Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

(ASN) menegaskan bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan

mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur

sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi

politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu

menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan

peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

. Untuk mewujudkan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil ini mutlak

diperlukan peningkatan kompetensi, khususnya kompetensi Sumber Daya

Manusia bagi para pejabat dan calon pejabat struktural eselon III, baik

dilingkungan pemerintah pusat maupun daerah. Sebagai pejabat struktural yang

berada pada posisi tengah, pejabat struktural eselon III memainkan peran yang

sangat strategis karena bertanggung jawab dalam menuangkan garis-garis

kebijakan pimpinan instansinya ke dalam program program aktual, sehingga

berbagai sumber daya yang dimiliki baik oleh pemerintah, masyarakat maupun

swasta dapat bersinergi dalam mendorong dan mempercepat perwujudan tujuan-

1
tujuan pembangunan nasional secara umum dan pembangunan daerah secara

khusus.

Sumber daya aparatur (pegawai) merupakan aset atau modal paling penting

bagi sebuah organisasi atau instansi pemerintah. Sumber Daya aparatur (pegawai)

dikatakan modal terpenting oleh karena memiliki nilai jauh melebihi semua unsur

organisasi/instansi yaitu peralatan, teknologi maupun sistem yang dimiliki

organisasi/instansi. Menyadari begitu pentingnya sumber daya aparatur (pegawai)

untuk suatu organisasi pemerintah pada era persaingan dewasa ini, untuk

mengatasi tantangan dan kompetisi yang semakin meningkat di antara organisasi

pemerintah daerah yang kemudian berujung pada kompetisi di antara sumber

daya aparatur yang dimiliki oleh masing-masing organisasi pemerintah. Hal itu

berarti jika suatu organisasi pemerintah menginginkan untuk tetap kompetitif dan

memiliki keunggulan dalam bersaing maka salah satu yang patut menjadi

perhatian adalah pengembangan sumber daya aparatur dalam organisasi

pemerintah tersebut.

Di tengah-tengah suasana kompetisi yang berlangsung, ada fenomena yang

terjadi dan menjadi suatu pertanyaan pada setiap organisasi pemerintah, yaitu

mengapa ada Pegawai Negeri Sipil yang dipercaya dan diberi otoritas lebih tinggi

untuk menjalankan tanggung jawab lebih besar namun tidak bisa memenuhi

ekspektasi yang diinginkan organisasi sehingga kembali ke posisi semula.

Mengapa banyak Pegawai Negeri Sipil yang masih perlu peningkatan baik dalam

hal pengetahuan (knowledge) maupun keahlian dan keterampilan (skill) demi

peningkatan kompetensinya, namun mereka enggan belajar hal-hal baru. Pada sisi

2
manajemen suatu organisasi dalam mengelola sumber daya manusianya, mengapa

pengembangan yang dilakukan masih menggunakan cara pandang dan pendekatan

konvensional jika tidak memberikan perbaikan atau perubahan yang signifikan

pada pengembangan dan kemujuan organisasi, mengapa organisasi tidak

melakukan pemberdayaan sumber daya manusianya dengan suatu paradigma,

pendekatan atau konsep yang bisa mengubah pola pikir, pola tindak dan pola

perilaku para Pegawai Negeri Sipil sehingga mereka lebih berdayaguna dan

kompetensinya meningkat.

Sumber Daya aparatur (pegawai) merupakan subyek dan sekaligus obyek

pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan manusia sejak mulai dalam

kandungan hinggá akhir hidup manusia. Pembangunan Sumber daya aparatur

dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu kualitas, kuantitas, dan mobilitas sumber

daya tersebut. Kualitas Sumber daya aparatur membaik yang antara lain ditandai

dengan meningkatnya status kesehatan dan taraf pendidikan sumber daya tersebut.

Namun demikian, secara umum dapat dilihat kualitas Sumber Daya Aparatur di

Negara Indonesia dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), masih rendah jika

dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN. Rendahnya kualitas

Sumber Daya Aparatur di negara Indonesia menyebabkan rendahnya

produktivitas dan daya saing dalam berkompetisi dan ini merupakan tantangan

besar yang harus dihadapi dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.

Pengembangan Sumber Daya Aparatur mempunyai peran yang sangat

penting mengingat tugas-tugas pemerintah yang makin kompleks dimasa

mendatang. Tentu saja Sumber Daya Aparatur yang tidak memiliki keterampilan,

3
pengetahuan, berkinerja lemah dan tidak profesional akan menjadi beban bagi

pemerintah. Di sisi lain, Sumber Daya Aparatur yang berpotensipun perlu

diberdayakan untuk memperoleh hasil-hasil yang optimal. Salah satu konsep

pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya

Aparatur adalah melalui pendidikan dan pelatihan.

Dalam proses menuju organisasi yang berkinerja, wajib dibarengi dengan

pengembangan pegawai yang diperlukan untuk menantang status quo, mendesain

dan mengimplementasikan perubahan. Pengembangan potensi pegawai

mengandung makna menghilangkan batasan birokatis yang mengkotak kotakkan

orang, yakni untuk membangkitkan sense of belonging terhadap tugas dan

tanggung jawabnya, sehingga tercipta kinerja dan produktivitas yang tinggi.

Dengan demikian anggota organisasi akan sadar apa yang mesti diperbaharui dan

menguasai cara yang tepat untuk melakukan pembaruan tersebut. Di sisi lain,

anggota organisasi akan memiliki keterampilan dan kemampuan baru, kesadaran

dan kepekaan baru serta sikap dan keyakinan yang baru.

Pengembangan Sumber Daya Aparatur pemerintahan mutlak harus

dilakukan pemerintah, karena merupakan hal penting bagi pengembangan

organisasi pemerintahan daerah. Perlu dipahami bahwa sebaik apapun pemerintah

daerah selaku organisasi yang dilengkapai dengan sarana dan prasarana yang

memadai jika tidak dibarengi dan didukung dengan pengembangan Ssumber Daya

aparatur dalam struktur kepemerintahan tentu tidak akan membuat organisasi

berjalan dengan baik. Oleh karena itu pengembangan Sumber Daya Aparatur

pemerintahan perlu diperhatian oleh pemegang kekuasaan (atasan), dengan

4
memperhatikan pula aspek-aspek lainnya seperti; struktur organisasi yang luwes,

sistem pernilaian prestasi kerja, sistem pemberdayaan SDM aparatur, sistem

pengembangan karir dan kompensasi yang mengacu pada kompetensi, bukan pada

senioritas yang masih sering diperlakukan, bukan pada like and dislike bagi

Sumber Daya Aparatur tersentu, yang terakhir ini tentunya akan merusak tatanan

pemerintahan yang baik.

Implementasi praktek di organisasi pemerintahan secara umum yang

menghambat perkembangan organisasi masih nampak pada: (1) Potret Sumber

Daya Aparatur belum menunjukkan profesionalisme, banyaknya praktek KKN

yang melibatkan aparatur, tingkat gaji yang tidak memadai, pelayanan kepada

masyarakat yang belum memuaskan, hidup dalam pola patronklien, kurang kreatif

dan inovatif; (2) Mutu penyelenggaraan pelayanan publik masih lemah, banyak

terjadi praktek pungli, tidak ada kepastian, dan prosedur berbelit-belit; (3)

Ketatnya persaingan antar negara pada era globalisasi saat ini. Untuk

melaksanakan otonomi daerah agar lebih berdaya guna maka perlu aparatur yang

berkualitas, karena merekalah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,

dengan harapan aparatur daerah yang professional dan berkembang untuk mampu

mengemban amanat UUD 1945; (4) Penempatan PNS belum berdasar pada

kompetensi jabatan, dimana tuntutan kebutuhan jabatan dalam suatu organisasi

adalah penempatan pegawai yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh

pegawai yang bersangkutan (the right men in the right place); (5) Pengembangan

pegawai belum berdasarkan pola pembinaan karier, disatu sisi sumber daya

manusia merupakan tujuan dari proses pengembangan organisasi agar menjadi

5
sumber daya yang berkualitas: (6) Kenaikan pangkat dan jabatan belum

berdasarkan prestasi kerja dan kompetensi, sehingga mempengaruhi kinerja

aparatur dalam bekerja; (7) Sistem kompensasi belum berdasarkan pada prestasi

kerja, sehingga mempengaruhi motivasi pegawai untuk meningkatkan kualitas

kerjanya. (8) Sistem remunerasi belum didasarkan pada tingkat kelayakan hidup,

termasuk salah satu penyebab belum tercapainya target hasil kerja yang

diinginkan, karena masih ada istilah PGPS (Pintar Goblok Penghasilan Sama): (9)

Prinsip-prinsip good governance belum berjalan sebagaimana yang diharapkan;

dan (10) Secara kuantitas jumlah Sumber Daya Aparatur (Pegawai Negara Sipil)

yang memberikan pelayanan juga dirasakan sangat minim, sehingga berpengaruh

pada kualitas pelayanan tersebut.

Terkait dengan yang telah dikemukakan di atas, perlu pembenahan dan

dicarikan solusinya, agar supaya perkembangan organisasi dapat berjalan dengan

baik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah pengembangan Sumber Daya

Aparatur pemerintahan melalui Pendidikan dan Pelatihan, dengan maksud agar

kompetensi dan kinerja Sumber Daya Aparatur bisa lebih membaik dan

mendorong pencapapaian tujuan pemerintah tersebut.

Pengembangan SDM aparatur pemerintah mempunyai peran yang sangat

penting mengingat tugas-tugas pemerintah yang semakin kompleks pada saat ini

dan dimasa mendatang. Tentu saja Sumber Daya Aparatur yang tidak memiliki

keterampilan, pengetahuan, berkinerja lemah dan tidak profesional akan menjadi

beban bagi pemerintah. Di sisi lain, Sumber Daya Aparatur yang berpotensipun

perlu diberdayakan untuk memperoleh hasil-hasil yang optimal, oleh karena

6
Sumber Daya Aparatur yang memiliki kompetensi, memiliki skill dalam bekerja

jika tidak diberdayakan, maka akan sia-sialah kompetensi dan skill Sumber Daya

Aparatur tersebut, dan hal ini yang patut untuk diperhatikan oleh Kepala Daerah

sebagai pengambil kebijakan tertinggi di daerah.

Pengembangan pegawai secara umum di Indonesia melalui diklat sangat

diperlukan untuk menunjang kinerja Sumber Daya Aparatur pemerintah, dan hal

itu telah dilakukan dalam berbagai aktivitas bentuk pelatihan, yang menjadi

permasalahan adalah banyak pihak yang meragukan manfaat serta peran dan

fungsi diklat Sumber Daya Aparatur (pegawai) yang diselenggarakan selama ini,

bahkan ada keluhan dari beberapa pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) bahwa diklat yang telah dirancang berdasarkan kompetensi tersebut

masih belum mampu melakukan perubahan pada organisasi/satuan kerja asal

peserta. Artinya secara asumtif, terdapat suatu mata rantai yang hilang, yang

menyebabkan proses penyelenggaraan diklat ASN yang dilaksanakan selama ini

terasa mandul atau kurang bermanfaat, sebab ketika peserta diklat selesai

mengikuti diklat dan kembali ke instansinya, ternyata tidak dapat menerapkan

ilmu yang diperolehnya yang menyangkut tentang good governance. Untuk

mewujudkan pembangunan daerah, pelaksanaan good governance masih

merupakan wacana atau selogan saja, padahal prinsip-prinsip good governance

sudah dipajang di kantor-kantor instansi pemerintah, tetapi pelaksanaannya masih

belum sesuai dengan harapan. Hal ini nampak pula pada Pemerintah Daerah

Kabupaten Biak Numfor, prinsip good governance belum terlihat secara nyata,

7
sehingga terkesan pemerintah daerah dalam menjalankan roda pemerintahan dan

pembangunan berjalan ditempat.

Harapan-harapan seperti dijelaskan di atas, pada negara -negara

berkembang, termasuk Indonesia, belum sepenuhnya dapat terwujud

karena masih terdapatnya kelemahan-kelemahan di dalam implementasi

pendidikan dan pelatihan.

Pendidikan dan pelatihan cenderung memberikan citra yang kurang

menguntungkan. Tidak jarang berkembang persepsi baik dikalangan

akademisi maupun di kalangan pegawai pemerintah sendiri menganggap

program pendidikan dan pelatihan dilaksanakan hanya untuk

menghabiskan anggaran yang ada, tidak memberikan manfaat apa-apa,

hanya sekedar untuk mendapatkan sertifikat lulus pendidikan dan

pelatihan, sekedar untuk mempertahankan jabatan atau untuk mendapatkan

jabatan, bahkan ada yang lebih ekstrim lagi bahwa pegawai yang

ditugaskan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan adalah mereka yang

tidak dapat lagi diajak kerja sama dan berada di luar sistem.

Belum sempurnanya pelaksanaan Diklat dapat dilihat baik dari

sudut ketidak samaan pelaksanaan dengan policy guidelines maupun

minimnya hasil yang dicapai. Dalam banyak hal “pengembangan Sumber

Daya aparatur tidak selalu didasarkan pada kebutuhan, dilakukan kurang

profesional dan kurang berkesinambungan.

Kondisi pelaksanaan kebijakan pembangunan sumberdaya aparatur

(Diklat) di Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor juga menunjukkan

8
kekurang sesuaian dengan policy guidelines, sehingga hasilnya juga belum

seperti yang diharapkan.

Fenomena yang terjadi pada kultur Pemerintah Daerah Kabupaten

Biak Numfor berdasarkan pengamatan penulis nampak bahwa: (1)

Pemerintah Daerah Kabupaten biak Numfor masih didominasi oleh kultur

pamong praja yang lebih berorientasi pada status daripada prestasi

mengakibatkan pengembangan sumber daya aparatur lebih mengarah

kepada kuantitas dan status daripada kualitas dan prestasi. Pengiriman

para aparatur dan keikutsertaan para aparatur dalam diklat dan pendidikan

lanjutan lebih disebabkan oleh motivasi pangkat dan jabatan daripada

keinginan untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai aparatur ; (2) Tidak

adanya budaya organisasi yang berorientasi pada prestasi mengakibatkan

pengembangan sumber daya aparatur tidak memenuhi sasaran, kurang

membuahkan pegawai yang cakap yang dapat diandalkan baik visi,

ketrampilan maupun etos kerjanya; (3) Tiadanya koordinasi yang cukup

baik antara kebijakan yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Daerah

yang bertanggung jawab di bidang pengembangan sumber daya aparatur

dan Bagian Organisasi yang menganalisis kebutuhan dan prasyarat

jabatan/diklat di satu pihak dan kebijakan yang dikeluarkan oleh unit kerja

yang lain di lain pihak. Badan Kepegawaian dan Bagian Organisasi lebih

berorientasi pada kebutuhan makro (keseluruhan) dan karenanya

berdasarkan urgensi dan proiritas, sedangkan unit kerja yang lain lebih

berorientasi pada kepentingan organisasinya. (4) Terjadi inkonsistensi

9
antara rencana strategis pengembangan sumber daya aparatur dengan

implementasinya. Rencana strategis pengembangan sumber daya aparatur

yang dibuat Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor dan telah

dibicarakan dan disetujui oleh DPRD (legislatif) dalam realitasnya jauh

dari harapan.

Sedikitnya para pegawai yang berhasil mengikuti Diklat berakibat

pada terjadinya kesenjangan antara harapan masyarakat akan kinerja ASN

yang berkualitas dengan pelaksanaan tugas pemerintahan yang dijalankan

oleh ASN yang tidak profesional dalam tubuh birokrasi Pemerintah Daerah

Kabupaten Biak Numfor yang masih terkesan lamban, kurang bergairah,

motivasi rendah sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor

semakin kurang kondusif terhadap tuntutan para pengguna jasa publik.

Walaupun hal ini tidak cukup menjadi alasan untuk menyebutkan

bahwa Indonesia pada umumnya dan Pemerintah Daerah Kabupaten Biak

Numfor pada khususnya telah gagal total dalam mengembangkan

pengembangan Sumber Daya Aparatur untuk meningkatkan kemampuan

administratif aparaturnya, namun ini berarti bahwa upaya pengembangan

Sumber Daya Aparatur untuk peningkatan kemampuan administratif masih

merupakan agenda penting yang perlu ditangani.

Dalam penelitian ini penulis menekankan pada pembahasan

pengembangan Sumber Daya Aparatur pada Pemerintah Daerah

Kabupaten Biak Numfor dengan asumsi bahwa pemerintah daerah tidak

akan berkembang apabila tidak didukung oleh Sumber Daya Aparatur yang

10
memiliki kompetensi, knowledge dan skill yang tinggi. Asumsi ini sejalan

dengan pendapat Mondy and Noe, (1990:270) yang mengemukakan

Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu usaha  yang terencana

dan berkelanjutan yang dilakukan oleh organisasi dalam meningkatkan

kompetensi pegawai dan kinerja organisasi melalui program-program

pelatihan, pendidikan, dan pengembangan.

Dari beragam pandangan mengenai pengembangan Sumber Daya

Aparatur yang telah diuraikan, dapat dikemukakan elemen atau bentuk

aktivitas proses pengembangan Sumber Daya Aparatur yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian ini, penulis mengacu pada pengembangan sumber

daya manusia yang dikemukakan oleh Amstrong (2006:535) dalam

Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) menetapkan

elemen-elemen/unsur-unsur dari proses pengembangan sumber daya

manusia sebagai berikut: 1) Pembelajaran ; sebagai perubahan yang relatif

permanen dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan

pengalaman. 2) Pendidikan; merupakan perkembasngan pengetahuan, nilai

dan pemahaman yang diperlukan dalam semua aspek kehidupan daripada

pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang tertentu dari

aktivitas. 3) Pengembangan; sebagai pertumbuhan atau realisasi dari

kemampuan seseorang dan potensi melalui penyediaan pembelajaran dan

pengalaman pendidikan, dan 4) Pelatihan; merupakan modifikasi

terencana dan sistimatik perilaku melalui pembelajaran, program acara dan

instruksi, yang memungkinkan individu untuk mencapai tingkat

11
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk

melaksanakan pekerjaan mereka secasra efektif. Pendapat Amstrong

menurut peneliti tidak terlalu rumit untuk dipelajari dan mudah dimengerti

sehingga memudahkan organisasi untuk menerapkan dalam pengembangan

Sumber Daya aparatur yang mengarah pada kinerja Aparatur sebagai asset

organisasi.

Atas dasar pemikiran tersebut beralasanlah jika pengembangan

Sumber Daya Aparatur untuk peningkatan kinerja Aparatus Sipil Negara

perlu diteliti lebih mendalam sebagai suatu karya ilmiah melalui proses

pembelajaran, pendidikan, pengembangan dan pelatihan. Untuk itu maka

penulis tertarik untuk menuangkan dalam suatu karya berupa disertasi

dengan judul penelitian:“Model Pengembangan Sumber Daya Manusia

Aparatur Pada Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagaiberikut :

1. Bagaimana Pola Pengembangan sumber daya manusia apartur pada

Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor?

2. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi pengembangan sumber daya

manusia aparatur pada Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Biak

Numfor?

12
3. Bagaimana model pengembangan sumber daya manusia aparatur pada

Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan seperti tersebut di atas, maka

tujuan penelitian adalah untuk menganalisis, mendeskripsikan dan

menginterpretasikan :

1. Menganalisis dan mendeskripsikan pola pengembangan sumber daya

manusia aparatur pada Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Biak

Numfor.

2. Menganalisis dan mendeskripsikan Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pengembangan sumber daya manusia aparatur pada

Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor.

3. Menemukan model Pengembangan sumber daya manusia aparatur pada

Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai maka diharapkan penelitian ini nantinya akan

memberikan kontribusi kepada:

1. Dari segi pengembangan ilmu, diharapkan penelitian ini dapat

memberikan kontribusi terhadap khasanah keilmuan Administrasi Publik

terkait pengembangan Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan

peemerintah daerah guna mewujudkan Good Governance pada

Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor. Penelitian ini dapat juga

menjadi acuan bagi peneliti-peneliti berikutnya khususnya peneliti yang

13
tertarik pada pengembangan sumber daya manusia terutama sumber daya

manusia aparatur sebagai salah satu unsur perencana dan pelaksana

pembangunan daerah dalam mewujudkan Good Governance.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada

Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor dan Pemerintah

Kabupaten/Kota di Propinsi Papua umumnya untuk mewujudkan dan

melaksanakan Good Governance, melalui Pengembangan Sumber Daya

Aparatur.

E. Definisi atau Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka

peneliti sangat perlu menjelaskan terlebih dahulu yang dimaksud dengan

judul penelitian “Model pengembangan SDM Aparatur Pada Pemerintah

Daerah Kabupaten Biak Numfor”. adapun penjelasan sekaligus definisi atau

istilah untuk masing-masing variabel tersebut adalah:

1. Pengembangan.

Pengembangan adalah suatu kegiatan meningkatkan

kemampuan, berdasarkan pemahaman tentang potensi yang positif dan

mampu mengangkat kepercayaan diri. Sehingga dapat merubah keadaan

diri dari yang sebelumnya hanya bermanfaat bagi sedikit orang menjadi

bermanfaat bagi orang banyak. Pengembangan sangatlah penting,

karena dengan mengembangkan, akan dapat mengenali potensi ,

motivasi sehingga dapat meraih kesuksesan baik fisik, intelektual,

emosi, sosial, dan spiritual.

14
Konsep pengembangan merupakan sebuah keharusan yang

harus diaplikasikan dalam kehidupan, Kata konsep artinya ide,

rancangan atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkrit

(Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2002 : 589) sedangkan

pengembangan artinya  proses, cara, perbuatan mengembangkan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2002 : 538). Dengan demikian

konsep pengembangan adalah rancangan mengembangkan sesuatu yang

sudah ada dalam rangka meningkatkan kualitas lebih maju.

  Bila konsep pengembangan ini diterapkan dalam dunia

pendidikan, maka ide, gagasan ataupun rancangan yang sudah dianggap

matang dan berhasil kemudian lebih ditinggkatkan dengan tujuan

kualitas pendidikan yang sudah ada akan lebih meningkat ketika proses

Pengembangan ini terus digulirkan.

2. Sumber Daya Aparatur

Pengertian sumber daya aparatur adalah salah satu faktor yang

sangat penting dalam suatu lembaga pemerintahan disamping faktor

lain seperti uang, alat-alat yang berbasis teknologi misalnya komputer

dan internet. Oleh karena itu, sumber daya aparatur harus dikelola

dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi

pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalam

melakukan pekerjaan.

Pengertian sumber daya aparatur menurut Badudu dan Sutan

dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah terdiri dari kata sumber

15
yaitu, tempat asal dari mana sesuatu datang, daya yaitu usaha untuk

meningkatkan kemampuan, sedangkan aparatur yaitu pegawai yang

bekerja di pemerintahan. Jadi, sumber daya aparatur adalah kemampuan

yang dimilki oleh pegawai untuk melakukan sesuatu (Badudu dan

Sutan, 1996).

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa sumber adaya

aparatur merupakan sesuatu yang dimiliki seorang pegawai yang

berkemampuan untuk melakukan pekerjaan yang telah dibebankan

kepadanya. Sumber daya aparatur merupakan faktor penting untuk

meningkatkan kinerja suatu pemerintahan. Untuk itu sumber daya

aparatur perlu dikelola melalui pemberian pendidikan dan latihan yang

diterapkan oleh pemerintah, untuk mengembangkan sumber daya

aparatur.

3. Good Governance

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen

pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi

dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun

secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan

legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Tata laksana pemerintahan yang baik (bahasa Inggris: good

governance) adalah seperangkat proses yang diberlakukan dalam

organisasi baik swasta maupun negeri untuk menentukan keputusan.

16
Tata laksana pemerintahan yang baik ini walaupun tidak dapat

menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi sempurna, namun

apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalahgunaan kekuasaan

dan korupsi. Banyak badan-badan donor internasional,

seperti IMF dan Bank Dunia, mensyaratkan diberlakukannya unsur-

unsur tata laksana pemerintahan yang baik sebagai dasar bantuan dan

pinjaman yang akan mereka berikan. 

F. Ruang Lingkup

Untuk mempermudah penulisan disertasi ini dan agar lebih terarah dan

berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapaun

ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan peneltian

disertasi ini, yaitu:

1. Peneliti hanya membahas tentang Pengembangan Sumber Daya Aparatur

yaitu PNS/ASN yang bekerja di Pemerintahan Daerah Kabupaten Biak

Numfor.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan SDM aparatur dalam

lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor.

3. Akan menemukan suatu model yang efektif dalam pengembangan SDM

aparatur dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Biak Numfor.

17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENELITIAN TERDAHULU

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan

melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat

perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data

pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri, yaitu

penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang

dibahas dalam penelitian ini. Fokus penelitian terdahulu yang dijadikan

acuan adalah terkait dengan masalah Pengembangan SDM Aparatur. Oleh

karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil

penelitian berupa jurnal-jurnal yang penulis peroleh melalui internet.

Untuk lebih jelasnya tentang penelitian terdahulu, penulis paparkan

pada tabel berikut ini:

Tabel 1.

Penelitian terdahulu dari beberapa penulis

No Penulis/Judul Rumusan Hasil Perbedaan


Penelitian

1 Soesilo Zauhar. Adakah Kemampuan Penelitian ini


(2005). pengaruh aparatur difokuskan
“Pengaruh pengembangan menjadi kunci pada
pengembangan sumberdaya utama dalam pengembangan
Sumber Daya aparatur secara meningkatkan
SDM terkait
Aparatur terhadap dimensional kinerja
kinerja pelayanan terhadap kinerja pelayanan
dengan
publik di Kota pelayanan publik, pelayanan
Malang” publik ? sedangkan publik.
variabel Sedangkan
motivasi penelitian
menjadi penulis

18
variabel difokuskan
proaktif dan pada
berperan pengembangan
sebagai SDM terkait
dinamisator dengan
dalasm
penyelenggaraa
pelayanan
publik. n pemerintahan
dan
pembangunan
daerah.

2 Ike Rachmawati. Seberapa besar Pengembanga Peneltian ini


(2012) pengaruh n Sumber menggunakan
“Pengaruh pengembangan Daya jenis penelitian
Pengembangan Sumber Daya Aparatus Survei .
Sumber Daya Aparatur
berpengaruh Analisis
Aparatur terhadap terhadap
efektivitas efektivitas
secara datanya
pelayanan pelayanan signifikan menggunakan
administrasi administrasi terhadap SEM,
kependudukan di kependudukan efektivitas sedangkan
Kabupaten di Kabupaten pelayanan penelitian
Cianjur”. Cianjur administrasi penulis jenis
kependudukan penelitian
, dimana styudi kasus,
pengaruh dan analisis
tersebut data
dipengaruhi menggunakan
oleh dimensi : deskriptif
pembelajaran, kualitatif.
pendidikan,
pengembanga
n dan
pelatihan

3 Febrisma Apakah terdapat Dari hasil Penelitian ini


Ramadhiya pengaruh pengujian menggunalan
Fendarti.(2015) pengembangan perhitungan metode analisis
“Pengaruh SDM terhadap regresi, regresi linier
Pengembangan Kinerja Pegawai menunjukkan sederhana,
SDM Terhadap pada kantor bahwa
sedangkan
Kinerja Pegawai BKD Propinsi ada terdapat
pada Kantor BKD Kalimantan pengaruh yang penelitian
Propinsi Timur signifikan penulis
Kalimantan antara variabel menggunakan
Timur” Pengembangan analisis
Sumber deskriptif
Daya Manusia kualitatif

19
terhadap
Kinerja
Pegawai pada
Kantor Badan
Kepegawaian
Daerah
Provinsi
Kalimantan
Timur

4 Roosje Kalangi. Faktor-faktor Secara Penelitian ini


(2015). apa saja pada simultan terfokus pada
“Pengembangan pengembangan unsur jenis kuantitatif
SDM dan SDM yang rekrutmen, dengan
Konerja berpengaruh pelatihan, pendekatan
Aparatur Sipil terhadap pengembanga survey, dengan
Negara di kinerja n karier, menggunakan
Kabupaten Aparatur Sipil manfaat, teknis analisis
Kepulauan Negara di promosi, data 2
Sangihe Kabupaten mutasi pendekatan,
Propinsi Kepulauan berpengaruh yaitu analisis
Sulawesi Utara. Sangihe terhadap deskriptif dan
Propinsi kinerja regresi
Sulawesi Utara pegawai. berganda.
Sedangkan
penelitian
penulis jenis
penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
studi kasus dan
analisis data
deskriptif
kualitatif.

B. ORGANISASI PEMERINTAHAN

Organisasi pemerintahan adalah sejumlah lembaga negara yang dibentuk

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, berupa organisasi/lembaga

kenegaraan. Semua organisasi/lembaga negara tersebut dibentuk untuk mewakili

upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu

20
seluruh organisasi/lembaga negara tersebut diberikan tugas, fungsi, wewenang

dan tanggung jawab menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara, yang

mencakup kekuasaan legislatif, eksekutif, yudikatif dan kekuasaan auditif. Dalam

menyelenggarakan kekuasaan tersebut, masing-masing mempunyai susunan

organisasi dan saling berhubungan satu sama lain sehingga merupakan satu

kesatuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa sesuai dengan nilai-nilai

dasar, kedudukan, peranan/fungsi, kewenangan dan tanggung jawabnya masing-

masing (Rewansyah,2011:48).

Tatanan organisasi pemerintahan pada suatu negara dipengaruhi oleh

bentuk negara dan sistem pemerintahan yang dianut. Beberapa bentuk negara,

seperti: Negara Kerajaan, Negara Kesatuan dan Negara Federal mempunyai

tatanan organisasi pemerintahan yang berbeda-beda, demikian pula pada sistem

pemerintahan seperti : demokrasi, monarki, oligarki dan teokrasi, mempunyai

tatanan organisasi pemerintahan negara yang berbeda-beda pula. Selain

dipengaruhi oleh bentuk negara dan sistem pemerintahan, tatanan organisasi

pemerintahan pada suatu negara juga dipengaruhi oleh tata nilai yang dianut

berupa pandangan hidup (falsafah), cita-cita dan tujuan bernegara, serta

perkembangan lingkungan stratejik yang dihadapi baik dalam tataran nasional

maupun internasional. Adanya perbedaan dalam menghadapi perkembangan

lingkungan stratejik, Pada negara yang sama-sama menggunakan siatem

demokrasi sebagai dasar kepemerintahannya, dapat berkembang tatanan

organisasi pemerintahan yang berbeda. Demikian pula adanya perbedaan dalam

tata nilai dan sistem pemerintahan yang dianut, pada negara-negara yang

21
menghadapi kondisi dan perkembangan lingkungan stratejik yang sama, dapat

berkembang tatanan organisasi yang berbeda. Timbulnya perbedaan tersebut

disebabkan oleh perbedaan pandangan dan pilihan yang harus diambil dan

mendesain organisasi pemerintahan negara yang efektif dan efisien dalam

pencapaian tujuan bernegara, (Rewansyah, 2011:148-149).

Indonesia sebagai Negara Kesatuan dan Negara Hukum yang berbentuk

republik yang demokratis, Kedaulatan Negara berada ditangan seluruh rakyat,

dan dilaksanakan berdasarkan hukum. Sesuai UUD 1945 untuk

melaksanakan/menjalankan kekuasaan pemerintahan tersebut dibentuk organisasi

organisasi pemerintahan yang terdiri dari organisasi kenegaraan dan organisasi

pemerintahan. Organisasi kenegaraan selain mewadahi penyelenggaraan

kekuasaan legislatif, eksekutif, yudikatif dan auditif juga organisasi-organisasi

yang menjalankan fungsi konstitutif dan fungsi pemerintahan pada umumnya

sebagaimana diuraikan di atas.

Organisasi pemerintahan negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945

(beserta perubahannya) yang merupakan organ/lembaga negara, meliputi :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);

3. Dewan perwakilan Daerah (DPD;

4. Pemerintah (eksekutif);

5. Mahkaman Agung (MA);

6. Mahkaman Konstitusi (MK);

7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

22
8. Bank Indonesia (Bank Sentral).

Lembaga pemerintah (eksekutif) yang meliputi :

1. Pemerintah pusat yang terdiri dari :

a. Presiden dan wakil presiden;

b. Kementerian Negara;

c. Lembaga pemerintah non kementerian (LPNK);

d. Organisasi pemerintah pusat lainnya :

(1) Tentara Nasional Indonesia (TNI);

(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI);

(3) Kejaksaan Republik Indonesia

(4) Kesekretariatan Lembaga Negara;

(5) Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;

(6) Organisasi Ekstra/Non Strktural Pemerintah (adhoc).

2. Pemerintah Daerah

a. Pemerintah Daerah Poivinsi, terdiri dari :

(1) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi sebagai Badan

Lgislatif Daerah;

23
(2) Badan Eksekutif (Gubernur dan Wakil Gubernur ) selaku Kepala

daerah dan Wakil Pemerintah Pusat beserta Dinas/Instansi

Pemerintah Daerah Propinsi.

b. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, terdiri dari:

(1) Dewan perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Kabupaten/Kota) sebagai

Badan Legislatif Daerah.

(2) Badan Eksekutif (Bupati dan Wakil Bupati) selaku kepala Daerah

Kabupaten : Walikota dan Wakil Wali Kota beserta

Dinas/Instansi Pemerintah Daerah Perkotaan.

(3) Pemerintah Kecamatan.

(4) Pemerintah Desa.

Adapun Landasan hukum pembentukan, status, kedudukan, tugas, fungi

dan susunan organisasi serta wewenang dan tanggung jawab masing-masing

organisasi kenegaraan dan organisasi pemerintahan yang telah disebutkan di atas

tercantum dalam Undang-Undamg dan Peraturan Pemerintah tentang

Pembentukan Organisasi Pemerintahan masing-masing.

C. PEMERINTAH DAN PEMERINTAHAN.

1. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan

Kata pemerintah dapat dilihat dari arti sempit dan arti luas. Pemerintah

dalam arti sempit yaitu: sebagai organ negara pelaksana tugas-tugas eksekutif

saja. Sedangkan pemerintah dalam arti luas adalah seluruh lembaga/organ negara

24
yang menjalankan kewajiban negara sebagai organisasi sosial (societal) yang

sangat besar dan kompleks., organ itu adalah Eksekutif, Yudikatif dan Auditif.

Pemerintah dalam arti sempit, hanya merupakan aktivitas badan-badan Eksekutif

saja, yang dipimpin oleh presiden selaku Kepala Pemerintahan. Pemerintah

dalam arti luas merupakan seluruh aktivitas pemerintahan yang dilakukan oleh

seluruh aparatur negara yang dalam pelaksanaannya dipimpin oleh presiden

selaku Kepala Negara. Pemerintah dalam arti luas meliputi seluruh aparatur

negara (termasuk lembaga negara seperti: MPR, DPR, DPD, MA, MK dan BPK)

dan aparatur Pemerintah Daerah, selanjutnya dalam bahasan buku ini disebut

pemerintahan negara.

Bertolak dari uraian di atas, jelaslah yang dikemukakan oleh Osborne dan

plastrik (2000:55) bahwa pemerintah merupakan lembaga yang besar, kompleks,

dan ruwet. Lembaga tersebut memperkerjakan jutaan orang dan membelanjakan

triliyunan dolar setiap tahun. Organisasinya terdiri dari banyak sekali lapisan

dengan ribuan yurisdiksi politik dan publik yang saling tumpang tindih .

pemerintah menampung para politikus, pegawai negeri, dan warga negara yang

saling bersaing, berkonspirasi, dan berkoloborasi.

Perlu dipahami bahwa pemerintah tidak akan mempunyai peran tanpa

adanya pemerintahan, karena pemerintah menunjukkan lembaga (yang tidak

dinamis), sedangkan pemerintahan merupakan kegiatan atau proses aktivitas

pemerintah. Pemerintahan mempunyai arti untuk menggerakkan sesuatu.

Pemerintah sebagai kata benda mengandung arti sesuatu kekuasaan untuk

memerintah sesuatu Negara, sedangkan pemerintahan adalah suatu kegiatan,

25
proses atau prosedur bagaimana menjalankan perbuatan pemerintah suatu Negara.

Dari uraian tersebut, maka istilah pemerintah mengandung arti lembaga atau

organisasi yang menjalankan kekuasaan pemerintahan, sedangkan pemerintahan

adalah proses berlangsungnya kegiatan atau perbuatan pemerintah dalam

mengatur kekuasaan suatu negara. Dengan demikian jelaslah bahwa pemerintahan

tanpa kekuasaan tidak mungkin akan berjalan.

Dalam kamus Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1997), diperoleh

penjelasan tentang kata perintah, memerintah, pemerintah, dan pemerintahan.

Pemerintah adalah sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan atau sistem

menjalankan perintah, yang memerintah. Sedangkan Pemerintahan adalah proses,

cara, tindakan/perbuatan memerintah. Dalam kamus tersebut tidak ada kata

kepemerintahan. Dari mana datangnya kata tersebut? Contoh lain, kata bentukan

dari kata urusan, mengurus, pengurus, pengurusan, dan kepengurusan. Urusan

adalah hal yang diurus, mengurus adalah melakukan kegiatan urus, pengurus

adalah yang mengurus, pengurusan adalah proses, cara, perbuatan mengurus, dan

kepengurusan terbentuk dari kata pengurus dengan awalan ke- dan akhiran –an:

perihal pengurusan. Jika dianalogikan, kata urus diterapkan pada kata perintah,

maka kepemerintahan terbentuk dari kata perintah dengan awalan ke- dan akhiran

–an. Jadi arti kata kepemerintahan adalah segala sesuatu yang menyangkut

keadaan atau perihal pemerintahan.

Apa yang dimaksud dengan pemerintahan? Ada yang berpendapat bahwa :

pemerintahan adalah seluruh aktivitas atau kegiatan pemerintah saja, sehingga

apapun yang dilakukan oleh pemerintah, itulah pemerintahan. Dari jawaban ini

26
dibuat semboyan seperti: “Sabdo pandito ratu”, “King Can do no wrong” atau

“Power Lies beyond moral judgment” atau dalam bahasa Jawa “Mikul duwur,

mendhem jero” adalah merupakan manifestasi makna pemerintah yang telah

dikebiri dalam praktik. Dengan meminjam variable concentration of power dan

variable predominant political borns dari ilmu politik, kepemerintahan dapat

dikelompokkan menjadi empat tipe: (A) Sacred-centralized, (B) Sacred-

decentralized, (C) Seculer –centralized, dan (D) Seculer –decentralized. Kalau

ditilik dari segi bahasa, kepemerintahan masih tetap dalam konsep government

(pemerintah). Bagaimana konsep kepemerintahan Yang Baik (Good Government)

dapat dipahami? (penulis akan mengartikan pada bahasan good governance).

Ketika Abraham Lincoln (Presiden Amerika Serikat) menyampaikan

pidatonya yang sangat terkenal di Gettysburg pada tahun 1863, secara sederhana

menggambarkan demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan

untuk rakyat (government of the people, by the people and for the people). Kalau

diteliti lebih mendalam , inti dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,

karena semua pemerintahan, apapun bentuknya, pasti berasal dari rakyat. Tak

seorangpun diantara mereka yang memerintah yang bukan berasal dari rakyat.

Jadi hanya pemerintahan dari rakyat dan oleh rakyat-lah yang murni

mencerminkan demokrasi. Pemerintahan secara langsung yang melibatkan seluruh

rakyat seperti ini, dewasa ini tidak mungkin dapat dilaksanakan karena jumlah

penduduk sudah sangat besar, maka jalan keluar untuk tetap menerapkan prinsip

demokrasi tanpa harus melibatkan seluruh rakyat dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara sehari-hari, yaitu melalui sistem perwakilan (representative

27
government). Kepala pemerintahan yang dipilih oleh dan dari kalangan wakil-

wakil rakyat ini bertanggung jawab kepada para pemilih atas penyelenggaraan

kekuasaan pemerintahan yang diamanatkan kepadanya atau lazim disebut

responsible government.

Pada umumnya semua bentuk pemerintahan memiliki satu sifat yang sama,

yaitu kewenangan untuk membuat hukum atau peraturan, serta kekuasaan untuk

memaksa semua pilar agar manaati hukum dan peraturan tersebut. Menurut

Rasyid (2002:41), beda antara sistem pemerintahan yang demokratis dan tidak

demokratis terletak pada kenyataan bahwa: “didalam sistem yang demokratis,

kewenangan/kekuasaan pemerintahan dibangun dan dipelihara berdasarkan

kesepakatan dari rakyat. Sedangkan pada sistem yang tidak demokratis

kesepakatan rakyat tidak merupakan persyaratan”. Di dalam sistem yang

demokratis, rakyatlah yang memiliki kadaulatan dan mereka berhak mengganti

sebuah pemerintahan yang dipandang sudah tidak lagi mampu melaksanakan

fungsi-fungsinya dengan baik, melalui pemilihan suara mayoritas yang diperoleh

lewat pemilihan umum yang bebas. Sistem pemerintahan yang demokratis hanya

mungkin dibangun jika kelompok minoritas dari warga negara mau menerima

pemerintahan mayoritas , dan kelompok mayoritas benar-benar siap untuk

menghormati hak-hak minoritas. Ini merupakan kesepakatan etis yang mutlak

hadir dalam sistem demokrasi.

Tujuan utama dibentuknya pemerintahan negara adalah untuk menjaga

suatu sistem ketertiban umum di dalam mana setiap warga masyarakat dapat

menjalankan kehidupannya secara wajar. Pemerintahan modern, pada hakekatnya

28
adalah pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan tidaklah

diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk memberdayakan dan

melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota

masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya untuk mencapai

kemajuan bersama. Oleh karena itu, menurut Rasyid (2002:14) secara umum

tugas pokok pemerintahan negara mencakup tujuh bidang:

1. Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari luar, dan

menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat

menggulingkan pemerintah yang sah atau mengancam integritas negara

melalui cara-cara kekerasan.

2. Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya gontokan-gontokan di

antara warga masyarakat, menjamin agar perubahan apapun yang terjadi di

dalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.

3. Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga masyarakat

tanpa membedakan status apapun yang melatar belakangi keberadaan mereka.

Jaminan keadilan ini terutama harus tercermin melalui keputusan-keputusan

pengadilan, dimana kebenaran diupayakan pembuktiannya secara maksimal,

dan dimana konstitusi dan hukum yang berlaku dapat ditafsirkan dan

diterapkan secara adil dan tidak memihak, serta di mana perselisihan bisa

didamaikan.

4. Melakukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan dalam bidang-bidang

yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non pemerintah, atau yang akan

lebih baik jika dikerjalan oleh pemerintah. Ini antara lain mencakup

29
pembangunan jalan, penyediaan fasilitas pendidikan yang terjangkau oleh

mereka yang berpendapatan rendah, pelayanan pos, pelayanan kesehatan

masyarakat, penyediaan air bersih, transportasi umum dan pemadam

kebakaran.

5. Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan social, seperti:

membantu orang miskin dan memelihara orang-orang cacat, jompo dan anak-

anak terlantar; menampung serta menyalurkan para gelandangan ke sektor

kegiatan yang produktif, dan semacamnya.

6. Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas,

seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong penciptaan lapangan kerja bar,

memajukan perdagangan domestik dan antar bangsa, serta kebijakan lain

yang secara langsung menjamin peningkatan ketahanan ekonomi negara dan

masyarakat.

7. Menerapkan kebijakan untuk pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup, seperti: air, tanah dan hutan. Pemerintah juga berkewajiban mendorong

kegiatan penelitian dan pengembangan untuk pemanfaatan sumber daya alam

dengan mengutamakan keseimbangan antara eksploitasi dan reservasi.

Tujuan bidang yang terekam di atas menggambarkan adanya jangkauan

tugas yang luas dan kompleks, dengan tanggung jawab yang sangat berat, terpikul

di atas pundak setiap pemerintahan. Untuk mengemban semua amanah itu, selain

diperlukan konstitusi, hukum, etika dan lembaga-lembaga yang canggih, juga

dibutuhkan dukungan aparatur pemerintahan yang tangguh dan kualified. Untuk

yang terakhir ini, secara mendasar, seyokyanya pembinaan terhadap mereka

30
ditujukan pada upaya memahami visi, misi, tugas pokok dan fungsi pemerintah.

Pada saat yang sama, setiap aparatur sejak awal rekrutmennya perlu menjernihkan

motivasi dibalik keputusannya untuk masuk ke bidang pemerintahan.

Para aparatur pemerintahan harus menjadikan semangat untuk melayani

kepentingan umum sebagai dasar dari motivasi mereka dalam memilih karier di

bidang pemerintahan. Seseorang yang masuk bekerja ke lapangan pekerjaan

pemerintahan dengan motivasi untuk menjadi orang kaya, misalnya: pastilah salah

pilih atau kesasar memasuki suatu ruang pengabdian yang justru secara principal

tidak akan pernah menjanjikan hal itu. Pemerintahan bukanlah lapangan pekerjaan

yang menjanjikan kesenangan hidup material yang berlebihan bagi aparatur,

karena komitmen sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang diharapkan dari

mereka justru adalah bagaimana memberi kesenangan dan kesejahteraan kepada

orang banyak. Pemahaman tentang misi pemerintahan untuk memelihara

ketertiban dan mengusahakan tegaknya keadilan akan secara langsung menjadikan

fungsi pelayanan sebagai fungsi yang utama. Tetapi pelayanan yang baik, melalui

kemampuan optimal untuk melaksanakan tugas-tugas pokok yang dikemukakan di

atas, hanya mungkin diwujudkan jika pemerintahan memiliki power yang cukup.

Di sini, pemerintahan yang kuat jelas diperlukan dan kekuatan itu akan

memberinya semacam independensi untuk mengutamakan pelayanan dan

pemberdayaan kepada masyarakat yang paling lemah posisinya dalam

masyarakat, baik secara sosial ekonomi, budaya maupun politik.

2. Funsi Pemerintahan (eksekutif)


Karl W Deutsch menggambarkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan

itu ibarat membawa kapal di tengah samudra. Kapal bisa mencapai dermaga yang

31
dituju tergantung dari nakodanya. Sebenarnya makna dari ungkapan tersebut

persis sama jika dikaitkan dengan pemerintahan suatu negara, bahwa

pemerintahan bisa berjalan dengan baik dan negara bisa dengan mudah mencapai

tujuannya tergantung bagaimana pemerintah melaksanakan pemerintahan dengan

baik dan bertanggungjawab. Dari unkapan itu, maka Rasyid (1998) membagi

fungsi pemerintahan menjadi empat bagian, yaitu (1) fungsi pelayanan (public

service); (2) fungsi pembangunan (development); (3) fungsi pemberdayaan

(empowering); (4) fungsi pengaturan (regulation). Lebih lanjut Rasyid (1998)

mengemukakan bahwa untuk mengatahui suatu masyarakat, maka lihatlah

pemerintahannya. Artinya, fungsi-fungsi pemerintahan yang dijalankan pada saat

tertentu akan menggambarkan kualitas pemerintahan itu sendiri. Jika pemerintah

dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, tugas pokok selanjutnya

menurutnya adalah bagaimana pelayanan dapat membuahkan kemandirian, serta

pembangunan yang menciptakan kemakmuran. Terkait dengan pelayanan, Ndraha

lebih menitik beratkan pada aspek pelayanan sebagai fungsi pokok yang mesti

dilakukan oleh pemerintah. Pelayanan itu dikelompokkan menjadi layanan sipil

dan jasa publi. Layanan sipil bersifat pelayanan yang mesti dilakukan terhadap

orang-perorangan, pribadi atau privat. Sedangkan jasa publik bersifat kolektif,

karena itu mengandung nilai istimewa. Fungsi ini kemudian melahirkan definisi

penting tentang pemerintahan sebagai suatu ilmu, di mana pemerintahan

mempelajari bagaimana memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntutan tiap

orang akan jasa publik dan layanan sipil dalam hubungan pemerintahan sehingga

diterima pada saat dibutuhkan oleh yang bersangkutan, (Labolo, 2010:34).

32
Pada hakekatnya semua negara memiliki keinginan untuk membentuk

pemerintahan yang kuat. Pemerintahan yang kuat tidaklah sekedar diukur dari

adanya kekuatan militer yang banyak dan terlatih, tetapi lebih dari itu adalah

seberapa besar akseptabilitas masyarakat dalam menyokong penyelenggaraan

pemerintahan itu sendiri. Hal ini hanya dapat tercipta apabila pemerintahan dapat

memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Terkait dengan upaya pelayanan

publi, maka pemerintah menggunakan aparaturnya yang disebut birokrasi, baik

yang berada di tingkat pusat maupun daerah. Pelayanan pada level daerah

merupakan wujud dari pemencaraan kekuasaan yang sedemikian besar ke tingkat

yang lebih rendah melalui cara desentralisasi.

Berlandaskan pada konsep di atas, maka penulis menjelaskan bahwa

pemerintah adalah pelayanan kepada masyarakat (publik), pemerintah diadakan

bukan untuk kepentingannya sendiri tetapi untuk kepentingan masyarakat

(publik). Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan dengan sebaik-

baiknya kepada masyarakat, dituntut untuk memberikan pelayanan secara adil dan

transparan, yang kesemuanya ini mermuara kepada kepuasan masyarakat atas

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.

Menurut Ndraha (2000:78-79), untuk mengemban tugas negara,

pemerintah mermiliki dua (2) fungsi dasar, yaitu fungsi primer (atau fungsi

pelayanan), dan fungsi sekunder (atau fungsi pemberdayaan). Fungsi primer, yaitu

fungsi pemerintah sebagai provider jasa-jasa publik yang tidak dapat

diprivatisasikan termasuk jasa hankam. Layanan sipil, dan layanan birokrasi.

Fungsi sekunder, yaitu sebagai provider kebutuhan dan tuntutan yang diperintah

33
akan barang dan jasa yang mereka tidak mampu penuhi sendiri karena masih

lemah dan tak berdaya (powerless) termasuk penyediaan dan pembangunan sarana

dan prasarana.

Fungsi primer secara terus menerus berjalan dan berhubungan positif

dengan keberdayaan yang diperintah. Artinya semakin berdaya masyarakat, maka

semakin meningkat pula fungsi primer pemerintah. Sebaliknya, fungsi sekunder

berhubungan dengan tingkat keberdayaan yang diperintah. Artinya, semakin

berdaya masyarakat, maka semakin berkurang fungsi sekunder pemerintah dari

rowing (pengaturan) ke steering (pengendalian). Fungsi sekunder sevcara

perlahan-lahan dapat diserahkan kepada masyarakat untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri. Pemerintah berkewajiban untuk secara terus menerus

berupaya memberdayakan masyarakat agar meningkatkan keberdayaannya

sehingga pada gilirannya mereka memiliki kemampuan untuk melayani dirinya

sendiri atau memenuhi kebutuhannya secara mandiri terlepas dari campur tangan

pemerintah. (Labolo,2010:36).

Salah satu fungsi utama dari pemerintah yaitu membuat kebijaklan publik.

Argumentasi terpenting dalam hal ini adalah bahwa semua warga negara akan

senantiasa bersentuhan dengan kebijakan publik yang dikeluarkan oleh

pemerintah, karena yang diatur oleh kebijakan publik tentunya yang menyangkut

kepentingan umum. Dengan demikian,, dalam pemenuhan atau pelayanan

kebutuhan hidup masyarakat. Pemerintah memiliki peranan yang penting dan

menentukan. Eksistensi pelayanan pemerintahan terhadap masyarakat merupakan

suatu kebutuhan dan keharusan karena rakyat adalah pemegang saham (sumber-

34
sumber) negara, di mana posisi rakyat adalah sebagai pemegang kekuasaan

tertinggi atau kedaulatan atas negara.

Menurut teori Montesque (Trias Politica), Kekuasaan Negara terdiri dari:

kekuasaan legislatif (parlemen), kekuasaan eksekutif (pemerintah), dan

kekuasaan yudikatif (peradilan) serta ditambah satu kekuasaan lagi yaitu:

kekuasaan auditif (pengawasan/pemeriksaan) guna mengawasi penyelenggaraan

pemerintahan negara. Untuk menyelenggarakan kekuasaan negara dibentuk

organ-organ negara. Salah satu organ negara adalah lembaga eksekutif

(pemerintah dalam arti sempit) . Rewansyah (2011:133) mengemukakan ada 5

(lima) fungsi utama (main function) eksekutif (pemerintah), yaitu: (1) Fungsi

pengaturan/regulasi; (2) Fungsi pelayanan kepada masyarakat (public service); (3)

Fungsi pemberdayaan kepada masyarakat (empowering people); (4) Fungsi

pemberdayaan asset/kekayaan Negara; (5) Fungsi keamanan, pengamanan dan

perlindungan. Masing-masing fungsi pemerintah ini, lebih rinci dijelaskan

sebagai berikut:

(1) Fungsi pengaturan/Regulasi

Dari berbagai fungsi pemerintah sebagaimana tersebut di atas, maka fungsi

pengaturan/regulasi (penetapan kebijakan publik/Negara) adalah fungsi yang tak

dapat didelegasikan, dipindahkan ataupun diprivatisasikan kepada organisasi atau

lembaga diluar pemerintahan. Sesuai UUD 1945 pasal 1 ayat (3) ditetapkan

bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, maka segala aspek kehidupan

dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan termasuk

pemerintahan harus senantiasa berdasarkan hukum (diatur dalam peraturan

35
perundang-undangan). Dengan kata lain, segala sikap, perilaku dan

perbuatan/tindakan penyelenggaraan Negara atau Aparatur Negara harus

mempunyai pijakan atau landasan hukum.

(2) Fungsi Pelayanan Kepada Masyarakat

Munurut Ryaas Rasyid dalam bukunya Makna Pemerintahan: Tinjauan

dari segi Etika dan Kepemimpinan (2002), ada tiga fungsi hakiki pemerintah,

yaitu: pelayanan (sevice), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan

(development). Penggolongan fungsi seperti ini mirip pembagian fungsi Kepala

Wilayah di zaman Orde Baru. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974, pasal 80,

ditetapkan bahwa Kepala Wilayah Berfungsi memimpin pemerintahan,

mengkoordinasikan pembangunan, dan membina masyarakat di segala bidang.

Beranjak dari ketentuan ini, orang membedakan pemerintahan dengan

pembangunan dan pembinaan masyarakat.

Konsep pelayanan mengandung bermacam-macam arti, meliputi rupa-rupa

kegiatan, dan dipakai untuk berbagai bidang studi. Sejauh ini padanan bahasa

Indonesia kata pelayanan dalam bahasa Inggris ada dua, yaitu administering

dalam administration dan servicing dalam service (public service and civil

service). Dalam konsep administration lebih menunjukkan sistem (struktur) dan

proses ketimbangan substansi kebutuhan manusia dan publik, sedangkan konsep

service (servis), sebaliknya. Di samping itu, layanan sebagai output pelayanan

mengandung dua arti: sebagai jasa (komoditi dalam arti luas) dan sebagai seni

(cara). Sebagai komoditi dalam arti luas meliputi komoditi yang diperjual belikan

(layanan publik, dengan tarif semurah mungkin dan dapat diprivatisasikan)

36
maupun yang tidak diperjual belikan (layanan civil, layanan no price) Sebagai

seni , pelayanan itu terbentuk sebagai upaya pejabat atau pegawai pemerintahan

untuk mengefektifkan aktivitas pelayanannya sesuai dengan kondisi orang,

mahluk, atau lingkungan yang dilayani dalam kondisi apapun, aparatur

pemerintahan harus memiliki etika (code of conduct) dan benar-benar berkualitas:

kreatif, inovatif, proaktif, dan berfikir positif. Bahasa Inggris service dapat

diartikan sebagai proses (pelayanan), dan dapat pula diartikan sebagai produk

(output, layanan, hasil pelayanan) berupa barang dan jasa publik.

(3) Fungsi Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah fungsi yang berhubungan secara negatif

dengan kondisi ekonomi, politik dan social warga masyarakat, dalam arti :

semakin tinggi taraf hidup warga masyarakat, semakin kuat posisi tawar

(bargaining position), dan semakin integratif masyarakat. Semakin berkurang

fungsi pemberdayaan masyarakat, fungsi pemerintah berubah, dari rowing ke

steering. Jika kondisi ekonomi masyarakat masih lemah, pemerintah

menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui program pembangunan.

Semakin berhasil pembangunan, semakin meningkat kondisi dan kemampuan

ekonomi masyarakat, semakin berkurang fungsi pemerintah dalam pembangunan.

Itulah sebabnya konsep pembangunan (development) tidak dikenal di negara

maju, tetapi popular di negara sedang berkembang. Jika rakyat merasa tertindas

(powerless) atau tidak berdaya dalam membangun dan menentukan masa

depannya, maka pemerintah melakukan program pemberdayaan masyarakat

(empowerments people) Pemberian otonomi Kepala Daerah, merupakan program

37
pemberdayaan rakyat yang penting. Ringkasnya, jika rakyat sudah berdaya,

pemerintah tinggal menjaga keseimbangan antara pemerintah dengan warga

masyarakat. Misalnya, jika masyarakat mengalami kondisi disenteratif,

pemerintah berkewajiban menyelenggarakan program pembangunan; jika warga

masyarakat sulit mendapatkan lapangan kerja, pemerintah berkewajiban membuka

lapangan kerja dengan menggalakkan investasi.

Fungsi pemberdayaan semakin mencuat dengan semakin maraknya debat

tentang HAM (Hak azasai Manusia). Keadilan yang tertinggi dapat dicapai jika

pihak yang berseberangan mempunyai kekuatan yang seimbang pula. Sejak

zaman dahulu kala, terjadi konflik antara pihak-pihak yang sekarang dikenal

sebagai kaun buruh dengan majikan. Konflik menajam pada era Revolusi Industri

(akhir abad 18) dan memuncak pada awal abad 20. Kaum buruh yang lemah, tak

berdaya (powerless) dan diperas tenaganya (exploitation de I”home par I”home)

diberdayakan (empowered) melalui pembentukan serikat buruh (unions) dibawah

payung ILO (1919), agar kaum buruh mempunyai daya tawar dan mampu

memperjuangkan hak-haknya terhadap majikan. Adapun tujuan dari setiap

program pemberdayaan adalah peningkatan bargaining position atau bargaining

power satu pihak agar mampu berhadapan secara relatif sejajar dengan pihak lain

dalam rangka menciptakan rasa keadilan bersama melalui solusi (kesepakatan)

yang saling menguntungkan. Dengan kata lain jangan pernah diperbandingkan

antara pihak yang powerfull dengan pihak yang powerless. Oleh karena itu yang

kurang berdaya diberdayakan terlebih dahulu agar memiliki kemampuan yang

seimbang dalam posisi tawar (bargaining position).

38
Pemberdayaan harus terus menerus, komprehensif dan simultan, sampai

ambang batas tercapainya keseimbangan yang dinamik antara pemerintah dengan

warga masyarakat. Menurut Ndraha (2003:77) dalam hubungan itu diperlukan

berbagai program pemberdayaan masyarakat antara lain:

1. Pemberdayaan Politik, yang bertujuan meningkatkan bargaining position yang

diperintah terhadap pemerintah, seperti telah dikemukakan di atas. Melalui

bargaining tersebut , yang diperintah (rakyat) mendapatkan apa yang

merupakan haknya dalam bentuk barang, jasa, layanan dan kepedulian, tanpa

merugikan orang lain.

2. Pemberdayaan ekonomi, dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan rakyat sebagai konsumer. Pemberdayaan ini berfungsi sebagai

penanggung dampak negatif pertumbuhan, pembayar resiko salah-urus,

pemikul beban pembangunan, kambing hitam kegagalan program dan

penderita kerusakan lingkungan dan sebagainya.

3. Pemberdayaan Sosial Budaya, yang bertujuan meningkatkan kemampuan

sumber daya manusia melalui human investment, guna meningkatkan nilai

manusia (human dignity, penggunaan (human utilization) dan perlakuan seadil-

adilnya terhadap manusia.

4. Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai program perawatan dan

pelestarian lingkungan, supaya antara masyarakat (yang-diperintah) dengan

lingkungannya terdapat hubungan saling menguntungkan.

(4). Fungsi Pengelolaan Asset/Kekayaan Negara

39
Asset/kekayaan Negara merupakan segala sesuatu yang bernilai ekonomi

baik berupa fisik dan non fisik maupun berupa uang, surat-surat berharga dan

kekayaan alam (sumberdaya alam) yang terdapat dibumi nusantara.

Asset/kekayaan Negara termasuk Barang Milik Negara (BMN) yang

diperoleh/diadakan melalui Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

yang digunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pemerintahan

(diatur dalam PP. No.6 tahun 2006 jo PP Nomor 38 tahun 2008 tentang

pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah).

Pasal 33 UUD 1945 menetapkan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. asset/kekayaan negara adalah tak lain

merupakan sumberdaya (resources) yang terdapat dibumi Indonesia yang

merupakan milik bangsa Indonesia. Sumberdaya ini terdiri dari: (1)

Sumberdaya Alam (SDA) seperti: ruang, waktu, kesempatan dan bumi beserta

isinya; (2) Sumberdaya Manusia (SDM), (3) Sumberdaya Buatan (SDB)

seperti : Ilmu, Seni, teknologi, bendungan, jalan, jembatan, gedung dan

sebangsanya.

Biaya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara termasuk

biaya yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi pemerintah dipikul oleh

negara. Ada tiga sumber utama pendapatan negara yaitu: (1) Hasil pengolahan

(proteksi, eksplorasi, eksploitasi atau utiliasi, investasi dan konservasi); (2)

Sumberdaya Pajak, retribusi, dan sebangsanya; (3) Hasil usaha Negara

(BUMN/BUMD). Dari definisi sumberdaya ini: pertama, suatu bangsa;

40
kedua, kekayaan sebagai sediaan atau modal untuk bangkit; dan ketiga,

kekayaan sebagai kejayaan. Jadi sumberdaya dapat didefinisikan sebagai

kekayaan suatu bangsa yang menjadi modal bagi kejayaan masa depannya.

Siapa pemilik dan pengelolah asset/kekayaan Negara? Jelas jawabannya,

pemilik kekayaan/asset Negara adalah seluruh rakyat Indonesia yang

dikelolah/diurus pemerintah.

Jadi sumber daya dinyatakan sebagai milik negara, maka dengan mudah

Kepala Negara dan jajarannya termasuk pemerintah mengklaim bahwa negara

dengan segala isinya adalah miliknya, atau ia memposisikan diri sebagai

penguasa atas sumberdaya di dalam wilayah negara, atau ia berusaha agar

kepadanya diberikan mandate untuk menguasai atau mengelolah sumber daya

atas nama negara. Oleh karena itu, dalam konstitusi setiap negara atau dalam

piagam PBB dinyatakan secara tegas bahwa sumber daya itu ada yang dapat

dimiliki oleh seseorang atau sebuah badan, ada yang menjadi milik suatu

lingkungan budaya, milik suatu bangsa (bukan milik negara), dan milik

seluruh ummat manusia. Kepemilikan sumberdaya harus diikuti dengan

pengaturan tentang hak kepemilikan, kepemilikan mutlak atau kepemilikan

relative (social).

Pada umumnya sumberdaya dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok

besar yaitu : Sumberdaya Manusia (SDM), Sumberdaya Buatan (SDB) dan

Sumberdaya Alam (SDA). Sumberdaya Manusia (SDM) dapat dikelompokkan

menurut berbagai cara, misalnya: menurut usia, pekerjaan, pendidikan dan

sebagainya. Pengelompokkan SDM rumit, misalnya teknologi, dapat

41
dikelompokkan berdasarkan kecanggihan, bentuk dan penggunaannya.

Indonesia sebagai pembelajar dan pengguna teknologi tinggal memilih

teknologi yang tepat dilihat dari berbagai sudut, dan jika dipandang perlu,

memprogramkan pembaharuan budaya agar teknologi tertentu bisa bermanfaat.

Sumber Daya Alam dapat dikelompokkan menurut beberapa tolok ukur,

diantaranya sifat, distribusi, dan menurut nilainya, masing masing menjadi dua

kelompok. Menurut sifatnya, ada yang dapat dipulihkan (diatur ulang, renewable,

misalnya: hutan) dan ada yang tidak dapat dipulihkan (misalnya : batu bara,

minyak bumi dan sebangsanya). Menurut distribusi, pertama, SDA yang sedikit

banyak terdapat di semua daerah (misalnya: lahan, flora dan fauna), dan kedua,

SDA yang hanya terdapat di beberapa daerah (misalnya: mineral, bangunan alam,

flora dan fauna yang dilindungi). Menurut nilai, pertama bernilai politik tinggi

(seperti : daerah perbatasan, pantai, pulau, perairan) dan kedua yang bernilai

kelangkaan atau uniqueness seperti : candi, karya seni dan budaya.

Administrasi Asset/Kekayaan Negara dapat pula dikategorikan ke dalam

dua kelompok yaitu : (1) Kekayaan Negara yang belum dieksploitasi, dan (2)

Kekayaan Negara yang sudah dieksploitasi. Asset/Kekayaan Negara yang belum

dieksploitasi ialah Asset Kekayaan Negara yang masih merupakan potensi

ekonomi yang terkandung dalam bumi nusantara yang belum diolah dan

dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan Negara, dan Asset/Kekayaan Negara

yang sudah diekploitasi/dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan bangsa dan

Negara. Asset/kekayaan negara yang telah dieksploitasi pada umumnya dilakukan

oleh pihak swasta dengan sistem bagi hasil dan Kekayaan Negara yang

42
dieksploitasi sendiri oleh pemerintah dan atau dieksploitasi melalui

BUMN/BUMD dengan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja

Negara/Daerah (APBN/APBD).

(5) Fungsi Keamanan, Ketertiban, Pengamanan dan Perlindungan

(Polisional)

Ada yang berpendapat bahwa fungsi pemerintah dibidang pertahanan,

keamanan, ketertiban umum, pengamanan dan perlindungan sudah termasuk dan

terkait dengan fungsi pemerintah dibidang perumusan kebijakan (pengaturan),

pelayanan, pemberdayaan dan fungsi pengelolaan asset/kekayaan negara.

Misalnya, fungsi keamanan dan ketertiban umum merupakan tugas aparatur

kepolisian (polisional) yang dapat juga dirumuskan sebagai fungsi pelayanan

keamanan dan ketertiban umum oleh kepolisian. Selain itu dapat diartikan juga

melaksanakan fungsi pelayanan pengamanan dan perlindungan warga masyarakat

dari berbagai gangguan keamanan.

Fungsi pemerintah untuk menjaga keamanan, ketertiban, pengamanan dan

kelestarian SDA dalam teritoral tanah air agar tidak terjadi pencurian kekayaan

laut (ikan) serta mengelolah Asset/Kekayaan Negara untuk kemakmuran bangsa.

Selain itu juga menjaga keamanan, pengamanan dan perlindungan warga Negara

yang mencari nafkah di luar negeri juga merupakan tugas pelayanan yang harus

diberikan oleh perwakilan/Kedutaan Besar RI di Negara-negara sahabat.

Perlindungan terhadap Warga Negara dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang

bekerja di luar negeri merupakan tugas dan fungsi pelayanan pemerintah yang

sangat penting.

43
D. KONSEP GOOD GOVERNANCE & GOOD LOCAL GOVERNANCE

Governance merupakan paradigma baru dalam tatanan pengelolaan

pemerintahan. Ada tiga pilar governance yakni pemerintah, sektor swasta, dan

masyarakat. Sementara itu, paradigma pengelolaan pemerintahan sebelumnya

berkembang adalah government sebagai satu-satunya penyelenggara

pemerintahan. Dengan bergesernya paradigma dari government kearah

governance, yang menekankan pada kolaborasi dalam kesetaraan dan

keseimbangan antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, maka di

kembangkan pandangan atau paradigma baru administrasi publik yang di sebut

dengan kepemerintahan yang baik (good governance).

Bappenas (2007: 13) dalam modulnya tentang Penerapan Prinsip-prinsip

Tata Kelola Kemerintahan yang baik mengemukakan bahwa konsep tentang

government , good governance dan good public governance. Menurutnya secara

umum istilah government lebih mudah di pahami sebagai “Pemerintahan” yaitu

lembaga beserta aparaturnya yang mempunyai tanggung jawab untuk mengurus

Negara dan menjalankan kehendak rakyat. Governance merupakan seluruh

rangkaian proses pembuatan keputusan/kebjakan dan seluruh rangkaian proses di

mana keputusan/kebijakan tersebut di implementasikan atau tidak di

implementasikan. UN Commision on Human Settlements (1996) menjelaskan

bahwa governance adalah kumpulan dari berbagai cara yang diterapkan oleh

individu warga negara dan para lembaga baik pemerintah maupun swasta dalam

menangani kepentingan-kepentinagn umum mereka.

44
Hal ini merupakan sebuah proses yang berkesinambungan dimana segala

jenis kepentingan maupun kebutuhan dapat diakomodasikan dan tindakan korektif

untuk di terapkan. Termasuk di dalamnya lembaga dan regim formal yang

dikuasakan untuk menegakkan kapatuhan, maupun pengaturan secara informal

sehingga masyarakat dan lembaga memiliki kesepakatan atau kesamaan

kepentingan.

Governance juga di ungkapkan oleh Mustopadidjaja (2003: 14) sebagai:

1. Kepemerintahan.
2. Pengelolaan pemerintahan.
3. Penyelenggaraan pemerintahan
4. Peneyelenggaraan Negara, dan
5. Administrasi Negara.

Istilah governance lebih komplex karena melibatkan tiga pilar

stakeholders, yakni pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam posisi yang

sejajar dan saling control. Hubungan ketiganya harus dalam posisi seimbang dan

saling control (chek and balances) , untuk menghindari penguasaan atau

eksploitasi oleh satu komponen terhadap komponen lainnya. Bila salah satu

komponen lebih tinggi terhadap komponen lainnya, yang terjadi adalah dominasi

penguasaan atas dua komponen lainnya

Rakhmat (2004: 6) menjelaskan bahwa “Governance sebagai sebuah

konsep dan paradigma baru dalam pengelolaan pemerintahan merupakan proses

penyelenggaraan kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah dalam pengelolaan

urusan pemerintahan secara umum, dan pembangunan ekonomi pada khususnya.”

45
UNDP (1994: 43) menjelaskan::

governance is defined as the exercise of political, economic, and


administrative authority to manage a nation’s affair at all levels.
Governance has three legs; economic, political and administrative.
Economic governance includes decision- making processes that affect a
country’s economic activities and its relationships with other economies. It
clearly has mayor implications for equity, poverty, and quality of life.
Political governance is the process of decision –making to formulate
policy. Administrative governance is the system of policy implementation.
Encompassing all three, good governance defines the processes and
structures that guide political and sosico economic realationships.

Sistem pemerintahan mencakup proses dan struktur masyarakat yang

mengarahkan hubungan hubungan sosial ekonomi dan politik untuk menciptakan

suatu lingkungan yang sehat yang mengarah pada suatu kehidupan yang lebih

baik. Untuk itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state,

private sector, dan society. Institusi pemerintah akan memiliki peran penting

dalam menciptakan lingkungan politik pemerintahan yang kondusif, sektor

swasta menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan masyarakat berperan

positif dalam interaksi sosial, ekonomi dan publik, termasuk mengembangkan

kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial

ekonomi dan politik. Dengan demikian pengkajian mengenai paradigma

governance dalam proses pembangunan berarti suatu kegiatan untuk melihat

perkembangan dan perubahan cara pandang serta pemahaman tentang

permaslahan yang di hadapi dalam proses pengaturan dan pengendalian kehidupan

masyarakat dalam pembangunan. Perkembangan paradigma governance

belakangan ini lebih menekankan pada hubungan antara sektor secara sinergi

yakni antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat sebagai bentuk partisipasi

46
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, sehingga di pandang

sebagai paradigm baru administrasi publik.

Perubahan paradigmatik yang berorientasi kepada perwujudan good

governance tersebut perlu dilakukan, karena konsep ini menjadi realitas yang

hidup dalam konteks pemerintahan dan pembangunan, dan birokrasi

pemerintahan berperan enabling dan empowering dalam kehidupan masyarakat.

Dengan demikian tata pemerintahan yang baik dapat berjalan dengan efektif

apabila mekanisme demokrasi sebagai sistem yang melandasi partisipasi dan

dapat mendorong adanya jaminan kepastian hukum dan rasa kedilan terhadap

kebijakan publik. (Rakhmat 2004)

Istilah good governance mengandung makna tata kepemerintahan yang

baik , pengelolaan pemerintahan yang baik, serta dapat pula di ungkapkan

sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang baik, penyelenggaraan negara yang

baik, atau administrasi negara yang baik.

Istilah tata kepemerintahan yang baik (good public governance)

merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan, tata

kepemerintahan yang baik, juga merupakan suatu gagasan dan nilai untuk

mengatur pola hubungan antara pemerintah dan dunia usaha, serta masyarakat.

Salah satu upaya untuk mewujudkan pelaksanaan kepemerintahan yang

baik (good governance) adalah reformasi birokrasi. Birokrasi sebagai organisasi

formal yang memiliki kedudukan dan cara kerja yang terkait dengan peraturan,

memiliki kompetensi sesuai jabatan dan pekerjaan, memiliki semangat pelayanan

47
publik, pemisahan yang tegas antara milik organisasi dan individu, serta sumber

daya organisasi yang tidak bebas pengawasan eksternal.

Selain itu, dalam kerangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik

hanya dapat di lakukan apabila terjadi kesimbangan peran ketiga pilar yaitu,

pemerintah, dunia usaha swasta dan masyarakat. Ketiganya mempunyai peran

masing-masing. Pemerintah (legislative, eksekutif, dan yudikatif) memainkan

peran menjalankan da menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif

bagi unsur-unsur lain dalam governance. Dunia usaha swasta berperan

menciptakan lapangan kerja dan pendapatan. Masyarakat berperan dalam

menciptakan interaksi sosial, ekonomi dan politik. Ketiga unsur tersebut dalam

memainkan perannya masing-masing harus sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-

prinsip yang terkandung dalam tata kepemerintahan yang baik.

Pemerintah
(Good Public Government)

Dunia Usaha Swasta

Masyarakat Good Coorporate


Governance

Gamnbar 2.1 Tiga Pilar/Aktor Tata Kepemerintahan yang Baik

Proses pengembangan nilai tambah berkelanjutan diantara tiga pilar tata

kepemerintahan yang baik, yakni pemerintah, dunia usaha swasta, dan

48
masyarakat. Kepercayaan, dukungan, dan legitimasi politik dari masyarakat

akan diperoleh apabila pemerintah dapat menyediakan pelayanan publik yang

memadai dan menjalankan fungsi perlindungan pada masyarakat. Di sisi lain

pemerintah juga harus mampu menciptakan stabilitas politik, hukum, pertahanan

dan keamanan, ekomomi, serta sosial dan budaya untuk mendorong peran dunia

usaha swasta dalam pembangunan ekonomi. Dunia usaha swasta yang sehat akan

menghasilkan kualitas layanan serta memberikan nilai tambah yang positif bagi

masyarakat. Hal ini tentunya juga akan menghasilkan pertumbuhan kegiatan

usaha yang tinggi sehingga dapat menumbuhkan loyalitas konsumen dan

konstribusi keuntungan yang lebih besar dari masyarakat sebagai target pasar.

Integrasi pengelolaan ketiga rantai nilai tersebut secara selaras akan menghasilkan

nilai tambah bagi masyarakat.

Penerapan tata kepemerintahan yang baik dilingkungan pemerintahan

tidak terlepas dari penerapan sistem manajemen kepemerintahan yang merupakan

rangkaian hasil dari pelaksanaan fungsi-fungsi managemen, (planning,

organizing actuating, dan controlling) yang dilaksanakan secara professional dan

konsisten. Penerapan sistem manajemen tersebut mampu menghasilkan kemitraan

positif antara pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat. Dengan

demikian, lingkungan instansi pemerintah diharapkan dapat memberikan

pelayanan prima kepada masyarakat.

Agenda penciptaan tata kepemerintahan yang baik setidaknya memiliki 5

(lima) sasaran yaitu:

49
1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme di

birokrasi, yang dimulai dari jajaran pejabat paling atas;

2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah yang

efisien, efektif dan professional, transparan dan akuntabel;

3. Terhapusnya peraturan dan praktek yang bersifat diskriminatif

terhadap warga negara;

4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan

publik;

5. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah

Rosyada dkk, (2003: 180) mengemukakan pengertian “good governance

yang dikutipnya dari Billah adalah merupakan tindakan atau tingkah laku yang

didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau

mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan

kehidupan keseharian.”

Sedarmayanti (2003: 2), menjelaskan bahwa “good governance

merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan

penyediaan public goods and service disebut governance sedangkan praktek

terbaiknya disebut good governance.”

Di Indonesia isu good governance telah memasuki arena perdebatan

pembangunan yang didorong oleh adanya dinamika yang menuntut perubahan-

perubahan di sisi pemerintah maupun di sisi warga. Ke depan, pemerintah dan

pemimpin politik di negara ini diharapkan menjadi lebih demokratis, efisien

dalam penggunaan sumber daya publik, efektif menjalankan fungsi pelayanan

50
publik, lebih tanggap serta mampu menyusun kebijakan, program, dan hukum

yang dapat menjamin hak asasi dan keadilan sosial. Sejalan dengan itu,

wargapun diharapkan menjadi warga yang memiliki kesadaran akan hak dan

kewajibannya, lebih terinformasi, memiliki solidaritas terhadap sesama, bersedia

berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan urusan publik lainnya tidak apatis serta

tidak mementingkan diri sendiri. Adanya perubahan disisi pemerintah dan warga

seperti tersebut di atas berarti adanya perubahan dalam pola good governance.

Itulah sebabnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 ,

merumuskan pengertian “good governance adalah kepemerintahan yang

mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, akuntabilitas,

transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektifitas, supremasi

hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.”

Bappenas (2007: 17), bahwa “dari telusuran keberagaman wacana tata

kepemerintahan yang baik, terdapat sekumpulan nilai yang perlu diterapkan di

Indonesia sebagian dari nilai tersebut sebenarnya telah tumbuh dan berkembang

dalam akar budaya masyarakat Indonesia.” Walaupun demikan, nilai-nilai

tersebut sangat relevan untuk kembali diterapkan dalam kehidupan, hanya saja

istilah dan kemasannya berbeda.

Sekurang-kurangnya terdapat enam belas nilai yang menjadi prinsip

kepemerintahan yang baik, yaitu:

1. Wawasan kedepan (visionary);

2. Keterbukaan dan transparansi (Openest and transparency)

51
3. Partisipasi masyarakat (participation)

4. Tanggung gugat (accountability)

5. Supremasi hukum (rule of law)

6. Demokrasi (democracy)

7. Professionalisme dan kompetensi (professionalism and competency)

8. Daya tanggap (responseveness)

9. Efisiensi dan efektifitas (effenciency and efektiveness)

10. Desentralisasi (decentralitation)

11. Kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat (private and

civil society partnership)

12. Komitmen pada pengurangan kesenjangan (commitment to reduce

inequality)

13. Komitmen pada perlindungan lingkungan hidup (commitment to and

vironmental protection)

14. Komitmen pada pasar yang fair (commitment to fair market)

Governance dapat diartikan sebagai mekanisme, praktek dan tata cara

pemerintahan dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-

masalah publik. Senada dengan itu Hatifah dalam prolognya (2004: 1),

mengatakan bahwa “dalam konsep governance, pemerintah hanya menjadi salah

satu aktor dan tidak selalu menjadi aktor paling menentukan. Ini berarti bahwa

implikasi dari governance, peran pemerintah sebagai pembangunan maupun

penyedia jasa pelayanan dan infrastruktur akan bergeser menjadi bahan pendorong

terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak lain di komunitas dan

52
sektor swasta ikut aktif melakukan upaya tersebut.” Itulah sebabnya governance

menuntut redefinisi peran Negara, dan itu berarti adanya redefinisi pula pada

peran warga. Ada tuntutan yang lebih besar pada warga, antara lain untuk

monitor akuntabilitas pemerintah itu sendiri.

Secara terminologis governance dimengerti sebagai kepemerintahan

sehingga masih banyak yang beranggapan bahwa governance adalah sinonim

dengan government. Interpretasi dari praktek governance selama ini memang

lebih banyak mengacu pada perilaku dan kapasitas pemerintah, sehingga good

governance seolah-olah otomatis akan tercapai apabila ada good government.

Berdasarkan sejarah, ketika istilah governance pertama kali diadopsi oleh para

praktisi di lembaga pembangunan internasional, konotasi governance yang

digunakan memang sangat sempit dan bersifat teknokratis di seputar kinerja

pemerintah yang efektif, utamanya yang terkait dengan manajemen publik dan

korupsi. Oleh sebab itu, banyak kegiatan program bantuan teknis yang diarahkan

untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dalam menjalankan kebijakan publik

dan mendorong adanya pemerintah yang bersih (menghilangkan korupsi). Itulah

sebabnya Hatifah (2004: 2) dalam dialognya mengemukakan bahwa sejatinya

konsep Governance harus memahami sebagai suatu proses, bukan struktur atau

institusi.

Pada hakekatnya penyelenggaraan pemerintah ditujukan kepada

penciptanya fungsi pelayanan publik (public service). Pemerintah yang baik

cenderung menciptakan terselenggaranya fungsi pelayanan publik dengan baik

pula. Sebaliknya, pemerintahan yang buruk mengakibatkan fungsi pelayanan

53
publik tidak akan terselenggara dengan baik pula. Prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik, tidak hanya terbatas pada penggunaan perundang-

undangan yang berlaku, melainkan dikembangkan dengan menerapkan prinsip

penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang tidak hanya melibatkan

pemerintah atau negara (state) semata, tetapi harus melibatkan sistem birokrasi

maupun ekstern birokrasi. Itulah sebabnya good governance bukan semata-mata

mencakup relasi dalam pemerintahan, melainkan mencakup relasi sinergis dan

sejajar antara pasar, pemerintah, dan masyarakat sipil. Gagasan kesejajaran ini

mengandung arti akan pentingnya redefinisi peran dan hubungan ketiga institusi

ini dalam mengelola sumber daya ekonomi, politik, dan kebudayaan yang

tersedia dalam masyarakat.

Konsep governance yang baik hanya dapat tercipta apabila dua kekuatan

saling mendukung, warga yang bertanggung jawab, aktif, dan memiliki

kesadaran, bersama dengan pemerintah yang transparan, tanggap, mau

mendengar, dan mau melibatkan (inklusif).

Good governance, adalah suatu penyelenggaraan manajemen

pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip

demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan

pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya

aktivitas usaha.

54
Saat ini transparansi penyelenggaraan pemerintahan sudah menjadi

kebutuhan yang tidak dapat diabaikan lagi. Namun terdapat suatu pertanyaan,

mengapa perlu transparansi dalam Good Governance? Sebelum kita lebih jauh

berupaya menemukan format dan konsep transparansi mungkin pertanyaan di atas

perlu dijawab terlebih dahulu.

Ketika seseorang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah maka ia akan

menawarkan seperangkat janji kepada para pemilih, demikian juga halnya para

anggota legislatif juga memberikan seperangkat janji kepada konstituennya.

Selanjutnya setelah mereka terpilih sebelum melaksanakan tugasnya mereka akan

mengangkat sumpah. Hal itu semua merupakan seperangkat janji yang harus

dipenuhi kepada para pemilih ataupun kepada diri sendiri.

Sasaran penyelenggaraan pemerintahan dewasa ini seharusnya adalah

kepercayaan yang di-perintah terhadap pemerintah sebagai output. Maksudnya

disini adalah yang di-perintah percaya kepada pemerintah karena bukti bukan

janji. Kepercayaan tersebut timbul karena pemerintah mampu dan mau untuk

memenuhi janji yang telah disampaikan. Kemampuan untuk menjawab atau

memenuhi janji atau commitment kepada orang lain atau diri sendiri tersebut

adalah tanggung jawab (responsibility). Jadi pemerintah yang bertanggung jawab

adalah pemerintah yang mampu menjawab atau memenuhi janji kepada warganya.

Untuk mewujudkan pertanggung jawaban pemerintah terhadap warganya

salah satu cara dilakukan dengan menggunakan prinsip transparansi

(keterbukaan). Melalui transparansi penyelenggaraan pemerintahan, masyarakat

55
diberikan kesempatan untuk mengetahui kebijakan yang akan dan telah diambi

oleh pemerintah. Juga melalui transparansi penyelenggaraan pemerintahan

tersebut, masyarakat dapat memberikan feedback atau outcomes terhadap

kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah.

Good governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan konstruktif

antara negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Dalam hal ini adalah

kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip

profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi,

efisiensi, efektivitas dan supremasi hukum.

Miftha Thoha (2003) menjelaskan bahwa untuk terciptanya hubungan

kohesif, kongruen, selaras dan kesetaraan dari ketiga pilar dalam konsep good

governance maka perlu di tambah dengan komponen moral sebagai pembalut.

Selanjutnya United Nation Development Programme (UNDP 1994) dalam

Pandji Santosa (2008), mengemukakan karakteristik good governance sebagai

berikut;

1. Patisipatoris; setiap pembuatan peraturan atau kebijakan selalu

melibatkan unsure masyarakat (melalui wakil-wakilnya).

2. Rule of Law; harus ada perangkat hokum yang menindak para

pelanggar, menjamin perlindungan HAM, tidak memihak, berlaku

pada untuk semua warga.

56
3. Transparansi; adanya ruang kebebasan untuk memperoleh informasi

publik bagi warga yang membutuhkan. Ada ketegasan antara rahasia

negara dengan informasi yang terbuka untuk publik.

4. Resvonsiveness; lembaga publik harus mampu merespon kebutuhan

masyarakat, terutama yang berkaitan dengan basic needs (kebutuhan

5. Konsensus;jika terjadi perbedaan kepentingan yang mendasar di dalam

masyarakat, penyelesaian harus lebih mengutamakan cara

dialog/musyawarah menjadi consensus.

6. Persamaan hak; pemerintah harus menjamin bahwa semua pihak, tanpa

terkecualidilibatkan dalam proses politik, tanpa ada satu pihak yang di

kesampingkan.

7. Memproduksi out put berupa aturan, kebijakan, pengelolaan keuangan

negara.

8. Akuntabilitas; suatu perwujudan kewajiban dari suatu instansi

pemerintahan untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan pencapaian missinya.

Berdasarkan penjelasan tersebut UNDP menegaskan bahwa prinsip-prinsip

good governance menjadi salah satu kebutuhan yang mendesak untuk di

kembangkan pada Negara-negara dunia ketiga di Asia, Afrika latin, dan Amerika

latin. Penerapan konsep good governance menekankan pada reformasi struktural

dan kebijakan dalam pemerintah sebagai kondisi dari bantuan internasional. Lebih

lanjut di tegaskan bahwa, prinsip good governance di promosikan kan lewat

agensi internasional atau konsultan koorporat dan pemerintah yang bertujuan

57
untuk mereformasi pemerintah dan ekonomi di negara-negara berkembang guna

mengundang elit korporat global. Namun demikian Nyerere (dalam Domai, 2010:

67) mengajukan kritik terhadap prinsip good governance sebagai sebuah konsep

yang cenderung imprealistik dan kolonial. Beliau melihat sebagai sebuah konsep

yang dipaksakan pada negara berkembang, dan konsep tersebut di nilai kurang

dinamis pada Negara Afrika oleh kekuasaan industri barat dan korporasi global

international. Menurutnya, governance di Afrika terkesan sedemikian buruk

sehingga memutuskan untuk di reformasi, dalam kerangka mengurangi peran

administrasi negara dan masyarakat, memperluas sektor bisnis privat lewat

privatisasi dan membuat jalan menuju koperasi kapitalis global untuk mencari

profit tinggi dan menghasilkan perpaduan kedalam sistem pasar global

Farazmand (dalam domain, 2010: 68) memberikan keritik terhadap

prinsip good governance bahwa interaksi tiga pilar yang melibatkan good

governance adalah interaksi antara Negara, masyarakat sipil, dan sector peivat.

Interaksi ketiganya di nilai mengabaikan kekuatan paling penting yang dapat

mempengaruhi governance di Negara berkembang, yaitu struktur kekuatan

internasional/global. Farazmand (2004), menegaskan bahwa interaksi ketiga pilar

tersebut harus di lengkapi dengan struktur kekuatan internasional/global yang

dapat mendominasi struktur ketiganya, dari sinilah titik awal munculnya konsep

“Sound Governance”.

Secara konsepsional sound governance di gunakan untuk menggambarkan

system pemerintahan yang bukan hanya jelas secara demokratik, dan tanpa cacat

secara ekonomi/financial, politik konstitutional, organisasi, administrative,

58
managerial, dan etika, tapi juga memiliki kejelasan secara international

khususnya dalam interaksinya dengan negara-negara lainnya, dengan pembagian

pemerintahnya yang independen dan mandiri. Sound governance merefleksikan

fungsi governing dan administrative dengan kinerja organisasi dan managerial

yang jelas, kompeten, antisipatif, responsive, akuntabel dan transparan serta

kolektif dan berorientasi strategis baik dalam jangka panjang maupun jangka

pendek.

E. KONSEP PENGEMBANGAN APARATUR

1. Konsep Pengembangan

Konsep pengembangan merupakan sebuah keharusan yang harus

diaplikasikan dalam kehidupan, Kata konsep artinya ide, rancangan atau

pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkrit (Kamus Besar Bahasa

Indonesia,2002:589). Menurut Fathoni (2009:136) dimensi pengembangan

pegawai adalah merupakan pengembangan diri (self development). Salah satu

dimensinya melalui pendidikan dan latihan, sehingga pengembangan sangat

ditentukan oleh dirinya secara individu, hasilnmya bisa profesional atau sekedar

terlatih. Hasibuan (2003:68) mengemukakan bahwa program pengembangan

pegawai hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode

ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan organisasi saat ini

maupun untuk masa depan.

Kata Pengembangan mengarah pada kesempatan-kesempatan belajar

(learning opportunities) yang didesain guna membantu pengembangan para

pekerja(Gomes, 2003:197). Dalam konteks SDM, pengembangan dipandang

59
sebagai peningkatan kualitas SDM melalui program-program pelatihan. Apa yang

dapat dijelaskan dari pengembangan sumber daya manusia adalah tentang

developmental practice dan membutuhkan kolaborasi dengan program-program

MSDM untuk mencapai hasil yang diinginkan (Sutrisno, 2009:62).

Bagi pekerja (pegawai), pengembangan sangatlah penting untuk

meningkatkan kemampuan teknis tentang pekerjaannya. Para pekerja dapat

memahami dan mengenal dengan baik tentang pekerjaannya sehingga akan

meningkatkan kepuasannya dan berakibat pada peningkatan produktivitas. Para

eksekutif juga memandang hal yang sama, pengembangan bagi dirinya akan

menambah wawasan dan pengetahuan serta keterampilan mereka dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin. Pekerjaan eksekutif tidak terbatas

hanya pada satu bagian tertentu saja, melainkan saling terkait antara satu

pekerjaan dengan pekerjaan lain dan berkesinambungan. Seorang eksekutif harus

dapat mengetahui dan memahami banyak tentang banyak hal dalam organisasi

terutama tugas-tugas yang berkaitan dengan kepentingan dalam dan luar

organisasi. Walaupun secara fungsional, tugas eksekutif adalah merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan, namun pada hakekatnya

tugas-tugas itu harus dikaitkan dengan keadaan dan cukup tersedianya sumber

dayamanusia (Bangun,2012:213).

2. Konsep Aparatur

Aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat yang berbasis

teknologi, misalnya komputer dan internet merupakan asset yang paling

60
penting yang harus dimiliki oleh suatu intansi pemerintah, dimana untuk

menghasilkan kinerja yang lebih baik dan efisien dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Oleh karena itu, sumber

daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesionalisme pegawai

dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeworno

Handayaningrat bahwa:

“Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam


penyelenggaraan pemerintahan atau Negara, sebagai alat untuk mencapai
tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau
kepegawaian” (Soeworno, 2001:154).

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa aparatur

merupakan aspek-aspek administrasi yang diperlukaan oleh pemerintah dalam

penyelenggaraan pemerintahan sebagai alat untuk pencapaian tujuan demi

mendapatkan hasil yang diharapkan.

Sejalan dengan pendapat diatas, pamudji mendeskripsikan tentang konsep

atau definisi mengenai aparatur sebagai berikut :

“sebagai alat atau sarana pemerintahan atau negara untuk melaksanakan


kegiatan-kegiatannya yang kemudian terkelompok kedalam, fungsi-fungsi
diantaranya pelayanan publik, didalam pengertian aparatur tercakup aspek
manusia (personil), kelembagaan (institusi), dan tata laksana”
(Pamudji,2004:21)

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa aparatur

merupakan alat atau sarana pemerintah yang mencakup personil atau orang-orang,

kelembagaan institusi dan tatalaksana menjadi satu dalam kelompok untuk

memberikan pelayanan secara baik kepada masyarakat dimana hasil dari

61
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat digunakan dan bermanfaat

bagi masyarakat. Begitu pula yang dilakukan oleh aparatur daerah dalam hal

meningkatkan, memberikan pelayanan informasi. Sejalan dengan definisi di atas,

Dharma Setyawan Salam dalam buku yang berjudul Manajemen Pemerintahan

Indonesia menjelaskan bahwa :

”Aparat Pemerintah adalah pekerja yang digaji pemerintah melaksanakan


tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada
masyarakatbberdasarkan ketentuan yang berlaku” (Salam, 2004:169).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa aparatur

merupakan pegawai yang digaji oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas

secara teknis berdasarkan ketentuan yang telah ada dalam rangka melayani

masyarakat sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku atau sesuai dengan apa

yang seharusnya diberikan kepada masyarakat demi terciptanya pelayanan yang

baik untuk kepentingan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Sejalan dengan pendapat diatas, koswara mengemukakan

pendapatnyamengenai aparatur pemerintah daerah sebagai berikut

“Aparatur Pemerintah Daerah adalah, “ Seluruh perangkat Daerah yang


terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah dan
tugas pembantuan, termasuk PNS pusat yang diperbantukan
kepadaPemerintah Daerah” (Koswara, 2000:259).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, aparatur pemerintah

daerah merupakan semua pegawai yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan.

pemerintah pada unit organisasi pemerintah daerah mulai dari

pemerintahan yang tertinggi di Kabupaten/ Kota hingga tingkat terendah di Desa/

Kelurahan. Selain itu, sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

62
5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (Bab I Ketentuan Umum Pasal 1

Ayat 20 yang menyatakan bahwa :

“Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN


adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan”.

Profesional sangat menetukan kemampuan aparatur dalam

melakukantugas-tugas dan fungsi mereka sesuai dengan bidang-bidang dan

tingkatan masing-masing. Hasil dari tugas yang mereka lakukan ditinjau dari

berbagai segi sesuai dengan objek, porsi, dan bersifat terus menerus dalam kondisi

dan situasi yang telah dilakukan oleh aparatur dalam penyelenggaraan tugas dan

fungsi pemerintah.

Berdasarkan pendapat diatas, aparatur haruslah dapat melaksanakan

tugasdan fungsi penyelenggaran pemerintahan untuk pencapaian tujuan demi

mendapatkan hasil yang diharapkan dalam pengorganisasian untuk mendapatkan

aparatur yang profesional dan mendapatkan gaji dari hasil yang dikerjakan.

Aparatur Daerah Kabupaten juga memiliki aparatur yang dapat melaksanakan

tugas dalam menyelenggarakan untuk pencapaian tujuan. Selain itu, aparatur

Daerah Kabupaten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui

Jaringan dokumentasi dan Informasi Hukum yang diberikan secara jujur, adil,dan

merata sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang diberikan dengan baik.

3. Konsep Pengembangan Sumber Daya Aparatur

Dalam konteks organisasi, pengembangan sumber daya manusia

dirancang untuk membantu individu, kelompok, dan organisasi secara

63
keseluruhan, agar menjadi lebih efektif (Marwansyah, 2010:152).

Program ini diperlukan karena orang, pekerjaan , dan organisasi selalu

berubah. Prubahan-perubahan ini disebabkan baik oleh dinamika internal

organisasi maupun dinamika faktor-faktor atau kekuatan eksternal

(lingkungan erksternal).

Sumber daya manusia atau pegawai merupakan elemen utama

organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan

uang, sebab manusia itu sendiri yang mengendalikasn yang lain

(Hardiyansyah, 2012:46). Dengan demikian patutlah jika dikatakan bahwa

sumber daya manusia merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki

oleh suatu organisasi, salah satu implikasinya ialah bahwa investasi

terpenting yang mungkin dilakukan oleh suatu organisasi adalah dibidang

sumber daya manusia (2004:181).

Dalam situasi persaingan yang demikian ketat dengan perubahan

lingkungan yang begitu cepat, mutlak diperlukan sumberdaya aparat yang

berkualitas. Untuk menjadikan aparatur yang memenuhi kualitas dalam era

perubahan dan persaingan tersebut perlu dilakukan usaha terencana di

bidang pengembangan sumberdaya aparatur.

Pengembangan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan serta kematangan berpikir

yang otomatis dibarengi dengan perubahan moral dan perilaku dalam

melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan. Pengembangan sumber daya aparatur dapat diartikan

64
sebagai upaya mempersiapkan pegawai (sumber daya manusia) agar dapat

bergerak dan berperan dalam organisasi sesuai dengan pertumbuhan

perkembangan dan perubahan suatu organisasi, instansi atau departemen

(Notoatmodjo,1992:96). Pengenbangan sumber daya aparatur adalah

penyiapan manusia atau pegawai untuk memikul tanggung jawab lebih

tinggi dalam organisasi. Menurut Samsudin (2010:107) pengembangan

sumber daya aparatur berhubungan erat dengan dengan peningkatan

kemampuan intelektual yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan

yang lebih baik. Pengembangan sumber daya aparatur berpijak pada fakta

bahwa setiap tenaga kerja membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan

keterampilan yang lebih baik. Pengembangan lebih terfokus pada

kebutuhan jangka panjang dan hasilnya hanya dapat diukur dalam waktu

jangka panjang. Pengembangan juga membantu pegawai untuk

mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan pekerjaan atau jabatan

yang diakibatkan oleh adanya teknologi baru atau pasar produk baru.

Sedangkan pengembangan ditujukan untuk meningkatkan prestasi saat ini

dan masa datang (Rachmawati,2008:110). Pengembangan mewakili

investasi pengembangan yang berorientasi masa depan pada diri pegawai,

baik pegawai yang berada pada posisi atasan, maupun pegawai pada posisi

bawahan. Karyawan yang dinilai lemah pada aspek kompetensi tertentu

dapat diarahkan untuk kegiatan pengembangan kompetensi tertentu

sehingga diharapkan dapat memperbaiki kinerjanya (Pfeffer dkk,

2003:115).

65
Ada empat aspek yang terkandung dalam pengembangan sumber

daya aparatur sebagaimana yang disarikan dari Bryant dan White, yaitu:

1. Memberikan penekanan pada kapasitas (capacity), yaitu upaya


meningkatkan kemampuan beserta energi yang diperlukan untuk
itu ,
2. Penekanan pada aspek pemerataan (equity) dalam rangka
menghindari perpecahan didalam masyarakat yang dapat
menghancurkan kapasitasnya.
3. Pemberian kekuasaan dan wewenang (empowerment) yang lebih
besar kepada masyarakat. Dengan maksud agar hasil
pembangunan dapat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat,
karena aspirasi dan partisipasi masyarakat terhadap
pembangunana dapat meningkat. Di samping adanya wewenang
untuk memberikan koreksi terhadap keputusan yang diambil
tentang lokasi resource;
4. Pengembangan mengandung pengertian kelangsungan
pembangunan yang harus diperhatikan mengingat keterbatasan
sumber daya yang ada. (Bryant dan White, 1982 : 4).

Kemudian Schuler dan Youngblood mengungkapkan bahwa

pengembangan sumber daya aparatur pada suatu organisasi “mencakup

hal-hal seperti pendidikan dan pelatihan, perencanaan dan manajemen

karir, peningkatan kualitas dan produktivitas kerja, serta peningkatan

kesehatan dan keamanan kerja” (Schuler dan Youngblood, 1999 : 61).

Sementara itu, Klingner dan Nalbandian memasukkan pula faktor

“motivasi kerja, dan penilaian prestasi kerja sebagai aspek yang tercakup

dalam pengembangan sumber daya aparatur” (Klingner dan Nalbandian,

1985 : 101).

Di samping itu, Osborne dan Gaebler (1992 : 26) justru lebih

mementingkan pengembangan visi dan misi aparat pemerintah dalam

memberikan pelayanan kepada publik. Sejalan dengan desentralisasi,

mereka lebih mengedepankan pengembangan sumber daya aparatur pada

66
visi, misi, inovasi, dan kemampuan aparatur untuk melakukan semangat

wirausaha dalam pelaksanaan tugas mereka. Semangat ini merupakan

semangat kerja yang lebih berorientasi menghasilkan daripada

menghabiskan anggaran dan pada waktu yang sama kepentingan publik

justru dapat ditingkatkan pelayanannya.

Kemudian Tjokrowinoto (1996 : 116) mengemukakan bahwa secara

teoritis ada empat perspektif tentang peran pengembangan sumber daya

aparatur dalam pembangunan yang dapat disarikan sebagai berikut:

1. Perspektif fungsionalis, berpendapat bahwa pendidikan sebagai

komponen utama pembangunan sumber daya aparatur harus berfungsi

sebagai wacana untuk mewariskan norma-norma dan nilai-nilai

masyarakat yang dapat memperkuat homogenitas dengan mewajibkan

konformitas sikap, perilaku, dan keterampilan. Manurut perspektif ini ,

kualitas manusia “diprogram” melalui pendidikan.

2. Perspektif liberal, Bagi kaum liberal, pembangunan sumber daya

manusia lebih dari sekedar mendorong konformitas individu dengan

tata nilai yang ada, akan tetapi harus mendorong individu untuk

mengembangkan potensinya sebagai manusia melalui pengembangan

talenta fisik, emosi, spirit dan intelektualnya.

3. Perspektif sosial-demokratik, Perspektif ini melihat peranan

pembangunan sumber daya manusia dalam mewujudkan persamaan

dan keadilan sosial. Karenanya, apabila pendidikan gagal dalam

67
mewujudkan equality of opportunity, maka hal itu akan berarti

kegagalan dalam mengembangkan potensi individu.

4. Perspektif marksis. Sebagaimana diduga, perspektif ini sangat

berbeda dengan perspektif lainnya. Mereka melihat di dalam

masyarakat yang kapitalis, pembangunan sumber daya manusia

merupakan proses reproduktif tenaga kerja untuk memenuhi

kebutuhan mereka yang menguasai tenaga kerja dan faktor produksi.

Kurikulum pendidikan menghasilkan tenaga kerja yang pasif, taat

(obedient), yang menerima struktur kekuasaan tanpa

mempersoalkannya.

Selanjutnya Notoatmodjo, membagi 2 (dua) aspek kualitas sumber

daya manusia, yakni “aspek fisik (kualitas fisik), dan aspek non fisik

(kualitas non fisik)” (Notoatmodjo, 1998 : 2). Lebih lanjut dikatakannya

bahwa untuk meningkatkan kualitas fisik dapat diupayakan melalui

program-program kesehatan dan gizi. Sedangkan untuk menigkatkan

kualitas non fisik maka upaya pendidikan dan pelatihan diperlukan.

Meskipun kesehatan dan gizi, penurunan fertilitas dan sebagainya

termasuk dalam pengertian pengembangan sumber daya manusia, akan

tetapi CIDA (Canadian International Development Agencies) mengatakan

bahwa :

“Pengembangan sumber daya aparatur menekankan manusia


sebagai alat (means) maupun tujuan akhir pembangunan. Dalam
jangka pendek, dapat diartikan sebagai pengembangan pendidikan
dan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan segera tenaga teknik,
kepemimpinan, tenaga administrasi dan upaya ini ditujukan pada

68
kelompok sasran untuk mempermudah mereka terlibat dalam sistem
sosio-ekonomi di negara itu” (Alwi, 2001 : 5)

Pengertian di atas meletakkan manusia sebagai subyek dan obyek

pembangunan, karenanya pendidikan dan pelatihan merupakan aspek yang

cukup penting dilakukan dalam jangka pendek untuk memenuhi tenaga

kerja terampil, berwawasan luas serta punya visi ke depan. Disisi lain,

Louis Emmerij merumuskan pengembangan sumber daya aparatur sebagai

“tindakan, a) kreasi sumber daya manusia, b) pengembangannya, c)

menyusun struktur insentif atau upah sesuai dengan peluang kerja yang

ada” (Alwi, 2001 : 5).

Ketiga pengertian ini mengandung upaya untuk meningkatkan

sumber daya aparatur yang berkualitas melalui pendidikan formal dan

pelatihan serta pemanfaatan sumber daya tersebut.

Pengembangan sumber daya aparatur sangat penting dalam

kaitannya dengan usaha untuk menghilangkan kesenjangan antara

kemampuan kerja dan tuntutan tugas serta untuk menghadapi tugas

sekarang maupun untuk menjawab tantangan masa depan. Siagian

mengungkapkan 7 (tujuh) kriteria manfaat yang dapat dipetik dari adanya

pengembangan sumber daya aparatur, antara lain :

(1) Peningkatan produktivitas kerja organisasi;


(2) Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan;
(3) Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan
tepat;
(4) Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam
organisasi;
(5) Mendorong sikap keterbukaan manajemen;
(6) Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif;

69
(7) Penyelesaian konflik secara fungsional. (Siagian, 2000 : 183)

Selanjutnya filosofi yang terkandung dalam konsep sumber daya

aparatur menurut Simamora, adalah :

1. Karyawan dipandang sebagi suatu investasi jika dikembangkan


dan dikelola secara efektif, akan memberikan imbalan bagi
organisasi dalam bentuk produktivitas yang lebih besar.
2. Pimpinan membuat berbagai kebijakan, program dan praktik
yang memutuskan, baik bagi kebutuhan ekonomi maupun bagi
kepuasan pribadi karyawan.
3. Pimipinan menciptakan lingkungan kerja yang didalamnya para
karyawan didorong untuk mengembangkan dan menggunakan
keahlian serta kemampuannya semaksimal mungkin.
4. Program dan praktik personalia diciptakan dengan tujuan agar
terdapat keseimbangan antara kebutuhan karyawan dan
kebutuhan organisasi. (Simamora, 2001 : 2)

Selanjutnya Martoyo menyebutkan ada 8 (delapan) jenis tujuan

pengembangan sumber daya aparatur, yaitu :

1. Produktivitas personil di organisasi (productivity)


2. Kualitas produk organisasi (quality)
3. Perencanaan sumber daya manusia (human resources planning)
4. Semangat personil dan iklim organisasi (morale)
5. Meningkatkan kompensasi secara tidak langsung (indirect
compensation)
6. Kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety)
7. Pencegahan merosotnya kemampuan personil (absolescence
prevention)
8. Pertumbuhan kemampuan personil (personal growth).
(Martoyo, 2000 : 68)

Kempton menyebutkan ada beberapa elemen dari program

manajemen pengembangan sumber daya manusia (aparatur) yakni :

1. Selection (seleksi) yakni untuk melakukan program


pengembangan harus terlebih dahulu dilakukan seleksi
berdasarkan beberapa kriteria antara lain senioritas,
performance dan potensi lain. Hal ini dilakukan melalui suatu
testing, penilaian yang obyektif dan beberap kriteria lainnya.

70
2. Education and training courses (kursus pendidikan dan
pelatihan), hal ini merupakan bagian dari proses manajemen
pengembangan yang dapat dilakukan dengan mendatangkan
mentor atau konsultan atau mengirim mereka dalam suatu
kursus. Akan tetapi lebih efektif jika dilakukan dengean
keduanya.
3. Coaching (melatih) yakni melatih dengan memberikan
pengalaman-pengalaman kepada para yunior untuk
menumbuhkan dan mengembangkan pengalaman mereka
melalui latihan yang menarik.
4. Mentoring (menasehati) merupakan pendekatan dimana
memberikan kesempatan kepada individu untuk mengambil
bagian dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi
serta mengembangkan pola pikir.
5. Project work (rancangan kerja) yakni bahwa dalam rancangan
kerja terdapat suatu tim yang dapat mengkritik baik dalam
bisnis maupun pekerjaan sehingga didapat suatu pengalaman
yang baik dan kerjasama yang baik pula.
6. Secondent (hubungan timbal balik) yakni mengembangkan
hubungan yang baik antara satu organisasi dengan organisasi
yang lain dan mengatur adanya suatu pertukaran tenaga ahli.
7. Competence (kemapuan atau kecakapan) yakni pengembangan
yang didasarkan pada kemampuan dasar yang nantinya mereka
benar-benar ahli dalam bidangnya dengan memperoleh suatu
tanda sertifikat.
8. Management development (pengembangan manajemen untuk
kesinambungan emosi dan intelektual) yakni praktek
kepemimpinan, penanganan konflik atau pembuatan keputusan.
(Kempton, 1995 : 118-120)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa

pengembangan sumber daya aparatur dapat dilihat dari dua sudut pandang

yakni secara makro dan mikro. Secara makro, pengembangan kualitas atau

kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan

bangsa. Sedangkan secara mikro adalah suatu proses perencanaan

pendidikan dan pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk

mencapai hasil optimum.

71
Kemudian berkenaan dengan pengembangan sumber daya aparatur

ini Wasistiono menyebutkan bahwa “seiring dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, ketergantungan organisasi kepada unsur

manusia bukannya menjadi semakin bertambah sedikit melainkan

sebaliknya bertambah besar” (Wasistiono, 2001 : 29). Hanya saja terjadi

perubahan atau pergeseran terhadap kualitas manusia yang dibutuhkan.

Semula yang dibutuhkan adalah orang yang kuat sehingga dapat bekerja

keras berdasarkan kekuatan ototnya (musclepower). Sekarang yang

dibutuhkan adalah orang yang bekerja cerdas berdasarkan otaknya. Dalam

iklim perdagangan bebas yang penuh dengan kompetisi yang sangat keras,

setiap organisasi dituntut mengembangkan sumber daya manusianya secara

berkualitas. Modal utama dalam persaingan bukan lagi dalam bentuk uang,

melainkan modal intelektual (intellectual capital). Sebab dengan memiliki

keunggulan intelektual modal dalam bentuk dana akan datang

mengejarnya.

Stewart (1997 : 64) mengatakan bahwa modal intelektual

merupakan kekayaan baru organisasi. Modal intelektual adalah materi

intelektual pengetahuan, informasi, hak pemilikan intelektual, pengalaman

yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Untuk membangun

sumber daya aparatur berkualitas yang dapat dijadikan modal intelektual

bagi organisasi, diperlukan upaya yang sistematis, berkelanjutan dan

komprehensif. Upaya tersebut tidak hanya dilakukan melalui pendidikan

formal yang diikuti oleh anggota organisasi, tapi juga didukung iklim

72
organisasi yang kondusif. Sebab modal intelektual harus dibangun melalui

suatu tradisi ilmiah, dengan dukungan politik yang kuat dari para

pengambil keputusan.

Ulrich berpendapat bahwa untuk meningkatkan kemampuan

aparatur diperlukan upaya yang dapat diringkas sebagai berikut :

Buy -yaitu mencari bakat baru dari dalam-luar organisasi


Build -melatih dan mengembangkan pegawai berbakat
Borrow -mencari ide baru dengan bermitra dengan pihak luar
Bounce -melakukan mutasi terhadap karyawan yang berkinerja
rendah
Bind -mempertahankan karyawan yang berkualitas
(Ulrich, 1998 : 24).

E. PENTINGNYA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA.

Pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan. Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus

lebih dahulu ditetapkan suatu program pengembangan sumber daya manusia.

Progam pengembangan sumber daya manusia hendaknya disusun secara

cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada

keterampilan yang dibituhkan perusahaan saat ini maupun masa depan.

Pengembangan haruslah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis,

teoritis, konseptual serta moral sumber daya manusia supaya prestasi kerjanya

baik dan mencapai hasil yang optimal.

Pengembangan sumber daya manusia dirasa semakin penting manfaatnya

karena tuntutan jabatan atau pekerjaan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan

semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yang sejenis.

73
Setiap sumber daya manusia yang ada di dalam suatu perusahaan (dunia

kerja) dituntut agar bekerja efektif, efisien kualitas dan kuantitas pekerjaannya

baik sehingga daya saing perusahaan semakin besar. Pengembangan ini dilakukan

untuk tujuan nonkarier maupun karier bagi sumber daya manusia melalui latihan

dan pendidikan.

Pimpinan dalam suatu perusahaan semakin menyadari bahwa sumber daya

manusia yang baru saja memasuki dunia kerja pada umumnya hanya memiliki

kecakapan teoritis saja dari bangku kuliah ataupun dari jenjang pendidikan yang

baru saja mereka tempuh. Jadi, pengembangan perlu dilakukan, karena untuk

melatih dan meningkatkan kemampuannya secara nyata untuk dapat

menyelesaikan pekerjaannya. Pengembangan sumber daya manusia ini sangatlah

penting dan membutuhkan dana yang besar dalam pengusahaannya, akan tetapi

dngan biaya yang besar tersebut hal ini merupakan investasi jangka panjang bagi

perusahaan. Karena denga hal ini, maka sumber daya manusia yang ada akan

terampil dan cakap, sehingga ketika mereka menyelesaikan pekerjaannya

(melakukan) maka mereka akan bekerja lebih efektif, efisien, mengurangi

pemborosan bahan baku dan peralatan maupun perlengkapan lainnya akan lebih

awet dalam pemeliharaannya. Hasil kerjanya pun akan lebih baik yang akan

berimbas pula pada meningkatnya daya saing perusahaan. Dengan daya saing

yang besar ini, maka akan dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut nantinya

akan memiliki peluang yang lebih baik agar mampu memperoleh laba yang

maksimal maupun tujuan yang telah ditetapkan pada awal akan tercapai secara

keseluruhan. Imbasnya bagi sumber daya manusia yang ada maka akan

74
memdapatkan penghargaan berupa gaji yang maksimal, sehingga dapat digunakan

untuk sarana memperbaiki diri dan juga penyemangat dalam bekerja.

Pengembangan sumber daya manusia sendiri juga dapat dibedakan

menjadi dua. Yakni pengembangan sumber daya manusia secara makro dan secara

mikro. Pengembangan sumber daya secara makro penting sekali dalam rangka

mencapai tujuan pembangunan secara efektif. Pengembangan sumber daya secara

makro ini bertumpu pada pengertian bahwa pengembangan sumber daya manusia

yang terarah dan terencana disertai pengelolaan yang baik akan dapat menghemat

sumber daya alam yang ada, atau setidaknya pengelolaan dan pemakaian sumber

daya alam dapat secara tepat guna. Karena SDM yang telah dikembangkan

seemikian rupa, akan memiliki skill yang cukup untuk memanfaatkan hasil alam

secara berkelanjutan.yang kedua adalah pengembangan sumber daya manusia

secara mikro. Pengembangan sumber daya manusia secara mikro ini lebih

menekankan pada pengoptimalan hasil kerja yang maksimal dalam suatu

perusahaan, baik secara makro maupun mikro, pengembangan sumber daya

manusia jelaslah menuju pada sasaran yakni peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang nantinya akan bermuara pada pembangunan bangsa. Dalam

pembangunan suatu bangsa memerlukan aspek pokok yang disebut dengan

sumber daya (resources) baik SDA atau Natural resources maupun SDM atau

human resources. Kedua sumber daya ini sangat penting dalam menentukan

keberhasilan suatu pembangunan. Namun untuk mendukung suatu pembangunan,

SDM adalah yang terpenting , karena jika sebuah negara memiliki suatu SDM

75
yang terampil dan berkualitas maka ia akan mampu mengelola SDA yang

jumlahnya terbatas.

Untuk Negara-negara berkembang, dimana terdapat “Labour Surplus

Economy” artinya modal pembangunan tak dapat dituangkan hanya pada

tersedianya atau kemungkinan tersedianya dana investasi.Pembanguan tersebut

akan terlalu mahal dan juga akan mengalami hambatan apabila sesuatu waktu

sumber investasi menjadi terbatas, baik yang berasal dari pemerintah maupun dari

masyarakat. Selain itu jumlah SDM yang besar hendaknya dijadikan sebagai

keunggulan karena jumlah penduduk yang besar apabila dapat dikembangkan

sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal pembangunan yang

besar yang sangat menguntungkan bagi usaha – usaha disegala bidang.

Pentingnya pengembangan sumber daya manusia ini juga dapat

diklasifikasikan menurut manfaatnya bagi masing-masing subjek yang ada, yakni

bagi indivudu selaku tenaga kerja, perusahaan, dan untuk personal, hubungan

manusia, dan pelaksanaan kebijakan.

1. Manfaat untuk individu selaku tenaga kerja

2. Membantu individu selaku tenaga kerja dalam mengambil keputusan yang

lebih baik dan pemecahan yang efektif.

3. Melalui pengembangan SDM, peubah motivasi dari pengakuan, prestasi,

pertumbuhan, tanggung jawab, dan kemajuan diinternalisasikan dan

dilaksanakan.

76
4. Membnatu dalamm mendorong dan mencapai pengembangan dan

kepercayaan diri.

5. Membantu seseorang dalam mengatasi stress, tensi, kekecewaan, dan

konflik.

6. Menyediakan informasi untuk memperbaiki pengetahuan kepemimpinan,

ketrampilan berkomunikasi, dan sikap.

7. Meningkatkan pemberian pengakuan dan perasaan kepuasan pekerjaan.

8. Mengarahkan seseorang pada tujuan personal sambil memperbaiki

keterapilan berinteraksi.

9. Memuaskan kebutuhan personal bagi karyawan

10. Mengembankan jiwa untuk terus mau belajar

11. Membantu seseorang dalam mengembangkan keterampilan berbicara dan

mendengarkan juga kemampuan menulis.

12. Membantu mengurangi rasa takut dan khawatir dalam mencoba

melakukan tugas baru.

13. Manfaat untuk perusahaan

14. Mengarahkan kemampulabaan dan atau lebih bersikap positif terhadap

orientasi pada keuntungan

15. Memperbaiki pengetahuan dan keterampilan pada semua tingkat

perusahaan

16. Memperbaiki moral pekerja

17. Membantu orang mengidentifikasi tujuan perusahaan

18. Membantu menciptakan citra perusahaan yang lebih baik

77
19. Membantu perkembangan kebenaran, keterbukaan, dan kepercayaan.

20. Memperbaiki hubungan antara atasan dan bawahan

21. Membantu pengembangan perusahaan

22. Belajar dari karyawan yang dilatih

23. Membantu dalam mempersiapkan petunjuk pekerjaan

24. Membantu dalam memahami dan melaksanakan kebijakan perusahaan

25. Menyediakan informasi untuk kebutuhan masa depan dalam semua segi di

perusahaan

26. Perusahaan mendapat keputusan yang lebih efektif dalam pemecahan

masalah

27. Membantu dalam pengembangan promosi dari dalam perusahaan

28. Membantu dalam pengembangan keterampilan kepemimpinan, motivasi,

loyalitas, sikap yang lebih baik, dan aspek-aspek lainnya yang

menampilkan pekerja dan manajer yang sukses

29. Membantu dalam meningkatkan produktivitas dan kulaitas kerja.

30. Membantu agar terjadi penurunan biaya dalam banyak aspek, seperti

produksi, personalia, administrasi, dan sebagainya

31. Mengembangkan rasa tanggung jawab sejalan dengan kompetensi dan

kemampuan dalam pengetahuan.

32. Memperbaiki hubungan antara pekerja dan manajemen.

33. Mengurangi biaya konsultasi dari pihak luar dengan memanfaatkan

konsultan internal yang kompeten

34. Menstimuli pengelolaan pencegahan terjadinya banyak pemecatan

78
35. Mengurangi perilaku suboptimal, seperti menyembunyikan alat.

36. Menciptakan iklim yang tepat untuk pertumbuhan dan komunikasi.

37. Membantu dalam perbaikan komunikasi organisasi perusahaan .

38. Membantu karyawan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang

ada

39. Membantu dalam mengatasi konflik dan juga mencegah setres dan tensi

40. Manfaat Untuk Personal, Hubungan Manusia, dan Pelaksanaan Kebijakan

41. Memperbaii komunikasi antara kelompok dan individual

42. Membantu dalam orientasi untuk karyawan baru dan mendapatkan

pekerjaan baru melalui pengalihan dan atau promosi

43. Menyediakan informasi tentang kesempatan yang sama dan kegiatanyan

disepakati

44. Menyediakan informasi tentang hokum pemerintah yang berlaku dan

kebijakan administrasi

45. Memperbaiki keterampilan hubungan lintas personal.

46. Membuat kebijakan, aturan, dan regulasi perusahaan yang dapat

dilaksanakan

47. Memperbaiki moral membangun kepanduan gerak

48. Menyediakan lingkungan  yang baik untuk belajar, berkembang, dan

koordinasi

49. Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan

hidup.

79
G. TUJUAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA.

Secara umum tujuan pengembangan SDM adalah untuk memastikan

bahwa organisasi mempunyai orang orang yang berkualitas untuk mencapai

tujuan organisasi untuk meningkatkan kinerja dan pertumbuhan (Armstrong,

1997:507). Tujuan tersebut di atas dapat dicapai dengan memastikan bahwa setiap

orang dalam organisasi mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam mencapai

tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaaan mereka

secara efektif. Selain itu perlu pula diperhatikan bahwa dalam upaya

pengembangan SDM ini, kinerja individual dan kelompok adalah subyek untuk

peningkatan yang berkelanjuktan dan bahwa orang-orang dalam organisasi

dikembangkan dalam cara yang sesuia untuk memaksimalkan potensi serta

promosi mereka.

Secara rinci tujuan pengembangan SDM dapat diuraikan sebagai berikut

1. Meningkatkan Produktivitas Kerja;

Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan akan meningkat,

kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill,

human skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik.

2. Mencapai Efisiensi

Pengembangan SDM bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga,

waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan

berkurang, biaya produksi relative kecil sehingga daya saing perusahaan

semakin besar.

80
3. Meminimalisir Kerusakan

Pengembangan SDM bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang,

produksi, dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil

dalam melaksanakan pekerjaannya

4. Mengurangi Kecelakaan

Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan,

sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan

berkurang.

5. Meningkatkan Pelayanan

Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelaayanan yang lebih baik

dari SDM kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan yang

baik merupakan daya penarik yang sangat penting bagi rekana-rekanan

perusahaan bersangkutan.

6. Memelihara Moral Pegawai

Dengan pengembangan moral SDM akan lebih baik karena keahlian dan

keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehinggamereka antusias

untuk menyelesaikan pekerjaanya dengan baik.

7. Meningkatkan Peluang Karier

Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan

semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih

baik. Promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi

kerja seseorang.

81
8. Meningkatkan Kemampuan Konseptual

Dengan pengembangan, SDM semakin cakap dan cepat dalam memgambil

keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill, dan

managerial skill nya lebih baik

9. Meningkatkan Kepemimpinan

Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manager akan lebih baik,

human relationsnya lebih luwes, motivasinya lebih terararh sehingga

pembinaan kerjasama vertical dan horizontal semakin harmonis

10. Peningkatan Balas jasa

Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah insentif, dan benefits) SDM

akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar.

11. Peningkatan Pelayana Kepada Konsumen

Pengembangan SDM akan memberikan manfaat yang baik bagi

masyarakat konsumen karena mereka akan memperioleh barang atau jasa

yang lebih bermutu. (Malayu Hasibuan,2000:70-72)

Adapun Menurut Schuler dalam buku yang ditulis oleh Sondang P Siagian

tahun 2008 halaman 124 tujuan dari kegiatan pengembangan SDM adalah

1. Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk

Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai

saat ini, yag dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan ditunjukkan

untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh

organisasi.

82
2. Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja

Dengan semakin banyaknya keterampilan yang dimiliki pegawai, maka

akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan

kemungkinan adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi.

Misalnya, bila organisasi memerlukan pegawai dengan kualifikasi tertentu,

maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru oleh karena

pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan

tersebut.

3. Meningkatkan komitmen karyawan

Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan

memiliki persepsi yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung

akan meningkatkan komitmen kerja pegawai serta dapat memotivasi

mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.

4. Mengurangi turn over dan absensi

Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi

akan memberikan dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over

absensi. Dengan demikian juga berarti meningkatkan produktivitas

organisasi.

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN

SDM.

Pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangat

penting dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama. Pengembangan sumber

83
daya manusia merupakan bentuk investasi. Oleh karena itu, pelaksanaan

pengembangan SDM perlu memperhatikan faktor-faktor baik dalam diri

organisasi itu sendiri maupun di luar organisasi yang bersangkutan yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Diantara faktor faktor tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Faktor Internal; Faktor internal disini mencakup keseluruhan kehidupan

organisasi/lembaga yang dapat dilakukan, baik pimpinan maupun anggota

organisasi yang bersangkutan. Faktor internal meliputi:

a. Misi dan Tujuan Organisasi; Setiap organisasi mempunyai misi dan

tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan

perencanaan yang baik dan implementasinya secara tepat. Untuk itu

diperlukan kemampuan tenaga sumber daya manusia melalui

pengembangan sumberdaya manusia.

b. Strategi Pencapaian Tujuan Misi dan tujuan organisasi; mungkin sama

dengan organisasi lain, tetapi strategi untuk mencapai misi dan tujuan

tersebut dapat berbeda. Oleh karenanya, kemampuan karyawan diperlukan

dalam memperkirakan dan mengantisipasi keadaandi luar, sehingga strategi

yang disusun dapat memperhitungkan dampak yang akan terjadi di dalam

organisasinya. Secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi

pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi.

c. Sifat dan Jenis; TujuanSifat dan jenis kegiatan organisasi sangat penting

terhadap pengembangan sumber daya manusia. Misalnya, suatu organisasi

yang sebagian besar melaksanakan kegiatan teknis, akan berbeda dengan

84
pola pengembangan sumber daya manusia pada organisasi yang bersifat

ilmiah. Demikian juga, akan berbeda pula strategi dan program

pengembangan sumber daya manusia antara organisasi yang kegiatan rutin

dan organisasi yang kegiatannya memerlukan inovasi dan kreativitas.

d. Jenis Teknologi yang digunakan; Pengembangan organisasi diperlukan

untuk mempersiapkan tenaga dalam mengoperasikan teknologi atau

mungkin terjadinya otomatisasi kegiatan kegiatan yang semula dilakukan

oleh manusia.

2. Faktor Eksternal Organisasi; itu berada di dalam lingkungan dan tidak lepas

dari pengaruh lingkungan di mana organisai itu berada, agar organisasi itu

dapat melaksanakan misi dan tujuannya maka harus memperhitungkan faktor-

faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal organisasi. Diantara faktor-

faktor tersebut adalah:

a. kebijakan pemerintah; Kebijakan kebijakan pemerintah baik yang

dikeluarkan melalui perundang undangan, peraturan peraturan pemerintah,

surat keputusan menteri maupun pejabat pemerintah merupakan arahan

yang harus diperhitungkan oleh organisasi. Kebijakan-kebijakan tersebut

akan mempengaruhi program program pengembangan sumberdaya manusia

dalam organisasi yang bersangkutan

b. sosial budaya masyarakat; .Faktor sosio budaya masyarakat tidak dapat

diabaikan oleh suatu organisasi. Hal ini dapat dipahami karena suatu

organisasi apapun didirikan untuk kepentingan masyarakat yang mempunyai

latar belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Oleh sebab itu dalam

85
mengembangkan sumberdaya manusia dalam suatu organisasi faktor

eksternal perlu dikembangkan

c. perkembanagn ilmu pengetahuan dan teknologi; Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi diluar organisasi dewasa ini telah sedemikian

pesatnya. Organisasi yang baik harus mengikuti arus tersebut dan harus

mampu memilih teknologi yang tepat. Oleh karena itu, kemampuan SDM

organisasi harus diadaptasikan dengan kondisi tersebut. Selain itu, faktor-

faktor tersebut dapat menunjang suatu keberhasilan yang maksimal apabila

suatu diklat atau pelatihan dan pendidikan tersebut merupakan suatu

partisipasi yang sangat baik dalam diri peserta, fokus pelatihan yang sangat

efektif, proses yang memadai, biayayang ringan, motivasi, serta hasil atau

out came yang sangat bagus bagipeserta setelah pelaksanaan diklat atau

pendidikan dan pelatihan.

I. KOMPONEN PENGEMBANGAN SDM.

Komponen pengembangan sumber daya manusia patut dipahami, sebab

seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan

arus globalisasi, maka dituntut pula adanya sumber daya pegawai yang kapabel

(capable), yakni pegawai yang dapat bekerja secara efesien, efektif, produktif, dan

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tidak kadaluarsa yang pada

akhirnya mampu menampilkan kinerja yang memuaskan. Untuk membangun

SDM yang berkualitas tersebut diperlukan upaya yang sistematis, berkelanjutan

dan komprehensif, salah satunya adalah melalui pengembangan

86
Sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangat strategis dan

menentukan, bahkan keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan justru ditentukan oleh faktor sumber daya manusianya.

Menurut Sinaga dkk (2001: 21 - 22), komponen-komponen yang perlu

mendapat perhatian dalam rangka pengembangan sumber daya manusia adalah

sebagai berikut:

a. Kemampuan pegawai, meliputi: pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau

prilaku

b. Penempatan pegawai yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan jabatan

dalam suatu organisasi, artinya penempatan pegawai dalam suatu jabatan

senantiasa dikaitkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai.

c. Kewenangan dan tanggung jawab yang jelas

d. Kepercayaan terhadap pegawai

e. Dukungan terhadap pegawai

f. Kepemimpinan.

g. Motivasi.

Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa Pengembangan sumber daya

manusia berarti mengembangkan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki

oleh sutau organisasi.

87
J. KINERJA ORGANISASI

Untuk lebih memahami secara detail tentang Kinerja dan Kinerja

Organisasi, penulis akan menguraikan sebagai berikut:

1. Pengertian Kinerja dan Kinerja Organisasi

Sebelum penulis memberi pengertian tentang kinerja organisasi, terlebih

dahulu penulis memaknai apa itu kinerja. Istilah kinerja telah populer digunakan

dalam berbagai media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Istilah

kinerja biasanya dipergunakan untuk menjelaskan hasil kerja yang dicapai oleh

seseorang, kelompok ataupun organisasi sesuai dengan tugas dan kewenangan

yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Istilah kinerja juga biasa

diidentikkan dengan performance. Ilyas (2001:66), mengemukakan bahwa kinerja

dapat dilihat pada penampilan hasil kerja personil baik kuantitas maupun kualitas

dalam suatu organisasi. Kinerja tersebut dapat melalui penampilan individu

maupun kelompok kerja personil. Penampilan hasil kerja tidak terbatas pada

personil yang memangku jabatan fungsional dan struktural, tetapi juga kepada

keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi.

Sejalan dengan hal itu, Prawirosentono (1992:2) menjelaskan lebih lanjut

bahwa kinerja merupakan hasil yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan bersangkutan sesuai dengan

moral dan etika. Faktor-faktor yang perlu diketahui sehubungan dengan penilaian

kinerja pegawai antara lain: (1) pengetahuan tentang pekerjaan, (2) kemampuan

membuat perencanaan, (3) pengetahuan tentang standar mutu pekerjaan yang

88
diharapkan, (4) produktivitas karyawan yang berkaitan dengan jumlah hasil

pekerjaan yang dapat diselesaikan, (5) kemampuan berkomunikasi baik dengan

sesama karyawan maupun dengan atasan. Menurut Salim (1991) istilah kinerja

atau perform digunakan bila seseorang menjalankan suatu tugas atau proses

dengan terampil sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada.

Widodo (2006:78) menyatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu

kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya yang

berorientasi pada hasil yang diharapkan. Sedangkan Lembaga Administrasi

Negara (1999:3) merumuskan kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi. Didukung pula pendapat

Mangkunegara (2002:67) bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Wibowo (2013:7)

menyebutkan bahwa kinerja berasal dari kata performance yaitu hasil kerja atau

prestasi kerja. Namun, kinerja bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana

proses pekerjaan berlangsung. Kinerja adalah apa yang dikerjakan dan bagaimana

cara mengerjakannya. Hasibuan (2000) mengemukakan bahwa kinerja adalah

suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan

kesungguhan serta waktu. Sejalan dengan hal itu, Mahsun (2013:25) mengatakan

bahwa istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat

keberhasilan individu maupun kelompok individu. Musanef (1983) memberikan

89
makna dan arti prestasi kerja yaitu kemampuan seseorang dalam usaha mencapai

hasil kerja yang lebih baik atau lebih menonjol ke arah tercapainya tujuan

organisasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud

dengan kinerja adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh personil atau

pegawai dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi menurut

kriteria atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu dengan

mengetahui kinerja pegawai dalam suatu organisasi, maka dapat pula diketahui

tingkat keberhasilan organisasi yang dapat dijadikan ukuran peningkatan

produktivitas atau kinerja pada masa yang akan datang.

Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam satu organisasi sesuai dengan wewenang

atau tanggung jawab masing-masing, atau kinerja adalah penampakan

kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang tercermin dari hasil

pekerjaan. Jika kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang atau

kelompok dalam menghasilkan sesuatu yang lebih baik, maka kinerja dapat

dianonimkan atau dipersamakan dengan istilah prestasi kerja.

Prestasi kerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil kerja seorang

pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,

misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu

dan telah disepakati bersama. Kinerja pegawai adalah kemampuan kerja yang

ditunjukkan secara konkrit oleh seorang pegawai dalam usaha mencapai hasil

kerja yang lebih baik berdasarkan target atau nilai yang berlaku dalam organisasi.

90
Setiap organisasi memiliki cara, kebiasaan, dan aturan dalam mencapai

tujuan dan misi organisasi, termasuk cara individu hidup berinteraksi satu sama

lain (bermasyarakat), dan cara individu mengatasi permasalahan-permasalahan

yang dihadapi dalam organisasi. Kehidupan tersebut didasarkan pada keyakinan

yang dimiliki, didasarkan pada falsafah hidup yang didasarkan dari hubungan

manusia dengan lingkungannya. Keyakinan tersebut dijadikan sebagai asumsi

dasar (basic assumption) yang mendasari semua program, strategi dan rencana

kegiatan, atas dasar tersebut dibangun kegiatan-kegiatan (strategi jangka panjang

dan strategi jangka pendek), sehingga memunculkan nilai yang tinggi manakala

kegiatan yang dilakukan tidak menyalahi dari apa yang telah diprogramkan, dan

begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain bahwa organisasi memiliki budaya

sesuai dengan asumsi dasar para pemimpinnya.

Di sisi lain, perilaku individu yang ada dalam organisasi dalam upaya

melaksanakan program kerja yang telah disepakati ataupun diembannya akan

memunculkan/menciptakan kinerja mereka. Kinerja yang tinggi, ada pada

individu dalam organisasi menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh individu

telah sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi, hal ini juga sesuai dengan

asumsi dasar organisasi. Dengan demikian, kinerja yang tinggi tentunya ada pada

budaya organisasi yang baik.

Berikut ini penulis memaknai pengertian tentang Kinerja Organisasi.

Organisasi yang berhasil dan efektif merupakan organisasi yang ditopang oleh

kinerja yang baik. Kinerja organisasi dengan kinerja pegawai terdapat kesesuaian.

91
Semakin tinggi kinerja pegawai, maka semakin tinggi pula kinerja organisasi,

demikian pula sebaliknya.

Prawirosentono (2008:3) berpendapat bahwa terdapat hubungan antara

kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional

performance) atau Kinerja organisasi. Jika kinerja individual baik, maka

kemungkinan besar kinerja institusi atau organisasi baik pula. Kinerja seseorang

akan baik bila ia memiliki keahlian (skiil) yang tinggi, bersedia bekerja karena

digaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian, dan mempunyai harapan

(expectation) masa depan lebih baik.

Kinerja dalam orientasi hasil kinerja, dapat dinilai pelaku, yaitu hasil yang

diraih oleh individual (kinerja individual), oleh kelompok (kinerja kelompok),

oleh institusi (kinerja organisasi), dan oleh suatu program atau kebijakan (kinerja

program/kebijakan). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kinerja individual

menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas

pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang ditetapkan oleh kelompok atau

institusi. Dengan demikian jelas bahwa antara kinerja individual (kinerja pegawai)

selalu berhubungan dengan kinerja organisasi. Ukuran keberhasilan kinerja

organisasi didukung oleh keberhasilan kinerja individual (kinerja pegawai). Jika

dalam operasionalisasinya kinerja organisasi baik, pasti kinerja individual (kinerja

pegawai) baik pula. Sehingga pada bahasan ini penulis tidak bisa lepas dari

pembahasan kinerja individual (kinerja pegawai).

92
K. Kerangka Konseptual

Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor yang mempekerjakan Sumber

Daya Aparatur diperhadapkan pada masalah kinerja pegawai, yang secara empirik

kinerja pegawai belum nampak, hal ini disebabkan : pemerintah kabupaten biak

Nunfor masih didominasi oleh kultur pamong praja yang lebih berorientasi pada

status daripada prestasi, yang mengakibatkan pengembangan sumber daya

aparatur lebih mengarah kepada kuantitas dan status daripada kualitas dan

prestasi. Tidak adanya budaya organisasi yang berorientasi pada prestasi

mengakibatkan pengembangan sumber daya aparatur tidak memenuhi sasaran,

kurang membuahkan pegawai yang cakap. Tidak terjalinnya koordinasi yang

cukup baik antara kebijakan yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Daerah

yang bertanggung jawab di bidang pengembangan sumber daya aparatur dan

Bagian Organisasi yang menganalisis kebutuhan dan prasyarat jabatan/diklat di

satu pihak dan kebijakan yang dikeluarkan oleh unit kerja yang lain di lain pihak.

Terjadi inkonsistensi antara rencana strategis pengembangan sumber daya

aparatur dengan implementasinya. Untuk mengatasi masalah empirik di

Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor, maka pemerintah dituntut untuk

melakukan pembenahan melalui pengembangan Sumber Daya Aparaturnya.

Untuk mewujudkan kinerja organisasi yang baik, Pemerintah Daerah

Kabupaten Biak Numfor dituntut untuk mengembangkan pegawainya melalui

dimensi; pembelajaran, pendidikan, pengembangan, dan pelatihan. Dan harus juga

memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan Sumber Daya

Aparatur yaitu faktor internal (misi dan tujuan organisasi, strategi pengembangan,

93
sifat dasn jenis , serta teknologi yang digunakan, dan faktor eksternal (kebijakan

pemerintah, Sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan Sumber Daya Aparatur melalui tahapan yang telah

dilakukan di atas, baik pengembangan pegawai yang telah dirancang Pemerintah

Daerah Kabupaten Biak dan dukungan dari faktor yang dapat mempengaruhi

pengembangan Sumber Daya Aparatur tersebut diharapkan Kinerja Organisasi

dapat lebih baik dan mencapai tujuan berdasarkan visi dan misi organisasi

Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Nunfor.

Untuk melihat kerangka pikir penelitian, berikut ini penulis akan

menggarmbarkan melalui visualisasi kerangka pikir penelitian sebagai berikut:

94
Bagan Kerangka Pikir

PEMERINTAH DAERAH
BIAK NUNFOR

Realitas Empirik
1. Dominasi Kultur
Pamong Praja.
2. Budaya Organisasi tidak
berorientasi pada
prestasi.
3. Tidak terjalinnya
koordinasi antara BKD
dengan Bagian
KINERJA
Organisasi Pengembangan
4. Terjadi inkonsistensi Sumberdaya Aparatur
rencana strategi dengan O
implementasinya. R
Pembelajaran Pendidikan
G
A
N
I
Faktor-Faktor Yang
S
Mempengaruhi : Pengem Pelatihan
bangan
A
1. Faktor Internal
S
* Misi dan Tujuan Orgn.
(Amstrong, 2006) I
* Strategi
* Sifat dan Jenis
* Teknologi yang
digunakan.

2. Faktor Eksternal
* Kebijakan Pemerintah
Model
* Sosial Budaya
Pemberdayaan SDM
* Perkembangan Ilmu
Pength & Teknologi

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

95
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis

penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yang merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan

dan Taylor dalam Moleong, 2008: 4).

Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan lainnya secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dengan penelitian

kualitatif ini, diharapkan dapat diperoleh data secara lengkap dan mendetail,

yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran obyek yang diteliti

secara benar. Fokus utama dalam penelitian ini adalah Pengembangan Sumber

Daya Aparatur pada Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor.

Adapun Pendekatan Penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus.

Menurut Fathoni (2006: 99) studi kasus berarti penelitian terhadap suatu

kejadian atau peristiwa yang mengandung masalah atau perkara sehingga

perlu ditelaah kemudian dicarikan cara penanggulangannya antara lain melalui

96
penelitian. Kasus dalam penelitian kualitatif dapat berupa individu, program,

institusi, atau kelompok (Patton, 1980: 303) dalam (Ahmadi, 2005: 35).

Menurut Sugiyono (2009: 1) metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen, dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi. Obyek dalam penelitian kualitatif

adalah obyek yang alamiah (natural setting/apa adanya), sehingga metode

penelitian ini sering disebut juga sebagai metode naturalistik.

B. Pengelolaan Peran Peneliti

Peneliti mengadakan observasi pendahuluan yakni dengan mencari

subjek sebagai narasumber. Selama proses observasi ini peneliti melakukan

penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan

informasi tentang pemberdayaan aparatur. Peneliti juga menempuh upaya

konfirmasi ilmiah melalui penelusuran literatur buku dan referensi pendukung

penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan

penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam

melakukan penelitian.

Suyitno dan Murhadi (2007) bahwa dalam penelitian kualitatif,

seorang peneliti merupakan instrumen utama penelitian sehingga ia dapat

melakukan penyesuaian sejalan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di

lapangan. Selain itu, instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

97
pedoman observasi, pedoman wawancara, alat perekam berupa handphone,

kamera digital serta alat tulis seperti buku dan pena. Instrumen tersebut

digunakan untuk memudahkan peneliti ketika mengambil data di lapangan

dan data yang diambil dapat disimpan dengan baik sehingga pengolahan data

berjalan dengan lancar.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu lokus lembaga pemerintah,

yaitu Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor. Pertimbangan

memilih lokus tersebut karena berdasarkan pengamatan penulis bahwa Kantor

Pemerintah Kabupaten Biak Numfor sementara ini menata pengembangan

organisasinya melalui pengembangan pegawai agar memiliki kinerja individu

yang pada intinya mendukung kinerja organisasi.

D. Sumber Data

Pada dasarnya dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu;

data primer dan data sekunder dengan proporsi sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang digunakan untuk

menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji

yang dilakukan melalui metode wawancara. Melalui metode wawancara

peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang pengembangan

Sumber Daya Aparatur pada Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor. Di

samping itu untuk melengkapi hasil wawancara peneliti juga melakukan

98
observasi sebagai sumber data primer dengan secara langsung ke lokus

penelitian yaitu pada Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor.

2. Sumber Data Sekunder

Data Sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk

melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini akan disesuaikan dengan

kebutuhan data lapangan yang terkait dengan objek yang dikaji. Data

Sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen resmi yang berupa profil

lembaga, laporan-laporan kantor, hasil kajian atau penelitian, aturan-aturan

pemerintah, serta metode/pola pengembangan Sumber Daya Aparatur yang

telah dilaksanakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik

yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Moloeng, 2007: 186). Wawancara

dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian

sehingga diperoleh data-data yang diperlukan. Teknik wawancara

mendalam ini diperoleh langsung dari subyek penelitian melalui

serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait langsung

dengan pokok permasalahan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan

99
dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara

bebas terpimpin yaitu cara mengajukan pertanyaan yang dikemukakan

bebas, artinya pertanyaan tidak terpaku pada pedoman wawancara tentang

masalah-masalah pokok dalam penelitian kemudian dapat dikembangkan

sesuai dengan kondisi di lapangan (Sutrisno Hadi, 1994: 207). Dalam

melakukan wawancara ini, pewawancara membawa pedoman yang hanya

berisi garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Wawancara

dianggap selesai apabila sudah menemui titik jenuh, yaitu sudah tidak ada

lagi hal yang ditanyakan. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh

informasi secara mendalam tentang pengetahuan diri, penilaian diri dan

pengharapan diri pribadi pegawai negeri sipil dalam memberdayakan

dirinya sebagai individu.

2. Observasi

Menurut Burhan (2007: 115) observasi adalah kemampuan seseorang

untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata

serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Dalam melaksanakan

pengamatan ini sebelumnya peneliti akan mengadakan pendekatan dengan

subjek penelitian sehingga terjadi keakraban antara peneliti dengan subjek

penelitian. Penelitian ini menggunakan jenis observasi non partisipan

dimana peneliti tidak ikut serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang

subjek lakukan, tetapi observasi dilakukan pada saat wawancara.

Pengamatan yang dilakukan menggunakan pengamatan berstruktur yaitu

dengan melakukan pengamatan menggunakan pedoman observasi pada

100
saat pengamatan dilakukan. Pengamatan ini diupayakan dilakukan saat

subjek dan peneliti dalam kegiatan/program pemberdayaan aparatur pada

saat jalannya wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi di sini adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan

data tambahan atau data pendukung melalui dokumen-dokumen yang ada

kaitanya dengan penelitian. Dokumentasi sendiri adalah teknik yang

digunakan untuk mendapatkan data dengan cara mempelajari, mencatat

arsip atau data yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti

sebagai bahan menganalisis permasalahan. Dokumentasi dalam penelitian

ini lebih fokus pada pengumpulan dokumentasi pendukung data-data

penelitian yang dibutuhkan (Soehartono, 2004: 69). Dokumen tersebut

dapat berupa tulisan maupun gambar yang terkait dengan penelitian

tentang pengembangan Sumber Daya Aparatur di Pemerintah Daerah

Kabupaten Biak Numfor.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Deskriptif Kualitatif.

Model analisis dengan menggunakan teknik Deskriptif kualitatif di desain

sedemikian rupa sehingga dapat mengungkap persoalan penting yang terkait

dengan fokus masalah yang telah ditetapkan.

Berkaitan dengan analisis data kualitatif, Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2007: 246) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

kualitataif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

101
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data

kualitatif, yaitu:

1. Data reduction (Reduksi data).

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting. Pada bagian ini yang direduksi dari hasil wawancara

adalah menyangkut pada fokus masalah yaitu; (1) Pengembangan

Sumber Daya Aparatur. (2) Faktor yang mempengaruhi pengembangan

Sumber Daya Aparatur. (3) Model pengembangan Sumber Daya

Aparatur. Langkah berikutnya mereduksi dari hasil observasi. Data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk merangkumnya pada tulisan ini.

2. Data display (Penyajian data).

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan antara lain

dengan; teks yang bersifat naratif, artinya bahwa data yang telah

diperoleh dari hasil wawancara atau hasil pengamatan selanjutnya

disajikan dalam bentuk narasi sehubungan derngan data yang telah

direduksi yaitu mengenai pengembangan Sumber Daya Aparatur

dengan melalui pembelajaran, pendidikan, pengembangan dan

penelitian, serta menganalisis model pengembangan Sumber Daya

Aparatur pada Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor.

102
3. Verification (penarikan kesimpulan). Merupakan kegiatan analisis

yang amat penting sebagai suatu kesimpulan dari penelitian yang

menjadi tujuan akhir para peneliti. Pada sesi verification yang

disimpulkan tetap berkisar pada hasil penelitian yang telah dilakukan

yaitu menyimpulkan tentang pengembangan Sumber Daya Apartur,

faktor yang mempengaruhi pengembangan Sumber Daya Aparatur,

dan model pengembangan Sumber Daya Aparatur.

Komponen dalam analisis data (interactive model) dapat dilihat pada

gambar berikut:

Data Collection
Data
displayyy

Data reduction
Verivication

Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data (interctive model)


Sumber: Miles and Huberman (1984)

103
G. Tahap-Tahap Penelitian dan Jadwalnya

Tahap-tahapan dalam penelitian ini disesuaikan dan dijadwalkan pada

Semester Ganjil Tahun Akademik 2017/2018, disusun dalam matriks sebagai

berikut:

Tahun Akademik 2017/2018


No Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 ......................................
2 ......................................
3 ......................................
4 ......................................
5 ......................................
6 ......................................
7 ......................................

104

Anda mungkin juga menyukai