PENDAHULUAN
1
seberapa jauh penggunaan kewenangan dilakukan oleh pemerintah.
Kewenangan yang berlebihan maupun kurang dapat menimbulkan
konsekuensi ekstrem (abuse of power) bagi pemerintah. Sedangkan isu
pelayanan berkaitan dengan apakah penggunaan kewenangan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal layanan sivil maupun
layanan publik. Dalam paradigma pemerintahan lama, persoalan pertama
menjadi isu penting yang meletakkan pemerintah sebagai sentral yang
dilayani.Di lndonesia sekelompok orang yang berstatus sebagai
pemerintah dan diletakkan sebagai elite yang dilayani di masalalu disebut
pangrehpraja. Sementara itu,kedua kini menjadi paradigma baru
pemerintahan (kibernolog) dimana posisi mereka yang dilayanilenjadi
fokus utama yangdilayani. Dalam hubungan itu, peran pemerintah
mengalami pergeseran posisi yang kemudian dikenal dengan istilah
PamongPraja.
2
Kepamongprajaan adalah kemampuan menyelenggarakan
pemerintahan dalamnegeri. Aparat yang memiliki kemampuan itu disebut
Pamongpraja. Padanan makna lain dari kepamongprajaan dapat dilihat
dari istilah government yang berarti “pemerintah “ dan juga “ pemerintahan
“.Governance dapat diartikan juga pemerintah atau pemerintahan, namun
lebih dapat dilihat dari segi hasil (output) seperti bila penyelenggaraan
pemerintahan itu good (good governance), atau tidak baik (bad
governance) (TaliziduhuNdraha, 2010)
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
untuk memikirkan persoalan dan mencari alternatif baru penyelesaiannya.
Kompetensi konseptual dimaksudkan sebagai kemampuan melihat
gambaran besar masa depan sehingga mampu menguji berbagai
pengandaian dan mengubah perspektif, dan kompetensi untuk hidup
dalam ketergantungan dimaksudkan sebagai kemampuan untuk
berinteraksi secara efektif dengan orang lain, termasuk kemampuan
mendengar dan berkomunikasi, karena pudu dururnya profesi
pamongpraja esensi dasarnya adalah berhubungan langsung dengan
masYarakat. Dewasa ini, upaya peningkatan SDM pamongpraja dapat
dilihat dengan pelaksanaan diklat (pendidikan dan pelatihan) secara
berkala terhadap pamongpraja untuk mengembangkan kompetensi yang
dimilikinya Ternyata hal ini harus menjadi komitmen yang hendak
diwujudkan oleh pemerintah dalam meningkatkan pendidikan dan
pelatihan terhadap pegawai (pamongpraja). Setiap instansi pemerintahan
wajib menyusun rencana peningkatan SDM pamongpraja melalui
pendidikan dan pelatihan dalam rencana kerja anggaran tahunan dalam
rangka pengembangan kompetensi dan karier terhadap pamongpraja.
Sejalan dengan pendapat Thoha (2005)yang menyatakan bahwa dasar
pertimbangan instansi dalam melaksanakan diklat untuk para pegawainya
adalah pembinaan dan pengembangan karier pegawai yang
bersangkutan, kepentingan promosi tersedianya anggaran dan syarat-
syarat pegawai yang mengikuti diklat. Dalam melakukan pendidikan dan
pelatihan, secara garis besar ada dua pendekatan yang dapat digunakan,
yaitu pendekatan off the job training dan on the jobtraining. Pertama,
pendekatan off the job haining merupakan pendekatan diklat yang
dilakukan diluar tempat pemusatan pelatihan seperti badan diklat atau
pusat pengembangan pegawai dan identik dengan waktu pelaksanaan
yang pendek, namun tetap memberi bekal pengetahuan terkait
penyelenggaraan pemerintahan secara khusus Seperti, pelaksanaan
seminar terkait pengelolaan tata naskah dinas, pengadaan barang dan
jasa dan tata penyuslnan LAKIP. Kemudian, membentuk tim untuk
pemecahan suatu masalah pemerintahan, seperti penanggulangan banjir
5
yang berorientasi go green,mengentaskan kemiskinan dan
caramengentaskan buta huruf, dimana selanjutnya keberhasilan tim
tersebut dinilai oleh pembina suatu instansi dan menjadi tolak ukur
pembina untuk mengetahui apakah pegawainya telah memiliki
peningkatan kompetensi ataukah belum dan contoh yang terakhir
melaksanakan kegiatan gladi menjemen melalui simulasi terkait
penyelenggaraan pemerintahan, seperti simulasi pengadaan barang dan
jasa, simulasi penataan kearsipan yang baik dan benar, dan simulasi
pelaksanaan pelayanan umum kepada masyarakat. Kedua, pendekatan
on the job training yang merupakan diklat bagi pamongpraja dengan
belajar langsung di tempat kerjanya, menyesuaikan dengan metode kerja,
melakukan adaptasi dengan pekerjaan, menggunakan media kerja atau
alat kerja secara langsung. Metode diklat seperti hampir sama dengan
proses magang. Dimana adanya interaksi terhadap fasilitator/pembina
pada suatu instansi. Sama halnya penerapan pada pegawai, dalam
rangka meningkatkan kompetensinya mereka diberikan kesempatan untuk
membantu menyelesaikan seluruh pekerjaan suatu instansi melalui
bimbingan fasfitator/pembina di instansi tersebut dan memberikan
kesempatan secara mandiri dalam menyelesaikan masalah instansi.
6
1. Pamongpraja adalah pengamong pemeintahan.
7
untuk mengontrol dan mengoreksi diri sendiri dan tidak melindungi
sesama yang melanggar hukum atau mencemari kode etik
kepamongprajaan.
8
terlebih keahlian umum, seperti pembuat kebijakan, conducting
(penghubung), dan coordinating (koordinasi).
9
2.2 Kaderisasi Pamongpraja
10
S2, dan S3 untuk menyiapkan tenaga pamongpraja berkualitas akademik.
Kedua, menyelenggarakan program pendidikan vaksional untuk
membentuk tenaga-t enaga terampil siap pakai melalui program diploma
yang bersifat terminal dari calon-calon yang merasa terpanggil untuk
mengabdi pada nusa dan bangsa. Ketiga, menyelenggarakan pendidikan
profesional untuk membekali tenaga-tenaga sarjana di berbagai keahlian
spesialisasi pemerintahan dalam negeri, dengan kualitas pamongpraja.
11
pamongpraja tersebut. Inilah wujud pendidikan kaderisasi awal bagi
seorang pamongpraja. Ndraha menyatakan bahwa pendidikan kaderisasi
pamongpraja merupakan sebuah proses siklir atau sirkuler, yang terdiri
atas sejumlah komponen dasar, yaitu kontak nilai, dari dalam atau dari
luar; seleksi nilai, berdasarkan kebutuhan dan kemampuan;penetapan
nilai menjadi norma, melalui kesepakatan atau paksaan; penanaman
(internalisasi, transfer) nilai; pengembangan (penambahan, penciptaan)
nilai; kontrol nilai; nilai (gutu, manfaat, makna); pewarisan nilai, nilai yang
diwariskan kontak dengan nilai lainnya.Padapenjelasannya, nilai itu
sebenarnya abstrak, harus ada suatu entitas yang menjadi kendaraan
bagi nilai tersebut, kendaraan itulah yang akan membuat nilai menjadi
jelas dan nyata. Nilai menjadi jelas jika ada pengetahuan dan menjadi
nyata bila ada contoh atau teladan yang menjadi panutan dan
motivatornya. Nilai tidak bisa diinternalisasi tanpa adanya pengetahuan
sebagai kendaraannya. Internalisasi nilai tentunya harus melalui
pengajaran (penanaman nilai) agar tertanam dengan jelas di dalam diri
peserta didik (pamongpraja), melalui pelatihan (pengembangan nilai) agar
penggunaannya mahir dan membudaya, melalui pengasuhan (kontrol
nilai) contoh dan teladan dapat diberikan dan ditanamkan oleh pengasuh
agar nilainya menjadi nyata,208 karena melalui pengasuhan kader
pamongpraja diberikan tuntutan untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian, untuk selanjutnya, pelaksanaan pendidikan
akademik program linier S l, S2, dan S3 diadakan sebagai jenjang lanjutan
pendidikan kader pamongpraja, sehingga produk kader pamongpraja
IPDN dapat memberikan jaminan pengetahuan terkait penyelenggraan
pemerintahan. Untuk program pendidikan profesional merupakan bagian
dari lanjutan jenjang pendidikan pamongpraja yang memberikan
pendidikan bagi tenaga-tenaga sarjana di berbagai keahlian spesialis
pemerintahan. Jadi, pada dasarnya produk pamongpraja dari IPDN
dibekali pengetahuan generalis sekaligus spesialis. Mengetahui sedikit
rentang banyak hal dan mengetahui banyak terhadap suatu hal. Tentunya
harapan dari kaderisasi pamongpraja ini adalah dapat
12
menumbuhkembangkan kompetensi yang dimiliki oleh kader
pamongpraja, sehingga dapat berkontribusi besar untuk penyelenggaraan
negara, utamanya pembangunan menuju kesejahteraan rakyat. Pada
intinya, program diploma adalah terminal bagi kader pelaksana,
sedangkan program strata merupakan program berkelanjutan bagi kader
staf dan pimpinan.
13
kelamin, status pernikahan, umut atau kondisi kecacatan. Berkaitan
dengan hal tersebut, untuk sistem penggajian dan kenaikanjabatan
semuanya didasarkan atas pelaksanaan sistem merit, dimana
penilaiannya didasarkan atas kompetensi yang dimiliki oleh pegawai.
Sebagai pamongpraja, barang tentulah memiliki kompetensi yang lebih
unggul dibandingkan pegawaipegawai pemerintahan lain yang lulus
melalui tes reguler. Sebagai pemong praja yang telah dipersiapkan dan
dibekali ilmu-imu pemerintahan sebagai kompetensinya, jaminan akan
kenaikan gaji dan kenaikan jabatan akan berada ditangan mereka. OIeh
karena seorangpamongpraja memiliki keistimewaan dalam desain
pemerintah, maka tak berlebihan jika diberikan kebijakan pula sejumlah
atribut istimewa. Keistimewaan yang dimaksud ialah mulai dari keinginan
yang timbul sendiri dari hati untuk terpanggil mengabdi kepada negara,
melewati proses rekrutmen yang sangat ketat hingga proses pendidikan
yang ditempa dengan keras demi mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan
terkait penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pembangunan
menuju kesejahteraan rakyat. Jadi, sangatlah pantas seorang
pamongpraja memperoleh kemudahan dalam memperoleh jabatan,
kenaikan gaji dan kenaikan pangkat. Usaha akan selalu berbanding lurus
dengan hasil dan berusaha tidak mengkhianati hasil. Demikianlah
perumpamaan seorang pamongpraja dengan kebijakan yang semestinya
dan hendak diperoleh.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16