Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ns. Pratiwi Arum Sari, S.

Kep
NIP : 199308132022032011
Coach : Wardoyo, SKM., M. Kes
Angkatan 2 Kelompok 3 Latsar CPNS Gol. III Prov. Lampung

Essay Sistem Merit pada Manajemen ASN

Kinerja dan kompetensi tinggi merupakan salah satu tuntutan yang harus dimiliki
ASN saat ini. Hal ini bisa diwujudkan jika proses penyaringan sumber daya manusia yang
unggul dilakukan dengan jujur dan benar sesuai dengan prosedur. Tata kelola pemerintahan
yang kredibel ditandai dengan membaiknya penguatan sistem birokrasi yang makin
transparan, efektif dan dapat diandalkan. Menyadari akan hal ini maka lahirlah paradigma
baru yang mengharuskan roda pemerintahan melakukan reformasi birokrasi. Secara prinsip
terdapat perubahan paradigma dalam bidang kepegawaian di Indonesia yakni Pegawai Negeri
Sipil yang dipilih merupakan pegawai yang berbasis kompetensi dasar dan prestasi kerja
dalam dalam rangka mewujudukan negara kesatuan Republik Indonesia. Meskipun pada
pelaksanaannya proses maupun tahapan pelaksanaan manajemen PNS belum serta merta
langsung mengalami banyak perubahan. Proses perubahan pada manajemen PNS era
Reformasi masih terus dalam proses penyempurnaan. Proses perubahan inipun terus
diupayakan untuk menjawab permasalahan yang terjadi.
Menindaklanjuti hal ini maka sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 5 tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Salah satu ketentuan didalamnya yakni
ditetapkannya penerapan sistem merit dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara dan lembaga
yang secara langsung mengawasi dan memastikan kebijakan tersebut berjalan secara efektif
adalah Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).
Apa itu sistem merit? Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politk, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan. Konsep sistem merit sudah dikenal dari jaman
dinasti Qin dan Han di Cina agar supaya jabatan di pemerintahan tidak hanya diduduki oleh
para bangsawan, tapi juga bisa diduduki oleh warga pedesaan yang memiliki kompetensi dan
kemampuan. Sistem ini kemudia semakin berkembang pada abad ke-17 di British India dan
selanjutnya menjadi sukses di Eropa dan kemudian di Amerika Serikat.
Bagaimana dengan Indonesia? Sejak awal kemerdekaan sampai sekarang, pemerintah
kita juga telah mengenal dan menerapkan sistem tersebut, akan tetapi penerapannya tidak
seperti yang diharapkan, terutama pada masa pemerintahan orde baru. Dengan alasan
tersebut, pada tahun 2014 yang dipelopori oleh Komisi II DPR RI, terbentuklah UU ASN
yang syarat dengan upaya menegakkan sistem Merit. Pada awalnya, UU ini pernah ditolak
oleh Pemerintah, bahkan terjadi demonstrasi penolakan terhadap UU ini, proses terbentuknya
UU ASN banyak menghadapi rintangan baik dari kalangan politik maupun birokrasi.
Sebagai penjabaran agenda prioritas RPJMN 2020-2024, penerapan sistem merit
ditetapkan sebagai satu dari tiga program prioritas bidang aparatur dalam RKP 2020, yaitu; 1)
peningkatan akuntabilitas kinerja, pengawasan dan reformasi birokrasi; 2) Peningkatan
inovasi dan kualitas pelayanan publik; dan 3) penguatan implementasi manajemen ASN
berbasis merit. Ada enam poin penting yang harus dicermati dari sistem Merit. Pertama,
tentang pengorganisasian perencanaan ASN didasarkan pada fungsi organisasi melalui
analisis jabatan dan analisis beban kerja, audit kepegawaian penyesuaian arah kebijakan
nasional. Kedua, rekrutmen berorientasi pada talenta terbaik, rekrutmen berbasis jabatan dan
sertifikasi. Ketiga, Pengembangan kapasitas dalam mengarungi kesenjangan kompetensi
dengan cara pelatihan 20 jam pertahun bagi tiap PNS, Keempat, Penilaian kinerja yang
berkelanjutan dengan cara membentuk tim penilai kinerja. Kelima, Promosi dan rotasi
menuju PNS yang dinamis dengan cara talent mapping (melalui assesement) dan career
planing (Open recrutment), Keenam, mengapresiasi secara layak dengan perubahan sistem
pensiun dan sistem kompensasi yang memadai.
Apa tujuan sistem merit? Sistem merit bertujuan untuk menciptakan kompetensi
sumber daya manusia yang profesional dan produktif sesuai manajemen ASN, yang menata
seleksi dan rekrutmen pegawai, pengembangan pegawai dan kesempatan setiap pegawai
dalam promosi jabatan. Sumber daya manusia berperan penting dalam segala aspek
kehidupan, mulai dari level mikro, yaitu keluarga, sampai masyarakat. Sementara,
manajemen sumber daya manusia merupakan sistem formal di dalam suatu organisasi guna
memastikan potensi sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif
dan efisien tersebut diperlukan sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu
memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi individu yang bekerja didalamnya.
Sebuah sistem yang efisien, efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas dari kepentingan
politik/individu/kelompok tertentu. Kondisi ini memberikan lingkungan yang kondusif bagi
pegawai untuk bekerja dan berkinerja karena merasa dihargai dan juga diperhatikan oleh
organisasi.

Undang-undang ASN memandang bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah aset
yang harus dikembangkan. Dengan dasar tersebut maka setiap ASN memiliki kesempatan
yang sama untuk meningkatkan kualitas diri masing-masing. Oleh karenanya setiap ASN
dimotivasi untuk memberikan yang terbaik. Sistem merit merupakan salah satu bentuk
motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas dirinya. Nilai strategis sistem merit
yaitu tentang seleksi kepegawaian, penempatan, promosi, dan kompensasi harus didasarkan
pada sistem prestasi dan kompetensi dan faktor lain, seperti nilai-nilai individu untuk
meningkatkan manajemen sumber daya manusia. Penerapan sistem merit tidak dipengaruhi
perekrutan menurut gender, usia, suku dan faktor nonmerit lainnya pada manajemen sumber
daya manusia dapat menarik pegawai yang tepat serta dapat mengembangkan potensi
pegawai untuk meningkatkan kapabilitasnya. Realisasi terap sistem merit dan kompetensi
dipercaya menunjang pertumbuhan ekonomi dan mereduksi korupsi, kolusi, nepotisme.
Melalui merit sistem, ASN akan mendapatkan bentuk rewards dan punishment sebagai
dampak dari produktivitas kerjanya dan diharapkan mampu memenuhi aspek equity
dikalangan ASN.

Dalam sistem merit berbagai keputusan dalam manajemen SDM didasari pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Open recruitment, talent management, fair assessment
adalah berbagai strategi yang didorong untuk dilakukan sebagai terjemahan konsepsi merit
sistem ini. Dalam sistem merit juga, penggajian, promosi, mutasi, pengembangan
kompetensi dan lain-lain keputusan juga didasarkan sepenuhnya pada penilaian kinerja, uji
kompetensi, dan juga pertimbangan kualifikasi dan tidak berdasarkan pada kedekatan dan
rasa kasihan. Berbagai praktik yang mencerminkan ketidaksiapan penerapan sistem merit
dalam hal buruknya mutu pelayanan dankinerja aparat negara. Sistem pembayaran gaji yang
tidak memadai sering kali membuat pegawai bekerja tidak optimal dan dapat memicu
terjadinya praktik korupsi. Penilaian kinerja menjadi titik kritis di Indonesia saat ini ketika
dikaitkan dengan pemberian tunjangan kinerja (dilevel pemerintah daerah terdapat berbagai
istilah yang digunakan misalnya istilah tunjangan daerah).

Bagaimana sistem merit di Indonesia saat ini? Kinerja birokrasi yang buruk pada pegawai
negeri sipil sering kali diidentifikasi sebagai penjelasan dari menurunnya kepercayaan
masyarakat pada pemerintah. Seiring berjalannya waktu, gerakan reformasi manajemen
sumber daya manusia terjadi dengan kemunculan desentralisasi. Merespons tantangan
reformasi tersebut, pemerintah Indonesia dalam menyikapi the decline of citizen-trust
mencoba menerapkan kebijakan desentralisasi dan sistem merit dalam proses seleksi dan
rekrutmen calon pegawai sipil negara. Merekrut individu yang kompeten dalam melayani
publik tidak hanya tergantung pada sistem manajemen SDM. Dalam recruitment, kualifikasi
dan kompetensi menjadi pertimbangan seseorang untuk menjadi pegawai ASN. Computer
Assisted Test merupakan salah satu sistem seleksi yang menggunakan alat bantu komputer
untuk memperoleh lulusan yang memenuhi standar minimal kompetensi yang telah dibuat
pada peraturan nilai ambang batas. Proses Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) menunjukkan
bagian dari rangkaian kegiatan seleksi yang dimaksudkan untuk menggali pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku peserta ujian. Badan Kepegawaian Negara menyatakan bahwa
metode Computer Assisted Test harus digunakan dalam proses dan seleksi rekrutmen Calon
Pegawai Negeri Sipil (PNS), seleksi Calon Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK), seleksi masuk sekolah kedinasan, seleksi pengembangan karier, dan seleksi selain
Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menunjang penyaringan pegawai secara objektif,
transparan, akuntabel, dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Bagaimana menerapkan sistem merit dalam pengelolaan ASN? ASN di Indonesia


terdiri atas dua komponen yaitu PNS dan PPPK, maka prinsip merit ini juga diterapkan
pada kedua jenis komponen tersebut. Semua fungsi dan komponen dalam manajemen ASN
sebagaimana tercantum dalam Pasal 55 yaitu mengatur tentang manajemen PNS dan pasal
93 yaitu mengatur manajemen PPPK, UU ASN harus menerapkan sistem merit ini. Dalam
pengelolaan ASN, organisasi memiliki tugas untuk memaksimalisasikan efektivitas pegawai
dalam organisasi dan juga memenuhi kepuasan pegawai melalui berbagai hal seperti
kompensasi, kesempatan berkembang, jaminan karir dan juga kepuasan dalam melaksanakan
pekerjaan.

Bagaimana langkah pemerintah untuk mengawasi sistem merit di Indonesia? Saat ini
pemerintah telah mambuat inovasi agar instansi pemerintah dapat menilai secara mandiri
penerapan sistem merit dalam manajemen ASN di instansi pemerintah masing-masing melaui
Aplikasi SIPINTER (Sistem Informasi Penilaian Mandiri Penerapan Sistem Merit). Penilaian
ini bersifat obyektif dan terstandar berdasarkan metode self-assesment atau penilaian mandiri
sesuai dengan Peraturan KASN No. 5/2017. Hasil penilaian menghasilkan informasi tentang
tingkat penerapan sistem merit di masing-masing instansi pemerintah dan rekomendasi
perbaikan terhadap aspek manajemen ASN yang belum memenuhi prinsip merit. Hasil
tersebut juga dapat digunakan oleh KASN sebagai instrumen penentuan kelayakan sebuah
instansi untuk dikecualikan dari seleksi terbuka serta diberikan kesempatan melakukan
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) melalui talent pool. U

Dengan adanya Sistem merit, memperlihatkan bahwa pemerintah serius untuk


menerapkan obyektifitas dalam manajemen ASN dan juga keharusan semua instansi
pemerintah untuk menerapkan sistem merit dalam pengelolaan ASN-nya. Prinsip keadilan
dan kewajaran harus diterapkan untuk menjamin karir ASN yang jelas dan juga untuk tujuan
peningkatan akuntabilitas kinerja pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai