Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia adalah pusat dalam sebuah instansi ataupun

perusahaan. Tingginya kinerja karyawan, akan semakin tinggi pula kinerja suatu

organisasi. Begitu juga sebaliknya, rendahnya kinerja pegawai atau karyawan

akan menjadi rendah pula kinerja suatu organisasi. Agar aktivitas manajemen

berjalan dengan baik, organisasi harus memiliki karyawan yang berkualitas dan

berkompeten karena berhasil tidaknya suatu instansi dalam mencapai tujuan

tergantung keberhasilan invididu instansi itu sendiri dalam menjalankan tugas.

Tentunya ini merupakan faktor utama sumber daya manusia yang sangat

menentukan kelangsungan suatu instansi dalam rangka pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan. Salah satu tujuan utama organisasi atau perusahaan ialah untuk

mendapatkan keuntungan (profit oriented). Sumber daya manusia merupakan

salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut. Pentingnya sumber daya

manusia bagi perusahaan menjadikan perlunya suatu manajemen sumber daya

manusia yang baik bagi setiap karyawan. Oleh karena itu, perusahaan harus

mampu mengelola sumber daya manusianya dengan baik agar dapat

meningkatkan produktifitas di perusahaan tersebut. Hal yang mempengaruhi

kinerja karyawan adalah penerapan disiplin kerja.

Penerapan displin kerja bertujuan agar para pegawai selalu taat pada

peraturan dan ketetapan suatu organisasi. Displin pegawai memiliki peranan yang

sangat penting dalam peningkatkan kinerja maupun produktivitas kerja pegawai.

1
Disiplin kerja sangat penting untuk dimiliki oleh seorang pegawai, karena hal ini

mampu menciptakan rasa tanggung jawab pada diri pegawai untuk menyelesaikan

tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Disiplin kerja adalah kesediaan

serta kesadaran dari seseorang untuk mematuhi segala norma serta aturan yang

berlaku. Agar bisa mewujudkan tujuannya maka perusahaan harus menegakkan

disiplin kerja.

Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dalam

mencapai tujuan. kedisiplinan juga sebagai fungsi operatif manajemen sumber

daya manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin pegawai maka

semakin baik kinerja atau prestasi kerja yang dapat di capainya. Tanpa disiplin

pegawai yang baik, sulit bagi perusahaan mencapai hasil yang optimal.

Masalah disiplin bagi kalangan pegawai negeri sipil sudah di atur

dengan jelas tentang kewajiban yang harus ditaati dan hak larangan yang tidak

boleh di langgar, sebagaimana yang telah di tuangkan pada peraturan pemerintah

no 53 tahun 2010 tentang disiplin.

Selain disiplin kerja yang dimiliki seorang pegawai, demi mencapai

kinerja yang berkualitas seorang karyawan harus memiliki motivasi yang tinggi

karena motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan kinerja

karyawan. Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk

melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi seringkali diartikan

pula sebagi faktor pendorong perilaku seseorang. Hasibuan (2015:95),

mengatakan motivasi merupakan penggerak yang meningkatkan kegairahan kerja

2
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan

segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.

Peningkatan kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh motivasi kerja.

Sejalan dengan studi yang Sinulingga (2016) lakukan, motavasi serta disiplin

kerja memiliki pengaruh pada kinerja karyawan. Pengertian motivasi dijelaskan

oleh Fahmi (2017:190). Baginya, perilaku yang muncul dalam suatu usaha untuk

memenuhi kebutuhan adalah pengertian dari motivasi. Karyawan akan makin

terdorong untuk melaksanakan pekerjaannnya dengan adanya motivasi, selain itu

mereka juga akan mampu menciptakan kondisi kerja yang tak hanya bersemangat,

namun juga nyaman. Jika hal demikian terjadi, maka kinerja pasti akan semakin

baik.

Pegawai merupakan aset terpenting yang dimiliki oleh suatu

organisasi, lembaga, atau perusahaan. Oleh karena itu pengelolaannnya perlu

dilakukan secara efektif dan efisien. Setiap organisasi yang memberikan

pelayanan yang baik berupa produk barang atau jasa harus memperhatikan

kualitas pelayanan sehingga seluruh pegawai dituntut untuk memiliki kompetensi

dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.

Pada saat kondisi tertentu maka pegawai mempunyai peranan yang sangat

penting dalam memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki,

sehingga organisasi dapat memberikan pelayanan yang prima seiring dengan

perubahan tuntutan masyarakat.

Namun dengan demikian instansi pemerintahan kurang jeli dan teliti

dalam melaksanakan peranannya sebagai pusat pelayanan masyarakat, terkadang

3
pimpinan hanya menuntut bawahannya agar pekerjaan terselesaikan sesuai dengan

waktu yang telah ditetapkan akan tetapi kurang menyeimbangkan volume pegawai

dalam setiap unit kerja maupun secara individu.

Pada sebuah lembaga pemerintahan jika kinerja pegawai pemerintah

yang baik, maka kinerja di ruang lingkup pemerintahan akan baik juga. Tetapi

dalam kenyataannya, kinerja pegawai yang buruk juga akan mengakibatkan

rendahnya kinerja insitusi pemerintahan. Kinerja pegawai pemerintahan baik

negeri maupun swasta harus memiliki hasil kinerja yang baik, kemampuan kerja

yang berkaitan dengan hasil pekerjaan yang berdasarkan persyaratan-persyaratan

pekerjaan.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam pemelitian ini yaitu apakah disiplin kerja dan motivasi kinerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Dinas

Kesehatan Takalar?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan

penelitian adalah sebagia berikut:

1. Untuk mengetahui Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Pada Kantor Dinas Kesehatan Takalar.

2. Untuk mengetahui Pengaruh Motivasi Kerja terhadap kinerja karyawan

pada Kantor Dinas Kesehatan Masyarakat

4
C. Manfaat Penelitian

a. Bagi perusahaan dan instansi terkait. Memberikan masukan kepada

perusahaan atau instansi terkait dengan permasalahan pada disiplin kerja

terhadap kinerja karyawan pada Kantor Dinas Kesehatan Takalar dan

memotivasi sehingga permasalahan dapat diselesaikan dan menjadikan

masukan untuk perbaikan dimasa datang

b. Bagi Peneliti.

Sebagai penerapan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah dan mengatasi

permasalahan yang terkait dengan disiplin kerja terhadap kinerja dan

memberi motivasi pada Kantor Dinas Kesehatan Takalar serta khususnya

bidang ilmu (MSDM, Operasional, Keuangan dan Pemasaran).

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi referensi bagi peneliti berikutnya yang mengambil topik

permasalahan yang sama.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Disiplin Kerja

Menurut Hasibuan (2016:193), kedisiplinan merupakan fungsi

operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin pegawai semakin

tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa adanya disiplin yang baik, sulit

bagi organisasi mapun instansi mencapai hasil yang optimal. Disiplin merupakan

kesadaran dan kesedian seseorang menaati semua peraturan instansi yang dibuat

manajemen yang mengingat anggota instansi agar dapat dijalankan semua

pegawai baik dengan kesadran maupun dengan paksaan.

Disiplin sangat penting dalam kehidupan manusia yang tidak luput

dari kesalahan. Penerapan disiplin seharusnya di lakukan sejak dini dan secara

terus menerus agar menjadi kebiasaan. Orang-orang yang berhasil dalam

pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sedangkan orang yang

gagal umumnya tidak disiplin. Menurut Davis (Ignatius Jeffrey & Mahmud

Soleman, 2017: 107) menyatakan bahwa :

Work discipline is the inmplementation of management of strengthen

organization guidelines. Discipline is the sixth operative function of the most

important human resource management because the better the discipline of the

employee, the higher the work achievement that cant be achieved. Without good

employee discipline, it is difficult for organization to achieve optimal result.

6
Disiplin kerja merupakan pelaksanaan manjemen untuk memperkuat

pedoman organisasi. Disiplin adalah fungsi keenam pengelolaan sumber daya

manusia yang paling penting karena semakin baik disiplin kerja karyawan.

Semakin tinggi pula penghargaan pekerjaan yang akan di capai. Tanpa disiplin

kerja yang baik, sulit bagi sebuah organisasi untuk mencapai hasil yang

optimal.Kedisiplinan adalah fungsi sumber daya manusia yang keenam dari fungsi

operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin banyak

disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa

disiplin kerja karyawan yang baik, sulit bagi perusahaan mencapai hasil kerja

yang optimal.

Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda-beda, oleh karena

itu disiplin mempunyai berbagai macam pengertian. Kata disiplin berasal dari

bahasa latin yaitu discore yang berarti belajar, kemudian timbul kata disciplina

yang berarti pengajaran atau pelatihan. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2016: 193)

“kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma social yang berlaku”. Peraturan yang di makasud

termasuk obsesi, terlambat masuk, serta pulang karyawan. Jadi hal ini merupakan

sikap indisipliner karyawan yang perlu disikapi dengan baik oleh pihak

manajemen. Pernyataan diatas di perkuat dengan pendapat Cottringger W Luis

R.Gomez-Mmeijia, David B.Balkin, Robbert L. Card,2012: 509) Yakni:

Employee discipline is a toll that managers rely in to communicate to

employyes that they need to change a behavior, for example, some employes are

habitually late to work, ignore safetyprocedurs. Neglect the details reuired for

7
their job, act rude to customers, or engage in unprofessional conduct with

workers.

Disiplin karyawan merupakan jalan bagi para manajer untuk

berkomunikasi kepada bahwa mereka membutuhkan perubahan perilaku.

Misalnya : beberapa karyawan biasa terlambat untuk bekerja, mengabaikan

prosedur keselamatan, mengabaikan rincian pekerjaan yang di perlukan untuk

pekerjaan mereka, bertindak kasar kepada pelanggan, atau terlibat dalam

melakukan pekerjaan yang tidak professional.

Anwar prabu mangkunegara (2013:129) berpendapat bahwa disiplin

kerja merupakan pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman

organisasi Berbeda dengan pendapat mangkunegara, siswanto satrohadiwiryo

(2001:291) berpendapat bahwa disiplin kerja merupakan sikap menghormati,

menghargai, dan taat pada peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak

tertulis serta sanggup menjalankanya, tidak mengelak dengan sanksi-sanksi

apabila melanggar tugas dan wewenang yang di berikan kepadanya. Salah satu

upaya untuk mengatasi penyebab tindakan indispliner yang bertujuan untuk

pertumbuhan organisasi yaitu memotivasi karyawan agar dapat mendisiplinkan

diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok.

Adanya disiplin kerja sangat bermanfaat dalam mendidik karyawan untuk

mematuhi peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku pada perusahaan

tersebut sehingga akan menghasilkan kinerja yang optimal.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah

suatu sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk patuh dan taat terhadap

8
peraturan- peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis

serta sanggup menjalankannnya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-

sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Tujuan disiplin baik secara kelompok maupun perorangan adalah untuk

mengarahkan tingkah laku seseorang pada realita yang harmonis dan untuk

menciptakan kondisi tersebut, terlebih dahulu harus diwujudkan keselerasan

antara hak dan kewajiban karyawan.

2. Jenis-jenis Disiplin Kerja

Mangkunegara (2017:129) menyatakan ada dua bentuk disiplin kerja

yang harus diperhatikan dalam mengarahkan karyawan untuk mematuhi aturan

yaitu:

a. “Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk mengerakkan pegawai

mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yeng telah di

gariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk mengerakkan

pegawai berdisiplin diri.

b. Disiplin korektif, adalah suatu upaya mengerakkan pegawai dalam

menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi

peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.

Pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan

peraturan yang berlaku”.

Hartatik (2018:190) mengeukakan bebrapa jenis disiplin kerja

diantaranya yaitu: “ (1) disipli kerja, (2) Disiplin kelompok, (3) disiplin preventif,

(4) disiplin korektif, (5) disiplin progresif

9
Dari pendapat hartatik jenis-jenis displin kerja tersebut dapat dijadikan

sebagai pedoman untuk mengarahkan, mengatur serta mendidik karyawan agar

tidak melakukan pelanggaran kerja sehingga tujuandapat dicapai dengan

maksimal , yaitu:

1. Disiplin diri

Disiplin diri memiliki peran yang sangat besar untuk mencapai tujuan

organisasi. Melalui disiplin diri, karyawan akan bertanggung jawab, dapat

mengatur dirinya sendiri serta akan menghargai dirinya sendiri dan orang lain.

Penanaman nilai-nilai disiplin dapat berkembang apabaila di dukung dengan

situasi lingkungan yang kondusif.

2. Disiplin kelompok

Suatu kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika

masing-masing anggota kelompok memberikan peran sesuai dengan tanggung

jawabny masing-masing. Hal itu dapat terjadi jika setiap kaeyawan menanamkan

disiplin kelompok. Karyawan dibiasakan bertindak dengan cara berdisiplin.

Kebiasaan bertindak disiplin ini merupakan awal terbentuknya kendaraan.

3. Disiplin preventif

Disiplin preventif merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh

organisasi untuk menciptakan sikap dan iklim organisasi, dimana semua anggota

organisasi dapat menjalankan dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan atas

kemauan sendiri. Disiplin preventif mendorong sikap disiplin diri karyawan untuk

dapat menjaga sikap tanpa adanya pelaksanaan.

4. Disiplin korektif

1
0
Disiplin korektif merupakan suatu upaya untuk memperbaiki dan

menindak karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang

berlaku. Hal ini dilakukan untuk mencegah karyawan melakukan perbuatan yang

tidak baik atau melanggar peraturan pada organisasi tersebut.

5. Disiplin progresif

Disiplin progresif merupakan pemberian hukuman yang lebih berat

terhadap pelanggara yang berulang. Hukuman untuk disiplin progresif yang akan

diberikan kepada karyawan seperti teguran secara lisan oleh atasan, scorsing, atau

bahkan juga akan diberhentikan atau dipecat.

Adanya disiplin kerja dilakukan agar setiap karyawan patuh dan taat

terhadap peraturan perusahaan. Karyawan yang melakukan pelanggaran tata tertib

perusahaan dalam bekerja akan diberikan sanksi secara bertahap sesuai dengan

kesalahan yang diperbuat. Sanksi tersebut mulai dari yang paling ringan hingga

yang paling berat. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki karyawan

yang melanggar aturan, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan

pelajaran kepada yang melanggar.

Sutrisno (2019:86) menyebutkan beberapa bentuk displin yang baik

yang tercermin pada suasana, sebagai berikut :

a. Tingginya rasa kepeduliaan karyawan terhadap pencapaian tujuan

instansi

b. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan

dalam melakukan pekerjaan.

1
1
c. Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan

tugas dengan sebaik-baiknya.

d. Berkembangya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di

kalangan karyawan

e. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan”.

Instansi atau perusahaan berperan mengelola karyawanya agar mampu

mematuhi peraturan, norma yang telah di tetapkan oleh perusahaan sehingga

setiap karyawan bekerja dengan disiplin dan efektif. Berbagai aturan dan norma

yang di tetapkan oleh instansi atau perusahaan memiliki peran yang sangat

penting dalam menciptakan kedisiplinan agar setiap karyawan dapat mematuhi

dan melaksanakan peraturan tersebut. Aturan dan norma itu biasanya di ikuti

sanksi yang di berikan bia terjadi pelanggaran. Sanksi tersebut biasanya seperti

teguran baik lisan maupun tulisan,skorsing, penurunan posisi bahkan pemecatan

kerja tergantung besarnya pelanggaran yang di lakukanoleh karyawan tersebut.

Hal ini di lakukan bertujuan agar setiap karyawan bekerja dengan disiplin dan

bertanggung jawab atas pekerjaanya. Bila karyawan memiliki disiplin kerja yang

tinggi, di harapkan akan mampu menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat

sehingga timbul kepuasan kerja.

6. Faktor-faktor yang memengaruh Disiplin Kerja

Pada umumnya bahwa pemimpin mempunyai pengaruh langsung atas

sikap kebiasaan yang di peroleh karyawan. Kebiasaan ini di temukan oleh

pemimpin, baik dengan iklim suasana kepemimpinan maupun melalui contoh dari

1
2
pribadi untuk mendapat disiplin yang baik, maka pemimpin harus mempengaruhi

disiplin kerja menjadi dua, yaitu :

a. Faktor Kepribadian

Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah system nilai

yang dianut berkaitan dengan disiplin, sistem nilai akan terlihat dari sikap

seseorang, dimana sikap ini di harapkan akan tercermin dalam perilaku seperti

disiplin karena kepatuhan, disiplin karena identifikasi, dan disiplin karena

internalisasi

b. Faktor Lingkungan

Sikap disiplin dalam diri seseorang merupakan produk interaksi

dengan lingkungann terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan

disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar. Pemimpin yang merupakan

agen mengubah perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsisten konsisten, adil,

bersikap positif, dan terbuka.

Menurut singodimedjo dalam sutrisno (2019:89) mengemukakan

beberapa faktor-faktor mempengaruhi disiplin karyawan adalah :

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat di jadikan pegangan

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan

6. Ada tidaknya perhatikan kepada para karyawan

1
3
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya

disiplin.

Dari pendapat tersebut bahwa faktor-faktor yang memengaruhi

disiplin kerja sangat perlu diperhatikan oleh setiap karyawan baik baik itu

pimpinan maupun bawahan agar bersikap baik dan tidak menimbulkan

pelanggaran terhadap kebijakan yang berlaku pada organisasi tersebut, seperti :

a. Besar kecilnya pemberian kompensasi

Pemberian kompensasi merupakan salah satu cara meredam

kegelisahan para karyawan, di samping banyak hal di luar kompensasi yang

mendukung tegaknya disiplin kerja dalam perusahaan. Pemberian kompensasi

yang mencukupi sedikit banyak akan membantu karyawan untuk bekerja dengan

tenang.

b. Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan

Peranan keteladanan pimpinan sangat berpengaruh besar dalam

perusahaan, karena pimpinan dalam suatu perusahaan menjadi panutan untuk

karyawanya, para karyawan akan selalu meniru yang di lihatnya setiap hai di

lingkungan kerja.

c. Ada tidaknya peraturan yang dapat di jadikan pegangan

Disiplin akan dapat ditegakkan dalam suatu perusahaan, jika ada

aturan tertulis yang telah disepakati bersama. Para karyawan mendapat suatu

kepastian siapa saja dan perlu di kenakan sanksi tanpa pandang bulu.

d. Keberanian pimpinan dalam mengambil keputusan

1
4
Perlu adanya keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang

sesuai dengan tingkat pelanggaran yang di buat oleh karyawan.Dengan adanya

tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua

karyawan akan merasa terlindung dan tidak akan berbuat hal serupa.

a. Ada tidaknya pengawasan pimpinanSeseorang pemimpin

bertanggung jawab melaksanakan pengawasan agar tugas-tugas di

bebankan kepada bawahan tidak menyinggung dari apa yang telah

di tetapkan.

b. Ada tidaknya perhatian karyawanPimpinan yang memberi

perhatian kepada karyawanya akan dapat menciptakan disiplin

kerja yang baik. Pimpinan tersebut akan selalu di hormati dan di

hargai oleh karyawanya, sehingga akan berpengaruh besar kepada

prestasi, semangat kerja, dan moral kerja karyawan.

c. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya

disiplin Menciptakan kebiasaan bersifat positif untuk mendukung

tegaknya disiplin karyawan dalam perusahaan yaitu dengan saling

menghormati, menghargai dan menjaga hubungan yang baik

antara sesame karyawan dan juga dengan atasab dalam

lingkungan kerja.

1
5
d. Indikator Disiplin KerjaMenurut Fathoni dalam Hartatik

(2018:200), terdapat indikator yang memengaruhi tingkat

kedisiplinan karyawan suatu organiasi, sebagai berikut :

a. “Tujuan dan kemampuan

b. Keteladanan pimpinan

c. Keadilan

d. Pengawasan melekat

e. Sanksi hukuman

f. Ketegasan

g. Hubungan kemanusian”

h. Hubungan Disiplin Kerja dengan Kinerja

Riva’i dalam Hartatik (2018:183) menyebutkan bahwa “disiplin kerja

adalah suatu alat yang digunakan manajer untuk mengubah suatu perilaku serta

sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang

menaati semua peraturan perusahaan serta norma-norma sosial yang berlaku”.

Pentingnya disiplin kerja dalam perusahaan bertujuan untuk

meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Disiplin yang baik dari karyawan

akan menunjukkan bahwa suatu organisasi dapat memelihara dan menjaga

loyalitas maupun kualitas karyawannya. Selain itu, dengan mengetahui disiplin

kerja karyawan maka nilai kinerja dari setiap karyawan pun akan diketahui. Hal

tersebut karena disiplin kerja dan kinerja karyawan memiliki hubungan yang

sangat erat. Karyawan yang berdisiplin diri dalam bekerja maka ia akan bekerja

secara optimal, tekun, dan mengerjakan sesuatu pekerjaan secara terarah dan

1
6
sebaliknya karyawan yang memiliki disiplin kerja yang rendah maka ia akan

bermalas-malasan dan cendrung akan menunda-nunda pekerjaan.

Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja karyawan adalah disiplin

kerja. Disiplin kerja merupakan salah satu tolok ukur dari penilaian hasil kinerja

karyawan. Setiap karyawan yang mampu menunjukkan sikap disiplin dalam

bekerja cendrung memiliki ketelitian dan memiliki tanggung jawab yang besar

terhadap pekerjaan atau tugas-tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya

secara personal. Semakin memiliki kesadaran akan tugas dan tanggung jawab ini

akan menimbulkan disiplin kerja yang tinggi. Karyawan yang mampu mengatasi

segala permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan cendrung lebih mampu

menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.

Disiplin kerja yang tinggi dan optimal dapat memengaruhi kinerja

karyawan secara langsung maupun tidak langsung. Dengan disiplin kerja yang

tinggi akan membuat karyawan bekerja lebih giat dan menjiwai pekerjaannya

yang pada akhirnya akan dapat menjadi karyawan yang tangguh dan bermutu serta

mampu melaksanakan tugas atau kegiatan dengan baik yang akan menghasilkan

kinerja yang tinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu kunci

keberhasilan organisasi dalam menjalankan usahanya adalah dengan cara

meningkatkan kinerja karyawannya melalui peningkatan disiplin kerja. Setiap

organisasi mengharapkan kinerja karyawannya dapat meningkat. Kinerja yang

baik dapat menciptakan kualitas, kuantitas kerja dan prestasi kerja.

3. Motivasi Kerja

a. Pengertian Motivasi Kerja

1
7
Setiap organisasi tentu ingin mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan

tersebut, peranan manusia yang terlibat didalamnya sangat penting. Untuk

menggerakkan manusia agar sesuai dengan yang dikehendaki organisasi, maka

harus dipahami motivasi manusia yang bekerja di dalam organisasi tersebut,

karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja.

Motivasi merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas

tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan seseorang.

Menurut Sutrisno (2016:116), motivasi kerja merupakan suatu

perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang karena

setiap motivasi mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Menurut Hafidzi dkk (2019:52), bahwa motivasi adalah pemberian

daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka

mampu bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegritas dengan segala daya

upayanya untuk mencapai kepuasan.

Motivasi adalah suatu yang pokok yang menjadikan dorongan bagi

seseorang untuk bekerja. Menurut Sedarmayanti (2017:154), motivasi merupakan

kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau tidak

yang pada hakikatnya ada secara internal dan eksternal positif atau negatif,

motivasi kerja adalahsuatu yang menimbulkan dorongan/semangat

kerja/pendorong semangat kerja. Apabila suatu instasi mampu meningkatkan

motivasi kerja pegawai maka mereka akan memperoleh banyak keuntungan

diantaranya pekerjaan akan memperoleh banyak keutungan diantaranya pekerjaan

akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, absen akan dapat

1
8
diperkecil, kemungkinan perpindahan bukan saham kinerja pegawai dapat

ditingkatkan, tetapi juga biaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari turunnya

semangat dan kegairahan kerja dapat diperkecil.

Adapun menurut Afandi (2018:23), motivasi merupakan keinginan

yang timbul dari dalam diri seseorang atau individu karena terinspirasi,

tersemangati, dan terdorong untuk melakukan aktivitas dengan keikhlasan, senang

hati dan sungguh-sungguh sehingga hasil dari aktifitas yang dia lakukan mendapat

hasil yang baik dan berkualitas.

Soroso dalam Fahmi (2018:107) mengatakan bahwa “motivasi adalah

suatu set atau kumpulan perilaku yang memberikan landasan bagi seseorang untuk

bertindak dalam suatu cara yang diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu

(specific goal directed way)”.

Dengan demikian berdasarkan beberapa urian menurut pendapat

diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang

mendorongan, baik berasal dari dalam maupun berasal dari luar diri seseorang,

sehingga seseorang memiliki semangat, keinginan dan kemauan yang tinggi untuk

melakukan aktivitas kerja. Meskipun motivasi bekerja tidak mesti disebabkan oleh

kegairahan kerja tetapi kegairahan mempunyai pengaruh cukup besar terhadap

motivasi kerja.

b. Prinsip- prisip dalam Motivasi Kerja

Hamalik dalam Sutrisno (2019:111), mengatakan ada dua prinsip yang

dapat digunakan untuk meninjau motivasi, yaitu “(1) memotivasi dipandang

sebagai suatu proses dan (2) menentukan karakter dari proses ini”.

1
9
Mangkunegara (2017:101) prinsip-prinsip dalam memotivasi kerja

karyawan, yaitu: “(1) prinsip partisipasi, (2) prinsip komunikasi, (3) prinsip

mengakui andil bawahan, (4) prinsip pendelegasian wewenang, dan (5) prinsip

memberi perhatian”.

Dari pendapat di atas diketahui bahwa prinsip motivasi dapat

dijadikan sebagai suatu pedoman serta dorongan dalam diri seseorang untuk

melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya

agar mencapai prestasi yang baik, seperti :

a. Prinsip PartisipasiDalam memotivasi kerja, karyawan perlu

diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan

tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

b. Prinsip KomunikasiPemimpin mengkomunikasikan segala

sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas,

dengan informasi yang jelas, karyawan akan lebih mudah

untuk memotivasi serta meningkatkan kinerjanya.

c. Prinsip Mengakui Andil Bawahan Pemimpin mengakui

bawahan mempunyai andil dalam usaha pencapaian tujuan

dengan ikut menyusun dan melaksanakan program organisasi.

d. Prinsip Pendelegasian Wewenang Pemimpin memberikan

otoritas atau wewenang kepada bawahan untuk sewaktu-

waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang

dilakukannya, akan membuat karyawan yang bersangkutan

2
0
menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan

oleh pemimpin.

e. Prinsip Memberi Perhatian Pemimpin memberikan perhatian

terhadap apa yang diinginkan oleh karyawannya dan

memotivasi karyawan agar bekerja sesuai dengan yang

diharapkan pemimpin.

Usaha peningkatan sumber daya manusia ini dianggap penting oleh

setiap perusahaan karena sesungguhnya sumber daya manusia dalam perusahaan

merupakan asset berharga perusahaan. Salah satu cara untuk meningkatkan

prestasi dan kinerja karyawan yaitu dengan memotivasi karyawan. Dalam

memotivasi karyawan, perlu adanya asas-asas yang harus diperhatikan oleh

pemimpin.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Sutrisno (2019:116), motivasi sebagai proses psikologi

dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut dapat dibedakan atas faktor intern dan ekstern yang berasal dari karyawan

tersebut :

1. Faktor intern, yang dapat memengaruhi pemberian motivasi pada

karyawan, yaitu :

a. Keinginan untuk dapat hidup, untuk dapat bertahan hidup maka seseorang

harus bekerja. Keinginan untuk dapat hidup meliputi kebutuhan untuk

memperoleh kompensasi, pekerjaan yang tetap, dan kondisi kerja yang

aman dan nyaman.

2
1
b. Keinginan untuk dapat memiliki, keinginan yang keras untuk dapat

memiliki itu dapat mendorong orang mau bekera.

c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan, seseorang mau bekerja

disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati oleh orang lain.

d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan, seperti adanya penghargaan

terhadap prestasi, hubungan kerja yang harmonis, pimpinan yang

bijaksana, perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.

e. Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja.

2. Faktor ekstern, yang dapat memengaruhi pemberian motivasi pada

karyawan, yaitu :

a. Kondisi lingkungan kerja, keseluruhan sarana dan prasarana

kerjyangada di sekitar karyawan yang sedang melakukan

pekerjaan yang dapatmemengaruhi pelaksanaan pekerjaan.

b. Kompensasi yang memadai, motivasi yang paling penting

bagiperusahaan untuk mendorong para karyawan bekerja dengan

baik.

c. Supervisi yang baik, memberikan pengarahan, membimbing kerja

parakaryawan agar bekerja dengan baik tanpa melakukan

kesalahan.

d. Adanya jaminan pekerjaan yaitu jaminan karier untuk masa

depanseperti promosi jabatan.

e. Status dan tanggung jawab.

f. Peraturan yang fleksibel yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan

2
2
agar pekerjaan berjalan dengan baik”.

Dalam meningkatkan motivasi sebenarnya terkandung makna bahwa

setiap manusia perlu diperlakukan dengan segala berlebihan,

keterbatasan, dan kekurangannya. Dalam melakukan pekerjaan, seseorang berbuat

atau tidak berbuat bukanlah semata-mata karena didorong oleh faktor-faktor rasio

(pikiran), tetapi juga kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor emosi (perasaan).

Menurut Maslow dalam Hasibuan (2019:153-156) terdapat

faktor-faktor yang memengaruhi motivasi kerja yaitu “(1) physiological needs

(kebutuhan fisik dan biologis), (2) safety and security needs (kebutuhan

keselamatan dan keamanan), (3) affiliation or acceptance needs or belongingness

(kebutuhan sosial), (4) esteem or status needs (kebutuhan akan penghargaan atau

prestise), dan (5) self actualization (aktualisasi diri)”.

1. Physiological Needs (Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan)

Kebutuhan fisiologis merupakan untuk mempertahankan hidup.

Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang berperilaku

dan giat bekerja.

2. Safety and Security Needs (Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan)

Kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni rasa aman dari

ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.

Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk yakni kebutuhan akan keamanan

jiwa terutama keamanan jiwa di tempat bekerja.

3. Affiliation or Acceptance Needs (Kebutuhan Sosial)

2
3
Kebutuhan sosial meliputi interaksi dengan rekan kerja, perasaan

dicintai, dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan

masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak mau hidup

menyendiri seorang diri di tempat terpencil ia selalu membutuhkan kehidupan

berkelompok.

4. Esteem or Status Needs (Kebutuhan Akan Penghargaan Atau Prestise)

Kebutuhan yang mencerminkan harga diri erat kaitannya dengan

prestise. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak

selamanya demikian, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi

semakin tinggi pula prestise-nya.

5. Self Actualization (Aktualisasi Diri)

Kebutuhan akan aktualisasi diri diperoleh dengan menggunakan

kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja

yang sangat memuaskan. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi

seseorang secara penuh.

Menurut Wukir (2013:18) faktor yang mempengaruhi motivasi

kerja karyawan yaitu :

1. Faktor yang berhubungan dengan keuanganMisalnya gaji atau upah, bonus

insentif. Gaji merupakan salah satumotivasi penting bagi karyawan yang

menunjukan pengakuan secara formal dan sosial terhadap pekerjaan mereka.

Faktor non keuangan

a. Status pekerjaan

2
4
b. Pengakuan/penghargaan

c. Delegasi wewenang

d. Kondisi tempat kerja

e. Hubungan yang harmonis

Beberapa faktor yang lain seperti tersedianya pelatihan, promosi, mutasi dan

fasilitas kesejahteraanjuga dapat mempengaruhi motivasi karyawan untuk bekerja

optimal.

2. Indikator Motivasi Kerja

Menurut Yuda (2012:7), bahwa indikator atau tolak ukur yang dapat

mempengaruhi motivasi kerja seseorang,antara lain sebagai berikut :

1. Prestasi kerja yang tinggi

2. Gaji yang tinggi

3. Mempunyai tanggung jawab yang tinggi

4. Mempunyai dedikasi yang tinggi

5. Menyenangi profesinya

3. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja

Motivasi kerja erat hubungannya dengan kinerja seseorang. Pada

dasarnya motivasi kerja seseorang itu berbeda-beda. Ada karyawan yang memiliki

motivasi kerja yang tinggi dan ada yang memiliki motivasi kerja yang rendah.

Apabila motivasi kerjanya tinggi maka akan berpengaruh pada kinerja yang tinggi

dan sebaliknya jika motivasinya rendah maka akan menyebabkan kinerja yang

2
5
dimiliki seorang karyawan tersebut juga rendah. Jika karyawan memiliki motivasi

yang tinggi maka karyawan tersebut akan bekerja dengan tekun dan berdedikasi

tinggi sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Robins dalam Sutrisno (2019:111) mengemukakan “motivasi

sebagai suatu kerelaan berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan

organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha memuaskan beberapa

kebutuhan”. Motivasi adalah suatu daya penggerak yang mampu menciptakan

kegairahan kerja dengan membangkitkan, mengarahkan, dan berperilaku kerja

serta mengeluarkan tingkat upaya untuk memberikan kontribusi yang sebesar

besarnya demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.

Mangkunegara (2017:67) mengatakan bahwa “faktor-faktor yang

memengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi”. Untuk dapat

memberikan hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas maka seorang karyawan

membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang akan berpengaruh terhadap

semangat kerja sehingga dapat meningkatkan kinerja.

Motivasi erat kaitannya dengan timbulnya suatu kecenderungan untuk

berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Ada hubungan yang kuat antara kebutuhan

motivasi, perbuatan atau tingkah laku, tujuan dan kepuasan kerja kinerja. Motivasi

timbul karena adanya suatu kebutuhan dan karenanya perbuatan tersebut terarah

pencapaian tujuan tertentu yang pada akhirnya disebut sebagai kinerja karyawan.

Jadi, semakin kuat motivasi atau dorongan yang diberikan oleh pimpinan kepada

karyawan maka akan semakin maksimal kinerja yang dihasilkan oleh karyawan

itu sendiri. Motivasi merupakan hal yang berperan penting dalam meningkatkan

2
6
efektivitas kerja. Karena seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi akan

berusaha dengan sekuat tenaga supaya pekerjaan yang dikerjakannya memberikan

hasil yang sebaik-baiknya sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja.

3. Kinerja Karyawan

a. Pengertian Kinerja

Menurut Sembiring (2020:15), kinerja karyawan merupakan efek

kerja yang berkualitas seta kapasitas yang diraih oleh seseorang karywan dalam

menjalankan pekerjaanya sesuai dengan beban yang telah diberikan. Sedangkan

menurut Estiningsih (2018:50), kinerja karyawan merupakan pekerjaan yang

dilakukan dari seseorang karyawan dalam suatu organisasi untuk mendapatkan

hasil yang diinginkan dari suatu organisasi dan meminimalkan kerugian.

Menurut Edison (2016:190), kinerja merupakan hasil dari suatu

proses yang mengacu dan diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan

ketentuan dan kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian

dapat dimaknai bahwa kinerja yang optimal atau stabil, bukanlah suatu yang

kebetulan. Tentunya sudah melalui tahapan dengan manajemen kinerja yang baik,

memungkinkan hasil yang dibanggakan sesungguhnya semu, sehingga

keberhasilan merupakan sebuah kebetulan yang bukan didasarkan pada fondasi

yang kuat.

Menurut Kasmir (2016:182), kinerja merupakan hasil kerja dan

perilaku kerja yang telah dicapai dalam menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung

jawab yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Menurut Widodo (2015:131),

2
7
mengatakan kinerja merupakan bagian hasil kerja pegawai yang baik dari segi

kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditemukan.

Dengan demikian, dari beberapa urian pendapat di atas dapat

disimpulkan kinerja karyawan adalah hasil atau tingkat keberhasilan yang dicapai

oleh seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan

tugas akan pekerjaannya sesuai dengan standar dan kinerja yang ditetapkan.

b. Indikator kinerja Karyawan

Menurut Wibowo (2014:85), terdapat indikator kinerja karyawan,

antara lain:

1. Tujuan

2. Standar

3. Umpan balik

4. Alat dan sarana

5. Kompetensi

6. Motif

7. Peluang

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan

Menurut Priansa (2017:50) faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan Individual

Mencakup bakat, minat, dan faktor keperibadian. Tingkat

2
8
keterampilan merupakan bahan mentah yang dimiliki oleh seseorang berupa

pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan interpesional, dan kecakapan

teknis.

2. Usaha yang dicurahkan

Usaha yang dicurahkan pegawai adalah ketika kerja, kehadirandan

motivasinya.

3. Lingkungan Organisasional

Dilingkungan organisasional, perusahaan menyediakan fasilitas bagi

pegawai yang meliputi pelatiann dan pengembangan peralatan, teknologi, dan

manajemen.

Menurut Andriyani (2014:14), indikator-indikator kinerja itu

sendiri,anatara lain sebagai berikut:

1. Kemampuan mereka

2. Motivasi

3. Dukunga n pekerjaan yang mereka lakukan

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan

5. Hubungan mereka dengan organisasi


2
9
Menurut Mangkunegara (2017:67), faktor-faktor mempengaruhi

kinerja adalah sebagai berikut:

1. Faktor Kemampuan Secara Psikologis, Kemampuan (ability). Pegawai

terdiri dari kemampuan potensu (IQ) dan kemampuan (knowledge + skill).

Artinya pegawai yang memilimi IQ untukjabtatannya dan terampil dalam

mengerjakan pekerjaan sehari- hari, maka ia kan lebih mudah mencapai

kinerja yang diharapkan.

2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam meghadapi

situasi (situastion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan

diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi.

Penulis Judul Jenis Hasil

Penelitian

1. Oki Agustian Pengaruh kuantitatif Berdasarkan hasil pengujian

(2019) motivasi dan secara statistik dapat terlihat

disiplin kerja dengan jelas bahwa

terhadap kinerja secara parsial semua variabel

karyawan pada bebas berpengaruh terhadap


3
0
kantor badan variabel terikat.Pengaruh

pusatt statistik yang diberikan kedua

(BPS) kota variabel bebas tersebut

makassar bersifat positif artinya

semakin bagus motivasi dan

disiplin kerja maka

mengakibatkan semakin baik

pula kinerja pegawai yang

dihasilkan. Hasil tersebut

sesuai dengan hipotesis

yang diajukan.

2. Ratna Fitriani Pengaruh kuantitatif Berdasarkan hasil analisis

(2018) disiplin kerja regresi ganda menggunakan

dan motivasi SPSS versi

kerja terhadap 22 for Windows diperoleh

kinerja nilai korelasi 𝑅(1,2)

karyawan di sebesar 0,846. Hasil

Favehotel tersebut menunjukkanbahwa

Malioboro koefisien korelasi bernilai

Yogyakarta positif, artinya

terdapat pengaruh positif

disiplin kerja dan motivasi

kerja secara

3
1
bersama-sama terhadap

kinerja karyawan. Koefisien

determinasi

𝑅 𝑦(1,2)

yaitu sebesar 0,716 atau

71,6% yang artinya bahwa

disiplin

kerja dan motivasi kerja

secara bersama-sama

memiliki kontribusi

terhadap kinerja karyawan

sebesar 71,6%. Selanjutnya

dilakukan

pengujian signifikansi

menggunakan uji F pada

taraf signifikansi 0,05

dan diperoleh 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

sebesar 59,288. Jika

dibandingkan dengan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

sebesar 2,60 maka 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

> 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 59,288 >

0,05. Hal tersebut

menandakan bahwa terdapat

3
2
pengaruh yang signifikan

disiplin kerja dan

motivasi kerja secara

bersama-sama terhadap

kinerja karyawan.

Besarnya sumbangan efektif

disiplin kerja dan motivasi

kerja secara

bersama-sama terhadap

kinerja karyawan yaitu

sebesar 71,6% dan

sisanya 28,4% dipengaruhi

oleh faktor lain.

3 Meri Pengaruh Kuantitatif Berdasarkan hasil ujiF

Indriyani Disiplin Kerja diketahui nilai signifikan

(2021) Dan Motivasi sebesar 0,001

Kerja Terhadap karena nilai signifikan 0,001

Kinerja < 0,05, maka sesuai dengan

Karyawan dasar

Umkm Songket pengambilan keputasan

Silungkang dalam uji F dapat

Aina Kota disimpulkan bahwa hipotesis

Sawahlunto diterima dengan Disiplin

3
3
Kerja (X1) dan Motivasi

Kerja(X2) secara

simultan berpengaruh

terhadap Kinerja Karyawan

(Y).

Hasil output dari SPSS juga

menunjukkan nilai yang

didapatkan

untuk variabel disiplin kerja

dan motivasi kerja secara

bersama-sama

yaitu 0,989 atau sebanyak

98,9%. Sehingga ada sisanya

sebesar 2,1%

yang dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak peneliti

ikutsertakan dalam

penelitian ini.

4 Dimas Rari Pengaruh Kuantitatif Berdasarkan hasil penelitian

Hidayat Motivasi Kerja dapat diketahui bahwa

(2019) dan Disiplin Motivasi Kerja (X1) dan

Kerja Terhadap Disiplin Kerja (X2) memiliki

Kinerja pengaruh terhadap Kinerja

3
4
Karyawan Karyawan (Y). Hasil

(studi pada penelitian

Pegawai ini mendukung penelitian

Koperasi sebelumnya yang dilakukan

Republik oleh Ardianto (2017) bahwa

Indonesia Motivasi Kerja dan Disiplin

Universitas Kerja berpengaruh signifikan

Brawijaya secara simultan terhadap

Malang) Kinerja Karyawan.

Dari hasil penelitian yang

berjudul Pengaruh Motivasi

Kerja dan Disiplin

Kerja terhadap Kinerja

Karyawan ini, maka dapat

diketahui bahwa Motivasi

Kerja dan

Disiplin Kerja berpengaruh

signifikan terhadap Kinerja

Karyawan pada KPRI

Universitas

Brawijaya Malang. Maksud

dari pernyataan ini adalah

meningkatkan motivasi kerja

3
5
dan

disiplin kerja yang dilakukan

oleh KPRI Universitas

Brawijaya Malang akan

meningkatkan Kinerja

Karyawan secara nyata.

5 Imam Pengaruh Kuantitati Hasil perhitungan uji F

Wahyudin Motivasi Dan antara motivasi kerja dan

(2021) Disiplin Kerja disiplin kerja

Terhadap terhadap kinerja pegawai

Kinerja diperoleh nilai koefisien uji

Pegawai Di F diperoleh

Pemerintahan sebesar 122,68 dan nilai F-

Kecamatan Lau tabel pada tingkat

Kabupaten kepercayaan 95% atau

Maros α = 0,05 diketahui 3,12.

Perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa F

hitung lebih besardaripada F

tabel yaitu 36.437 > 3,06,

dengandemikian dapat

disimpulkan secara

bersamaan motivasi kerja

3
6
dan

disiplin kerja berpengaruh

secara simultan terhadap

kinerja pegawai.

D. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan paradigma mengenai

Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada

Dinas Kesehatan Takalar seperti yang terlihat pada gambar berikut :

aDisiplin kerja (X1)

Kkinerja karyawan (Y)

Motivasi (X2)

E. Hipotesis

Sugiyono (2016:64) menjelaskan pengertian hipotesis. Baginya,

hipotesis merupakan jawaban temporer atas rumusan masalah yang dibuat

dalam penelitian. Rumusan masalah sebelumnya dinyatakan menjadi

pertanyaan-pertanyaan. Hipotesis belum dibuktikan dan masih bersandar

pada teori, karena itu sifatnya temporer.

3
7
Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam peneltian ini yakni sebagai

berikut:

H1 = Disiplin Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

karyawan Dinas Kesehatan Takalar

H2 = Terdapat Pengaruh Motivasi Kerja yang signifikan dan Positif

terhadap kinerja Karyawan Dinas Kesehatan Takalar

H3 = Disiplin dan Motivasi Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap

kinerja karyawan Dinas Kesehatan Takalar.

3
8

Anda mungkin juga menyukai