Anda di halaman 1dari 25

B.

Upaya Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) Badan


Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori

Perbaikan kinerja aparatur pelayanan publik merupakan salah satu isu

penting dalam reformasi administrasi publik di berbagai Negara, termasuk

Indonesia. Tuntutan perbaikan kinerja aparatur publik semakin besar jika

dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing Negara dalam

persaingan global. Kesan buruk sudah disandang oleh aparatur pemerintah (sektor

publik) dalam hal pelayanan dari dulu. Hal ini antara lain dapat di-indikasikan dari

besarannya dana yang digunakan untuk membiayai aparatur. Sebaiknya kualitas

pelayanan yang diberikan instansi pemerintah dapat dinilai sangat buruk pada hal

pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan tentang pelayanan

publik oleh aparatur Negara di atur dalam Kepmenpan No. 09 Tahun 2007 tentang

Standar Pelayanan Publik. Dalam lingkungan atau skala nasional seringkali

dikeluhkan tentang pelayanan publik di instansi-instansi pemerintah terutama

menyangkut jalur birokrasi yang berbelit-belit. Kondisi tersebut terjadi juga di

daerahdaerah.Seperti pada umumnya pelayanan publik di Indonesia, pelayanan

publik oleh aparatur pemerintah kabupaten juga masih banyak di jumpai

kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat.

Indikasinya masih terdapat berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan

melalui media masa, sehingga dapat menimbulkan citra yang kurang baik

terhadap aparatur pemerintah.

Era reformasi dan dampak persaingan globalisasi mendorong percepatan

perubahan perbaikan kinerja aparatur pemerintah. Aparatur pemerintah dituntut


bekerja lebih professional, bermoral, bersih dan beretika dalam mendukung

reformasi birokrasi dan menunjang kelancaran tugas pemerintahan dan

pembangunan. Reformasi birokrasi sudah dan sedang berlangsung di semua lini

departemen/ lembaga pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah untuk

mencapai tujuan pembangunan nasional.

Aparatur Sipil Negara menjunjung tinggi kesetiaan terhadap Pancasila,

UUD RI 1945 dan pemerintah. ASN dalam kesetiaan terhadap negara,

mewujudkannya melalui peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Namun

dalam penerapannya sikap disiplin, jujur, adil, transparan dan akuntabel dalam

melaksanakan tugas, belum terlaksana secara maksimal, sehingga dalam upaya

peningkatan kinerja, pemerintah dalam peraturan pemerintah no. 53 tahun 2010

menegaskan tentang dsiplin ASN yang memuat secara jelas tentang

kewajibankewajiban dan larangan-larangan yang harus ditaati dan dipatuhi oleh

semua ASN, dan hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada ASN yang telah

terbukti melakukan pelanggaran. Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan

untuk membina ASN yang telah melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan

mempunyai sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki diri

pada masa yang akan datang.

Kenyataan yang terjadi meskipun pemerintah telah menegaskan peraturan disiplin

ASN, masih sering terlihat adanya aparatur pemerintah (ASN) yang belum dengan

sungguh-sungguh melaksanakan kewajiban-kewajiban yang sudah ditetapkan,

serta masih adanya ketidakpatuhan atau pelanggaran terhadap larangan yang

ditetapkan dalam peraturan disiplin ASN tersebut. Pemerintah dalam rangka


mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang handal, profesional, dan bermoral

menegaskanASN sebagai unsur aparatur negara dituntut untuk setia kepada

Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah, bersikap disiplin, jujur,

adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas.

Melihat kondisi SDM PNS tersebut, tidak jarang kita mendengar opini di tengah

masyarakat bahwa kinerja pemerintah kerap kali dipandang belum profesional dan

berlum berbasis kinerja (berorientasi output). Untuk itu, banyak kalangan

pemerhati birokrasi mendorong pemerintah mengedepankan pengelolaan SDM

aparatur pemerintah dengan manajemen kepegawaian berbasis kinerja.

Upaya Pemerintah Meningkatkan Kinerja Aparatur

 a. Penetapan Indikator Kerja Dalam usaha meningkatkan kinerja aparaturnya,

pemerintah (c.q. Menpan) menetapkan program manajemen kepegawaian berbasis

kinerja. Salah satu peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk tujuan

tersebut  adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja

Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah. Yang dimaksud dengan kinerja

instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran

ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan rencana

strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan

yang ditetapkan.
Dalam pasal 3, peraturan Menpan tersebut, setiap instansi pemerintah wajib

menetapkan indikator kinerja utama (Key Performance Indicators). Indikator

kinerja utama yang dimaksud adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan

sasaran strategis organisai. Penetapan indikator kinerja utama di lingkungan

instansi pemerintah harus memenuhi karakteristik spesifik, dapat dicapai, relevan,

menggambarkan keberhasilan sesuatu yang diukur dan dapat dikuantifikasi dan

diukur (pasal 8). Sebagai contoh, tercapainya pengurangan angka pengangguran

1 juta per tahun dengan memberdayakan 50 investor baik investor dalam negeri

maupun investor asing setiap tahunnya.

Dalam pasal 5 dikatakan, indikator kinerja utama instansi pemerintah harus

selaras antar tingkatan unit organisai. Indikator kinerja utama pada setiap

tingkatan unit organisasi meliputi indikator kinerja keluaran (output) dan hasil

(outcome).

Kinerja pegawai dijabarkan langsung dari misi organisai. Penilaian kinerja

dilakukan secara transparan dan obyektif. Penilaian kinerja menjadi bahan

diagnosis  dalam upaya peningkatan kinerja organisasi. Selanjutnya kinerja

pegawai juga menjadi istrumen utama dalam pemberian reward and

punishment termasuk untuk promosi dan rotasi pegawai.

Dengan demikian, peraturan pemerintah tersebut menunjang dan mendukung

upaya pengembangan manajemen kepegawaian berbasis kinerja (berorientasi

produk).

b. Upaya Lain: Diklat, Disiplin dan Remunerasi Upaya lain yang diupayakan

pemerintah dalam memperbaiki kinerja aparaturnya adalah pendidikan dan


pelatihan (Diklat) pegawai), penegakan disiplin PNS dan sistem remunerasi di

lingkungan kerja instansi pemerintah.

Dalam upaya peningkatan profesionalitas pegawainya, pemerintah

menggalakkan  pendidikan dan pelatihan (diklat) pegawai. Diklat dapat berupa

diklat prajabatan dan diklat dalam jabatan antara lain diklat kepemimpinan, diklat

fungsional dan diklat teknis.

Pemerintah yakin perbaikan kinerja pemerintah dapat terlaksana bila setiap

instansi pemerintah menegakkan disiplin PNS. Disiplin tersebut tidak terjadi

hanya untuk sementara alias hangat-hangat tahi ayam. Penerapan peraturan

disiplin PNS harus tegas dan konsisten. Selain itu diharapkan PNS wajib menjaga

dan mengembangkan etika profesinya.

Remunerasi adalah pemberian imbalan kerja yang dapat berupa gaji, honorarium,

tunjangan tetap, insentif, bonus atau prestasi, pesangon dan/ atau pensiun. Dengan

remunerasi diharapkan adanya sistem penggajian pegawai yang adil dan layak.

Besaran gaji pokok didasarkan pada bobot jabatan. Penggajian PNS juga berdasar

pada pola keseimbangan komposisi antara gaji pokok dengan tunjangan dan

keseimbangan skala gaji terendah dan tertinggi. Dengan remunerasi pula,

peningkatan kesejahteraan pegawai dikaitkan dengan kinerja individu dan kinerja

organisasi.

Situasi Sekarang

Sejak digemakannya reformasi birokrasi di lingkungan departemen/ lembaga,

pemerintah terus menerus ikut serta mereformasi diri demi menunjang program
manajemen aparatur negara berbasis kinerja. Pemerintah menyadari penataan

manajemen kepegawaian berbasis kinerja mendesak dilaksanakan mengingat hal

itu juga merupakan tuntutan era globalisasi yang penuh tantangan dan persaingan.

Semangat reformasi birokrasi dan perbaikan kinerja aparatur negara selalu dan

tetap menaungi departemen/ lembaga pemerintah meskipun ada opini negatif yang

mengatakan bahwa belum ada reformasi di lingkungan birokrasi. Upaya perbaikan

itu terlihat dari output (keluaran) yang dipegang setiap pegawai berupa buku

uraian jabatan dan pekerjaan, profil jabatan dan panorama pekerjaan. Sebagai

contoh hal ini dapat dilihat di lingkungan seperti Departemen Keuangan, Badan

Pemeriksa Keuangan, dan departemen/ lembaga lainnya sedang berproses

meningkatkan kinerja aparaturnya.

C. Proses Perbaikan Kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) Badan


Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori

Di negara-negara yang tergolong sedang berkembang seperti Indonesia, masalah

organisasi pelayanan di sektor publik belum sepenuhnya memuaskan masyarakat,

mengingat masih lemahnya sistem birokrasi  yang sering kita lihat dan rasakan.

Sebagai contoh, masih terkendalanya  sistem perijinan pada sektor-sektor tertentu,

belum optimalnya sistem layanan transportasi publik, dan beberapa masalah

pelayanan publik lain. Aparatur Negara merupakan salah satu  pilar dalam

mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good Governance) bersama dengan

dunia usaha (Corporate Governance) dan masyarakat madani (Civil Society).

Ketiga unsur tersebut harus berjalan selaras dan serasi dengan peran dan

tanggungjawab masing- masing.


Adanya Undang-Undang RI nomor 5 tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara,

diharapkan mampu memperbaiki manajemen pemerintahan yang beorientasi pada

pelayanan publik karena ASN tidak lagi berorientasi melayani atasannya,

melainkan masyarakat.  Aturan ini menempatkan ASN sebagai sebuah profesi

yang bebas dari intervensi politik dan akan menerapkan sistem karier terbuka

yang mengutamakan prinsip professionalisme yang memiliki kompetensi,

kualifikasi, kinerja, transparansi, objektivitas, serta bebas dari KKN yang berbasis

pada manajemen sumber daya manusia dan mengedepankan sistem merit menuju

terwujudnya birokrasi pemerintahan yang professional.

      Tantangan yang dihadapi aparatur Negara hingga saat ini antara lain, adanya

peluang penyalah gunaan wewenang/kekuasaan yang akan merugikan negara dan

masyarakat, mafia hukum, menghadapi persaingan global yang semakin

kompleks,, dan berbagai masalah krusial lain. Pada saat ini untuk mewujudkan

aparatur negara yang bisa dipertanggung jawabkan,  reformasi aparatur perlu

dilaksanakan secara terus-menerus dengan ditopang oleh motivasi untuk mencari

cara yang lebih efektif dan efisien. (Efendi,2008).

          Keberhasilan dan berdaya gunanya suatu  organisasi, dapat dilihat pada

salah satu aspek yang terkandung di dalamnya, yaitu kualitas sumber daya

manusia. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka pengelolaan organisasi

yang baik dan benar pada suatu institusi pemerintahan tentunya sangat tergantung

kepada sumber daya manusia dalam hal ini aparatur yang mewakilinya yang tidak

dapat dipegang oleh sembarang orang, karena memerlukan persiapan dengan

melalui pendidikan dan pelatihan yang memadai. ASN diharapkan dapat


memberikan pelayanan yang baik manakala memiliki semangat kerja, budaya dan

etos kerja, serta motivasi tinggi, yang konsisten di dijalankan bagi kepentingan

masyarakat luas. https://bdksemarang.kemenag.go.id/membangun-aparatur-sipil-

negara-asn-yang-handal-dalam-menjalankan-revolusi-mental/ tgl. 06 Agustus

2018 jam 20.11 WITA)

Kinerja birokrasi saat ini menjadi isu yang sangat strategis karena memiliki

dampak yang luas dalam hal ekonomi maupun politik. Dalam hal ekonomi,

perbaikan kinerja birokrasi akan dapat memperbaiki kondisi keuangan yang

sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia agar bisa keluar dari krisis ekonomi

yang berkepanjangan, sedangkan dalam hal politik perbaikan kinerja birokrasi

pelayanan akan memiliki dampak luas terutama dalam tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintah. Semangat reformasi telah mendorong Aparat

Sipil Negara (ASN) untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan sistem

pemerintahan negara dalam pembangunan, perlindungan dan pelayanan

masyarakat guna mendorong kebutuhan serta kepentingan masyarakat.

Untuk mengetahui kinerja pegawai dalam suatu organisasi publik menjadi sangat

penting atau dengan kata lain memiliki nilai yang amat strategis. Informasi

mengenai kinerja aparatur dan factor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap

kinerja aparatur sangat penting untuk diketahui, sehingga pengukuran kinerja

aparat hendaknya dapat diterjemahkan sebagai suatu kegiatan evaluasi untuk

menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas dan fungsi

yang dibebankan kepadanya. Oleh karna itu evaluasi kinerja merupakan analisis

interpretasi keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja.


Dalam hal ini tak lupa pula bahwa kualitas Sumber daya Manusia (SDM)

merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu

organisasi atau instansi. Oleh karena itu, diperlukannya sumber daya manusia

yang mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi akan dapat

mendukung peningkatan prestasi kinerja karyawan/ pegawai.

Selama ini sistem penilaian kinerja pegawai menggunakan SKP belum optimal

dikarenakan penilaian kinerja menggunakan SKP hanya dilakukan bila Pegawai

yang bersangkutan akan mengurus kenaikan pangkat, atau kebutuhan lainnya

yang bersangkutan dengan kinerja pegawai. Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kabupaten Supiori, selain masalah SKP terdapat masalah lainnya

yang berkaitandalam pengukuran kinerja pegawai, diantaranya absensi yang

menurut pnulis tidak bias menjadi tolak ukur umtuk penilaian kinerja pegawai,

dimana pegawai sering tidak mengikuti apel pagi tapi masih bisa menandatangani

absen atau meminta teman sesame pegai untuk menandatangani absen hanya

sebagai syarat untyuk tidak adanya potongan pada TP (Tambahan Penghasilan),

ruangan kerja sering kosong diwaktu jam kerja, pegawai keluar pada jam kerja

dengan alas an yang tidak jelas diluar tugas kantor tanpa meminta izin pada

atasan.

Menurut Bernardin dan Russel (2003) kriteria dalam pengukuran kinerja adalah

sebagai berikut:

1. Kualitas (quality) yaitu merupakan tingkat sejauhmana proses atau hasil

pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan

yang diharapkan.
2. Kuantitas (quantity) yaitu merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya

jumlah rupiah, unit dan siklus kegiatan yang dilakukan.

3. Ketepatan waktu (timeliness) yaitu merupakan sejauh mana suatu kegiatan

diselesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikan

koordinasi output lain.

4. Efektivitas (cost effectiveness) yaitu tingkatan dimana penggunaan sumber

daya organisasi berupa manusia, teknologi dan keuangan dimaksimalkan

untuk mendapatkan hasil yang tertinggi atau pengurangan kerugian dari

tiap unit.

5. Kemandirian (need for supervision) yaitu tingkatan dimana seorang

karyawan dapat melakukan pekerjaannya tanpa perlu meminta pertolongan

atau bimbingan dari atasannya.

6. Komimen Kerja (interpersonal impact) yaitu dimana seorang pegawai

merasa percaya diri, punya keinginan yang baik dan bekerjasama dengan

rekan kerja.

Penerapan indicator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi

indicator kinerja melalui system pengumpulan dan pengelolahan data / informasi

untuk menentukan capaian tingkatan kinerja program organisasi. Keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuan dapat diketahui dengan menggunakan evaluasi

atau penilaian kegiatan organisasi tersebut berdasarkan pertauran, norma dan etika

yang berlaku. Penilaian kinerja dalam kurun waktu tertentu ini disebut dengan

pengukuran kinerja organisasi, hasilnya dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan

kegiatan organisasi.
D. Faktor-Faktor Yang Menghambat Proses Kinerja Aparatur Sipil Negara
(ASN) Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori

Para pimpinan di lingkungan departemen/ lembaga pemerintah selalu

mengingatkan dan mengajak  para pegawainya supaya membekali diri dengan

berbagai kecakapan (kompetensi) antara conceptual skill (kemampuan

konseptual), social skill (kemampuan bersosial) dan technical skill  (kemampuan

teknis) terkait dengan tugas dan fungsi masing-masind departemen/ lembaga

pemerintah. Bila tidak, siap-siaplah menjadi MPP (alias mati pelan-pelan) atau

tidak mendapat promosi jabatan.

Harapan untuk tahun-tahun mendatang, perbaikan kinerja aparatur negara di

lingkungan departemen/ lembaga semakin lebih baik. Dengan reformasi birokrasi

yang berkesinambungan maka ASN yang profesional dan bermoral, sistem

manajemen yang bersifat unified dan berorientasi pada kinerja akan terwujud

sehingga tujuan pembangunan nasional dapat tercapai.

Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu proses peningkatan kualitas

atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai tujuan pembangunan bangsa

dan mempunyai peran penting dalam mencapai keberhasilan. Peran penting

sumber daya manusia seutuhnya yaitu sebagai modal dasar untuk melaksanakan

manajemen dengan meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pelayanan.

Efisiensi pendidikan diperoleh melalui profesionalisme Sumber Daya Manusia

dalam mengelola sumber daya yang ada dan segala kepentingan.Oleh sebab itu

sumber daya yang ada harus dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam rangka

peningkatan efesiensi pengelolaan.


Drucker (2001:4) menyatakan, tantangan manajemen pada Abad ke-21 adalah

berkaitan dengan “knowledge worker”, yang memerlukan paradigma manajemen

baru, strategi baru, pemimpin perubahan, tantangan informasi, produktivitas

pegawai berbasis pengetahuan, dan kemampuan mengelola diri sendiri.

Derasnya arus globalisasi, munculnya pasar bebas Asean tahun 2003, pelaksanaan

AFTA tahun 2010, dan implemtasi Masyarakat Ekonomi ASEAN awal tahun

2016 pada akhirnya menuntut kesiapan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia yang mampu bersaing pada tingkat lokal, nasional, regional, dan global.

Di samping itu, ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mau menuntut

masyarakat untuk bersikap professional dalam kehidupan sehari-hari dengan

bertumu pada penguasaan teknologi kontemporer. Tantangan lainnya berasal dari

adanya perubahan paradigma pembangunan nasional, dari sistem sentralisitik ke

desentralistik melalui otonomi daerah.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, diperlukan pemerintahan yang baik

(Good Governance). Hal tersebut merupakan isu yang paling mengemuka yang

dilakukan oleh masyarakat dewasa ini. Untuk itu, aparatur hendaknya dapat

mengimbangi tuntutan masyarakat dengan memantapkan kepribadian yang

berorientasi pada pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, aparatur yang

professional, memiliki kualitas dan integritas kepribadian yang mengacu pada

moralitas yang luhur. Aparatur yang professional berarti tingkat keahlian dan

keterampilannya cukup memadai, memiliki etos kerja dan disiplin kerja yang

tinggi, sehingga pada akhirnya bermuara pada peningkatan kinerja dan

produktivitas kerja yang optimal dan mampu memenuhi harapan masyarakat.


Penyelenggara pelayanan publik, menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

dinamakan Aparatur Sipil Negara (ASN), adalah pelayan masyarakat/abdi negara

yang memiliki tanggung jawab terhadap pelayanan publik dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Terkait harapan masyarakat terhadap

Aparatur Sipil Negara adalah kinerja andal yang diberikan dalam pelayanan

publik. Namun mengingat kenyataan yang ada di masyarakat dewasa ini

ditengarai masih adanya oknum Aparatur Sipil Negara yang tidak melaksanakan

tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Penilaian ini didasarkan

persepsi/penilaian masyarakat masih adanya Aparatur Sipil Negara yang

cenderung menghambur-hamburkan pengeluaran uang negara, rendahnya

motivasi dan disiplin dalam bekerja serta kurang produktif dalam melayani

masyarakat.

Unsur-unsur tersebut belum sepenuhnya dimiliki sehingga menjadi penyebab

masalah atau kekuatan penghambat utama masalah, yang dirinci sebagai berikut:

1) kurang baiknya perilaku manusia/pegawai, 2) lemahnya pengaturan atau

mekanisme kerja, 3) kurang memadainya sarana pelayanan, 4) kurangnya

motivasi kerja pegawai, dan 5) kualitas pegawai yang belum memadai seiring

dengan perkembangan teknologi. Akibatnya, kinerja organisasi pemerintah

sebagai organisasi publik rendah bila dibandingkan dengan organisasi perusahaan.


E. Pembahasan

         Menyikapi situasi dan kondisi pemerintah Indonesia saat ini yang banyak

menghadapi permasalahan kompleks, tidak lepas dari kualitas moral dan perilaku

(karakter) para aparat birokasi yang mengawakinya. Seperti diketahui hampir

semua bidang di Institusi / lembaga pemerintah cenderung cukup banyak terjadi

penyalahgunaan wewenang baik untuk kepentingan pribadi maupun

kelompoknya. Paska pemerintahan Orde Baru khususnya pada masa reformasi,

telah mebawa dampak sosial, politis dan perekonomian yang mengkhawatirkan

bagi kesehatan kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga dalam kurun waktu

10 tahun belakangan ini, pemerintah telah menggalakkan perlu dilakukan

reeformasi birokrasi.

Aparatur pemerintah yang professional, menurut Setiabudi dalam Jurnal

Perencanaan Pembangunan 9 hal7-9, sedikitnya terdapat lima ciri sebagai prinsip

utama yang harus dipenuhi untuk bisa mewujudkan pmerintahan yang bersih dan

berwibawa. Sedikitnya ada 5  kriteria good public governace, sebagai prinsip yang

saling terikat, yaitu:

1. Akuntabilitas ialah kewajiban untuk bertanggungjawab,(accountability)

2. Keterbukaan dan transparan (openness and transparency)

3. Ketaatan pada aturan hukum

4. Komitmen yang kuat untuk bekerja bagi kepentingan bangsa dan Negara

dan bukan kelompok atau individu

5. Komitmen untuk mengikutsertakan dan memberi kesempatan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan


      Dalam Undang- Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

(ASN), kehadiran UU ASN ini berdasarkan pada 2 hal yakni, pertama

memantapkan aparatur sebagai abdi negara yang melayani kepentingan publik.

Sehingga diperlukan birokrat yang professional  dan memiliki integritas serta

memiliki kompetensi dibidangnya. Kedua adalah masih identiknya birokrasi yang 

bekerja untuk kepentingan politik. Kedua hal itu menjadi , daya dorong untuk

melakukan perubahan terhadap tatanan birokrasi melalui UU ASN yaitu

perubahan dalam sistem, manajemen,  rekruitmen dan budaya pegawai negeri sipil

(//pemerintah.net/uu-asn-aparatur-sipil-negara/ tgl 7 Agustus 2018 jam 10.25

WITA)

Oleh karena itu, Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan tugasnya harus dapat

bersikap sensitif terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat serta bersungguh-

sungguh dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pejabat aparatur pelayan

masyarakat. Terlebih didalam pengangkatannya, sebagaimana tercantum pada

Undang-undang Nomor 05 tahun 2014 pasal 66 tentang ASN bahwa Pegawai

Negri Sipil wajib mengucap sumpah dan janji untuk selalu setia dan taat kepada

peraturan perundang-undangan yang berlaku, melaksanakan tugas kedinasan

dengan penuh pengabdian, kesadaran dan penuh tanggung jawab, serta senantiasa

mementingkan kepentingan masyarakat dan negara diatas segala-galanya.

(Undang-undang ASN no 5 tahun 2014).

Berdasarkan pasal 70 Undang-undang Aparatur sipil negara yang berbunyi bahwa

setiap pegawai negri sipil atau ASN memiliki hak dan kesempatan untuk

mengembangkan kompetensi, kompetensi yang dimaksud antara lain melalui


pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran. Untuk kemudian

pengembangan harus dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan digunakan

sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karier

(undang-undang ASN No.05 Tahun 2014). Berdasarkan undang-undang tersebut

Badan Kepegawaian Daerah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tertuang

dalam program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan kinerja. Program

tersebut tentunya untuk meningkatkan kualitas aparatur yang profesional.

Aparatur Sipil Negara merupakan unsur utama sumber daya manusia yang

mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan. Untuk dapat membentuk sosok Aparatur Sipil

Negara pemerintah harus meningkatkan kinerja pegawai melalui kebijakan

kebijakan dan pelaksanaan program, salah satu upaya Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori adalah melaluli pelaksanaan

program peningkatan kinerja pegawai yang terus dilakukan secara berkelanjutan

tiap tahunnya. Sebagai mana dijelaskan pada pasal 70 Undang-undang Aparatur

sipil Negara yang berbunyi bahwa setiap pegawai negri sipil atau ASN memiliki

hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi, kompetensi yang

dimaksud antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan

penataran. Untuk kemudian pengembangan harus dievaluasi oleh Pejabat yang

Berwenang dan digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan

dan pengembangan karier.

Berdasarkan undang-undang tersebut Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Supiori mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tertuang


dalam program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan kinerja aparatur

sipil negara. Program tersebut tentunya untuk meningkatkan kualitas aparatur

yang profesional. Untuk mewujudkan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang

professional di Kabupaten Supiori, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Supiori membuat program peningkatan kinerja pegawai pada

tahun 2017 sampai 2018 diantaranya yaitu, Diklat, Mutasi dan Promosi. Melihat

pentingnya tujuan peningkatan kinerja ASN diatas , maka proses perencanaan

penyelenggaraan Diklat, Mutasi dan Promosi perlu mendapatkan perhatian secara

khusus dalam setiap unsur-unsur pelaksanaan kegiatannya.

A. Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Tugas pokok dan fungsi dari Aparatur

Sipil Negara pada intinya adalah menjadi pelayan masyarakat yaitu memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat; menjadi stabilisator yaitu sebagai

penyangga persatuan dan kesatuan bangsa; menjadi motivator yaitu

memberdayakan masyarakat agar terlibat secara aktif dalam pembangunan;

menjadi innovator dan kreator yaitu menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam

pelayanan masyarakat agar menghasilkan pelayanan yang baru, efektif dan efisien

dan menjadi inisiator yaitu selalu bersemangat mengabdi dengan berorientasi pada

fungsi pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat yang dilandasi

dengan keikhlasan dan ketulusan (Sanapiah, 2012). Untuk membentuk sosok

SDM aparatur seperti tersebut memang memerlukan waktu dan proses yang lama

serta upaya yang tidak boleh berhenti. Manajemen kepegawaian perlu dibenahi,

yaitu diawali dengan melakukan pola rekrutmen yang benar sesuai dengan

peraturan dan berdasarkan kompetensi. Demikian pula dalam pengembangan


pegawai, Penilaian Prestasi Kerja (PPK), pola karir, penggajian, promosi,

pemberhentian dan sebagainya. Semua perubahan itu perlu dilakukan dengan

komitmen dan konsistensi yang tinggi. Perubahan yang segera dapat dilakukan

adalah peningkatan kemampuan atau kompetensi yang dilakukan melalui

pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun non diklat. Perubahan melalui diklat

dapat dilakukan dengan melakukan berbagai kursus, pendidikan formal maupun

non formal atau pendidikan lainnya yang berkaitan dengan peningkatan

kemampuan atau kompetensi teknis maupun perubahan pola pikir, moral, dan

perilaku SDM aparatur. Sesuai dengan peraturan Menteri Nomor 2 tahun 2013

yang mengatur tentang pedoman pengembangan melalui sistem pendidikan dan

pelatihan berbasis kompetensi dilingkungan kementrian dalam negri dan

pemerintah daerah. Pelatihan dan pendidikan yang biasa disingkat DIKLAT

merupakan salah satu strategi peningkatan kinerja pegawai. Badan Kepegawaian

Daerah memiliki tugas untuk menyusun rencana dan melaksanakan Diklat yang

menjadi kebutuhan dalam meningkatkan kinerja pegawai. Diklat dilaksanakan

untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan individu pegawai dalam

menjalankan tugas. Kemudian dari penyususnan rencana Diklat akan menjadi

salah satu penentu untuk menghasilkan diklat yang tepat sesuai

kebutuhan.Pendidikan dan pelatihan merupakan aspek penting dalam peningkatan

mutu sumber daya manusia. Diklat yang tepat sasaran akan mampu meningkatkan

kemampuan dan kompetensi aparatur pegawai negri sipil yang professional.

Dengan diadakannya diklat maka secara tidak langsung akan meningkatkan

kinerja dari organisasi atau instansi yang bersangkutan karena memiliki sumber
daya manusia yang mampu melaksanakan tugasnya secara efektif, efesien dan

akuntabel. Dari hasil wawancara Dengan Kepala Bidang Mutasi Kabupaten

Supiori, dapat dijelaskan bahwa Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Supiori sangat berperan dalam upaya peningkatan kinerja Aparatur

Sipil Negara di Kabupaten Supiori, diantaranya melalui pelaksanaan program

Diklat. Sesuai dengan tujuan dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Supiori berdasarkan Visi dan Misi yang telah ditetapkan, tujuan

tersebut antara lain ialah: 1) Terwujudnya sumber daya manusia aparatur yang

berkompeten dalam bidang tugasnya. 2) Terwujudnya pola perencanaan dan

pengembangan karier pegawai. 3) Terwujudnya kualitas pemberian penghargaan

dan hukuman pegawai. 4) Terwujudnya pelayanan kepegawaian yang berkualitas.

Dari tujuan tersebut terlihat bahwa pelaksanaan Diklat merupakan wujud nyata

dari pencapaian tujuan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah kabupaten

Supiori yang pertama yakni menciptakan sumber daya manusia aparatur yang

berkompeten dalam bidang tugasnya. Pada 2015 - 2018 Badan Pengelolan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori menetapkan peningkatan kualitas

perencanaan Diklat sebagai salah satu dari 6 sasaran penting dalam tugas dan

wewenang Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah kabupaten Supiori.

Dalam pelaksanaan Diklat tahun 2015 – 2017 Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kabupaten Supiori, melaksanakan 2 jenis pelaksanaan Diklat, yaitu

Diklat secara sendiri dan Diklat pengiriman. Diklat secara sendiri ialah Diklat

yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan dan di persiapkan sendiri

oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori,


sedangkan Diklat pengiriman ialah Diklat yang perencanaan nya dilakukan oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupatan Supiori namun

pelaksanaanya dilakukan pengiriman , atau melibatkan pihak lain , alasannya

yaitu karena jumlah peserta diklat yang sedikit atau tidak tersedianya sarana dan

tenaga pengajar yang kompeten, sehingga tidak memungkinkan BPKAD

Kabupaten Supiori untuk melaksanakan Diklatnya secara sendiri. Dari

pemaparaan data pelaksanaan diklat oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Supiori pada tahun 2015-2017 diatas terlihat bahwa Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori telah melaksanakan

Diklat dengan predikat sangat baik dalam upaya meningkatkan kinerja Pegawai

BPKAD Kabupaten Supiori. Hal tersebut dibuktikan oleh keberhasilan capaian

realisasi kinerja yang setiap tahun nya mengalami peningkatan capaian.

B. PROMOSI Promosi adalah proses kegiatan pemindahan pegawai dari suatu

jabatan kepada jabatan lain yang lebih tinggi. Dengan demikian promosi akan

selalu diikuti oleh tugas, tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi dari

jabatan yang diduduki sebelumnya. Promosi juga merupakan sarana yang dapat

mendorong pegawai untuk lebih baik atau lebih bersemangat dalam melakukan

suatu pekerjaan, dengan melihat fakta tersebut maka penilaian kerja yang

mengarah pada promosi jabatan harus dilakukan dengan efektif agar dapat

diterima semua pihaktanpa ada yang merasa dirugikan Promosi mempunyai arti

penting bagi sebuah instansi karena dengan adanya promosi akan dapat

meningkatkan semangat kerja pegawai. Jika promosi direalisasikan kepada

pegawai yang berprestasi tinggi maka akan menimbulkan rangsangan bagi para
pegawai untuk meningkatkan semangat kerja. Promosi pada dasarnya mempunyai

nilai karena dengan promosi berarti ada kesempatan bagi pegawai untuk maju

disamping itu promosi merupakan bukti pengakuan antara lain terhadap prestasi

kerja yang dicapai pegawai. Pengakuan dalam hal ini bersifat relatif dan bukan

mutlak artinya dapat saja seorang dapat dipromosikan karena dianggap

mempunyai prestasi rata-rata lebih tinggi dari pegawai lain, meskipun dari

pimpinan yang belum memuaskan. Pada umumnya pegawai yang akan

dipromosikan harus memenuhi persyaratan pendidikan dan prestasi kerja yang

baik, sehingga setelah dipromosikan akan terjadi peningkatan kinerja. Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori dalam hal ini Bidang

Mutasi sangat berperan penting dalam proses promosi pegawai guna

meningkatkan kinerja aparatur sipil Negara BPKAD Kabupaten Supiori, program

promosi dalam hal ini dikerjakan oleh Bidang Mutasi yang terbagi dalam Sub

Bidang Kepangkatan Pegawai di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Supiori. Proses promosi pegawai di Kabupaten Supiori oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori merupakan tanggung

jawab tugas dan fungsi dari Sub Bidang Kepangkatan Pegawai yang berada

dibawah komando Bidang Mutasi, dalam proses promosi atau penempatan

seorang pegawai dalam suatu jabatan, Sub Bidang kepangkatan pegawai perlu

memperhatikan pengalaman, pendidikan dan prestasi kerja. 1) Pengalaman

Tingkat senioritas pegawai dalam banyak hal ini seringkali dipergunakan sebagai

salah satu syarat untuk melaksanakan promosi. Dalam senioritas tercermin pula

pengertian usia, selain itu pegawai yang akan dipromosikan jabatannya itu
hendaknya disesuaikan dengan kualifikasi dan pengalamannya. Senioritas pada

dasarnya merupakan salah satu bentuk penghargaan organisasi kepada tenaga

kerja atas kesetiaan dan dedikasi kepada organisasi. Karena itu sistem ini akan

mendorong tenaga kerja untuk bersikap lebih loyal dan setia kepada instansinya.

Dalam menempatkan seorang pegawai dalam suatu jabatan perlu juga

diperhatikan tingkat senioritas atau pengalaman kerja pegawai yang bersangkutan

karena pegawai yang berpengalaman banyak dalam hal pekerjaan tentunya

memiliki kemampuan lebih dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang

akan diberikan sehingga hal ini juga akan memudahkan mereka dengan pekerjaan

yang dibebankan, oleh karena itu salah satu indikator seorang pegawai

dipromosikan adalah dengan melihat pengalaman kerja pegawai tersebut, apakah

pegawai bersangkutan memiliki pengalaman yang cukup dan patut untuk

menduduki jabatan yang lowong. Pengalaman ini bisa diukur dari prestasi, hasil

kerja dan lamanya mengabdi. 2) Pendidikan Pendidikan dalam sebuah promosi

merupakan sebuah hal yang sangat penting, prinsip “the right man on the right

place” sangat penting diterapkan dalam suatu instansi. Sebab pegawai yang

ditempatkan dalam suatu jabatan atau pekerjaan disesuaikan dengan kualifikasi

pendidikannya dan hal ini adalah mutlak supaya kinerja yang dilakukan oleh

pegawai tersebut sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dimilikinya,

seandainya kualifikasi yang dimiliki tidak sesuai dengan bidang pekerjaannya

akan memunculkan masalah dikemudian hari dan juga supaya dapat memberikan

pengembangan dalam sebuah instansi secara tepat. Dengan kata lain pegawai yang

menempuh tingkat pendidikan tertentu menyebabkan seorang pegawai memiliki


pengetahuan tertentu. Orang dengan kemampuan dasar apabila mendapatkan

kesempatan - kesempatan pelatihan dan motivasi yang tepat, akan lebih mampu

dan cakap untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, dengan demikian jelas

bahwa pendidikan akan mempengaruhi kinerja Pegawai. Pendidikan sebagai salah

satu syarat untuk menentukan dalam proses pelaksanaan promosi jabatan pegawai

dengan pertimbangan bahwa latar belakang pendidikan yang tinggi pula terhadap

prospek kemajuan instansi dalam mencapai tujuannya 3) Prestasi Kerja Prestasi

kerja menjadi dasar penting dalam melaksanakan promosi karena dengan prestasi

kerja berarti ada kemampuan untuk menjalankan suatu jabatan atau tugas baru

yang dibebankan oleh instansi organisasi. secara pribadi pegawai yang dinilai,

sehingga demikian dapat diharapkan penilaian dapat dilakukan lebih obyektif.

Bertolak dari penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut dalam pelaksanaan

promosi oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori

masih ada pegawai yang dipromosikan berprestasi rendah. Pada tahun 2015 -

2017 proses promosi oleh Sub Bidang Kepangkatan Pegawai Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori sebagai mana tertera pada Rencana

Kerja Tahunan (RKT) dengan sasaran strategis peningkatan implementasi system

penghargaan pegawai. Dengan menyimak hasil wawancara diatas sudah jelas

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori sudah

memperhatikan penilaian prestasi kerja dalam pelaksanaan promosi pegawai. Hal

ini dapat dilihat dalam pemberian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)

pegawai yang obyektif. Selain itu, proses promosi pegawai oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Supiori yang dalam


pelaksanaannya perlu memperhatikan adanya landasan pengalaman, pendidikan

serta prestasi kerja dianggap sebagai salah satu strategi keberhasilan promosi

pegawai BPKAD Kabupaten Supiori, sehingga melalui promosi tersebut pegawai

diharapkan bisa dengan benar ditempatkan sesuai keahlian dan kemampuanya.

C. MUTASI Bidang mutasi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Supiori mempunyai tugas menyelenggarakan, membina dan

mengkordinasikan penempatan dan pengelolaan kepangkatan pegawai. adapun

fungsi yang dilaksanakan bidang mutasi yaitu memproses usulan PNS mutasi baik

internal maupun mutasi antar daerah, mengisi jabatan struktural, memproses

usulan pensiun baik PNS yang mencapai batas usia pensiun, meninggal dunia,

maupun permintaan sendiri, terlihat bahwa Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kabupaten Supiori yang dalam hal ini menjadi urusan Bidang Mutasi

telah memiliki tugas dan fungsi dalam upaya peningkatan kinerja pegawai melalui

pembinaan dan pengkoordinasian serta penempatan dan pengelolaan kepangkatan

pegawai. Selain itu pelayanan ini juga mempunyai slogan SMART yang

merupakan kependekan dari kata Simple, Menyenangkan, Akurat, Responsif, dan

Tanpa biaya. Sehingga pelayanan terpadu mutasi kepegawaian disebut juga

PELAYANAN SMART MUTASI KEPEGAWAIAN. Dari hasil penelitian diatas,

pelaksanaan program Mutasi pegawai yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian

Daerah Kabupaten Sleman dianggap terlaksana dengan sangat baik. Hal tersebut

dibuktikan oleh tercapainya persentase penempatan pejabat structural sesuai

kompetensi yang setiap tahunya tercapai dengan predikat sangat baik. Selain itu

keberhasilan pelaksanaan mutasi di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset


Daerah Kabupaten Supiori tidak terlepas oleh program unggulan pelayanan

SMART mutasi kepegawaian, yang menjadikan pelaksanaan mutasi menjadi leih

simple, menyenangkan, akurat, responsif dan transparan

Anda mungkin juga menyukai