PENDAHULUAN
dan ilmu politik hampir 120 tahun, sejak Woodrow Wilson, yang kemudian menjadi
Presiden Amerika Serikat ke 27, memperkenalkan bidang studi tersebut kira-kira 125
tahun yang lalu. Tetapi selama itu governance hanya digunakan dalam literatur politik
dengan pengertian yang sempit. Oleh para teoritisi dan praktisi administrasi Negara
bertanggungjawab (LAN) dan ada juga yang mengartikan secara sempit sebagai
otoritas tadi. Sedangkan dalam governance mengandung makna bagaimana cara suatu
yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, dalam konsep governance terkandung
unsur demokratis, adil, transparan, rule of law, participation dan kemitraan. Mungkin
Sciences) adalah yang paling tepat meng-capture makna tersebut yakni “the process
whereby elements in society wield power and authority, and influence and enact
1
policies and decisions concerning public life, economic and social development”.
Terjemahan dalam bahasa kita adalah “proses dimana berbagai unsur dalam
kebijakan dan keputusan tentang kehidupan publik, serta pembangunan ekonomi dan
sosial.
Ada tiga pilar pokok yang mendukung kemampuan suatu bangsa dalam
melaksanakan good governance, yakni: pemerintah, civil society dan dunia usaha.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab baru tercapai bila
dalam penerapan otoritas politik, ekonomi dan administrasi ketiga unsur tersebut
memiliki jaringan dan interaksi yang setara dan sinerjik. Interaksi dan kemitraan
seperti itu biasanya baru dapat berkembang subur bila ada kepercayaan (trust),
transparansi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan pasti, Good Governance yang
sehat juga akan berkembang sehat di bawah kepemimpinan yang berwibawa dan
informasi. Kondisi ini memberikan dampak terhadap pola perilaku dan pola pikir
keputusan. Masyarakat pada saat ini sudah semakin kritis dalam mencermati
keluar dari jalur yang semestinya, akan cepat mendapat reaksi dari masyarakat baik
2
secara langsung melalui demonstrasi atau unjuk rasa maupun secara tidak langsung
perubahan yang semuanya mengarah pada suatu harapan yaitu terwujudnya kondisi
atau keadaan yang jauh lebih baik, baik kondisi masyarakat maupun penyelenggaraan
serta terjadinya pergeseran tuntutan pelayanan publik kearah yang lebih transparan,
berkembang saat ini. Keinginan untuk perubahan tersebut bermuara dari semakin
Selain itu semakin mandirinya mass media yang didukung oleh teknologi
informasi dan komunikasi yang semakin canggih dan terbuka lebar juga memberikan
berbagai instansi pemerintah yang dalam tugas dan fungsinya berbeda-beda namun
menciptakan masyarakat yang adil dan merata, maka salah satu upaya yang dilakukan
kualitas dan kuantitas pelayanan yang profesional oleh para pegawai yang ada, sebab
3
pelaksanan pembangunan yang merata di seluruh wilayah Negara Indonesia sangat
pemerintah atau dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk meningkatkan
kualitas kerja pegawai agar lebih memiliki sikap dan perilaku yang berlandaskan
kepada pengabdian, kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan keadilan, sehingga dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pegawai negeri berhasil dengan baik serta
disebutkan di atas, maka perlu dilaksanakan pembinaan yang baik dan teratur,
dilakukan secara terus menerus dengan berdasarkan pada perpaduan sistem prestasi
kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi peluang bagi Pegawai Negeri Sipil yang berprestasi
sehat. Selain itu, untuk meningkatkan profesionalisme dan prestasi kerja atau kinerja
pemberian gaji atau bentuk lainnya, sehingga setiap pegawai tentunya akan lebih
ditangani secara khusus, untuk itu perlu adanya bagian yang mengurus segala hal
4
pemerintahan demokratis yang berazas pada good governance, diperlukan pula
Sipil.
Sipil.
Negeri Sipil.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Kepegawaian Daerah.
kelembagaan yang mengelola sumber daya aparatur. Selama ini, daerah otonom
hanya memiliki kewenangan terbatas dalam pengelolaan sumber daya aparatur, antara
5
lain menyangkut usulan kenaikan pangkat, usulan mutasi, usulan pengisian jabatan
kerja dan usulan pemberhentian, sedangkan keputusan terakhir tetap berada di tangan
kepada daerah. Untuk memberi landasan yang kuat bagi pelaksanaan desentralisasi
Negeri Sipil secara nasional tentang norma, standar, dan prosedur yang sama dan
maka unit pengelola sumber daya aparatur dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil sudah
selayaknya ditangani oleh sebuah lembaga teknis daerah berbentuk badan atau kantor.
untuk meningkatkan pelayanan dan kinerja pegawai dalam rangka menunjang tugas
sangat tergantung pada kesempurnaan dari pegawai yang berada didalamnya yang
mampu bekerja secara profesional, efektif dan efisien guna meningkatkan kelancaran
roda pemerintahan.
didorong oleh Pemerintah (pusat) dengan maksud agar setiap daerah semakin lebih
Langkah nyata yang telah. dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah ditetapkannya
6
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 sudah diberlakukan selama lima tahun, namun demikian dalam kurun
waktu tersebut, muncul akses yang menyertai penyelenggaraan otonomi daerah, khususnya
Sipil (PNS) di daerah. Hal tersebut nampak dengan adanya kecenderungan para pejabat
pembinaan karier secara nasional dari luar daerah, meskipun daerah setempat
kekurangan pegawai yang kompeten sesuai dengan bidang tugas dan fimgsi yang harus
akuratnya data PNS Daerah yang tersimpan dalam database PNS di tingkat nasional antara lain
tersendiri bagi birokrasi dalam upaya menciptakan pemerintahan yang baik, pemerintahan yang
bersih, dan berwibawa. Pemanfaatan teknologi informasi dalam birokrasi secara tepat guna,
dengan didukung kualitas sumber daya manusia yang baik akan mampu meningkatkan efisiensi
ketersediaan sarana tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara tepat guna dan tidak didukung
dengan sumber daya manusia yang berkualitas baik, maka hal tersebut hanya akan menciptakan
7
Permasalahan klasik kepegawaian yang sering timbul berkaitan dengan kurang
Kesalahan data PNS pada surat keputusan mutasi kepegawaian yang ditetapkan oleh
pejabat kepegawaian, hal demikian terjadi (pada umumnya) dikarenakan dalam proses
pembuatan keputusan tersebut tidak didukung dengan data yang akurat dan mutakhir.
informasi PNS secara cepat, tepat dan akurat, setiap saat diperlukan dalam rangka
Sedangkan pemeliharaan data PNS secara manual kurang dapat mengimbangi percepatan
Dari permasalahan klasik yang selalu terjadi setiap tahunnya tersebut tidak
terlepas dari komitmen para pimpinan di tiap-tiap organisasi publik, terutama dalam
hal ini yang berkaitan dengan fungsi manajemen kepegawaian adalah pimpinan dari
BKD itu sendiri. Untuk itu BKD dibentuk untuk kelancaran pelaksanaan manajemen PNS
Daerah. Sebagai unsur pelaksana tugas kepegawaian daerah, BKD Kabupaten Pati
mempunyai volume tugas dan fungsi yang amat vital mencakup seluruh proses
pengembangan Pegawai Negeri Sipil di Daerah, mulai dari tahap seleksi, pengembangan
serta pensiun pegawai. Makna kesejahteraan bagi PNS adalah dimana penghasilan PNS
dapat memenuhi tingkat hidup layak bagi diri dan keluarganya, yang didukung dengan
sistern penghargaan non materiil yang adil dan rasional, sehingga mampu menumbuhkan
motivasi yang selanjutnya memacu peningkatan kinerja, dan terciptanya aparatur yang
Keberhasilan suatu organisasi dalam hal ini efektivitas pelaksanaan tugas dan
fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati, tidak terlepas dari adanya dukungan
8
dari kejelasan peran masing-masing anggota organisasi, koordinasi antara pimpinan
dengan seluruh anggota organisasi serta motivasi kerja dari pegawai untuk melaksanakan
teknis daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi
Pamong Praja. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati mempunyai tugas pokok
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai norma, standar dan prosedur yang
pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional sesuai norma,
Daerah;
9
h. Penyelenggaraan administrasi kepegawaian;
Nasional;
latihan;
telah tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati selama tiga tahun terakhir adalah dapat dilihat
TABEL I. 1
TINGKAT CAPAIAN SASARAN DAN PROGRAM
BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
10
KABUPATEN PATI TAHUN 2006
PERSENTASE
NO. SASARAN PROGRAM CAPAIAN
PROGRAM
1. Pelayanan Prima Pelayanan Administrasi
90%
Terhadap Aparatur Perkantoran
Daerah Kabupaten Pati Peningkatan Sarana Dan
70%
Prasarana Aparatur
Peningkatan Disiplin
70%
Aparatur
2. Arah Kebijakan Di Pembinaan Dan 65%
Dalam Administrasi Pengembangan Aparatur
Kepegawaian Dan
Pengembangannya
3. Terlaksananya Sistem Peningkatan Pengembangan 70%
Informasi Sistem Pelaporan Capaian
Kepegawaian Daerah Kinerja Dan Keuangan
Di Lingkungan
Aparatur
4. Pedoman Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas 60%
Di Bidang Sumber Daya Aparatur
Administrasi
Kepegawaian Di
Lingkungan
Pemerintah Kabupaten
Pati
PERSENTASE RATA-RATA 72%
Sumber : Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati, 2006
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa dari
keseluruhan program pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati selama tahun
yaitu sebesar 90% dan yang terendah pencapaiannya adalah Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Aparatur yaitu hanya 60%. Dan dari keseluruhan program
yang ada, belum ada satupun program yang mencapai seratus persen (100%),
sedangkan apabila dicari persentase rata-rata dari keseluruhan program maka dapat
TABEL I. 2
TINGKAT CAPAIAN SASARAN DAN PROGRAM
BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
11
KABUPATEN PATI TAHUN 2007
PERSENTASE
NO. SASARAN PROGRAM CAPAIAN
PROGRAM
1. Pelayanan Prima Pelayanan Administrasi
100%
Terhadap Aparatur Perkantoran
Daerah Kabupaten Peningkatan Sarana Dan
80%
Pati Prasarana Aparatur
Peningkatan Disiplin Aparatur 85%
2. Arah Kebijakan Di Pembinaan Dan 65%
Dalam Administrasi Pengembangan Aparatur
Kepegawaian Dan
Pengembangannya
3. Terlaksananya Peningkatan Pengembangan 80%
Sistem Informasi Sistem Pelaporan Capaian
Kepegawaian Kinerja Dan Keuangan
Daerah Di
Lingkungan
Aparatur
4. Pedoman Peningkatan Kapasitas 70%
Pelaksanaan Di Sumber Daya Aparatur
Bidang Administrasi
Kepegawaian Di
Lingkungan
Pemerintah
Kabupaten Pati
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa dari
keseluruhan program pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati selama tahun
Perkantoran yaitu sebesar 100% dan yang terendah pencapaiannya adalah Program
Pembinaan dan Pengembangan Aparatur yaitu 65% sedangkan untuk persentase rata-
TABEL I. 3
TINGKAT CAPAIAN SASARAN DAN PROGRAM
BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
12
KABUPATEN PATI TAHUN 2008
PERSENTASE
NO. SASARAN PROGRAM CAPAIAN
PROGRAM
1. Pelayanan Prima Pelayanan Administrasi
100%
Terhadap Aparatur Perkantoran
Daerah Kabupaten Peningkatan Sarana Dan
80%
Pati Prasarana Aparatur
Peningkatan Disiplin Aparatur 90%
2. Arah Kebijakan Di Pembinaan Dan 70%
Dalam Administrasi Pengembangan Aparatur
Kepegawaian Dan
Pengembangannya
3. Terlaksananya Peningkatan Pengembangan 85%
Sistem Informasi Sistem Pelaporan Capaian
Kepegawaian Kinerja Dan Keuangan
Daerah Di
Lingkungan
Aparatur
4. Pedoman Peningkatan Kapasitas 70%
Pelaksanaan Di Sumber Daya Aparatur
Bidang Administrasi
Kepegawaian Di
Lingkungan
Pemerintah
Kabupaten Pati
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa dari
keseluruhan program pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati selama tahun
Perkantoran yaitu sebesar 100% dan yang terendah pencapaiannya adalah Program
Daya Aparatur yaitu 70% sedangkan untuk persentase rata-rata dari keseluruhan
Hal tersebut di atas disebabkan salah satunya oleh ketidakjelasan peran yang
melekat pada individu organisasi pada BKD Kabupaten Pati, hal ini nampak dari kurang
mampunya pegawai dalam memahami tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan
13
bidang tugasnya masing-masing, sehingga program-program yang terdapat dalam
bidang-bidang/bagian sering tidak tercapai secara maksimal dari target yang seharusnya.
Pelaksanaan tugas dan fungsi BKD Kabupaten Pati sangat ditentukan pula oleh
tingkat koordinasi yang dilakukan oleh seluruh anggota organisasi dan terutama antara
pimpinan organisasi dengan para bawahannya. Koordinasi antar bidang maupun antar
pegawai juga masih dirasa kurang baik secara vertikal maupun horisontal, padahal
untuk mencapai suatu organisasi yang efektif dibutuhkan koordinasi yang optimal dari
Akibat dari capaian program yang belum sesuai dengan target yang
seharusnya berimbas pula pada turunnya semangat kerja bagi para pegawai, hal ini lebih
dikarenakan oleh minimnya dukungan dana yang tersedia untuk menjalankan program-
program yang ada pada tiap bidang/bagian. Selain itu, ada pula pendapat dari seorang
pegawai pada salah satu bidang di BKD Kabupaten Pati yang menyatakan bahwa
kegiatan-kegiatan yang ada merupakan kegiatan rutin yang setiap tahun ada dan alokasi
anggarannya selalu mengalami kenaikan hanya sekitar 5-10% saja. Hal ini membuat
kegiatan baru yang dapat mendukung program pokok tetap saja tidak didukung dengan
Selain itu, dengan adanya beban pekerjaan yang terdapat pada masing-
masing bidang tidak merata maka mengakibatkan adanya pegawai yang terlihat sibuk
bahkan sampai lembur tiap hari dan sebaliknya justru ada pegawai yang "nganggur" atau
baca-baca koran dan melakukan aktivitas di luar kantor yang tidak jelas, hal ini dapat
mernbuat motivasi untuk bekerja semaksimal mungkin sungguh jauh dari harapan.
14
efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BKD kabupaten Pati.
1. Identifikasi Masalah
Secara umum dan sekedar manifestasi empiris dari peneliti, yang didasarkan pada
suatu pengamatan dapat dilihat beberapa fakta yang terjadi di lapangan yang membuat
tugas pokok dan fungsi BKD belum efektif adalah sebagai berikut:
anggota organisasi pada tiap bidang yang dapat dilihat dari job discription-nya;
2. Perumusan Masalah
yaitu merupakan penyimpangan atau deviasi sesuatu yang standar, atau masalah adalah
dalam kalimat tanya". Oleh karenanya dapat dikatakan, bahwa dalam penelitian ini
masalah diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang
sebenarnya terjadi.
permasalahan yang perlu penulis teliti dan kaji lebih lanjut yaitu :
15
tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati?
d) Apakah ada pengaruh antara kejelasan peran, koordinasi dan motivasi kerja secara
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
16
Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati agar dapat melaksanakan tugas dan
Pati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
17
A. Landasan Teori
penelitian ini, alangkah baiknya terlebih dulu pada bab tinjauan pustaka ini diuraikan
tentang teori-teori dasar yang relevan atau fakta yang berasal dari pustaka mutakhir
1. Efektifitas
tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun
sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektifitas menekankan pada hasil yang
dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang
dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya. Istilah efektif (effective)
dan efisien (efficient) merupakan dua istilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam
Tentang arti dari efektif maupun efisien terdapat beberapa pendapat. Menurut
‘'When a specific desired end is attained we shall say that the action is
effective. When the unsought consequences of the action are more important than
the attainment of the desired end and are dissatisfactory, effective action, we shall
say, it is inefficient. When the unsought consequences are unimportant or trivial,
the action is efficient. Accordingly, we shall say that an action is effective if it
specific objective aim. It is efficient if it satisfies the motives of the aim,
whatever it is effective or trot". (Bila suatu tujuan tertentu akhirnya dapat dicapai,
kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut adalah efektif. Tetapi bila akibat-
akibat yang tidak dicari dari kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting
dibandingkan dengan hasil yang dicapai, sehingga mengakibatkan
ketidakpuasan walaupun efektif, hal ini disebut tidak efisien. Sebaliknya bila
akibat yang tidak dicari-cari, tidak penting atau remeh, maka kegiatan tersebut
efisien. Sehubungan dengan itu, kita dapat mengatakan sesuatu efektif bila
mencapai tujuan tertentu. Dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai
pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau tidak).
18
(Prawirosentono, 1999 : h. 28), pengertian efektif dan efisien dikaitkan dengan system
berikut:
Dalam bahasa dan kalimat yang mudah hal tersebut dapat dijelaskan bahwa :
efektifitas dari kelompok (organisasi perusahaan) adalah bila tujuan kelompok tersebut
dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Sedangkan efisien berkaitan
dengan jumlah pengorbanan yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan. Bila
139), menyatakan : "doing the right things is more important than doing the things right.
to do the things right" (efektifitas adalah melakukan hal yag benar : sedangkan
efisiensi adalah melakukan hal secara benar). Atau juga "effectiveness means how far
we achieve the goal and efficiency means how do we mix various resources properly"
(efektifitas berarti sejauhmana kita mencapai sasaran dan efisiensi berarti bagaimana
(input), tetapi tidak mencapai sasaran. Sebaliknya, efektif tetapi tidak efisien berarti dalam
mencapai sasaran menggunakan sumber daya berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi
19
hiaya tinggi. Tetapi yang paling parah adalah tidak efisien dan juga tidak efektif, artinya
sumber daya. Efisien harus selalu bersifat kuantitatif dan dapat diukur (mearsurable),
produktifitas yang tinggi, yang merupakan tujuan dari setiap organisasi apapun bidang
kegiatannya.
Hal yang paling rawan adalah apabila efisiensi selalu diartikan sebagai
mempengaruhi hasil akhir, karena sasarannya tidak tercapai dan produktifitasnya akan juga
tidak setinggi yang diharapkan. Penghematan sebenarnya hanya sebagian dari efisiensi.
Persepsi yang tidak tepat mengenai efisiensi dengan menganggap semata-mata sebagai
penghematan sama halnya dengan penghayatan yang tidak tepat mengenai Cost
biaya.
apa yang harus dilakukan (what are the things to be accomplished), sedangkan efisien
sebaik-baiknya (how can certain things be best accomplished). Secara sederhana, dapat
dikatakan bahwa efektifitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang
telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat
tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan atau tidak, terutama menjawab pertanyaan
bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.
20
Efektifitas organisasi pada dasarnya adalah efektifitas individu para
aggotanya di dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kedudukan dan peran mereka
organisasi adrninistratif seperti halnya organisasi pemerintah (birokrasi), bukanlah hal yang
mudah. Mungkin jauh lebih mudah untuk mengukur efektifitas dan efisiensi dari organisasi
bisnis, yang tujuan utamanya adalah mencari profit, dimana input maupun output yang
berupa profit usahanya dapat dinilai dengan uang (mated). Tujuan organisasi
adminsitratif pemerintahan adalah sangat luas dan abstrak, yang biasanya dinyatakan
secara implisit untuk melayani kepentingan umum. Ini merupakan suatu pernyataan yang
sangat luas, abstrak dan sangat sukar untuk mengukur seberapa jauhkah sebenarnya
pelayanan yang telah dilakukan, siapa yang melayani, merupakan sederet pertanyaan yang
para pakar mengenai kriteria efektivitas suatu organisasi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, yakni :
a. Gibson, dkk (1984) menyimpulkan kriteria efektifitas suatu organisasi ke dalam tiga
tingkat efektivitas dapat dipandang sebagai suatu variabel oleh variabel lain (ini
21
"Efektivitas setiap organisasi dipengaruhi oleh organisasi, kelompok, dan
individu yang ada. Sedangkan ketiga unsur tersebut pada intinya menekankan
pada sisi manusia, fasilitas, dan lingkungan (budaya). Manusia meliputi
kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, sikap, motivasi, stress (psikologi),
teknologi, dan strategi. Sedangkan fasilitas meliputi struktur organisasi yang
bersangkutan. Kemudian lingkungan meliputi keterpaduan, norma dan
budaya".
dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan (tugas dan fungsi) organisasi secara
efektif, maka hendaknya memperhatikan segi manusia yang dapat dilihat dari faktor
motivasi, yaitu bagaimana cara memotivasi anak buah agar mau tems berkreasi dan
inovatif serta menciptakan iklim kerja yang kondusif agar anak buah selalu menyenangi
Selain itu, segi fasilitas yang meliputi struktur organisasi juga perlu
diperhatikan karena di dalam struktur ini terdapat pula pembagian kerja yang
nantinya akan berpengaruh kepada kejelasan peran yang hams dimainkan oleh
Apabila teori ini dihubungkan dengan tugas pokok dan fungsi BKD, maka
pertanggungjawaban, dalam hal ini mengandung arti bahwa tiap anggota organisasi
pokok dan fungsinya. Kemudian faktor motivasi juga dirasa penting untuk diperhatikan
22
dalam rangka memacu prestasi kerja anak buah yang nantinya dapat mendukung pula
organisasi yang tertuang dalam tugas dan fungsi Kepala BKD, maka harus
internal (struktur dan susunan organisasi) yang didalamnya nanti juga akan
berkaitan dengan kejelasan peran tiap anggota organisasi pada tiap bidang/bagian.
maupun di luar organisasi yang selalu berubah secara dinamis sangat mempengaruhi
penting dalam organisasi yang harus dijalankan oleh Kepala BKD yakni
Gambar 2.1
Unsur-Unsur Dari Efektivitas Organisasi
23
Efisiensi (jumlah dan mutu
dari hasil organisasi
sebanding dengan masukan
(sumber))
Keseimbangan dalam
HASIL EFEKTIVITAS
subsistem sosial dan antar
ORGANISASI ORGANISASI
personal
Gambar 2. 2
Model Efektifitas Organisasi
Proses Organisasi
24
Kebutuhan dan EFEKTIVITAS
aspirasi Struktur pekerjaan ORGANISASI
perorangan dan susunan
organisasi
dipengaruhi oleh kebutuhan dan aspirasi perorangan, hal ini apabila dikaitkan
dengan tugas pokok dan fungsi BKD agar dapat tercapai secara efektif juga harus
memperhatikan unsur. yang menjadi kebutuhan anak buahnya selain itu juga
aspirasi dari anggota organisasi harus mendapat prioritas yang utama, hal ini untuk
pokok dan fimgsi BKD, struktur pekerjaan dan susunan organisasi harus ditetapkan
dengan jelas karena hal ini akan berpengaruh terhadap peran yang akan dimainkan oleh
setiap anggota organisasi sehingga tidak akan terjadi over lapping dalam pelaksanaan
dan harapannya dapat terpenuhi. Faktor lingkungan, selain dapat merupakan unsur
pendorong terhadap kebutuhan dan harapan seseorang, juga dapat merupakan faktor
pekerjaan dirancang dan bagaimana suatu proses terjadi dalam organisasi. Hal ini
dikemukakan oleh Hackman dan Lawler, sebagaimana dikutip oleh Duncan dalam
25
"The supporters of job enrichment argue that need satisfication and self-
actualization are more likely occur when individual perform natural elements
of work and maintan reasonable amounts of control over the task" (Para
pendukung dari job enrichment berpendapat, bahwa kepuasan akan kebutuhan
dan self actualization akan lebih mungkin tercapai bila orang-orang tersebut
dapat melaksanakan unsur-unsur hakiki dari suatu pekerjaan dan dapat
mengendalikan pekerjaan tersebut).
Perencanaan tugas dan pekerjaan merupakan bagian dari proses penyusunan
pekerjaan dilakukan atas dasar prinsip rasionalitas dan realitas yang tinggi, disertai
standarisasi dan spesialisasi, memang tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan prinsip-
prinsip tadi memang dapat menimbulkan efisiensi. Tetapi pelaksanaannya secara ketat
disimpulkan bahwa untuk membuat organisasi yang efektif melalui tugas pokok dan
fungsi BKD, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah karakteristik organisasi yang
dijabarkan ke dalam bentuk struktur dan susunan organisasi sehingga nantinya akan
karakteristik lingkungan dapat dijabarkan ke dalam bentuk motivasi dan yang terakhir
adalah karakteristik kebijakan praktek manajemen yang dituangkan dalam bentuk fungsi
koordinasi antara pimpinan dengan bawahan dan antar pegawai itu sendiri.
muka, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas dalam penelitian ini adalah suatu
(BKD) dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang dituangkan ke dalam bentuk
tugas pokok dan fungsi BKD. Sedangkan untuk mengetahui efektif atau tidaknya tugas
dan fungsi BKD, maka indikator yang dijadikan pedoman adalah tingkat keberhasilan
26
tugasnya masing-masing.
maka dapat digambarkan secara rinci mengenai keterkaitan antara efektivitas dengan
kejelasan peran, koordinasi dan motivasi dalam bentuk bagan kerangka teori berikut ini :
Gibson et. al :
Kemampuan
Keterampilan
Pengetahuan Kejelasan
Sikap Peran
Motivasi
Stress
Franklin G. More :
Desentralisasi
Rentang kendali
Kontrol Koordinasi Efektivitas
Kepemimpinan
Pendelegasian
Ide-ide bawahan
Motivasi
Spesifikasi
Motivasi
Duncan :
Kebutuhan
Aspirasi perorangan
Struktur Pekerjaan
Susunan organisasi
3. Kejelasan Peran
dasar tentang hal paling penting yang bisa dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bisa
27
dan interaksionis (interactionist perspectives).
psikolog sosial yang berakar pada psikologi. Mereka sering menawarkan jawaban
yang berbeda atas sebuah pertanyaan : "Seberapa besar perhatian yang seharusnya
diberikan oleh para psikolog sosial pada kegiatan mental dalam upayanya memahami
yang dipikirkan oleh seseorang. Lebih baik kita memfokuskan pada perilaku
seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan mempertimbangkan
proses mental seseorang, kita tidak terbantu memahami perilaku orang tersebut,
karena seringkali proses mental tidak reliabel untuk memprediksi perilaku. Misalnya
tidak semua orang yang berpikiran negatif tentang sesuatu, akan juga berperilaku
negatif. Orang yang bersikap negatif terhadap bangsa A misalnya, belum tentu dia
tidak mau melakukan hubungan dengan bangsa A tersebut. Intinya pikiran, perasaan,
sikap (proses mental) bukan sesuatu yang bisa menjelaskan perilaku seseorang.
tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka.
untuk memperoleh informasi yang bisa dipercaya maka proses mental seseorang
psikolog sosial yang berasal dari disiplin sosiologi. Pertanyaan yang umumnya
28
dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peran sosialnya. Hal ini terjadi karena
mahasiswa senantiasa rajin belajar. Seorang ayah rajin bekerja mencari nafkah guna
berperilaku seperti itu, jika tidak maka dia tidak pantas disebut sebagai "seorang
yang aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri, dan mereka yang membangun
interaksi dan harapannya. Berikut ini akan penulis jelaskan lebih lanjut akan tetapi
dalam hal ini akan penulis batasi hanya pada perspektif Struktural dan perspektif
Interaksionis saja mengingat penulisan tesis ini termasuk ke dalam ranah disiplin ilmu
sosiologi.
1. Perspektif Struktural
Telah kita catat bahwa telah terjadi perdebatan di antara para ilmuwan
sosial dalam hal menjelaskan perilaku sosial seseorang. Untuk menjelaskan perilaku
sosial seseorang dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1) instinktif, (2) karena
kebiasaan, dan (3) juga yang bersumber dari proses mental. Mereka semua tertarik,
dan dengan cara sebaik mungkin lalu menguraikan hubungan antara masyarakat
dengan individu. William James dan John Dewey menekankan pada penjelasan
sosial . Para sosiolog yakin bahwa struktur sosial terdiri atas jalinan interaksi antar
manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi struktur sosial dalam satu pola
perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya, melalui proses
29
sosialisasi. Disebabkan oleh struktur sosial, kita mengalami kehidupan sosial yang
telah terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak struktur sosial atas "diri"
(self) - perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Masyarakat mempengaruhi diri - self.
kekuatan individu- individu ke dalam berbagai macam peran (roles). Melalui peran
inilah kita menjadi tahu siapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru,
mahasiswa, laki-laki, perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita
tergantung pada peran yang kita lakukan dalam masyarakat. Beberapa teori yang
melandasi persektif strukturan adalah Teori Peran (Role Theory), Teori Pernyataan-
hubungannya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang
interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa
yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran
kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu
misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya,
diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa
seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena
statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya.
30
memperluas penggunaan teori peran. Pendekatannya yang dinamakan “life-course”
untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan
menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu
pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh belah tahun, mempunyai
istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh tahun. Di
Indonesia berbeda. Usia sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup
sudah bisa usia tujuh belas tahun, pensiun usia lima puluh lima tahun. Urutan tadi
kita dibagi ke dalam masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, di
Universitas Stanford pada tahun 1972. Jika pada teori peran lebih mengkaji pada skala
makro, yaitu peran yang ditetapkan oleh masyarakat, maka pada teori ini berfokus
pada kelompok kerja yang lebih kecil lagi. Menurut teori ini, anggota-anggota
kelompok membentuk harapan-harapan atas dirinya sendiri dan diri anggota lain,
sesuai dengan tugas-tugas yang relevan dengan kemampuan mereka, dan harapan-
tadi. Sudah tentu atribut yang paling berpengaruh terhadap munculnya kinerja yang
mungkin.
31
Bagaimanapun juga, kita sering kekurangan informasi tentang kemampuan
yang berkaitan dengan tugas yang relevan, dan bahkan ketika kita memiliki informasi,
yang muncul adalah bahwa kita juga harus mendasarkan harapan kita pada atribut
pribadi dan kelompok seperti : jenis kelamin, ras, dan usia. Dalam beberapa
masyarakat tertentu, beberapa atribut pribadi dinilai lebih penting daripada atribut
pertama yang harus dipenuhi. Berger menyebut gejala tersebut sebagai “difusi
Status laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan dalam soal menjadi pemimpin,
warganegara pribumi asli lebih diberi tempat menduduki jabatan presiden. Difusi
karakteristik status tersebut ( jenis kelamin, ras, usia, dan lainnya) dengan demikian,
c. Posmodernisme (Postmodernism)
kontemporer. Beberapa psikolog lainnya justru melangkah lebih jauh lagi. Pada
Murphy, 1989; Dowd, 1991; Gergen, 1991) . Dalam pandangan teori ini upaya kita
untuk memenuhi peran yang dirancangkan untuk kita oleh masyarakat, menyebabkan
individualitas kita digantikan oleh kumpulan citra diri yang kita pakai sementara
32
Berdasarkan pandangan posmodernisme, erosi gradual individualitas
Setelah Perang Dunia II, manusia makin dipandang sebagai konsumen dan
juga sebagai produsen. Industri periklanan dan masmedia menciptakan citra komersial
gaya hidup. Manusia lalu dinilai bukan oleh kepribadiannya tetapi oleh seberapa besar
pilihan kita sendiri” dalam hal musik, makanan, dan lain-lainnya, sesungguhnya
dengan tempat kita dalam struktur ekonomi masyarakat kita. Misalnya, kesukaan
remaja Indonesia terhadap musik “rap” tidak lain adalah disebabkan karena setiap
saat telinga mereka dijejali oleh musik tersebut melalui radio, televisi, film, CD, dan
lain sebagainya. Gemar musik “rap” menjadi gaya hidup remaja. Lalu kalau mereka
tidak menyukai musik “rap”, dia bukan remaja. Perilaku seseorang ditentukan oleh
gaya hidup orang-orang lain yang ada di sekelilingnya , bukan oleh dirinya sendiri.
mempengaruhi perilaku sosial individu. Sesuai dengan perspektif ini, struktur sosial –
pola interaksi yang sedang terjadi dalam masyarakat – sebagian besarnya pembentuk
33
dan sekaligus juga penghambat perilaku individual. Dalam pandangan ini, individu
mengembangkan teori ini. Mead percaya bahwa keanggotaan kita dalam suatu
kelompok sosial menghasilkan perilaku bersama yang kita kenal dengan nama
budaya. Dalam waktu yang bersamaan, dia juga mengakui bahwa individu-individu
yang memegang posisi berbeda dalam suatu kelompok, mempunyai peran yang
berbeda pula, sehingga memunculkan perilaku yang juga berbeda. Misalnya, perilaku
pemimpin berbeda dengan pengikutnya. Dalam kasus ini, Mead tampak juga seorang
strukturis. Namun dia juga menentang pandangan bahwa perilaku kita melulu
dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau struktur sosial. Sebaliknya Mead percaya
bahwa kita sebagai bagian dari lingkungan sosial tersebut juga telah membantu
menciptakan lingkungan tersebut. Lebih jauh lagi, dia memberi catatan bahwa walau
kita sadar akan adanya sikap bersama dalam suatu kelompok/masyarakat, namun hal
Mead juga tidak setuju pada pandangan yang mengatakan bahwa untuk
bisa memahami perilaku sosial, maka yang harus dikaji adalah hanya aspek eksternal
(perilaku yang teramati) saja. Dia menyarankan agar aspek internal (mental) sama
pentingnya dengan aspek eksternal untuk dipelajari. Karena dia tertarik pada aspek
internal dan eksternal atas dua atau lebih individu yang berinteraksi, maka dia
34
interaksionis ada beberapa teori yang layak untuk dibahas yaitu Teori Interaksi
Walau Mead menyarankan agar aspek internal juga dikaji untuk bisa
memahami perilaku sosial, namun hal tersebut bukanlah merupakan minat khususnya.
Justru dia lebih tertarik pada interaksi, di mana hubungan di antara gerak-isyarat
oleh semua pihak yang terlibat dalam interaksi adalah merupakan “satu bentuk simbol
Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, di mana dua atau lebih individu
simbol yang dikeluarkan orang lain, demikian pula perilaku orang lain tersebut.
maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan orang lain,
kita menangkap pikiran, perasaan orang lain tersebut. Teori ini mirip dengan teori
pertukaran sosial.
Interaksi di antara beberapa pihak tersebut akan tetap berjalan lancar tanpa
gangguan apa pun manakala simbol yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak
dimaknakan bersama sehingga semua pihak mampu mengartikannya dengan baik. Hal
ini mungkin terjadi karena individu-individu yang terlibat dalam interaksi tersebut
berasal dari budaya yang sama, atau sebelumnya telah berhasil memecahkan
perbedaan makna di antara mereka. Namun tidak selamanya interaksi berjalan mulus.
35
Ada pihak-pihak tertentu yang menggunakan simbol yang tidak signifikan – simbol
yang tidak bermakna bagi pihak lain. Akibatnya orang-orang tersebut harus secara
dengan struktur sosial yang lebih besar lagi (masyarakat). Individu dan masyarakat
dipandang sebagai dua sisi dari satu mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi,
namun struktur sosial membentuk interaksi. Dalam hal ini Stryker tampaknya setuju
dengan perspektif struktural, khususnya teori peran. Namun dia juga memberi sedikit
kritik terhadap teori peran yang menurutnya terlampau tidak peka terhadap kreativitas
individu.
konsep diri/self (dari teori interaksi simbolis). Bagi setiap peran yang kita tampilkan
dalam berinteraksi dengan orang lain, kita mempunyai definisi tentang diri kita
sendiri yang berbeda dengan diri orang lain, yang oleh Stryker dinamakan
“identitas”. Jika kita memiliki banyak peran, maka kita memiliki banyak identitas.
Perilaku kita dalam suatu bentuk interaksi, dipengaruhi oleh harapan peran dan
identitas diri kita, begitu juga perilaku pihak yang berinteraksi dengan kita.
36
sebagai pihak yang aktif dalam menetapkan perilakunya dan membangun harapan-
sosial, namun jika hanya struktur sosial saja yang dilihat untuk menjelaskan perilaku
Peran merupakan suatu istilah sehari-hari dan semua orang pasti sudah tahu
makna dan fungsinya. Semisal, anak berperan sebagai anak, orang tua berperan sebagai orang
pemimpin berperan sebagai pemimpin. Jadi semua manusia mempunyai peran, yakni
bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan darinya oleh masyarakat, oleh norma-norma,
Adapun makna dari kata "peran" dapat dijelaskan lewat beberapa cara :
Pertama, suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari keluarga
drama atau teater yang hidup subur pada jaman Yunani Kuno (Romawi). Dalam arti ini,
peran menunjuk pada karakteristik yang disandang untuk dibawakan oleh seseorang aktor
Kedua, suatu penjelasan yang menunjuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran
sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakteristik
Ketiga, suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional, menyebutkan bahwa peran seorang
aktor adalah suatu batasan yang dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama-sama berada
banyak faktor, serta persepsinya tentang faktor-faktor tersebut. Persepsi yang dimiliki itu
pulalah yang turut menentukan benruk sifat dan intensitas peranannya dalam
37
kehidupan organisasional. Tidak dapat disangkal pula, bahwa manusia sangat berbeda-
beda, seorang dengan yang lainnya, baik dalam arti kebutuhannya (bagi kategori
umum) maupun dalam niatnya yang kesemuanya tercermin dalam kepribadian masing-
masing. Keanekaragaman kepribadian itulah, justru yang menjadi salah satu tantangan
yang paling berat untuk dihadapi oleh setiap pimpinan dan kemampuan menghadapi
tantangan itu pulalah salah satu indikator terpenting, bukan saja daripada efektifitas
dipimpinnya.
dan perilakunya, maka mutlak perlu bagi pimpinan organisasi untuk memahami dan
mendalami persepsi para bawahannya, baik yang menyangkut peranan bawahan tersebut
Istilah peran merupakan terjemahan dari kata "function", "job", atau "work".
kadang ditambahkan dengan koordinasi, supervisi, dan motivasi, tetapi tambahan itu
arah untuk mencapai tujuan. b. Melengkapi sarana untuk mencapai tujuan. c. Melengkapi
dan mengadakan hubungan antar kegiatan. e. Memberikan fasilitas kepada kelompok dalam
38
melaksanakan tugasnya.
Menarik sekali sebuah artikel yang ditulis oleh Henry Mintzberg yang
berjudul "The Manager's Job : Folklore and Fad" (Rustandi : 1985 : h. 47). Adalah Fayol
artikelnya hendak membuktikan bahwa pendapat Fayol itu hanya dongeng belaka, yang
tidak sesuai dengan kenyataan. Empat mitos yang selama ini dipercayai sebagai kebenaran,
dikerjakannya sendiri ?
4. Benarkah manajemen adalah ilmu dan profesi, setidak-tidaknya dalam waktu yang
memeriksa catatan harian, mulai dari presiden sampai pemimpin gang yang
berikut :
Pertama, tidak tepat jika dikatakan, bahwa pemimpin adalah perencana yang
cara berpikir yang reflektif (merenungkan dan mengendapkan dulu). Mereka lebih
39
perencana yang sistematik. Kegiatan perencanaan rata-rata kurang dari 1 % dari seluruh
sebagian besar waktunya untuk tugas perencanaan. la tidak melakukan sendiri tugas rutin
tertentu dan melimpahkan tugas itu kepada anak buahnya. la ibarat konduktor orkestra
yang merupakan jantung organisasi, yang cukup mengendalikan semua alat musik dengan
karena data-data yang terkumpul di sana tidak pernah digunakan. Di Amerika Serikat
lebih dari 78 % dan di Inggris sekitar 80 % waktu yang dimiliki pemimpin digunakan
untuk mengadakan komunikasi langsung dan lisan, melalui pertemuan, pengamatan atau
pembicaraan telpon. MIS hanya dapat menyimpan data keras (hard data) yang melukiskan
data lunak (soft data) yang menyangkut perasaan, emosi, tingkat kepuasan dan proses
pemimpin untuk menjadwalkan waktu, mengolah informasi dan membuat keputusan tetap
40
kepemimpinan. Telah diketahui, bahwa kepribadian seseorang sering tercermin dalam sikap
dan perilakunya, baik secara individual maupun pada tingkat organisasional. Hal
tersebut memperlihatkan keterkaitan yang erat antara persepsi peranan dengan sikap,
dalam kehidupan organisasional, serta perilaku dan kepribadian yang terdapat dalam
dirinya akan mempunyai arti yang amat penting dalam usaha membuat berfungsinya
menjawab pertanyaan "apa yang sebenarnya dilakukan oleh seorang manajer di.dalam
menjalankan kewajiban-kewajibannya."
menjelaskan apa saja yang bisa dimainkan oleh seorang aktor. Manajer adalah seperti aktor
panggung teater, ia bisa memainkan peranannya sebagai kewajiban yang tidak boleh tidak
harus dimainkan. Suatu peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang
teratur, yang ditimbulkan karena jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang
peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena seorang manajer memahami bahwa ia
bekerja tidak sendirian. Dia mempunyai lingkungan yang setiap saat ia perlukan untuk
berinteraksi. Lingkungan itu luas dan beraneka macamnya dan masing-masing manajer
akan mempunyai lingkungan yang berlainan. Tetapi peranan yang hams dimainkan pada
hakikatnya tidak ada perbedaan. Baik manajer tingkat atas, tengah, maupun bawah,
akan mempunyai jenis peranan yang sama, hanya berbeda lingkungan yang akhirnya
41
pejabat pemerintah (bureaucrats), dan lain-lain. Kepala Bagian/Bidang atau manajer
tingkat tengah, melihat lingkungannya akan terdiri dari beberapa kelompok pegawainya,
lingkungannya yang terdiri dari para kepala sub bagian/bidang yang lain dan mungkin
juga rekanan selevel di struktur organisasi yang lain. Semuanya itu, baik manajer atas,
tengah, dan bawah haruslah mengatur dan menjalankan organisasinya di dalam suatu
kompleksitas lingkungan. Jika organisasi yang dipimpinnya bisa berjalan secara efektif,
maka ada empat peranan manajemen yang harus dilakukan oleh manajer.
Gambar 2.3
Peran Pemimpin
Kewenangan dan
status formal
didapat dari organisasi melahirkan tiga macam peran antar manusia. Peran antar manusia
melahirkan tiga macam peran informatif. Selanjutnya peran informatif melahirkan empat
macam peran pembuat keputusan, berikut penjabaran dari masing-masing peran pemimpin.
1) Peran Antar Manusia atau Peranan Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Role).
kegiatan yang bersifat seremonial atau dalam persoalan yang timbul secara formal.
bertanggungjawab atas penggajian dan latihan kerja anak buahnya. Selain itu
semangat kerja anak buahnya, serta harus berusaha menyelaraskan kebutuhan anak
jalur komando, juga melakukan peranan yang berinteraksi dengan teman sejawat,
43
2) Peran Informatif atau Peran yang berhubungan dengan informasi (Informational Role)
dengan anak buah maupun dengan jaringan kerja yang dihadapinya, pemimpin dapat
diibaratkan pusat syaraf organisasi. Mereka tidak perlu mengetahui segalanya, tetapi dia
pasti lebih mengerti dari setiap anggota stafnya. Hal ini dapat dipahami, karena selaku
orang yang memiliki wewenang formal, mereka memiliki akses yang memudahkan
untuk mengadakan hubungan baik dengan anak buahnya, maupun dengan pihak ketiga.
desus, kabar angin atau spekulasi. Informasi ini dapat berupa informasi lunak yang
agar ia mampu untuk mengembangkan suatu pengertian yang baik dari organisasi
lingkungannya.
berdasarkan hubungan pribadinya, boleh jadi ada yang perlu diketahui oleh anak
saling membutuhkan, jika diantara mereka secara formal tidak ada jalur
informasi satu sarna lain. Peran ini melibatkan manajer untuk menangani proses
44
transmisi dari informasi-informasi ke dalam organisasi yang dipimpinnya.
c. Peran selaku juru bicara (spokesman role). Peran selaku juru bicara adalah
masukan dasar untuk membuat keputusan. Pemimpin memainkan peran utama dalam
pusat syaraf organisasi, hanya dialah yang bisa mengambil keputusan yang bersifat
role). Tidak ada suatu organisasi yang selalu berjalan mulus. Suatu saat pasti akan
itu bukan saja disebabkan keterbatasan pemimpin untuk mengenali situasi, tetapi
45
dari seluruh tindakannya. Pendek kata gangguan itu datang dari suatu hal yang di
misalnya : akan dibubarkan, terkena gossip, isu-isu kurang baik, dan lain
sebagainya.
dalam menentukan "siapa akan dapat apa", dalam organisasi yang dipimpinnya.
Sumber daya yang paling penting untuk diatur pembagiannya adalah waktu yang
peran ini manajer memainkan peranan untuk memutuskan kemana sumber dana
tugasnya yang rutin, yang mengalir dari kedudukannya sebagai pusat syaraf
organisasi dan kewenangan yang dimilikinya dalam organisasi. Dalam peran ini
merupakan suatu "geslalt", yaitu keterpaduan dari keseluruhan yang tidak mudah
46
dipisahkan, tidak ada satu peranpun yang bisa berdiri sendiri. Semisal, pemimpin tanpa
peran selaku penghubung, akan kehilangan kontaknya dengan informasi dari luar.
Akibatnya mereka akan kehilangan perannya, baik selaku penyebar keterangan maupun
sekelilingnya.
3. 2 Peranan Staf
a. Investigation (penelitian).
c. Interpretation (interprestasi),
1998 : h. 203), ada empat macam fungsi staf, yaitu : a. Control (pengonlrolan), b. Sennce
(Sutarto : 1998 : h. 204), dinyatakan bahwa ada empat macam tugas staff, yakni: a. Control
bahwa tugas staf adalah penelitian, analisis fakta dan informasi, interprestasi,
47
Selain itu, dikenal adanya "completed staff work" atau kerja staf lengkap, yaitu staf
yang bertugas memberikan nasehat kepada pimpinan secara lengkap, matang, dan
(Sutarto : 1998 : h. 205), ada lima butir doktrin kerja staf lengkap dalam organisasi,
sebagai berikut:
tunjukkan hal itu dalam bentuk yang lengkap, sehingga atasanmu yang
2) Bentuk lengkap berarti sempurna, tidak ada bagian yang ketinggalan dengan
atasanmu "apa yang dia ingin kerjakan". Ini adalah tugasmu untuk
4) Kebutuhan bentuk penunjuk akhir tidak perlu diikuti dalam penyajianmu yang
bentuk penutup, jenis kertas, dan banyaknya salinan dapat dibuat setelah putusan
atasanmu direkomendasikan;
5) Pengajuan bentuk lengkap hanya sesudah kamu dapat menjawab "ya" atau
pertanyaan ini: " Apakah sebagai pimpinan saya depat menerima atau menolak
rekomendasi ini sebagai disajikan dalam laporan ini ? Dari adanya doktrin
tersebut, akhirnya dapat disimpulkan secara mudah bahwa kerja staf lengkap
lengkap, matang, obyektif, dan dirinya yakin benar akan kebenaran isi nasehat itu,
48
sehingga apabila diserahi, berani memikul tanggung jawab akan keberhasilan
Dari uraian yang disajikan di atas, maka dapat dipertegas bahwa kejelasan
peran pada dasarnya dipengaruhi oleh dua paham yakni paham strukturisasi, yang akan
dilihat dari pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawab, serta pemahaman mengenai
batas wewenang dan hak-hak dalam pekerjaan. Sedangkan paham interaksionis, akan
dilihat dari penerimaan tugas yang sesuai dengan latar belakang dan pengalaman, serta
4. Koordinasi
sangat penting sebagai salah satu fungsi manajemen yang perlu diterapkan guna menjamin
arah pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan
bahwasannya penerapan fungsi koordinasi secara baik dan tepat akan berdampak pada
efisiensi dan efektivitas organisasi, hal ini dikarenakan dalam fungsi koordinasi terdapat
integrasi berbagai kepentingan untuk mencapai satu tujuan setelah melalui proses
49
kepemimpinan;
3. Koordinasi mempunyai efek terhadap perkembangan daripada personal
di dalam organisasi itu, artinya bahwa unsur pengendalian personal
dalam koordinasi itu harusnya selalu ada. Orang tidak selalu dibebaskan
begitu saja tetapi harus diperhatikan pekerjaannya dan akan merasa
senang bila mendapat pengharrgaan dari hasil kerjanya, sebab kalau
terjadi kekeliruan biasanya yang sealu disalahkan adalah bawahannya,
padahal seharusnya adalah tanggug jawab pimpinan yang antara lain
kuang mengadakan koordinasi".
"Suatu kegiatan yang dilakukan oleh unit-unit yang saling berhubungan satu
sama lain mempunyai keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan, maka untuk
dapat tercapai tindakan yang tepat, berhasil guna, dan berdaya guna perlu
penarapan koordinasi. Bagaimanapun juga penerapan koordinasi akan
memberikan manfaat yang baik terhadap pencapaian tujuan".
koordinasi sangat ditekankan dalam suatu organisasi, khususnya bagi para pimpinan baik
di level top manajer maupun middle atau low manajer, sehingga wajar manakala
penerapan fungsi koordinasi harus mendapatkan prioritas dari semua level pimpinan guna
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa koordinasi merupakan penyesuaian diri
mengoperasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok (parts in time) sehingga dengan
Dimana potensi koordinasi dikaitkan dengan pendapat yang menyatakan bahwa kunci
1) Sistem informal verbal : informasi yang dapat diurutkan ke atas dank e bawah jenjang
organisasi;
50
2) Sistem informal lateral : system informasi yang memungkinkan adanya pertukaran
efektif.
b. Pendekatan struktural
Pendekatan struktural ini dilakukan apabila perusahaan merasakan iklim yang tidak sehat
karenanya tanpa koordinasi sangat sulit bagi organisasi untuk mencapai tujuannya, hal ini
dikarenakan pegawai dan atau departemen/bagian akan kehilangan pegangan atas peranan
mereka dalam organisasi. Terdapat tiga pendekatan sebagai prasyarat agar koordinasi
a. Menggunakan teknik manajemen dasar, yakni hirarki manajerial, rencana dan tujuan
wewenang formal, hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas sehingga
dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan
dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
51
organisasi kaitannya dengan sasaran-sasaran yang sama. Hal ini diperlukan bila aturan
dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang diperlukan untuk
departemen/bagian).
tingkatan organisasi. Dalam proses ini, komunikasi dapat terjadi di dalam atau
satuan-satuan kerja karena tugas menjadi terbagi-bagi sehingga ada kesempatan untuk
lebih memfokuskan pada tugas yang diemban. Sedangkan penciptaan tugas yang
suatu kesimpulan bahwa batasan koordinasi dalam penelitian ini adalah cara untuk
beberapa tugas agar antara tujuan yang satu dengan tujuan yang lainnya dalam
52
organisasi dapat berjalan bersama untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan.
Kabupaten Pati, indikator yang digunakan adalah cara dan tingkat koordinasi Kepala
BKD Kabupaten Pati dengan Kepala Bidang, cara dan tingkat koordinasi Kepala
Bidang dengan Kepala Sub Bidang serta cara dan tingkat koordinasi antar pegawai
5. Motivasi
adalah :
a. Proses interaksi kerja sama antar pimpinan dan dengan bawahan, kolega
b. Dalam proses interaksi itu terjadi perilaku bawahan (orang lain) yang
oleh pimpinan.
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri
dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang
53
Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap,
masa depan. Sedang faktor dari luar diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber,
bisa karena pengaruh pemimpin, kolega atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks.
Tetapi baik faktor intrinsik maupun faktor luar motivasi timbul karena adanya
rangsangan.
keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara
tercapai.
dikehendaki”.
keinginan untuk mengerahkan segenap potensinya atau bisa juga disebut sebagai
54
lebih atau menjadi mampu menyelesaikan pekerjaannya.
Jadi jelas bahwa perilaku yang timbul pada diri seseorang atau bawahan
Dan kebutuhan yang ada pada diri sendiri mendorong seseorang berperilaku. Dan
kebutuhan yang diinginkan atau berbuat sesuatu. Dan setiap perilaku yang
ditampilkan seseorang dalam kehidupan organisasi, tidak bisa tidak dalam rangka
bawahan untuk mencapai tujuan, pada akhirnya harus dapat memberikan kepuasan
kepada bawahan. Kepuasan itu sendiri dapat terwujud apabila kebutuhan yang ada
manusia, antara lain adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg, David McChelland,
dan Victor Vroom. Maslow dan Herzberg berusaha membuat teori-teori motivasi secara
identifikasi kebutuhan tertentu, hasil kerja dan kebutuhan yang sangat penting bagi
dikemukakan oleh ahli ilmu jiwa Abraham Maslow. Studi-studi yang lalu
sebenarnya tidak tahu apa yang mereka inginkan. Namun, seorang ahli
55
2) Segera setelah salah satu kebutuhannya terpenuhi, kebutuhan lainnya akan
muncul;
bertingkat-tingkat;
pengaruh yang dominan, dan kebutuhan lain yang lebih meningkat mulai
mendominasi.
kebutuhan ini tampak pada tiga hal yaitu sandang, pangan, dan papan.
kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun, dan jaminan hari tua.
tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of
status, semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status ini dimanifestasikan
dalam banyak hal, misalnya tongkat komando, mobil mercy, kamar kerja
56
ini manifestasinya tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental
dan kapasitas kerja, melalui on the job training, of the job training,
dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan satu kerangka yang mungkin
berguna dalam meramalkan tingkah laku berdasarkan kemungkinan yang tinggi atau
rendah. Apabila dikatakan bahwa timbulnya perilaku seseorang pada saat tertentu
ditentukan oleh kebutuhan yang memiliki kekuatan tinggi, maka penting bagi setiap unsur
yang berbeda-beda itu disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh antara lain :
lampau, cita-cita atau harapan masa depan, serta pandangan hidup seseorang sangat
Motivasi (Wahjosumidjo : 1987 : h. 181 -192), ada dua macam situasi yang berpengaruh
merupakan sumber kepuasan kerja, yang terdiri dari achievement, recognition, work
57
sumber ketidakpuasan yang terdiri dari : company policy administration,
supervision technical, job security, dan status. Perbaikan terhadap kondisi ini akan
1) Perbaikan gaji dan kondisi kerja tidak akan menimbulkan kepuasan, melainkan
a. Satisfiers berhubungan dengan higher order needs (social needs and self
actualization needs).
needs).
pekerjaannya baik, berbeda sekali dengan orang-orang yang merasa pekerjaannya kurang
baik. Maksudnya bahwa jawaban seseorang sangat tergantung pada kepuasan kerja
antarpribadi, kondisi kerja, dan gaji mempunyai kaitan erat dengan ketidakpuasan kerja.
58
pengembangan, dan tanggung jawab mempunyai kaitan erat dengan perasaan puas
dengan pimpinan, kondisi kerja, dan kehidupan orang yang bersangkutan berkaitan erat
dengan perasaan tidak puas (low feelings). Berdasarkan hasil penelitian ini, Herzberg
berpendapat bahwa administrasi dan kebijaksanaan kantor, kondisi kerja, dan lain-lain
pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner
itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam
jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi
dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol
melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku
besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning
klasik.
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada
perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant
59
( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan,
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah
bahwa motivasi dalam penelitian ini merupakan kesediaan untuk mengeluarkan atau
Kabupaten Pati atau kebutuhan pegawai. Guna melihat tingkat motivasi pegawai
BKD Kabupaten Pati dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka
kaitannya dengan pemecahan masalah yang terjadi, berikut akan digambarkan kerangka
60
BAGAN 2. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
KEJELASAN
PERAN
KOORDINASI EFEKTIVITAS
MOTIVASI
peran merupakan penjabaran dari job inscription masing-masing pegawai pada tiap-tiap
bidangnya sebagai rmcian atas pengelompokan segala aktivitas yang sejenis kemudian
erat hubungannya dengan posisi jabatan tertentu ke dalam beberapa bidang kemudian
input sehingga tujuan organisasi tercapai serta motivasi untuk terus bekerja dengan
lebih baik dan berkreasi sernaksimal mungkin, diperkirakan akan sangat mempengaruhi
efektivitas pelaksanaan tugas dan fimgsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati
jika mereka telah mengetahui secara pasti tentang perannya di dalam sebuah organisasi
adanya sekumpulan perilaku yang harus atau "sepantasnya" atau "diharapkan" dilakukan
oleh seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu, baik posisi sosial maupun
61
wewenang, hak, kewajiban dan tanggung jawab yang lazimnya dalam suatu
organisasi formil semua ini tersimpul dalam suatu uraian pekerjaan (job
discriptions), maka setiap organisasi formil pada umumnya berusaha
mengembangkan suatu job disciriptiom untuk menjelaskan secara lebih
terperinci tentang tugas, wewenang, hak dan tanggung jawab kepada
masing-masing orang yang telah ditentukan untuk menduduki jabatan
tersebut".
Job description adalah salah satu upaya untuk menjelaskan peran seseorang
dari luar orang itu, yaitu organisasi. Sedangkan dari dalam yaitu dari setiap orang yang
berada pada peran yang telah ditentukan dituntut pula adanya kemampuan dan kemauan
untuk mengerti akan peran yang didudukinya. Kemampuan mengerti berarti kemampuan
untuk memahami atau mengetahui isi dari job discriptions yang telah ditetapkan oleh
organisasi, sedangkan kemauan mengerti artinya secara mental seseorang mau menerima
perannya itu, yaitu adanya kecocokan antara harapan pribadinya terhadap peran yang
diberikan kepadanya. Seseorang yang dapat memahami perannya dan menerima perannya,
tentu akan secara konsekuen melaksanakan semua tugas yang melekat pada perannya itu
dengan sebaik-baiknya. Tugas bukan dipandang sebagai beban yang memberatkan atau
menjemukan, melainkan merupakan suatu tantangan yang menarik untuk diselesaikan dan
dalamnya mencakup struktur pekerjaan, susunan organisasi dan spesifikasi yang mana hal
ini kemudian akan menjelaskan lebih lanjut mengenai kedudukan dan peran seseorang
dalam pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing sehingga hal ini dapat
62
koordinasi. Sebagaimana penerapan fungsi-fungsi manajemen bahwa koordinasi
merupakan salah satu fungsi yang diperlukan untuk tetap menjamin adanya pengintegralan
berbagai kepentingan ke arah satu tujuan yang sebelumnya melalui proses komunikasi
Jadi agar pelaksanaan pekerjaan kita tercapai secara efektif, maka sangat
diperlukan adanya fungsi koordinasi yang dilakukan oleh atasan maupun bawahan serta
antar bidang yang satu dengan yang lain. Koordinasi ini dilakukan juga agar tercipta
suatu kontrol dari pimpinan kepada bawahannya agar segala sesuatu yang dikerjakan
tidak menyimpang jauh dari tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang telah ada. Sehingga
semakin memantapkan bahwa fungsi koordinasi adalah mutlak harus diterapkan secara
Berdasarkan pendapat dari keempat ahli yaitu Richart M Steers, Gibson, et.al,
Franklin G More dan Duncan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efektivitas. Hal ini berarti bahwa dalam menunjang keefektivitasan tugas
dan fungsi BKD dalam upaya mencapai tujuan organisasi, maka pimpinan organisasi
harus memperhatikan segala kebutuhan bawahannya, karena dengan cara inilah para
bawahan akan merasa diperhatikan oleh pimpinan sehingga dapat timbul rasa percaya diri
Apabila diinginkan konsep motivasi untuk hasil kerja yang efektif untuk
menunjukkan jumlah prestasi yang dihubungkan dengan tugas yang dilakukan oleh
seseorang, maka diperlukan formulasi yang lebih kompleks. Ahli-ahli ilmu jiwa
perusahaan telah lama menaruh minat pada kondisi-kondisi yang menjadikan seorang
pekerja efektif dalam pekerjaannya. Suatu perbandingan penting daripada riset dalam
63
kerja, dan banyak metode yang dipergunakan oleh ahli-ahli ilmu jiwa perusahaan
Ahli-ahli ilmu jiwa perusahaan menyarankan agar hasil dari seorang pekerja dalam
suatu tugas atau pekerjaan tidak hanya dipahami, dipandang dari sudut faktor-faktor
motivasi, akan tetapi juga dari sudut kemampuannya untuk melaksanakan pekerjaan.
antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan anak buah sedemikian rupa, sehingga tidak
terjadi ketegangan (conflict). Dalam beberapa teori telah disinggung beberapa sarana
untuk memotivasi anak buah. Efektifitas setiap sarana dalam memotivasi anak buah bersifat
situasional, artinya tergantung pada jenis pekerjaan, tingkat kebutuhan dan kematangan
a. Uang
b. Pujian
c. Perhatian sunguh-sungguh terhadap anak buah selaku pribadi.
d. Persaingan.
e. Kebanggaan.
f. Pelimpahan tanggung ja'wab.
B. Hipotesis
1. Hipotesis Minor :
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kejelasan peran dengan
Kabupaten Pati;
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara koordinasi dengan efektivitas
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati;
3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara, motivasi kerja dengan
64
Kabupaten Pati;
sebagai berikut:
KEJELASAN
PERAN
KOORDINASI EFEKTIVITAS
MOTIVASI
2. Hipotesis Mayor:
Efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kejetasan peran, koordinasi
dan motivasi kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati. Adapun
apabila diuraikan dalam bentuk gambar sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini:
KEJELASAN
PERAN
KOORDINASI EFEKTIVITAS
MOTIVASI
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
suatu desain penelitian yang harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan
semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian". Sehingga
dapat disimpulkan desain penelitian merupakan semua proses kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti dalam rangka melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaannya.
kuantitatif. Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui ada tidaknya pengaruh
pokok dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati. Berdasarkan dengan tujuan
yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu ingin menjelaskan tentang pengaruh
beberapa variabel yang telah ditetapkan, maka rancangan penelitian ini termasuk dalam
hipotesis tentang hubungan dan sebab akibat antar variabel yang akan diteliti dengan
mengacu pada hipotesis yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Manasse Malo (1990 : 28), yang menyebutkan bahwa penelitian eksplanasi adalah :
66
Adapun dalam penelitian ini penulis akan menguji pengaruh yang
ditimbulkan oleh adanya kejelasan peran, koordinasi dan motivasi kerja terhadap
B. Ruang Lingkup
pembahasan penelitian ini, sehingga terhindar dan tidak terjebak oleh pengumpulan data
pada bidang yang sangat umum dan luas atau kurang relevan dengan tujuan penelitian.
C. Lokasi Penelitian
D. Variabel Penelitian
1. Klasifikasi Variabel
Dalam kegiatan penelitian ini agar mendapatkan hasil yang valid sesuai
dengan tujuan penelitian harus diikuti dengan penentuan variabel dari konsep yang
67
diangkat kemudian diikuti dengan identiflkasi dan klasifikasi atau dengan kata lain harus
Berangkat dari permasalahan yang ingin diteliti, maka variabel dalam tesis ini
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam tesis ini meliputi kejelasan peran, koordinasi dan
Adalah alat ukur untuk mengetahui dan menjelaskan tinggi rendahnya nilai
tentang pernyataan kejelasan peran seluruh pegawai yang ada di BKD dikaitkan
dengan kriteria terukur sesuai dengan job discription-nya masing-masing pada tiap
bidang terhadap efektifitas tugas pokok dan fungsi BKD dalam upaya mencapai tujuan
2) X2. Koordinasi
Koordinasi sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan suatu faktor pendukung
yang tidak boleh diabaikan, mengingat sebagai unsur proses kaitannya dengan teori
dalam hal perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan organisasi serta sebagai
3) X3. Motivasi
menjelaskan tinggi rendahnya nilai tentang motivasi kerja para pegawai BKD
Motivasi juga dapat sebagai salah satu fungsi manajemen yang berperan
68
sebagai unsur proses, yang ditujukan untuk memompa adrenalin para pegawai untuk
Variabel terikat dalam tesis ini adalah efektivitas pelaksanaan tugas dan
fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati yang merupakan output dari
Kabupaten Pati mampu melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya secara efektif dalam
rangka untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang dijabarkan kemudian ke
2. Definisi Konseptual
a. Efektivitas (Y)
organisasi dalam usahanya mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
Daerah Kabupaten Pati mempunyai informasi yang cukup tentang apa yang
sifat pekerjaannya.
c. Koordinasi (X2)
Cara untuk menyinkronkan dengan menggunakan persepsi yang ada pada seluruh
anggota organisasi serta mengintegrasikan beberapa tugas dari tiap-tiap bidang agar
hasil pekerjaan yang telah diperoleh dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
69
d. Motivasi Kerja (X3)
dimiliki untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi atau kebutuhan yang bersifat
individual.
3. Definisi Operasional
a. Efektivitas (Y)
Tingkat keberhasilan organisasi dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
administrasi perkantoran;
disiplin aparatur;
pengembangan aparatur;
melalui :
70
2) Dimensi interaksional, dengan mengukur gejalanya
melalui:
dan pengalaman.
c. Koordinasi (X2)
Bidang :
Sub Bidang:
a. Tingkat frekuensi koordinasi antara Kepala Bidang dengan Kepala Sub Bidang
d. Motivasi (X3)
71
berprestasi
berprestasi
TABEL III. 1
OPERASIONAL VARIABEL
NO. VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR
(1) (2) (3) (4)
1. Efektivitas Tingkat keberhasilan a. Tingkat kemampuan
BKD Kabupaten Pati pegawai pada tiap bidang
dalam mencapai tujuan dalam melaksanakan
dan sasaran organisasi pelayanan administrasi
melalui program- perkantoran
program kerja. b. Tingkat kemampuan
pegawai pada tiap bidang
dalam melaksanakan
peningkatan sarana dan
prasarana aparatur
c. Tingkat kemampuan
pegawai pada tiap bidang
dalam melaksanakan
peningkatan disiplin
aparatur
d. Tingkat kemampuan
pegawai pada tiap bidang
dalam melaksanakan
pembinaan dan
pengembangan aparatur
e. Tingkat kemampuan
pegawai pada tiap bidang
dalam melaksanakan
peningkatan pengembangan
sistem pelaporan capaian
kinerja dan keuangan
f. Tingkat kemampuan
pegawai pada tiap bidang
dalam melaksanakan
peningkatan kapasitas
sumber daya aparatur
72
NO. VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR
(1) (2) (3) (4)
2. Kejelasan Peran 1. Dimensi strukturalis a. Pemahaman terhadap
tugas dan tanggung
jawab (job
description).
b. Pemahaman mengenai
batas wewenang dan
hak-hak dalam
pekerjaan.
2. Dimensi interaksional a. Penerimaa
n tugas yang sesuai
dengan latar belakang
pendidikan dan
pengalaman.
b. Hambatan
yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugas.
73
3. Cara dan tingkat a. Tingkat frekuensi koordinasi
koordinasi antar antara Kepala BKD dengan
pegawai BKD Kepala Bidang
b. Tingkat frekuensi koordinasi
secara lisan
c. Tingkat frekuensi koordinasi
secara tertulis
1. Jenis Data
Adapun dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data
kuantitatif, yakni data yang berupa angka-angka yang dalam penyimpulan atau
2. Sumber Data
74
Penulisan tesis pada penelitian ini menggunakan sumber data yang terdiri dari
Pati dan data paper, yakni arsip-arsip dan datum yang berhubungan dengan efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati, sedangkan
place dalam penelitian ini adalah Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati.
Selanjutnya dalam penelitian ini dapat diperinci dalam 2 (dua) hal yakni:
a. Data Primer
Secara umum merupakan perolehan data melalui aktiyitas penulis secara langsung di
tempat penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan sesuai dengan
permasalahan yang diteliti. Data primer juga dapat diartikan sebagai pendapat-
langsung.
b. Data Sekunder
obyektif yang teruji dan terukur, biasanya diperoleh dari suatu organisasi, dapat
berasal dari pihak yang telah mengumpulkan dan mengolahnya. Sumber data
sekunder yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah berupa dokumen-
F. Instrumen Penelitian
(kuesioner/angket).
75
3. Dokumentasi, yakni digunakan untuk
1. Populasi
Penelitian ini yang menjadi populasi yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pati sebanyak 65 orang yang dibagi menjadi 5 bidang
atau bagian dan seorang Kepala BKD seperti dalam tabel di bawah ini :
TABEL III. 2
POPULASI
JUMLAH
NO. BIDANG/BAGIAN
(ORANG)
1. KEPALA BKD 1
2. SEKRETARIAT 16
3. BIDANG INFORMASI DAN DATA 12
4. BIDANG PEMBINAAN DAN KESEJAHTERAAN 10
5. BIDANG MUTASI 15
6. BIDANG PENGEMBANGAN SDM 11
JUMLAH 65
Sumber : Sekretariat BKD Kabupaten Pati, 2009
76
Simple Random Sampling dengan cara teknik undian sehingga setiap anggota populasi dapat
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar
yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut :
TABEL III. 3
TABEL KREJCIE
Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel
(N) (n) (N) (n) (N) (n)
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
77
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384
Sumber : www.google.com
berikut :
1. Kuesioner
mendapatkan informasi yang mendasar pada lapangan tentang diri sendiri (Asjari,
1983:94).
2. Wawancara (Interview)
78
dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula.
kebenaran yang lebih valid. Wawancara ini ditujukan kepada pejabat eselon II (Kepala
3. Dokumentasi
dengan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BKD Kabupaten Pati.
a. Editing
terkumpul data yang benar-benar akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Klasifikasi
c. Tabulasi
Kegiatan tabulasi secara umum diartikan sebagai penyusunan data ke bentuk tabel.
Dengan demikian data lapangan akan lebih ringkas dan mempermudah peneliti
d. Interpretasi
Tahap akhir dalam menganalisis data adalah kegiatan interpretasi, yakni untuk
mencari arti lebih luas dan mendalam dari jawaban yang diperoleh. Dalam
79
menganalisis data kuesioner, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
Tidak Mendukung : 1
Kurang Mendukung : 2
Mendukung : 3
Sangat Mendukung : 4
2) Penentuan skor
3) Penentuan Persentase
bentuk kuesioner.
80
kuesioner.
interpretasi dari datum yang terkumpul yang disusun dalam bentuk narasi. Hal ini
Rank Kendall, yakni pada dasarnya digunakan untuk menguji hipotesis yang
melihat hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel lainnya
dengan disertai analisis kualitatif secara mendalam, sehingga perlu dicari dan
variabel yang mempunyai nilai naik, sedangkan yang lainnya turun atau
apabila salah kedua (semua) variabel mempunyai nilai yang sifatnya sama
(naik semua atau turun semua), maka kedua variabel tersebut mempunyai
korelasi positif.
81
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Arikunto, Suharsimi, 1998, "Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek", Rieneka
Cipta, Jakarta.
Asyari, Sapari Imam, 1983, "Metodologi Penelitian Sosial Suatu Petunjuk Ringkas", Usaha
Nasional, Surabaya.
Gibson, L. Jannes, Ivan Cevid, M John, Jr. Donelly, H. Jones, 1996, "Organisasi,
Perilaku, Proses", Binarupa Aksara, Jakarta.
Hasibuan, SP, Malayu, 2001, Cetakan Kedua, "Organisasi dan Motivasi Dasar
Peningkatan Produktivitas", Bumi Aksara, Jakarta.
82
Prenhalindo, Jakarta.
Siagian, SP, 2003, "Teori Motivasi dan Aplikasinya", Rieneka Cipta, Jakarta.
Simamora, Henry, 1999, Cetakan Kedua, "Manajemen Sumber Daya Manusia", STIE
YKPN, Yogyakarta.
Singarimbun Masri, Sofian Efendi, 1989, “Metode Penelitian Survey”, PT LP3ES, Jakarta.
---------------, 2004, “Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya”, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan
83
Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pembentukan Badan
Kepegawaian Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja.
Lampiran 1
Identitas Responden
Jabatan :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Pangkat/Golongan :
A. EFEKTIVITAS
84
Tingkat Keberhasilan BKD Kabupaten Pati Dalam Mencapai Tujuan Dan Sasaran
Organisasi
1. Apakah Bapak/Ibu/Sdr selalu menggunakan peralatan kantor dengan tepat dan benar
dalam melaksanakan pelayanan administrasi perkantoran?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
2. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr sarana di BKD Kabupaten Pati mendukung dalam
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing?
1. Tidak mendukung 3. Mendukung
2. Cukup mendukung 4. Sangat mendukung
3. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr bahwa kebijakan dalam hal kedisiplinan yang dibuat
oleh Kepala BKD mendukung dalam peningkatan disiplin pegawai di BKD?
1. Tidak mendukung 3. Mendukung
2. Cukup mendukung 4. Sangat mendukung
4. Apakah Bapak/Ibu/Sdr dalam mengerjakan tugas selalu optimal terutama yang
berkaitan dengan hal pembinaan dan pengembangan aparatur?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
5. Apakah Bapak/Ibu/Sdr selalu membuat laporan perkembangan kegiatan setiap
bulannya?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
6. Apakah Bapak/Ibu/Sdr selalu membuat laporan keuangan triwulanan?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
7. Apakah Bapak/Ibu/Sdr selalu membuat laporan bulanan kepegawaian secara tepat
waktu?
1. Tidak pernah tepat waktu 3. Sering tepat waktu
2. Kadang tepat waktu 4. Selalu tepat waktu
8. Apakah Bapak/Ibu/Sdr pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan baik struktural
maupun fungsional yang diadakan oleh BKD?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
9. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, pendidikan dan pelatihan baik struktural maupun
85
fungsional yang diadakan oleh BKD dapat mendukung dalam peningkatan kapasitas
sumber daya aparatur?
1. Tidak dapat mendukung 3. Dapat mendukung
2. Cukup dapat mendukung 4. Sangat dapat mendukung
10. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, BKD dalam mengadakan pendidikan dan pelatihan
bagi pegawai daerah Kabupaten Pati didukung dengan dana yang memadai?
1. Tidak didukung 3. Didukung
2. Cukup didukung 4. Sangat didukung
B. KEJELASAN PERAN
Dimensi Strukturalis
11. Apakah Bapak/Ibu/Sdr sampai saat ini paham dengan jelas tentang tanggung
jawab atas hasil kerja yang harus diperoleh?
1. Tidak paham 3. Paham
2. Cukup paham 4. Sangat paham
12. Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui dengan jelas apa yang harus dikerjakan
terhadap lingkungan kerja dan tanggung jawab kepada orang lain?
1. Tidak mengetahui 3. Mengetahui
2. Cukup mengetahui 4. Sangat mengetahui
13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr paham dengan jelas tentang hak dan kewajiban
masing-masing?
1. Tidak paham 3. Paham
2. Cukup paham 4. Sangat paham
14. Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui dengan jelas hal-hal yang dilakukan organisasi
(BKD) untuk mendorong agar mampu mengelola tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawab dengan menggunakan wewenang dan hak masing-masing?
1. Tidak mengetahui 3. Mengetahui
2. Cukup mengetahui 4. Sangat mengetahui
15. Apakah Bapak/Ibu/Sdr sampai saat ini mengerti dengan jelas mengenai wewenang
dan hak-hak Bapak/Ibu dalam mengambil keputusan terhadap tindakan tertentu?
1. Tidak mengerti 3. Mengerti
2. Cukup mengerti 4. Sangat mengerti
16. Apakah Bapak/Ibu/Sdr selalu diberi wewenang yang cukup untuk mengambil
keputusan tanpa harus tergantung kepada pimpinan?
86
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
17. Apakah Bapak/Ibu/Sdr sampai saat ini mengerti dengan jelas tentang
sejauhmana batasan wewenang yang Bapak/Ibu/Sdr miliki di BKD?
1. Tidak mengerti 3. Mengerti
2. Cukup mengerti 4. Sangat mengerti
18. Apakah Bapak/Ibu/Sdr selalu diberi pekerjaan dan kepercayaan yang cukup
besar oleh atasan langsung Bapak/Ibu/Sdr untuk mempertanggungjawabkan tugas-
tugas yang menjadi wewenang dan hak-hak Bapak/Ibu/Sdr dalam organisasi?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
19. Apakah tugas dan tanggung jawab yang diberikan sesuai dengan latar
belakang pendidikan dan pengalaman Bapak/Ibu/Sdr?
1. Tidak sesuai 3. Sesuai
2. Cukup sesuai 4. Sangat sesuai
Dimensi Interaksional
20. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, pimpinan organisasi selalu mendorong untuk
menemukan cara-cara baru yang lebih baik dalam menyelesaikan pekerjaan?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
21. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, pimpinan organisasi selalu mendorong agar
mampu memfokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang Bapak/Ibu/Sdr miliki?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
22. Apakah Bapak/Ibu/Sdr selalu menerapkan hasil pendidikan formal dan
pengalaman dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
23. Apakah Bapak/Ibu/Sdr sampai saat ini selalu dapat melaksanakan setiap
pekerjaan dengan baik disertai dengan penyelesaian hambatan pekerjaan secara
baik?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
87
24. Apakah Bapak/Ibu/Sdr selalu mendapatkan supervisi dan masukan dari
pimpinan dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan tugas?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
25. Apakah Bapak/Ibu/Sdr pernah mendapatkan bantuan dari teman sejawat ketika
menghadapi hambatan dalam pelaksanaan tugas?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
C. KOORDINASI
Cara Dan Tingkat Koordinasi Antara Kepala BKD Dengan Kepala Bidang
26. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, dalam melaksanakan tugas, Kepala BKD
sering melakukan koordinasi dengan Kepala Bidang?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
Cara Dan Tingkat Koordinasi Antara Kepala Bidang Dengan Kepala Sub
Bidang
29. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, Kepala Bidang sering melakukan koordinasi
dengan Kepala Sub Bidang dalam melaksanakan tugas?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
30. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, Kepala Bidang sering melakukan koordinasi
secara tertulis dengan Kepala Sub Bidang dalam melaksanakan tugas?
1. Tidak pernah 3. Sering
88
2. Kadang 4. Selalu
31. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, Kepala Bidang sering melakukan koordinasi
secara lisan dengan Kepala Sub Bidang dalam melaksanakan tugas?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
D. MOTIVASI
Tingkat Terpenuhinya Kebutuhan Fisik
35. Apakah Bapak/Ibu/Sdr mempunyai peluang dalam pengembangan karir?
1. Tidak berpeluang 3. Berpeluang
2. Cukup berpeluang 4. Sangat berpeluang
36. Apakah Bapak/Ibu/Sdr yang berprestasi selalu mendapatkan penghargaan
secara materi baik oleh internal organisasi maupun oleh luar organisasi?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
37. Apakah penghasilan kerja yang diterima oleh Bapak/Ibu/Sdr sebagai PNS di
BKD dapat mencukupi kebutuhan ekonomi secara layak?
1. Tidak dapat mencukupi 3. Dapat mencukupi
2. Cukup dapat mencukupi 4. Sangat dapat mencukupi
89
Tingkat Terpenuhinya Kebutuhan Non Fisik
38. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr penegakan hukum khususnya bagi pegawai
yang mangkir tugas sudah terlaksana?
1. Tidak terlaksana 3. Terlaksana
2. Cukup terlaksana 4. Sangat terlaksana
39. Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, setiap kesalahan yang dilakukan oleh
pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, mendapat perlindungan dari
atasannya?
1. Tidak dilindungi 3. Dilindungi
2. Cukup dilindungi 4. Sangat dilindungi
40. Apakah Bapak/Ibu/Sdr yang berprestasi selalu mendapat penghargaan secara
sosial?
1. Tidak pernah 3. Sering
2. Kadang 4. Selalu
Lampiran 2
1. Efektivitas
a. Bagaimanakah menurut pendapat Bapak/Ibu tentang pelaksanaan program-
program yang ada di BKD sampai saat ini?
b. Menurut Bapak/Ibu, apakah tiap-tiap bidang yang ada di BKD telah mampu
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam rangka pelaksanaan
seluruh program di BKD?
c. Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah kinerja pegawai BKD sampai saat ini
terutama dalam pelaksanaan program-program BKD guna mendukung tercapainya
tujuan dan sasaran BKD?
d. Menurut Bapak/Ibu, kendala apa saja yang membuat pencapaian program-
program di BKD kurang maksimal?
90
2. Kejelasan Peran
a. Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah peran dari tiap pegawai BKD selama ini
dalam melaksanakan program-program BKD, apakah telah sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing?
b. Menurut pendapat Bapak/Ibu, masih adakah terdapat pegawai BKD yang
belum memahami dengan jelas mengenai perannya di BKD dan mengapa?
c. Menurut Bapak/Ibu, apakah pembagian kerja di BKD telah dibagi habis ke
dalam tiap-tiap bidang secara proporsional?
3. Koordinasi
Apakah menurut Bapak/Ibu koordinasi itu perlu dilakukan, mengapa?
4. Motivasi
a. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah tingkat motivasi pegawai BKD dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, kemudian apa sajakah yang diperkirakan
dapat mempengaruhi tingkat motivasi pegawai BKD?
b. Menurut Bapak/Ibu apa yang seharusnya dilakukan agar pegawai BKD
termotivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal?
91