Anda di halaman 1dari 12

PELAKSANAAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MENGENAI

TENAGA HONORER PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAN

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (BKPSDM)

KABUPATEN LAMONGAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, pembangunan fasilitas kepegawaian yang baik di semua dinas

menjadi topik pembicaraan di daerah dan swasta. Hal ini disebabkan

banyaknya kemajuan teknologi, pengetahuan dan budaya. Dalam

penyelenggaraan negara, kita telah melakukan pekerjaan peningkatan kualitas

sumber daya manusia untuk menanggapi komentar dan kesepakatan publik

tentang tanggung jawab atas pekerjaan organisasi publik dan pelaksanaan

manajemen yang baik, sehingga perekonomian dunia. (corporate governance)

dan masyarakat (civil society) dapat efektif dan akan mendorong perdamaian.

Sumber daya manusia merupakan aset budaya yang harus dilestarikan dan

ditingkatkan.

Peran dan tanggung jawab manusia saat ini telah berubah dan menjadi

rutinitas. Dalam organisasi pemerintahan, pengembangan sumber daya

manusia merupakan bagian dari proses reformasi pemerintahan. Hal ini diatur

dalam Undang-undang aparatur sipil negara (ASN) yang menyatakan bahwa

salah satu prinsip dalam merekrut dan mengembangkan karyawan adalah selalu

berlandaskan pada kinerja. Profesionalisme adalah pencapaian keterampilan

dan kemampuan pekerja material. Tujuan orang mengembangkan alat ini

adalah untuk meningkatkan kinerja karyawan di semua tingkatan organisasi.

Munculnya budaya baru birokrasi sangat diperlukan untuk pelaksanaan

reformasi birokrasi, terutama dalam hal perencanaan dan pengembangan SDM

Aparaturnya (PNS).
Rendahnya kinerja perekonomian dapat dilihat dalam laporan World

Competitiveness Yearbook tahun 1999 yang memasukkan perekonomian

Indonesia ke dalam 100 negara paling tidak produktif di dunia, paling

kompetitif (Dwiyanto, 2002: 52). Pembelajaran organisasi dapat dipandang

sebagai proses yang memungkinkan orang dan organisasi menciptakan

informasi, produk, dan layanan di dalam dan di luar organisasi melalui

kolaborasi.baru. Penggunaan yang efektif dari platform pelatihan ini

memungkinkan karyawan mempertahankan keterampilan yang dikenal

organisasi. Nilai pendidikan tinggi dan kelulusan serta pendidikan dan

pelatihan dianggap tidak cukup dan tidak cukup untuk pengembangan

perusahaan atau pekerjaannya, yang merupakan salah satu alasan utama para

pemimpin perusahaan tidak siap untuk berbagi uang. untuk pengembangan

sumber daya manusia.

Alasan lain termasuk (1) kurangnya pekerja yang dapat memenuhi

persyaratan untuk mengikuti pelatihan, (2) kekhawatiran bahwa pemimpin

serikat akan bersaing dengan pekerjanya jika pelatihan dikirimkan kepada

mereka (terutama mahasiswa), (3) Semua karyawan merasa kompeten. dan

tidak memerlukan pelatihan lebih lanjut, (4) tidak ada insentif untuk

mempekerjakan karyawan yang telah mengikuti kursus pelatihan, (5) manajer

di departemen bergantung pada karyawan, (6) merekrut karyawan untuk

menyelesaikan pelatihan. Pribadi atau lalai, (7) Sekolah tidak meningkatkan

prestasi, (8) kegagalan direktur pendidikan dan/atau sumber daya manusia

untuk mencari informasi jenjang dan studi yang tidak diukur dengan beasiswa
di luar sekolah, dan (9 ) informasi tentang beasiswa tidak tersedia untuk

sekolah atau di tangan pihak berwenang.

Pembinaan dan peningkatan sumber daya manusia pegawai negeri atau

pegawai negeri sipil (ASN) saat ini sedang dibahas baik dalam ujian sipil

maupun rekrutmen. Hal ini didorong oleh banyak kemajuan teknologi dan

pengetahuan serta budaya. Dalam manajemen bisnis, upaya untuk

meningkatkan kualitas aset dan kemajuan klien dalam menanggapi kritik dan

opini publik atas tanggung jawab kinerja organisasi publik dalam

mengedepankan manajemen yang baik (Good Management), sehingga bisnis

dapat. Dunia (Corporate Government) dan masyarakat (civil society) dapat

bekerja dengan baik dan mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan sosial.

Penting bahwa upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi orang yang

menggunakan alat-alat ini direncanakan dan dikembangkan dengan

perencanaan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan. Kualitas

SDM di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamongan khususnya dalam

organisasi kepegawaian dan Pengembangan SDM di Kabupaten Lamongan

menjadi perhatian pembangunan saat ini. Hal ini dapat bermanfaat sebagai

hasil dari proses people management di wilayah Kabupaten Lamongan.

Badan pengatur harus dimungkinkan untuk melakukan fungsi inti dan

tanggung jawab mereka secara realistis dengan menggunakan model konflik.

Restrukturisasi pada hakekatnya adalah perubahan atau peninjauan ulang

terhadap keseluruhan rantai organisasi dengan tujuan meningkatkan daya

saing. Penciptaan birokrasi harus seragam (dikurangi), pendek (flat) dan kaya
kegiatan (aktivitas) yang mengarah pada penciptaan lembaga dengan

manajemen waktu singkat (latency), untuk kinerja yang baik. , efisiensi dan

fleksibilitas. Perubahan organisasi ini akan mendorong karyawan untuk

berlatih dan bersaing untuk perbaikan. Menurut kajian pemanfaatan sumber

daya manusia pembangunan, sumber daya manusia harus dievaluasi dari

beberapa perspektif dan mencakup keterampilan, kemampuan dan pendidikan.

Untuk meningkatkan produktifitas dan produktivitas pegawai, banyak faktor

penting yang perlu diperhatikan seperti pengetahuan, kemampuan,

keterampilan, sikap, perilaku serta integritas moral dan perilaku.

Pada saat ini dalam mengembangkan suatu profesi perlu ditetapkan

kaidah-kaidah pendidikan yang jelas, baik kegiatan, jabatan, pembinaan,

pelatihan maupun pendidikan. Selain itu, setiap pegawai harus memiliki

standar kinerja yang jelas untuk diikuti, sehingga setiap organisasi harus

memiliki standar kinerja yang jelas.

Selain tujuan berbangsa bangsa Indonesia sebagaimana tercantum

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagian

pertama, Negara Indonesia juga mengakui hak dan kewajiban setiap warga

negara, di antaranya hak-hak yang diakui warga negara. dan keamanan. hukum,

hak asasi manusia, termasuk hak atas pekerjaan dan kesehatan sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Perubahan pasal 2. Pasal 27 pekerjaan dan hak asasi manusia'. Pasal 28A

“Setiap orang berhak atas penghidupan dan jaminan hidupnya” Dalam

kaitannya dengan pekerjaan dan mutu kehidupan, kerja mempunyai arti penting

dalam kehidupan manusia, sehingga setiap orang memerlukan pekerjaan. Kerja


diartikan sebagai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi diri

sendiri dan keluarga, dan juga diartikan sebagai pemenuhan diri karena

individu akan melihat bahwa hidupnya bermanfaat bagi dirinya sendiri. dan

keluarganya. dan status serta manfaatnya bagi orang lain. Oleh karena itu, hak

atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia yang penting yang harus diakui

dan dihormati.

Dalam hukum Indonesia, pemerintah adalah badan eksekutif yang

bertindak atas kehendak pemerintah. Selain itu, dengan membangun otonomi

lokal, pemerintahan lokal secara langsung berkontribusi pada efektivitas

pemerintahan federal. Dalam membangun pemerintahan sendiri, pemerintah

daerah harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan efektivitas pemerintah

daerah itu sendiri. Ini tidak lain adalah upaya membangun demokrasi dimana

kepentingan rakyat, dalam hal ini kepentingan seluruh lapisan negara,

diselaraskan secara sukarela. Lokalisasi juga memberikan tanggung jawab

kepada pemerintah daerah untuk membentuk kelembagaan swakelola sehingga

proyek-proyek daerah dapat diarahkan dan dilaksanakan secara langsung.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di daerah, kepala daerah

diberikan kekuasaan atau kebebasan untuk memutuskan bagaimana

menggunakan pelayanan publik, yang didasarkan pada pengertian kekuasaan

yang melandasi segala tindakan pemerintahan. benar, sedangkan kekuasaan

kemerdekaan berarti pemerintah bebas menentukan isi keputusan yang

diterimanya karena peraturan memberikan kebebasan kepada yang berdaulat.

Kekuasaan pemerintah adalah mengawasi pembangunan di segala bidang,


termasuk perlengkapan pemilihan pejabat dan pemilihan pejabat honorer di

daerah.

Dalam perkembangannya, pengangkatan PNS bertujuan untuk

memudahkan pekerjaan PNS yang sudah dibebani dengan tanggung jawab

pemerintahan sendiri, salah satunya pekerjaan umum yang menjadi tanggung

jawab pemerintah kota itu sendiri. Administrator memegang peranan penting

dalam mendapatkan pelayanan publik yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,

karena pelayanan publik itu secara langsung adalah masyarakat itu sendiri,

sehingga proses pelayanan pemerintah harus memuaskan masyarakat itu

sendiri.

Alasan diberlakukannya tenaga honorer itu sendiri karena banyaknya

instansi pemerintah yang membutuhkan tambahan pegawai sebagai upaya

pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik terutama di daerah-daerah

dalam jumlah yang kadang-kadang besar. Hal ini didasarkan pada Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal 2

ayat (3) yang menyatakan :“Disamping pegawai negeri sipil sebagaimana

dimaksud dalam ayat(1), pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai

tidak tetap”. Pegawai tidak tetap inilah yang dapat dikategorikan sebagai

tenaga honorer. Tenaga honorer menurut PP Nomor 48 Tahun 2005 tentang

pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil adalah

sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) yang menyatakan :

“Tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas

tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah.”

Sejak 2005, Anda tidak diperbolehkan mengangkat karyawan yang baik

ke lembaga pemerintah. Hal itu diatur dalam Pasal 8 UU No. 48 Tahun 2005,

yang mengatur bahwa “Dengan ditetapkannya undang-undang ini, semua

pegawai dan karyawan lain dari organisasi dibebaskan dari kewajiban

kehormatan dan lain-lain, kecuali ditentukan oleh pemerintah.” Undang-

undang “Dan ini secara jelas tertuang dalam laporan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara (Menpan RB) nomor: B/185/M.SM.02.03/2022 tanggal 31

Mei 2022 tentang Pemberlakuan Bangunan Gedung Negara dan Daerah kerja."

pemerintah, ini tidak didasarkan pada kenyataan di lapangan, karena bahkan

setelah penerapan kebijakan dan perubahan tepat dua kali, ada banyak pejabat

pemerintah yang bekerja di lembaga pemerintah. pekerjaan ini .

Dalam UU No. 5 Tahun 2014 Perda Polri tidak ada kaitannya dengan

honorer, sehingga honorer pun tidak dianggap di dinas walikota. Dalam

undang-undang ini, kemungkinan memiliki pegawai menggantikan kewajiban

ketenagakerjaan bagi PNS. Selain itu, transformasi masing-masing pegawai

menjadi pegawai kontrak kerja tidak dapat mendorong pegawai bersangkutan

menjadi pegawai kontrak kerja atau menjadi pegawai. Sebaliknya, petugas

pertama tetap harus mengikuti beberapa opsi dan juga memenuhi syarat

tertentu terlebih dahulu. Sehubungan dengan pengangkatan pegawai negeri

berdasarkan kontrak pemerintah no. 48 tahun 2005, sebagaimana diubah

dengan Piagam Pemerintah No. 56 Tahun 2012 tentang Seleksi Pejabat yang

Menghormati Calon Pegawai Negeri Sipil. Artinya, status pegawai tidak diatur
secara langsung oleh undang-undang, tetapi hanya dilindungi dalam kontrak

kerja atau surat dari pejabat tata usaha negara, karena dulu diangkat pegawai

honorer.

Berdasarkan permasalahan terkini yang berkaitan dengan raja-raja

tersebut di atas, peneliti ingin membuat keluarga kerajaan melalui penelitian

tertulis. Atas dasar itulah peneliti mendirikan Kabupaten Lamongan sebagai

pusat penelitian, karena peneliti sendiri telah meyakinkan diri bahwa dalam

prakteknya mereka juga mempekerjakan tenaga-tenaga yang terpandang,

meskipun dibatasi oleh pengetahuan PP. 48 Tahun 2005 dan keberadaan PNS

dihapus. 5 Tahun 2014. Selain alasan tersebut, masalah lain di antara para

pekerja terhormat yang tertarik belajar untuk menangani masalah ini adalah

sering kita mendengar bahwa orang yang melakukan pekerjaan Kehormatan

bukanlah pekerja. gaji yang baik. Kemudian ada hal-hal lain yang

mempengaruhi pengurusan para pejabat honorer ini, seperti waktu dan peran

pejabat negara dalam pekerjaan rutin pejabat negara tersebut, setiap kali

jabatannya berbeda dan hak-haknya tidak sama.

Selama penelitian, peneliti menyadari bahwa jika penelitian ini adalah

semua pekerja tidak tetap di Kabupaten Lamongan, akan terlalu luas dan sulit

untuk ditulis karena para pekerja yang dihormati ini ada di seluruh organisasi

di wilayah tersebut. Oleh karena itu, peneliti mengadakan Biro Pengembangan

Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Biro Kepegawaian sebagai pusat penelitian

untuk mengumpulkan informasi terkait pengelolaan pegawai yang terhormat

tersebut. Pada dasarnya semua aparatur pemerintah di Kabupaten Lamongan

mempunyai hak yang sama, hanya saja pengelolaannya ada di semua


organisasi perangkat daerah, maka dari itu peneliti membuat sebuah platform

untuk melakukan pekerjaan ini BKPSDM sebagai model untuk mengumpulkan

informasi dan data penting. Sebelum penelitian ini, banyak peneliti lain telah

membahas masalah manajemen karyawan. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain adalah selain menangani masalah

pemanfaatan tenaga kerja, peneliti juga akan melakukan penelitian langsung di

lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk membuat

hasil penelitian yang lebih detail. Hal ini berbeda dengan banyak penelitian

yang dilakukan oleh peneliti lain dimana beberapa penelitian hanya melihat

modelnya saja tanpa terjun langsung ke daerahnya, namun penggunaan situs

orang menyebutkan Yang Mulia yang tersedia untuk penelitian dan situasinya

juga berbeda.

Berdasarkan informasi di atas, perlu adanya dukungan terhadap

kemajuan kerjasama. Untuk itu peneliti tertarik untuk mendalami secara

mendalam permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya sebagai dasar dari

pertanyaan di atas dengan judul penelitian “Pelaksanaan Manajemen Sumber

Daya Manusia Mengenai Tenaga Honorer Pada Badan Kepegawaian Dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Lamongan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, peneliti

membuat rumusan masalah yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian

yaitu:
1. Bagaimana kedudukan pegawai pemerintah non pegawai negeri sipil di

Kabupaten Lamongan setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara?

2. Bagaimana pengangkatan terhadap pegawai pemerintah non pegawai

negeri sipil di pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, tujuan yang

ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

a. Da

b. Dsa

c. a

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian yang ingin dicapai di atas, manfaat penelitian yang

diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat

menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam bagian rumusan

masalah di atas, yakni mengenai kedudukan tenaga honorer dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Lamongan setelah

berlakunya undang-undang aparatur sipil negara yang baru dan Hasil

penelitian ini juga nantinya diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan

bagi peneliti lainnya yang ingin mendalami masalah ini secara lebih lanjut.

2. Secara praktis
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan

masukan kepada pembuat kebijakan khususnya mengenai pengelolaan

Aparatur Sipil Negara dan Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat

menambah pengetahuan masyarakat menegenai kedudukan tenaga honorer

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

1.5 Sistematika Penulisan

Anda mungkin juga menyukai