Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : DARA FERLENA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041571971

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4533/ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Kode/Nama UPBJJ : 15/PANGKALPINANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Penerapkan Prinsip Keadilan Dalam Praktek Pengelolaan Pemerintahan Menyangkut
Keadilan Dalam Promosi Pegawai, Keadailan Dalam Penilaian Pegawai Dan Keadilan
Dalam Sistem Remunerasi

Definis Keadilan
Keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang
apa yang semestinya. Konsepsi keadilan sebagai kategori pemikiran dan entitas yaitu ide, nilai
atau kebaikan. Keadilan merupakan suatu nilai yangs angat luhur, Pada perserikatan manusia yang
disebut negara dengan mekanisme pemerintahan yang mengatur dan mengurus kehidupan bersama
dari sutu bangsa, keadilan merupakan faktor utama bagi terwujudnya ketertiban umum dan
kesejahteraan bersama. Tanpa keadilan sebagai suatu nilai sangat luhur yang dijunjung tinggi oleh
seluruh aparatur negara dan segenap warga negara maka hanya akan terlaksana suatu
pemerintahan yang mengandung kezaliman dan pertentangan. Dalam suatu kehidupan negara,
keadilan merupakan nilai sangat luhur bagi terwujudnya ketertiban, bangsa yang bersatu dan
kehidupan yang aman, damai dan tenteram. Oleh karenanya pemerintah wajib menyelenggarakan
pengaturan dan pengurusan kehidupan masyarakat secara adil sehingga terselenggara
pemerintahan yang adil.
Keadilan merupakan kebajikan moral yang utama, yang pokok atau yang terpenting untuk
diperkembangkan pada para administrator pemerintahan sehingga setiap administrator dari
kedudukan yang terendah sampai jabatan yang tertinggi dapat terbina jiwa keadilan dalam budi
pikiran, hasrat kemauan, dan hati sanubarinya secara kokoh. Tanpa jiwa keadilan sebagai
landasannya dan berbagai kebajikan moral lainnya sebagai pedoman, seseorang administrator
pemerintah mudah sekali tergoda oleh kekuasaan jabatannya dan terjerumus dalam berbagai
keburukan. Kebajikan merupakan ganjarannya itu sendiri karena bilamana dimilki seseorang
merupakan sebuah pahala sendiri bagi diri pribadinya dan sekaligus juga meupakan sutu
kesenangan sejati.
Sebuah Negara yang baik dengan pemerintahnya yang bijak harus memiliki suatu tujuan
untuk mengembangkan kebajikan-kebajikan moral pada segenap administrator pemerintahannya.
Setiap administrator pemerintahan wajib mengembangkan diri sehingga menjadi seseorang yang
mempunyai berbagai kebajikan moral, terutama keadilan. Pengembangan diri menjadi orang yang
adil tergolong sebagai pengembangan watak yang sangat penting untuk memajukan moral. Setiap
administrator pemerintah yang adil wajib melakukan pula tindakan yang adil dalam pelaksanaan
tugasnya. ciri-ciri dari suatu tindakan yang adil antara lain memperlakukan semua orang secara
sma, memberikan perlakuan yang layak, memperbaiki kesalahan yang terjadi dan menerapkan
ajaran-ajaran keadilan yang telah berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Keadilan dalam promosi pegawai dalam pemerintahan
Promosi berasal dari promotion yang berarti peningkatan. Promosi merupakan salah satu
bagian dari upaya pembinaan karir pegawai. Promosi, menurut Nitisemito (1982: 134) adalah
kegiatan pemindahan karyawan dari satu jabatan kejabatan lain yang lebih tinggi. Promosi akan
selalu diikuti oleh tugas, tanggungjawab dan wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang
diduduki sebelumnya. Pada umumnya promosi juga diikuti dengan peningkatan income serta
fasilitas yang lain. Promosi mempunyai nilai karena promosi merupakan bukti pengakuan
terhadap prestasinya, disamping pertimbangan-pertimbangan yang lain meskipun mungkin
pimpinan menganggap prestasi yang ada belum memuaskannya. Setiap pegawai mendambakan
promosi karena dipandang sebagai penghargaan atas keberhasilan seseorang, ini menunjukan
prestasi kerja yang tinggi dalam menunaikan kewajiban pekerjaan dan jabatan yang dipangkunya
sekarang, tidak hanya itu, hal ini sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan dan potensi yang
bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi dalam organisasi.

Jabatan di pemerintahan memiliki fungsi strategis untuk mensinergikan kebijakan dengan


tujuan organisasi. Implikasinya adalah penguatan terhadap pola pengisian jabatan yang didasarkan
pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja tertentu yang sesuai dengan tingkatan dalam jabatan.
Secara normatif, pengisian jabatan berkorelasi dengan metode promosi jabatan yang menurut UU-
ASN terklasifikasi dalam 2 (dua) cara yaitu metode seleksi terbuka dan kompetetif serta metode
seleksi berdasarkan pertimbangan dari tim penilaian kinerja PNS. Upaya pemerintah menata
aparatur negara dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (UU
Kepegawaian), yang saat ini telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (UU- ASN).

Sejak diberlakukannya UU-ASN, pemerintah banyak berupaya melakukan pembenahan


terhadap perilaku administratif dan organisasi pada jabatan di level puncak, level menengah,
maupun level pelaksana. Secara empiris, perilaku administratif dan organisasi dominan
dipengaruhi oleh pejabat yang mengampu jabatan. Jabatan dalam konteks pemerintahan akan
berkorelasi dengan kewenangan. Adapun kewenangan akan melegitimasi kekuasaan yang
luarannya adalah kepentingan untuk merekayasa organisasi agar selaras dengan sasarannya. Atas
dasar itulah, jabatan menjadi sangat strategis untuk mencapai tujuan organisasi, melanggengkan
kekuasaan dan karenanya sarat akan kepentingan. Media untuk mendapatkan jabatan dalam
pemerintah melalui mekanisme promosi sebagaimana diaturdalam UU-ASN.

Berdasarkan UU Kepegawaian tersebut titik pokok persoalan dalam promosi adalah


harapan dan kepentingan pemerintah untuk meningkatkan kualitas PNS yang sejalan dengan tata
kelola pemerintahan yang baik. Sejatinya, kepentingan pembenahan ini bersifat ke dalam (internal
organisasi) sehingga dapat menata dan mengembangkan pola perilaku dan organisasi yang sejalan
dengan tujuannya. Karena itu, konsepk eadilan dalam promosi sepatutnya difokuskan pada
manajemen PNS, bukan pada sistem promosinya. Mencermati esensinya, maka manajemen PNS
lebih ditekankan pada norma, standar, dan prosedur. Perbaikannya dilakukan dengan cara
Pertama, pemantapan sistem manajemen. Peran PNS lebih difokuskan sebagai agen pembaharuan,
sebagai motivator dan fasilitator untuk peningkatan kualitas pelayanan; Kedua, peningkatan
profesionalisme SDM Aparatur yang ditunjang dengan integritas yang tinggi dan berorientasi pada
komitmen, tanggung jawab dan memaksimalkan efisiensi, kualitas, dan produktivitas. Dalam
rangka penguatan sistem promosi jabatan berbasis keadilan, perlu dilakukan inovasi berupa
Pertama, penguatan aspek perencanaan dalam rangka pengembangan karier berdasarkan pola
karier nasional; Kedua, penguatan pola management talent berdasarkan basis data kepegawaian,
sehingga dapat memetakan SDM Aparatur berdasarkan formasi dan kompetensi; Ketiga,
menciptakan standar pelatihan dan terukur, dengan didasarkan pada penilaian secara berkala dan
berkesinambungan

Keadilan Dalam Penilaian Pegawai

Penilaian kerja merupakan suatu proses organisasi dalam melihat kinerja pegawainya.
Tujuannya adalah memberikan masukan kepada pegawai dalam usaha memperbaiki kinerjanya
dan produktivitas organisasi. Oleh karena itu, penilaian kerja tidak hanya menilai tetapi juga
memperbaiki kinerja. Dalam rangka mencapai tujuan administrasi, khususnya yang berkenaan
dengan tujuan untuk memiliki sejumlah pegawai yang memenuhi syarat hingga dapat
dipergunakan secara efisien untuk membantu pimpinan dalam penyelanggaraan misi organisasi
serta untuk membantu setiap pegawai dalam meningkatkan kemampuannya baik dalam bidang
pengetahuan umum maupun kemahiran teknis menurut bidang tugasnya, diperlukan suatu alat
yang dapat memberikan informasi mengenai nilai hasil kerja seorang pegawai. Alat penilaian ini
dipergunakan sebagai bahan untuk menjamin objektivitas dalam pembinaan pegawai. Alat
penilaian ini mengandung beberapa aspek atau unsur pekerjaan yang dinilai untuk mengetahui
kinerja dari setiap pegawai negeri sipil. Hasil penilaian dari beberapa unsur ini dituangkan dalam
suatu daftar penilaian yang disebut Daftar Penilaian Pelakasanaan Pekerjaan (DP3), DP3 ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembinaan pegawai negeri sipil. DP3 memberikan
informasi secara berkeseinambungtan tentang kinerja dan kecenderungannya untuk setiap periode
tertentu. (setiap tahun).

Penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai negeri sipil adalah penilaian secara periodik
pelaksanaannya pekerjaan seorang pegawai negeri sipil. Tujuan penilaian kinerja adalah
mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan seorang pegawai negeri sipil dan mengetahui
kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pegawai negeri sipil uyang
bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya. Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembinaan pegawai negeri sipil antara lain adalah pengangkatan, kenaikan
pangkat, pengangkatan dalam jabatan, pendidikan dan pelatihan, serta pemberian penghargaan.
Penilaian keinerja pegawai negeri sipil dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1979 Tentang Peniliaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Dalam peraturan
tersebut ditegaskan bahwa sebagai usaha untuk menjamin objektivitas dalam pembinaan pegawai
negeri sipil berdasarkan sistem karir dan sistem prestasi kerja, diadakan suatu sistem penilaian atas
pelaksanaan pekerjaan tiap- tiap pegawai negeri sipil.

Keadilan Dalam Sistem Remunerasi


Menurut Sikula (1981), remunerasi diartikan sebagai berikut. A remuneration is reward
payment or reimbursement for services rendered. Remunerasi dimaksudkan sebagai suatu hadiah
pembayaran, atau balas jasa untuk jasa yang diberikan. Arti harfiah remunerasi adalah payment
atau penggajian. Arti lain adalah uang ataupun substitusi dari uang yang ditetapkan dengan
peraturan tertentu sebagai imbal balik suatu pekerjaan dan bersifat rutin, tidak termasuk lembur
dan honor. Hal ini dilaksanakan guna mendorong sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,
memelihara SDM yang produktif sehingga tidak pindah ke sektor swasta, membentuk perilaku
yang berorientasi pada pelayanan, serta mengurangi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah pemberian hadiah (penghargaan atas jasa dan
sebagainya); imbalan. Remunerasi dapat pula didefinisikan sebagai imbalan atau balas jasa yang
diberikan organisasi kepada tenaga kerja sebagai akibat dari prestasi yang telah diberikannya
dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Remunerasi merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang
berkaitan dengan masalah penghargaan finansial yang diterima karyawan sebagai ganti dari
pelaksanaan tugas organisasional. Dengan kata lain, remunerasi pada dasarnya merupakan suatu
hubungan tukar-menukar antara karyawan dan organisasi. Karyawan menukar tenaganya dengan
penghargaan finansial yang disediakan oleh organisasi. Pada instansi pemerintah, keadilan dalam
sistem remunerasi merupakan amanah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. Dengan
diterapkannya sistem remunerasi yang berkeadilan diharapkan pegawai negeri termotivasi untuk
bekerja lebih baik. Selama ini dalam menentukan besarnya gaji, pemerintah telah memasukkan
aspek beban kerja dan tanggung jawab, meskipun dalam prakteknya aspek kepangkatan dan
senioritas masih menjadi komponen utama dalam penetapan besarnya remunerasi.

Oleh karena itu, ketika semangat reformasi sampai pada sistem remunerasi, maka
pemerintah membuat kebijakan baru dengan memasukkan aspek tunjangan kinerja dalam
komponen remunerasi. Tunjangan kinerja adalah bentuk insentif yang diberikan kepada pegawai
berdasarkan pada capaian kinerja pegawai yang bersangkutan. Dengan adanya unsur tunjangan
kinerja dalam komponen remunerasi diharapkan sistem remunerasi pegawai negeri menjadi lebih
adil. Dan dengan adanya keadilan dalam remunerasi diharapkan dapat mencegah kesenjangan
kesejahteraan, baik antar Pegawai Negeri maupun antara Pegawai Negeri dengan pegawai swasta.
Secara sederhana konsep keadilan dalam sistem remunerasi adalah ketika organisasi mengaitkan
nilai input dari suatu pekerjaan atau jabatan dengan besarnya remunerasi. Artinya, semakin tinggi
input maka akan semakin tinggi pula remunerasi (output). Input suatu jabatan ditunjukkan dari
persyaratan suatu jabatan. Semakin tinggi persyaratan suatu jabatan, maka semakin tinggi pula
harga suatu jabatan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk menentukan keadilan dalam
remunerasi dapat dicapai melalui pembandingan antara jabatan yang satu dengan jabatan yang
lain dalam organisasi yang sama. Kegiatan membandingkan antara jabatan yang satu dengan
jabatan yang lain dalam suatu organisasi yang sama disebut evaluasi jabatan.

2. Uraikan secara singkat (2-3 halaman, 1.5 spasi) mengenai permasalahan penerapan
nilai-nilai keadilan yang terjadi di pemerintahan saat ini.
Sebuah negara dan pemerintah yang baik harus melaksanakan tujuan mengembangkan
kebajikan-kebajikan moral pada para petugasnya. orang yang adil menurut plato adalah seorang
yang bagian-bagian dari jiwanya yakni akal, emosi dam hasrat secara selaras menjalankan
fungsinya masing-masing dengan dikendalikan oleh akal. ciri-ciri dari orang yang adil menurut
beberapa cendikiawan pemikir ialah memiliki keutuhan watak, asas- asas hidup yang ajek, watak
yang tulus dan berkeinginan menjadi adil. Ciri-ciri dari suatu tindakan yang adil antara lain
memperlakukan semua orang secara sama, memberikan perlakuan yang layak, memperbaiki
kesalahan yang terjadi dan menerapkan ajaran-ajaran keadilan yang telah berkembang dalam
kehidupan masyarakat.

Cita-cita nasional bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
makmur. Walaupun cita-cita tersebut sudah dicanangkan sejak Indonesia merdeka, namun pada
kenyataanya pencapaiannya masih sangat jauh dari yang diharapkan. Perjuangan menuju keadilan
dan kesejahteraan sosial ternyata memang masih banyak kendala. Salah satu faktor yang menjadi
penghambat terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur tersebut adalah kurang ditegakannya
keadilan disemua lini kehidupan masyarakat dalam bernegara. Karena jika keadilan ditegakkan
dengan baik, maka kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara akan tercipta. Sila kelima, yang
seharusnya sudah terimplementasikan dengan baik dalam kehidupan, justru pada prakteknya,
implementasi dari sila tersebut tidak sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia saat ini, dimana masih
ada praktek diskriminasi dari para penguasa.
Sesunguhnya keadilan itu tidak perlu didefenisikan karena keadilan itu adalah sebuah
keputusan sikap, perasaan nurani dari individu atau kelompok, adil bagi pihak yang lain belum
tentu adil bagi pihak lain merasakan rasa (adil) yang sama, adil bagi penguasa belum tentu adil
bagi masyarkat, dan sebaliknya. Maka konsepnya, keadilan harus dibalut oleh kepastian hukum
yang jelas dengan catatan setiap kepastian hukum (aturan-aturan) harus memenuhi rasa nurani
masyarakat yang lebih banyak. Intinya adalah betul-betul tercipta penegakan hukum bukan
penegakan undang-undang.

Contoh ketidakadilan dibidang kesehatan yaitu Buruknya layanan kesehatan masih


menjadi keluhan dikalangan masyarakat yang kurang mampu di Indonesia. Hal tersebut dapat
dilihat dari berbagai aspek, mulai dari antrean yang panjang, kerumitan dalam mengurus
syarat-syarat administrasi, bahkan tidak jarang yang mendapat penolakan dari berbagai rumah
sakit. Hingga pungutan liar untuk memperoleh pengobatan gratis juga masih terjadi. Buruknya
pelayanan kesehatan yang diterima rakyat miskin menjadi potret bahwa keadilan belum bisa
ditegakkan dengan baik. Tapi disisi lain, orang kaya atau orang yang mempunyai jabatan/pangkat
tinggi justru mendapatkan pelayanan yang istimewa. Padahal dalam UUD 1945 pasal (28) H ayat
(2) tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa “setiap orang berhak mendapat kemudahan
dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan”. Tetapi pada kenyataannya rakyat miskin masih banyak mendapatkan
perlakuan diskriminasi dari pihak rumah sakit.

Diperlukan upaya yang tidak mudah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
sejahtera, paling tidak untuk menciptakan hal tersebut perlu ada kesadaran dari masing- masing
individu untuk merubahnya, jika perubahan itu bisa terlaksana dengan baik tentunya keadilan itu
akan dapat dengan mudah tercipta, baik dalam bidang hukum, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
lain-lainnya. Untuk menciptakan keadilan yang merata seperti yang tercermin dalam Pancasila
tepatnya sila kelima, peran dari pemerintah untuk mengupayakan hal tersebut sangat diperlukan.
Agar implementasi dari sila tersebut dapat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan
bukan malah merugikan masyarakat. Sebagai contoh dalam bidang kesehatan, pemerintah
membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan pelayanan kesehatan terhadap warga yang
kurang mampu, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi warga yang kurang
mampu serta meningkatkan partisipasi dan konsultasi kesehatan terhadap warga yang kurang
mampu.

3. Seandainya Saudara menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), apa langkah yang akan
Saudara lakukan dalam rangka menegakkan ajaran keadilan di organisasi pemerintahan.
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam rangka menegakan ajaran keadilan dilingkungan
pemerintahan adalah bersikap adil dalam setiap melaksanakan tugas, memperlakukan semua orang
secara sama tanpa pandang bulu tanpa memperhatikan atasan, rekan sejawat dan bawahan;
memberikan perlakuan yang layak; memperbaiki kesalahan yang terjadi dan menerapkan ajaran-
ajaran keadilan yang telah berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Sumber: BMP ADPU4430 Administrasi Kepegawaian (Eds.3)
BMP ADPU4533 Etika Administrasi Pemerintahan (eds.3)

Anda mungkin juga menyukai