Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penulisan

Tingkat keberhasilan suatu Organisasi/Instansi baik pemerintah maupun

swasta sangatlah ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya

manusia mempunyai peranan penting baik secara perorangan ataupun kelompok.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen yang terdapat

dalam suatu organisasi yang meliputi semua orang yang melakukan aktivitas.

Upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dapat dipandang sebagai

salah satu bentuk kepedulian Instansi terhadap pegawainya, karena mempunyai

peranan penting terhadap Penegakan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai itu

sendiri dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah di tetapkan. Kinerja adalah

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

upaya mencapai tujuan.

Pemerintah Kota Lhokseumawe merupakan Instansi pemerintah yang

berkembang sesuai dengan pertumbuhan daerah yang bergerak dalam rangka

mengembangkan potensi, meningkatkan penyelenggaraan pemerintah,

pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Untuk mencapai

harapan tersebut maka harus didukung oleh potensi pegawai yang memiliki

Disiplin Kerja yang tinggi. Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi,

terutama untuk memotivasi pegawai agar bertindak disiplin dalam melaksanakan

pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin


2

sangat bermanfaat untuk mendidik pegawai mematuhi dan menaati peraturan,

prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang

baik.

Pelaksanaan pembangunan saat ini menitikberatkan pada sektor yang turut

menentukan kemajuan suatu negara, salah satunya yaitu masalah kepegawaian

tentu saja mareka harus memperhatikan sumber daya yang dimilikinya, dengan

kata lain pegawai harus mengetahui semua peraturan yang telah ditetapkan oleh

Organisasi salah satunya adalah peraturan mengenai kedisiplinan. Menurut

Nainggolan (2003) menyatakan bahwa masalah kedisiplinan kerja merupakan

masalah yang perlu diperhatikan, sebab dengan adanya kedisiplinan dapat

mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Disiplin

kerja diperlukan karena disiplin merupakan bentuk ketaatan dari perilaku

seseorang untuk mematuhi ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan tertentu

yang berkaitan dengan pekerjaan dan diberlakukan dalam suatu organisasi atau

perusahaan.

Peranan Bagian Organisasi adalah mewujudkan kedisiplinan PNS sebagai

pelaksana peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,

agar terwujud dan terlaksana dengan baik, tentunya diperlukan sumber daya

manusia yang profesional dan berkualitas serta memiliki disiplin kerja yang

tinggi. Hal ini penting sehingga tidak akan terjadi penyelewengan,

penyalahgunaan wewenang, pemborosan kekayaan dan keuangan negara serta hal-

hal lain yang dapat merugikan negara. Untuk mewujudkan Aparatur Negara yang

demikian pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menegakkan disiplin kerja


3

di kalangan Pegawai Negeri Sipil. Hal ini dapat dibuktikan dengan lahirnya

peraturan pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Negeri Sipil.

Disiplin merupakan tindakan pegawai sebagai sikap menghargai, mematuhi

dan mentaati segala peraturan dan ketentuan yang berlaku di dalam Organisasi

agar pelaksanaan tugas yang diberikan dapat dijalankan sesuai dengan tujuan

organisasi dan siap untuk menerima sanksi jika melanggar tugas dan wewenang,

dengan kata lain disiplin merupakan prasyarat utama untuk memberikan

pelayanan prima bagi masyarakat. Sedangkan kedisiplinan berarti ketaatan atau

kepatuhan seseorang terhadap peraturan perundang-undangan, kaidah, norma-

norma dan hukum yang berlaku, semua aturan dan tata tertib tentu mengandung

nilai-nilai yang positif dan setiap orang dituntut untuk melaksanakannya dengan

penuh disiplin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pegawai Negeri

merupakan salah satu alat perlengkapan tata usaha negara yang diangkat dan

digaji oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut harus

berdasarkan pada segala peraturan yang mengaturnya yang telah dibuat dan

ditetapkan oleh Negara.

Ada beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengatur

mengenai Pegawai Negeri Sipil, salah satunya adalah Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil. Di

dalam peraturan tersebut berisi mengenai kewajiban, larangan dan sanksi bagi

Pegawai Negeri Sipil yang tidak melakukan kewajibannya serta melanggar

larangan yang diatur dalam peraturan tersebut, pelanggaran disiplin dapat


4

berbentuk sederhana maupun dalam bentuk yang lebih berat, misalnya dengan

membuat kebijakan penundaan kenaikan gaji secara berkala, penundaan kenaikan

pangkat selama 1 (satu) tahun. Apabila seringnya pelanggaran disiplin, akan

mempengaruhi tingkat kerja yang dihasilkan oleh seseorang pegawai yang

seharusnya digunakan untuk bekerja didalam organisasi, karena disiplin juga

merupakan faktor yang menentukan dan meningkatkan karier seseorang. Selain

itu, dengan disiplin kerja yang tinggi dari pegawai, maka akan dapat merasakan

hasil kerja yang selama ini ditekuni dan akan mampu merasakan kepuasan dalam

bekerja.

Menurut Kartiwa (2005), pakar Administrasi menyatakan bahwa disiplin

Pegawai Negeri rendah dikarenakan tidak tegaknya peraturan perundang-

undangan yang mengaturnya. Seharusnya seorang pemimpin di suatu dinas atau

bagian memiliki kewenangan untuk menindak atau memberi teguran kepada anak

buahnya yang tidak disiplin atau yang melakukan pelanggaran. Menurut Rusyan

(2004) mengemukakan beberapa perilaku pegawai yang tidak disiplin yang dapat

dihukum adalah keabsenan, kelambanan, meninggalkan tempat kerja, tidur ketika

bekerja, memperlambat pekerjaan dan sebagainya. Akan tetapi tidak banyak

pemimpin yang menegakkan peraturan ini padahal pemerintah sudah mengaturnya

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 53 Tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Permasalahan mengenai kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil sering dikaitkan

dengan peran pihak pemerintah untuk mewujudkan penegakan disiplin kinerja

tersebut dikalangan Pegawai Negeri Sipil. Dalam Undang-undang No. 53 tahun


5

2010 menyebutkan bahwa untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang

berdaya guna dan berhasil guna, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang

profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang

dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja.

“Penegakan Disiplin” merupakan bagian dari upaya melakukan reformasi

birokrasi. Salah satu upaya penegakan disiplin yaitu dengan pemberian

penghargaan bagi pegawai yang berprestasi, dan pemberian hukuman bagi yang

yang melanggar aturan. Disiplin dijalankan agar bisa mendorong para pegawai

untuk mengikuti berbagai aturan sehingga penyelewengan jam kerja dapat

dicenggah. Terciptanya disiplin yang tinggi dimulai dari diri masing-masing dan

dikembangkan melalui pembiasaan yang baik. Salah satu cara yang ditempuh oleh

perusahaan dalam meningkatkan kinerja pegawainya, misalnya dengan melalui

pendidikan, pelatihan, pemberian kompensasi yang layak, dan pemberian

motivasi.

Tujuan dari kedisiplian adalah untuk memperbaiki kegiatan diwaktu yang

akan datang, bukan menghukum kegiatan dimasa lalu sehingga kegiatan yang

akan dilaksanakan dapat lebih baik lagi. Dengan cara ini pegawai dapat menjaga

disiplin diri mareka bukan semata-mata karena dipaksa melainkan memiliki

tanggung jawab untuk menciptakan kedisiplinan, dengan adanya disiplin akan

meningkatkan kinerja pegawai yang baik dalam mencapai tujuan suatu organisasi.

Sehubungan dengan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih

lanjut mengenai “Peranan Bagian Organisasi Dalam Penegakkan Disiplin

Terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe”


6

1.1. Permasalahan

Sehubungan dengan uraian Latar Belakang Penulisan di atas, maka penulis

dapat merumuskan beberapa permasalahan antara lain :

1. Bagaimana Peranan Bagian Organisasi Dalam Penegakan Disiplin Terhadap

Kinerja Pegawai Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe?

2. Bagaimana Tingkat Kedisiplinan Pegawai Sekretariat Daerah Kota

Lhokseumawe?

3. Bagaimana Upaya yang dilakukan dalam Penegakan Disiplin Terhadap

Kinerja Pada Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe ?

1.2. Tujuan Permasalah

Untuk menetapkan tujuan yang jelas dalam suatu penelitian, adapun yang

menjadi Tujuan Penulisan adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Peranan Bagian Organisasi Dalam Penegakan Disiplin

Terhadap Kinerja Pegawai?

2. Untuk Mengetahui Tingkat Kedisiplinan Pegawai Sekretariat Daerah Kota

Lhokseumawe?

3. Untuk Mengetahui Upaya yang akan dilakukan dalam Penegakan Disiplin

Terhadap Kinerja dan Bagaimana Sanksi jika terjadi Pelanggaran Disiplin

pada Pegawai?
7

BAB II
GAMBARAN UMUM SEKRETARIAT DAERAH
KOTA LHOKSEUMAWE

2.1. Sejarah Singkat Pemerintah Kota Lhokseumwe

Kata Lhokseumawe berasal dari kata “Lhok” yang artinya dalam, palung

laut dan “Seumawe” yang artinya air yang berputar-putar atau pusat mata air pada

laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti dan sekitarnya. Keterangan lain juga

menyebutkan bahwa kata Lhokseumawe “berasal dari Nama Seorang Teungku

yaitu Teungku Lhokseumawe yang makamnya terdapat di kampung Uteun Bayi

dan merupakan kampung tertua yang ada di Kecamatan Banda Sakti.

Secara Geografis Pemerintah Kota Lhokseumawe terletak pada 04°54´-

05°18´ Lintang Utara dan 96°-26´-97°21´ Bujur Timur, diapit oleh Selat Malaka

dan Menepati Bagian Tengah Kabupaten Aceh Utara dengan Luas Wilayah

181,06 km² yang berbatasan sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten

Aceh Utara.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten

Aceh Utara.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh

Utara.

Pada Dasarwarsa Kedua Abad XX diantara seluruh Daratan Aceh salah

satunya pulau kecil dengan luas sekitar 11 km yang dipisahkan oleh Sungai
8

Krueng Cunda diisi dengan Bangunan-bangunan Umun, militer dan Perhubungan

Kereta Api oleh Pemerintah Belanda. Pulau Kecil dengan beberapa Desa yaitu

Kampung Uteun Bayi, Kampung Kuta Blang, Kampung Keude Aceh, Kampung

Jawa, Kampung Mon Geudong, Kampung Teumpok Tuengoh, Kampung Hagu,

dan Kampung Ujong Blang dengan keseluruhan jumlah penduduknya sebanyak

5.500 jiwa yang secara jamak disebut Lhokseumawe. Bangunan demi bangunan

mengisi daratan ini sampai terbentuk sebuah Kota yang memiliki Pelabuhan,

Pasar, Stasiun Kereta Api dan Kantor-kantor Lembaga Pemerintah. Kota

Lhokseumawe mempunyai Iklim Tropis dengan suhu rata-rata 28° C 32° C, dan

curah hujan 1.704 mm/tahun, serta berada pada ketinggian 0 m 250 m diatas

permukaan laut.

Pada Tahun 1956 dengan UU DRT Nomor : 7 Tahun 1956 terbentuk

Daerah Otonon Kabupaten-kabupaten dalam Lingkaran Daerah Provinsi Sumatra

Utara dimana salah satu Kabupaten diantaranya adalah Aceh Utara dengan

Ibukotanya Lhokseumawe dengan wedananya Muhammad Hasan dan Bupati

Aceh Utara saat itu adalah Tgk. A. Wahab Dahlawy. Kemudian pada tahun 1964

ditetapkan bahwa kemukiman Banda Sakti dalam Kecamatan Muara Dua

dijadikan Kecamatan tersendiri dengan Nama Kecamatan Banda Sakti.

Nama Banda Sakti diberikan oleh Kolonel Habib Muhammad Syarif

selaku Danrem Lilawangsa pada saat itu. Camat Banda Sakti yang perdana adalah

Muhammad Jamil Insya Seorang Pensiunan ABRI dan masa jabatannya berakhir

pada Tahun 1966. Pada Tahun 1967 Camat Banda Sakti dijabat oleh Teungku

Ramli Angkasah.
9

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Pemerintah di daerah berpeluang meningkatkan status Lhokseumawe menjadi

Kota Administratif dengan Nota Dinas Bupati Kepala Daaerah Tingkat II Aceh

Utara Nomor : 125/50/80/1980 Tanggal 12 Mei 1980, Drs. H. Mahyiddin AR

ditunjuk sebagai ketua Tim Rencana Kota Lhokseumawe menjadi Kota

Administratif (Kotif) Lhokseumawe dibawah arahan Bupati Aceh Utara Kolonel

H. Ali Basyah.

Sejak Tahun 1988 gagasan peningkatan status Kotif Lhokseumawe

menjadi Kotamadya mulai diupayakan sehingga kemudian lahir UU Nomor 2

Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe tanggal 21 Juni 2001 yang

ditandatangani Presiden RI Abdurrahman Wahid yang mencakup 4 (empat)

Kecamatan yaitu :

- Kecamatan Banda Sakti

- Kecamatan Muara Dua

- Kecamatan Muara Satu

- Kecamatan Blang Mangat

Wilayah Kota Lhokseumawe seluas 18.108 Ha dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan atau kebutuhan masyarakat yang sebagian besar untuk

kebutuhan :

- Pemukiman = 8.491 Ha (46,89)

- Usaha kebun campuran = 4.590 Ha (25,35%)

- Persawahan = 1.679 Ha (9,27)

- Perkebunan Rakyat = 1.678 Ha (927%)


10

- Hutan Belukar = 1.670 Ha (9,22%)

Wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe yang meliputi 4 kecamatan

terdiri dari:

- Kemukiman 9

- Kelurahan 6

- Desa 62

Selanjutnya mulai tanggal 11 Juni 1996 di jabat oleh Drs. Rachmatsyah

dibawah Pimpinan Bupati Aceh Utara yaitu H. Kamaruddin Hasbullah, SE

menegaskan Peningkatan Status Kota Administratif Lhokseumawe menjadi kota

Madya. Kemudian Pada Tahun 2000 Bupati Aceh Utara Tarmizi A. Karim

Merekomendasikan Peningkatan Status itu bersama pimpinan DPRD Aceh Utara

yang diketuai oleh H. Saifuddin Ilyas.

Kemudian Pada Tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta, Menteri Dalam

Negeri Subarno Meresmikan Pemerintahan Kota Lhokseumawe bersama 12

Kabupaten/Kota seluruh indonesia.

Selanjutnya Pada Tanggal 2 November 2001 bertempat di Banda Aceh Gubernur

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Ir. H. Abdullah Puteh melantik Drs. H.

Rachmatsyah, MM sebagai Pejabat Walikota Lhokseumwe yang pertama.

Pada tahun 2006 terjadi pemekaran Kecamatan Muara Dua menjadi 2

(dua) kecamatan yaitu Muara Satu, sehingga pada saat itu Pemerintah Kota

Lhokseumawe memiliki 26 SKPD yang meliputi 10 (sepuluh) Dinas, 8 (delapan)

Badan, 2 (dua) Kantor, 4 (empat) Kecamatan, Setda dan Satuan.


11

2.2. Struktur Organisasi

Organisasi berasal dari istilah Yunani “Organon” dan istilah Latin yaitu

“Organum” yang berati alat, bagian, anggota. Organisasi merupakan kumpulan

orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, organisasi tercipta

bila beberapa orang bergabung untuk mencapai tujuan bersama, secara umum

dapat dikatakan bahwa visi suatu organisasi merupakan suatu gambaran tentang

keadaan ideal dari organisasi dimasa depan yang mempunyai daya tarik dari setiap

anggota didalam organisasi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi itu dapat

didefinisikan sebagai berikut :

1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama

untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu.

2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara skematis

tentang hubungan-hubungan kerja sama dari orang-orang dalam suatu

organisasi dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan.

Beberapa pendapat Para Ahli tentang pengertian definisi Organisasi :

Menurut Bernard (2001) Organisasi merupakan Suatu sistem dari aktivitas

kerja sama yang dilakukan oleh dua atau lebih. Menurut Hasibuan (2002)

Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu

tujuan bersama. Menurut Money (2001) Organisasi sebagai bentuk wadah atau

sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama.
12

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian

serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan

kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Struktur Organisasi

menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu

dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam

struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa

melapor kepada siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa yang dikerjakan.

Menurut Manulang (2001), Struktur Organisasi dapat didefinisikan sebagai

berikut : “Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara

skematis tentang hubungan-hubungan, kerja sama dari orang-orang yang terdapat

dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan.”

Menurut Gie (2002), Struktur Organisasi adalah suatu kerangka yang

menunjukkan hubungan diantara pejabat maupun bidang-bidang kerja satu sama

lain, sehingga lebih jelas kedudukan, wewenang daan tanggung jawab masing-

masing dalam suatu kebulatan yang teratur. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa

struktur organisasi perusahaan yang baik adalah adanya pendelegasian wewenang

yang sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawab setiap fungsi, sehingga

memungkinkan tercapainya tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut

dapat kiranya dilaksanakan peraturan-peraturan serta kewajiban perusahaan

tersebut guna mencapai hasil yang memuaskan.

Berdasarkan Peraturan Walikota Lhokseumawe Nomor 04 Tahun 2010

Tentang Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe terdiri dari :

a. SEKDA;
13

b. Asisten terdiri dari :

1. Asisten Tata Praja, terdiri dari;

a) Bagian Pemerintahan, terdiri dari :

1. Sub Bagian Perangkat Daerah;

2. Sub Bagian Otonomi Daerah;

3. Sub Bagian Pemerintahan Mukim, Gampong dan Kelurahan.

b) Bagian Hukum dan Organisasi, terdiri dari:

1. Sub Bagian Perundang-undangan;

2. Sub Bagian Bantuan Hukum dan HAM;

3. Sub Bagian Dokumentasi Hukum.

2. Asisten Ekonomi dan Pembangunan, terdiri dari:

a) Bagian Ekonomi dan Pembangunan terdiri dari:

1. Sub Bagian Ekonomi;

2. Sub Bagian Penyusunan Program;

3. Sub Bagian Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan.

b) Bagian Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari:

1. Sub Bagian Agama, Pendidikan dan Kebudayaan;

2. Sub Bagian Sosial dan Kesehatan;

3. Sub Bagian Pemberdayaan Masyarakat, Pemuda dan Olah Raga.

3. Asisten Administrasi dan Umum, terdiri dari :

a) Bagian Umum terdiri dari :

1. Sub Bagian Tata Usaha dan Keuangan;

2. Sub Bagian Rumah Tangga, Sandi dan Telekomunikasi;


14

3. Sub Bagian Pengadaan.

b) Bagian Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi, terdiri dari :

1. Sub Bagian Komunikasi dan Informasi;

2. Sub Bagian Protokoler;

3. Sub Bagian Pengolahan Data Elektronik dan Dokumentasi.

c) Bagian Organisasi, terdiri dari :

1. Sub Bagian Kelembagaan dan Tata Laksana;

2. Sub Bagian Kepegawaian;

3. Sub Bagian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) dan Perpustakaan.

c. Kelompok Jabatan Fungsional yang diangkat menurut keahlian dan kebutuhan

untuk menunjang tugas Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe.

Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe sebagaimana

dimaksud dalam lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

peraturan ini.

Asisten berada dibawah dan tanggung jawab dari Sekretaris Daerah. Bagian

Pada Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe masing-masing dipimpin oleh

seorang Kepala Bagian yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada

Sekretaris Daerah melalui Asisten sesuai dengan bidang dan tugasnya. Sub

Bagian pada Sekretaris Daerah Kota Lhokseumwe dipimpin oleh seorang Kepala

Sub Bagian yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada bagian sesuai

dengan bidang tugasnya masing-masing.


15

2.3. Visi dan Misi Pemerintah Kota Lhokseumawe

Visi
“BERSAMA RAKYAT KITA MEMBANGUN DAN
MEWUJUDKAN KOTA LHOKSEUMAWE YANG ISLAMI, MAKMUR,
SEJAHTERA DAN BERADAT (BERSIH, AMAN DAN TERTIB).”
Adapun penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah :
1. Bersama rakyat kita membangun adalah keikutsertaan stakerholder dalam

tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pembangunan.

2. Mewujudkan Kota Lhokseumawe yang islami adalah kehidupan masyarakat

dan kehidupan berpemerintahan dilandasi nilai-nilai agama islam.

3. Beradat (bersih, aman, tertib) adalah kehidupan dan dinamika Kota

Lhokseumawe yang selalu menampilkan kondisi bersih, aman dan tertib.

4. Makmur dan Sejahtera adalah pembangunan yang dapat mewujudkan

kesejahteraan yang dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Misi

1. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat berupa barang dan jasa publik

meliputi akses terhadap pelayanan air minum, kesehatan dan pendidikan.

2. Memperkuat dan meningkatkan kapasitas dan kinerja pemerintahan yang

berlandaskan pada prinsip yang demokratis, transparan, akuntabel, efektif,

efisien, distributif dan partisiatif.

3. Mendorong pengembangan sektor-sektor ekonomi kerakyatan meliputi

perdagangan, jasa, industri dan pariwisata guna memperluas kesempatan kerja

dan peningkatan daya beli masyarakat.

4. Meningkatkan pembangunan politik masyarakat dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan.


16

2.4. Fungsi dan Tujuan Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe

SETDA merupakan unsur Staf Walikota dalam merumuskan kebijakan

penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan. SETDA di pimpin oleh

seorang SEKDA yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

SETDA mempunyai tugas dan kewajiban membantu Walikota dalam menyusun

kebijakan dan mengkoordinasikan Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan

Lembaga Daerah.

SETDA dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, menyelenggarakan

fungsi :

a. Perumusan program dalam lingkup SETDA sesuai dengan rencana strategis

Pemerintah Daerah;

b. Penyusunan kebijakan Pemerintahan Daerah;

c. Perumusan kebijakan Teknis penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

d. Perumusan kebijakan Teknis di bidang Perekonomian Daerah;

e. Perumusan kebijakan Teknis di bidang Peraturan Perundang-undangan yang

berhubungan dengan tugas Pemerintah Daerah;

f. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah;

g. Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah;

h. Perumusan kebijakan di bidang organisasi dan Tata Laksana perangkat daerah

di lingkungan Pemerintah Daerah;

i. Menyelenggarakan Administrasi Pemerintahan, Penggelolaan Rumah Tangga,

Sarana dan Pasaran Pemerintah Daerah;

j. Pengelolaan Sumber Daya Aparatur, Keuangan, Prasarana dan Sarana;


17

k. Pembinaan Pemerintah, Pembangunan dan Pembinaan Kemasyarakatan dalam

arti mengumpulkan dan menganalisa data, merumuskan program dan petunjuk

teknis serta memantau perkembangan penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan pembinaan masyarakat;

l. Pembinaan Administrasi, Organisasi dan Tata Usaha serta memberikan

pelayanan teknis Administrasi kepada seluruh perangkat daerah;

m. Melaksanakan hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga; dan

n. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang di berikan oleh Kepala

Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya;

Pada Bagian Organisasi dalam menyelenggarakan Tugas fungsinya,

mempunyai kewenangan sebagai berikut :

a. Pengkoordinasian Penyusunan Peraturan Perundang-undangan;

b. Pengkajian Kebijakan Daerah dan Fasilitasi Penyusunan Kebijakan Daerah;

c. Pengkoordinasian dengan Instansi terkait dalam Rangka Analisis kebijakan

daerah;

d. Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan Tata Laksana Umum pada Dinas Daerah,

Lembaga Teknis Daerah menurut urutan masing-masing sebagai bahan

Pembinaan dan Penyempurnaan Tata Laksana Umum;

e. Pemeriksaan dan Mengolah/mengevaluasi data yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugas Organisasi dan Tata Laksana, Kelembagaan serta LAKIP;

dan

f. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya;


18

BAB III

PERANAN BAGIAN ORGANISASI DALAM PENEGAKAN DISIPLIN


TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA SEKRETARIAT
KOTA LHOKSEUMAWE

3.1. Pengertian Organisasi


Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana

orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,

terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang,

material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya

yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui

keberadaannya oleh masyarakat sekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti;

pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-

anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

Menurut para ahli Siagian (2001), mendefinisikan “Organisasi ialah bentuk

persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama serta secara formal

terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan

yang mana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan

seseorang/sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.

Menurut Soekanto (2003), “Peranan merupakan aspek yang dinamis dari

kedudukan (status)”. Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.

Peranan berasal dari kata peran, peran memiliki makna yaitu seperangkat

tingkat yang diharapkan serta dimiliki oleh yang berkendudukan di masyarakat.


19

Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peranan adalah perilaku pemimpin

kelompok swadaya masyarakat membawa perannya dalam mengembangkan usaha

anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam pemberdayaan masyarakat

miskin kota.

Bagian adalah suatu susunan dalam suatu Instansi yang meliputi bagian-

bagian tertentu dengan peraturan-peraturan yang di berlakukan. Penegakan adalah

Suatu peraturan yang dibuat oleh pihak tertentu, yang berlaku dan harus

dijalankan serta tidak dilanggar. Menurut Moukijat (2001), Secara etiomologis,

kata “disiplin” berasal dari kata latin ”diciplin” yang berati latihan atau

pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabi’at. Disiplin

adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional.

Pengertian disiplin dikemukakan juga oleh Nitisemito (2000), yang mengartikan

disiplin sebagai suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan

dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis.

Menurut Mangkunegara (2002) “Kinerja (prestasi Kerja) adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”.

Menurut Wursanto (2004), Pegawai adalah mareka yang telah memenuhi

syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenamg dan diserahi tugas
20

dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.2. Peranan Organisasi

Beberapa Teori Organisasi adalah sebagai berikut :

1. Teori Birokrasi

Dikemukan oleh ”Weber” (2003) istilah Birokrasi berasal dari kata

Legal_Rasional : “Legal” adalah wewenangnya dari aturan, prosedur, dan

peranan. Sedangkan “Rasional” adalah rasional dalam penetapan tujuan dan

rancangan.

2. Teori Administrasi

Teori ini dikembangkan oleh Fayol (2001), yang menjadi dasar teori

administrasi adalah :

a. Pembagian kerja

b. Wewenang dan tanggung jawab

c. Disiplin

d. Aturan

e.Mendahulukan kepentingan umum

Teori ini menjelaskan bila setiap orang mengetahui peranan mereka, tanggung

jawab mereka dan kepada siapa mereka harus bertanggung jawab dan organisasi

dapat berjalan dengan baik.

Peranan Organisasi tidak hanya melayani dan mempelancar tugas-tugas rutin

tetapi juga mampu melancarkan dan melayani tugas-tugas di bidang

pembangunan, pekerjaan kantor yang perlu diperhatikan adalah memberikan


21

pelayanan baik terhadap atasan maupun terhadap masyarakat luas. Peranan

Organisasi sangat penting dalam mengatur serta menggerakkan mekanisme kerja

dalam suatu sistem pemerintahan.

Hal ini sangat berperan dalam meningkatkan kedisiplinan pegawai

sehingga dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi dari organisasi didalam

menjalankan kegiatan dan pekerjaan yang telah direncanakan, pekerjaan dapat

lebih cepat dan tepat diselesaikan jika didukung oleh peran serta pegawai di dalam

melaksanakan pekerjaan, serta peran pimpinan didalam mengatur pekerjaan

tersebut.

3.2.1. Tugas-tugas Bagian Organisasi

Bagian Organisasi mempunyai tugas membantu Asisten Administrasi

Umum dalam memimpin, mengendalikan, dan mengkoordinasikan pelaksanaan

sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah di

bidang organisasi yang meliputi urusan Kelembagaan dan Tata Laksana,

Kepegawaian serta di bidang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) dan Perpustakaan.

Rincian Tugas Bagian Organisasi adalah sebagai berikut :

1. Bagian Organisasi dipimpin oleh kepala Bagian yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Asisten Administrasi Umum;

2. Bagian Organisasi membawahkan sub bagian dan masing-masing sub bagian

dipimpin oleh kepala sub bagian dan bertanggung jawab kepada kepala

bagian.

3. Menyusun rencana dan program kerja Bagian Organisasi;


22

4. Melaksanakan dan mengkoordinasi perumusan peraturan dalam bidang

Kelembagaan dan Tata Laksana, Kepegawaian serta di bidang LAKIP dan

Perpustakaan;

5. Menyusun konsep perumusan kebijakan dan petunjuk teknis penataan

pengembangan Kelembagaan dan Tata Laksana, Kepegawaian serta di bidang

LAKIP dan Perpustakaan ;

6. Mengevaluasi pelaksanaan pembinaan di Bidang Organisasi dan Tata

Laksana, Kelembagaan serta di Bidang LAKIP;

7. Monitoring Gerakan Disiplin dan Pengawasan melekat di Lingkungan

Pemerintah Kota sesuai dengan Program Kerja dalam rangka meningkatkan

harkat dan martabat PNS;

8. Mengolah dan mengevaluasi data yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas

Organisasi dan Tata Laksana; dan

9. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3.2.2. Fungsi dan Tujuan Bagian Organisasi

Setelah tujuan organisasi ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah

merumuskan tujuan tersebut dengan terperinci dan jelas termasuk batasan-

batasannya.

Menurut Gibson (2001) Tujuan Organisasi adalah suatu kondisi atau keadaan

jangka panjang yang bila dicapai akan membantu misi dari sebuah organisasi.

Fungsi dan Tujuan Organisasi menurut Syamsi (2002) adalah :

1. Sebagai pedoman bagi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan nantinya.


23

2. Sebagai sumber legitimasi untuk membenarkan segala kegiatan yang akan

dilaksanakan.

3. Sebagai standar pelaksanaan dimana segala kegiatan harus berorientasi pada

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Sebagai sumber motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih produktif.

5. sebagai dasar rasional bagi kegiatan berorintasi.

Pada Bagian Organisasi dalam menyelenggarakan tugas fungsinya,

mempunyai kewenangan sebagai berikut :

1. Pengkoordinasian Penyusunan Peraturan Perundang-undangan;

2. Pengkajian Kebijakan Daerah dan Fasilitasi Penyusunan Kebijakan Daerah;

3. Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan Tata Laksana Umum pada Dinas Daerah,

Lembaga Teknis Daerah menurut urutan masing-masing sebagai bahan

Pembinaan dan Penyempurnaan Tata Laksana Umum;

4. Pembinaan Administrasi Perkantoran;

5. Pemberian pelayanan dan pembinaan kepadan unsur terkait di lingkup

tugasnya serta pelaksanaan hubungan kerja sama dengan SKPD,

lembaga/instansi, terkait dalam rangka penyelenggaraan kegiatan bagian;

6. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian tugas bawahan;

7. Pemberian laporan pertanggungjawaban tugas bagian kepada Walikota

melalui Sekretaris Daerah dan Asisten terkait serta laporan kinerja bagian

sesuai ketentuan yang berlaku; dan

8. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


24

3.2.3. Sub-sub Bagian Organisasi

a. Sub Bagian Kelembagaan dan Tata Laksana

Mempunyai tugas mengumpulkan bahan pembinaan dan petunjuk teknis

di bidang kelembagaan dan tata laksana.

Rincian tugas Kelembagaan dan Tata Laksana adalah sebagai berikut :

1. Menyusun rencana dan program kerja sub bagian kelembagaan dan tata

laksana;

2. Mengumpulkan bahan untuk penyusunan pedoman dan petunjuk teknis

pelaksanaan kegiatan kelembagaan dan tata laksana;

3. Melaksanakan pembinaan dan penataan dalam penerapan tata naskah dinas

dan penggunaan pakaian dinas;

4. Menyusun konsep kebijakan dan petunjuk teknis pengendalian dan penataan

pengembangan kelembagaan organisasi perangkat daerah;

5. Menyiapkan bahan penyusunan kelembagaan di lingkungan Pemerintah Kota;

6. Melaksanakan penelitian dan pembuatan Rancangan Qanun tentang penataan,

penyempurnaan, pengembangan, pembentukan dan penghapusan organisasi

perangkat daerah;

7. Melaksanakan penataan perangkat daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-

undangan;

8. Menyusun bahan pembinaan dan petunjuk teknis di bidang kelembagaan dan

tata laksana.

9. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan

sesuai dengan tugas pokoknya.


25

b. Sub Bagian Kepegawaian

Mempunyai tugas mengumpulkan bahan pembinaan dan petunjuk teknis di

bidang kepegawaian.

Rincian tugas Sub Bagian Kepegawaian adalah sebagai berikut :

1. Menyusun rencana dan program kerja sub bagian kepegawaian;

2. Melaksanakan kegiatan pengelolaan administrasi kepegawaian SETDA;

3. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian SETDA,

4. Melaksanakan penyiapan dan pengusulan pegawai yang akan pensiun,

peninjauan masa kerja serta pemberian penghargaan;

5. Melaksanakan penyiapan bahan kenaikan pangkat, Daftar Penilai PNS (DP3),

Daftar Urut Kepangkatan (DUK), Sumpah/janji pegawai, gaji berkala dan

peningkatan kesejahteraan pegawai;

6. Menyiapkan bahan pegawai untuk mengikuti pendidikan/pelatihan

kepemimpinan teknis dan fungsional;

7. Menyiapkan bahan pembinaan kepegawaian;

8. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan kegiatan sub bagian kepegawaian; dan

9. Menyusun bahan pembinaan disiplin dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

c. Sub Bagian Lakip dan Perpustakaan

Mempunyai tugas mengumpulkan bahan pembinaan dan petunjuk teknis di

bidang laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan Perpustakaan.

Rincian tugas Sub Bagian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) dan Perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rencana dan program kerja sub bagian LAKIP dan Perpustakaan;
26

2. Menyusun konsep kebijakan dan petunjuk teknis pengendalian

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kota dan penyelenggaraan

perpustakaan;

3. Melaksanakan penyusunan LAKIP dan Rencana Kerja Tahunan (RKT)

setiap tahun;

4. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan LAKIP

dan RKT serta dalam hal penyelenggaraan perpustakaan;

5. Mengumpulkan bahan-bahan pembinaan untuk penyusunan LAKIP dan

RKT dan penyelenggaraan perpustakaan;

6. Menyiapkan data dan informasi di bidang perpustakaan;

7. Dapat mengelola bahan-bahan dan buku-buku pustaka; dan

8. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan

sesuai dengan tugas pokoknya.

3.2.4. Tingkat Kedisiplinan Pegawai Sekretariat Daerah Kota


Lhokseumawe

Tingkat kedisiplinan pegawai Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe

selama ini sudah cukup baik dengan tingkat persentase rata-rata 75,86%, ini

menunjukkan tingkat kesadaran kedisiplinan pegawai kita semakin tinggi. Hanya

pada hari-hari tertentu saja seperti hari motong (hari megang), bulan puasa

suasana didalam ruangan terlihat sepi, kondisi ini karena ada sebagian pegawai

yang cuti dan ada juga tanpa keterangan.


27

Diadakan Sidak (inspeksi mendadak) yang di lakukan oleh Para Pimpinan

(Walikota, Wakil Walikota dan Sekretaris Daerah) pada waktu tertentu menjadi

shock terapi yang dapat membantu peningkatan kedisiplinan pegawai.

Dalam sidak tersebut sengaja dilakukan untuk melihat apakah PNS

disiplin masuk kerja atau tidak setelah Idul Adha, jika ada PNS maupun Honorer

dan Tenaga Bakti yang tidak disiplin akan dikenakan sanksi administrasi dipotong

Tunjangan Prestasi Kerja (TPK) sebesar 4,5 persen per satu hari tidak masuk

kerja, dan bagi yang sudah sering bolos akan dicek absensinya dan akan ditahan

gajinya. Jika ketahuan mangkir akan dikenakan Peraturan Pemerintah RI No. 53

Tahun 2010 tentang disiplin PNS. “Siapa saja PNS yang tidak melaksanakan atau

melanggar tugas, maka akan dikenakan sanksi, baik melalui teguran lisan maupun

tulisan”. Pada kesempatan itu Sekda juga memberikan arahan dan peringatan

kepada PNS agar menjaga disiplin dalam betugas, ini menunjukkan tingkat

kesadaran kedisiplinan pegawai kita semakin tinggi. Faktor penting yang perlu di

perhatikan dalam disiplin kerja pegawai atau karyawan adalah ketepatan waktu,

pemanfaatan sarana kantor dengan baik, tanggung jawab terhadap pekerjaan atau

tugas kantor yang ditugaskan kepadanya serta ketaatan terhadap peraturan kantor.

3.2.5. Upaya yang di lakukan dalam penegakan disiplin terhadap kinerja


Pada Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe

Upaya yang perlu dilakukan Bagian Organisasi Pada Sekretariat Daerah

Kota Lhokseumawe dalam penegakan disiplin terhadap kinerja adalah bertindak

tegas atau memberi teguran bagi yang melanggar peraturan dan ketentuan yang
28

berlaku didalam suatu Organisasi, dan siap untuk menerima sanksi jika melanggar

tugas dan wewenang.

Agar para pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak melanggar aturan-aturan dan

norma-norma yang berlaku didalam suatu Organisasi, supaya mendapatkan

kinerja yang maksimal, hal ini sangat berperan dalam meningkatkan efektivitas

dan efisiensi dari organisasi di dalam menjalankan kegiatan dan pekerjaan yang

telah direncanakan.

Sesuai kententuan PP Nomor 53 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil, sanksi yang dijatuhkan bisa berupa :

1. Jenis hukuman Disiplin Ringan terdiri dari :

a. Teguran Lisan;

b. Teguran Tertulis; dan

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.

2. Jenis hukuman Disiplin Sedang terdiri dari :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;

b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

3. Jenis hukuman Disiplin Berat terdiri dari :

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah 3 (tiga) tahun;

b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;

c. Pembebasan dari jabatan;

d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS;

dan
29

e. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Jika peraturan itu dilanggar, atasan wajib mencatat bawahan yang mangkir

atau datang siang hari, dan memberi sanksi secara tegas dan perlu disadari pula

sanksi bukanlah hukuman, tapi salah satu upaya pembinaan disiplin kepada PNS.

Bab II pasal 3 PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Negeri Sipil menyebutkan, bahwa diantara kewajiban pegawai negeri adalah

menaati ketentuan jam kerja. Sedangkan pasal 1 menyebutkan, pegawai negeri

wajib menaati perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku dan

pegawai negeri wajib menaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang.

Penyimpanan dari ketentuan tersebut merupakan pelanggaran disiplin, sesuai

ketentuan perundang-undangan setiap pelanggaran disiplin harus dikenakan sanksi

yang setimpal. Disiplin harus benar-benar ditegakkan, karena hal ini sangat

berperan dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari organisasi didalam

menjalankan kegiatan dan pekerjaan yang telah direncanakan, pekerjaan dapat

lebih cepat dan tepat di selesaikan jika didukung oleh peran serta pegawai didalam

melaksanakan pekerjaan, serta peran pimpinan di dalam mengatur pekerjaan

tersebut.

A. Mendistribusikan Absen

Setiap pegawai Setdako Lhokseumawe bekerja 8 (delapan) jam sehari dan

40 (empat puluh) jam selama 5 (lima) hari dengan waktu istirahat 1 (satu) jam

kecuali pada hari Jumat dengan waktu istirahat selama 1,5 (satu setengah) jam.

Semua pegawai yang bekerja di lingkungan Sekretariat Daerah Kota


30

Lhokseumawe memiliki sistem absensi yang sama, sistem absensi dilakukan

dengan menggunakan absensi tanda tangan.

Setiap hari Bagian Organisasi di Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe

pada apel pagi dan sore selalu mendistribusikan absensi ke semua bagian yang ada

di Setdako Lhokseumawe, pegawai Setdako Lhokseumawe diwajibkan untuk

melakukan 2 (dua) kali absensi dalam 1 (satu) hari yaitu, pada waktu apel pagi

pukul 08.00 wib dan apel sore pukul 16.45 wib. Peraturan tersebut harus benar-

benar ditegakkan agar tidak terjadinya pelanggaran tehadap kedisiplinan. Absensi

juga berlaku pada upacara bendera pagi di hari-hari tertentu misalnya upacara

Hari Pendidikan Nasional, Hari KORPRI, Hari Kesaktian Pancasila, dan lain

sebagainya.

B. Rekapitulasi Absensi

Pada Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe, Bagian Organisasi bertugas

untuk merekap absensi/kehadiran pegawai yang ada di Setdako Lhokseumawe

dengan mengumpulkan absensi secara berkala pada semua bagian di Setdako

dengan cara sebagai berikut :

 Membuat absensi setiap per minggu;

 Merekap absensi semua bagian yang ada di Setdako dalam setiap bulan;

 Membuat Laporan Absensi Bulanan;

 Memberi laporan absensi bulanan kepada Sekretaris Daerah Kota

Lhokseumawe.

Tujuan dari merekap absensi adalah untuk memantau tingkat persentase

kehadiran seluruh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Setdako Lhokseumawe dan


31

memberikan laporan tersebut kepada atasan yang berwenang untuk dapat

memberikan instruksi/petunjuk selanjutnya yang berhubungan dengan absensi

pegawai Setdako Lhokseumawe.

3.2.6. Hambatan-hambatan yang dihadapi Bagian Organisasi

Dalam melaksanakan pekerjaan/kegiatan Bagian Organisasi Pada Sekretariat

Kota Lhokseumawe, Pimpinan dan bawahan sering mengalami hambatan-

hambatan pada saat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Hambatan-hambatan yang dihadapi Bagian Organisasi :

1. Kurangnya anggaran yang tersedia dalam penambahan peralatan yang

mendukung seperti tidak tersedianya mesin foto copy sehingga pegawai

kesulitan untuk memperbanyak bahan yang diperlukan, dan kurangnya

anggaran dalam pelaksanaan program kerja bagian organisasi.

2. Kurangnya tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh atasan Seperti

melalaikan pekerjaan yg penting di anggapnya masalah sepele, sehingga

tanggung jawab yang diberikan oleh atasan tidak dijalankan dengan baik.

3. Kurangnya disiplin kerja pegawai, kurang kesadaran akan rasa tanggung

jawab/kewajiban kerja, disebabkan antara lain tidak adanya penekanan dari

pimpinan, kurangnya perhatian dari pimpinan, kurangnya honor yang diterima

oleh pegawai yang menyebabkan menurunkan motivasi kerja pegawai.


32

4. Kurangnya tanggung jawab ataupun kurangnya disiplin kerja didalam diri

pekerja tersebut, yang menyebabkan pelimpahan kerja kepada seseorang/lebih

yang membuat pertentangan antar sesama pegawai.

5. Adanya kesibukan atasan sehingga menyebabkan kurangnya perhatian

terhadap pegawai keterbatasan waktu yang dimiliki oleh pimpinan, sehingga

membuat pegawai merasa mereka tidak diperdulikan bahkan merasa tidak

dibutuhkan oleh Bagian Organisasi.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang

dilaksanakan oleh penulis selama kurang lebih 3 (tiga) bulan, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Peranan Bagian Organisasi Dalam Penegakan Disiplin Kinerja Pegawai sudah

cukup optimal tampak dari kedisiplinan pegawai Bagian Organisasi dalam

mendistribusikan absensi, merekap dan memberi laporan kepada atasan.

2. Tingkat kedisiplinan pegawai Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe selama

ini sudah cukup baik dengan tingkat persentase rata-rata 75,86%, ini

menunjukkan tingkat kesadaran kedisiplinan pegawai kita semakin tinggi.

Hanya pada hari-hari tertentu saja seperti hari motong (hari megang), bulan

puasa suasana di dalam ruangan terlihat sepi, kondisi ini karena ada sebagian

pegawai yang cuti dan ada juga tanpa keterangan.


33

Diadakannya Sidak (inspeksi mendadak) yang di lakukan oleh Para Pimpinan

(Walikota, Wakil Walikota dan Sekretaris Daerah) pada waktu tertentu

menjadi shock terapi yang dapat membantu peningkatan kedisiplinan pegawai.

Dalam sidak tersebut sengaja dilakukan untuk melihat apakah PNS disiplin

masuk kerja atau tidak setelah Idul Adha, jika ada PNS maupun Honorer dan

Tenaga Bakti yang tidak disiplin akan dikenakan sanksi administrasi dipotong

Tunjangan Prestasi Kerja (TPK) sebesar 4,5 persen per satu hari tak masuk

kerja, dan bagi yang sudah sering bolos akan dicek absennya dan akan ditahan

gajinya. Jika ketahuan mangkir akan dikenakan Peraturan Pemerintah Nomor

53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS. “Siapa saja PNS yang tidak

melaksanakan atau melanggar tugas, maka akan dikenakan sanksi, baik

melalui teguran lisan maupun tulisan.” Pada kesempatan itu Sekda juga

memberikan arahan dan peringatan kepada PNS agar menjaga disiplin dalam

bertugas.

3. Upaya yang perlu dilakukan Bagian Organisasi Pada Sekretariat Daerah Kota

Lhokseumawe dalam Penegakan disiplin terhadap kinerja adalah bertindak

tegas atau memberi teguran agar para Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak

melanggar aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku didalam suatu

Organisasi, agar mendapatkan kinerja yang maksimal , hal ini sangat berperan

dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari organisasi di dalam

menjalankan kegiatan dan pekerjaan yang telah direncanakan. Dengan cara ini

pegawai menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa,

melainkan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kedisiplinan.


34

4. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Bagian Organisasi Pada Sekretariat

Daerah Kota Lhokseumawe adalah kurangnya anggaran yang tersedia dalam

penambahan peralatan yang mendukung, seperti tidak tersedianya mesin foto

copy sehingga pegawai kesulitan untuk memperbanyak bahan yang diperlukan

dan lain-lain sebagainya, kurangnya disiplin kerja pegawai, adanya

pertentangan antar sesama pegawai, adanya kesibukan atasan sehingga

menyebabkan kurangnya perhatian terhadap pegawai.

4.2. Saran

1. Harus lebih efisien dalam menggunakan dana sehingga dapat terpenuhi

anggaran dalam pelaksanaan program kerja bagian organisasi sehingga proses

administrasi lebih lancar dengan adanya penyediaan peralatan yang

mendukung seperti adanya mesin foto copy.

2. Diharapkan kepada seluruh Staf dan Pegawai yang ada di dalam Sekretariat

Daerah Kota Lhokseumawe, hendaknya dapat meningkatkan kesadaran akan

kewajiban kerja yang dibebankan kepadanya harus penuh dengan taggung

jawab, agar tugas yang diberikan dapat lebih cepat diselesaikan.

3. Memberikan penugasan yang tegas dari atasan kepada bawahan agar

terlaksananya program kerja yang baik pada bagian organisasi, dan lebih

ditingkatkan lagi kedisiplinan kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada

pada Setdako Lhokseumawe agar tidak terjadinya pelanggaran terhadap

kedisiplinan.
35

4. Untuk menjaga kedisiplinan pegawai perlu di berlakukan sanksi yang jelas

dan tegas menurut peraturan yang berlaku, tanpa pandang bulu misalnya

berupa pemotongan tunjangan pegawai atau honor bagi pegawai honor/bakti

maupun penundaan pangkat.

5. Penulis meyarankan agar Pemerintah Kota Lhokseumawe dapat

mengadakan/memberlakukan absen elektronik berupa absen dengan

menggunakan sidik jari pegawai sehingga tidak dapat direkayasa oleh pihak-

pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

A. H. Nainggolan. (2003). Pembinaan Pegawai Negeri Sipil.

Bernard, I. Chester. (2001). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Bandung.

Fayol, Henry. (2001). Dasar-Dasar Teori Administrasi, Gramedia : Jakarta.

Gibson. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : CV. Ramadhan

Gie, The Liang. (2002). Administrasi Perkantoran. Yogyakarta : Liberty.

Herujito, M. Yayat. (2001). Dasar-Dasar Manajemen. Grasindo, Jakarta.

Hasibuan, S.P. Melayu. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Perusahaan.


Yogyakarta: PT Hanin Data.
Kartiwa, Dr. Asep. (2005). Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen.
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Manulang, M. James. (2001). Pemerintahan Daerah di Berbagai Negara, Pustaka


Sinar. Harapan : Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2002). Kinerja. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. Utama.
Moukijat, (2001) .Manajemen Organisasi. Kencana.
36

Money. D. James, (2001). Manajemenm Pendidikan Nasional. Bandung : Rosda


Karya.
Nitisemito, (2000). Pengertian Disiplin.CV. Cianjur : Dinamika Cipta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010. Tentang


Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Walikota Lhokseumawe Nomor 04 Tahun 2010. Tentang Susunan
Organisasi Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe.

Prakarsa, (1956). UU DRT Nomor : 7 Tahun 1956 Terbentuk Daerah Otonon


Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkaran Daerah Provinsi Sumatra Utara.
Rusyan, A. Tabrani. (2004). Kiat Kerja. Mitra Utama.

Siagian, P. Sondang. (2001). Organisasi Kepemimpinan Perilaku Administrasi.


Jakarta : Gunung Agung.

Soekanto, Soerjono. (2003,) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.
Syamsi, Ibnu. (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Djambatan

Subarno, Stephanus. (2001), Tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta Menteri Dalam


Negeri Subarno Meresmiskan Pemerintah Kota Lhokseumawe bersama 12
Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia.

Wahid, Abdurrahman. (2001). UU Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Pembentukan


Kota Lhokseumawe Tanggal 21 Juni 2001 yang ditandatangani Presiden
RI Abdurrahman Wahid.
Weber, Max. (2003). Birokrasi & Politik di Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Wursanto, Drs. IG. (2004). Manajemen Kepegawaian. Yogyakarta : Kanisius.

------------, (1974). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok


Pemerintah Daerah Nomor : 125/50/80/1980 Tanggal 12 Mei 1980.
http://www.google.co.id/search?q=”peranan bagian organisasi”

Anda mungkin juga menyukai