 33,6 Baik
>187,2 – 244,8 >20,8 – 27,2 Cukup Baik
>129,6 – 187,2 >14,4 – 20,8 Tidak Baik
72 – 129,6 8 – 14,4 Sangat Tidak Baik
DAFTAR PUSTAKA

Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta:Raja.


Grafindo

Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik: Cetakan Pertama,


Yogyakarta: Penerbit BPFF-Yogyakarta

Hadari, Nawawi. 2006. Kepemimpinan yang Efektif.Yogyakarta

Hassel, Nogi. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo

Abdullah, M Ma’ruf. 2014. Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan.


Yogyakarta: Aswa Pressindo

Wibowo. 2010, Menjadi Guru Berkarakter, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Widiyoko, Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik Konsep, Dimensi, Indikator dan


Implementasinya. Yogyakarta: Gava Media

Sutrisno Edy. 2011. Mnajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Sinambela, Litjan Poltak. Reformasi Pelayanan Publik, Teori Kebijakan dan


Implementasi, Cetakan Kelima. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Arikunto, S. 2002. Metedologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT


Rineka Cipta

27
Lampiran 1

28

Anda mungkin juga menyukai