Disusun Oleh :
1. Isra Adhikusuma
2. Ishmah Muwahhidah
3. Jean Belina
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kepada kita segala rahmat-Nya, sehingga pada saat ini Penulis dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah/perorangan yang berjudul “ Permasalahan
Disiplin ASN dan Solusinya “ dari mata kuliah Teori Administrasi Publik dan
Kontemporer.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam otonomi daerah diperlukan adanya sumber daya manusia yang handal
sebagai salah satu kunci pencapaian otonomi daerah yang baik dalam rangka
pencapaian good governance. Pada kenyataannya saat ini kualitas sumber daya
manusia yang ada masih sangat kurang yang dapat dilihat dari berbagai masalah
yang ditemukan pada daerah-daerah baik kabupaten atau kota di Indonesia salah
satunya adalah pegawai yang kurang disiplin yang berakibat kurang optimalnya
kinerja pegawai dan berpengaruh pada integritas Aparatur Sipil Negara. Beberapa
permasalahan mengenai kedisiplinan Aparatur Sipil Negara banyak kita temukan
pada saat ini. Disiplin pegawai perlu untuk ditingkatkan dan dioptimalkan kembali
untuk dapat meningkatkan hasil atau kinerja dan dalam rangka pencapaian good
governance.
Dalam konteks otonomi daerah, konsep pengukuran kinerja merupakan salah satu
ukuran kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan
kewenangannya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai yang baik
salah satunya adalah disiplin pegawai. Seorang pemimpin harus dapat memberi
motivasi kepada pegawai yang dapat mengakibatkan adanya dorongan kepada para
pegawai untuk secara sadar melakukan pekerjaan yang dihadapi sehingga dapat
mempengaruhi disiplin pegawai untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan
yang telah ditentukan dalam undang-undang atau peraturan kedinasan.
Kebutuhan sumber daya manusia yang dapat bekerja efektif dan efisien diperlukan
agar seluruh target kerja yang dibebankan organisasi kepada pegawai dapat
dicapai. Dalam rangka peningkatan otonomi daerah diperlukan keberhasilan pada
tiap-tiap bidang penting yang berpengaruh dalam keberhasilan otonomi daerah.
Disiplin kerja pegawai yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Berbagai usaha perlu dilakukan organisasi agar seluruh pegawai dapat bekerja lebih
efektif dan efisien. Pentingnya kerja organisasi secara keseluruhan sangat
1
tergantung kepada kinerja masing-masing pegawai secara perorangan. Idealnya
adalah masing-masing pegawai mampu melaksanakan apa yang menjadi tugasnya
dengan benar, sehingga semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dan
terciptalah pelayanan yang berkualitas.
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan
kita dalam memahami tentang kedisiplinan dan mengetahui solusi untuk mengurangi
pelanggaran dalam disiplin kerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban.
Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk
mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah
dilaksanakan dengan baik atau tidak. Kedisiplinan karyawan yang baik,
mencerminkan bahwa fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana. Sebaliknya jika kedisiplinan karyawan kurang baik, berarti
penerapan fungsi-fungsi MSDM pada perusahaan kurang baik.
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya,
termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Disiplin adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb). Jadi, bila disimpulkan secara umum,
disiplin merupakan bentuk ketaatan dan kepatuhan kepada sesuatu peraturan yang
telah dibuat.
Disiplin kerja yaitu suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban pada peraturan perusahaan atau
organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku.
Bagi seorang Aparatur Sipil Negara kedisiplinan harus menjadi acuan hidupnya.
Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang semakin tinggi membutuhkan aparatur
yang bersih, berwibawa, dan berdisiplin tinggi dalam menjalankan tugas. Sikap dan
3
perilaku seorang ASN dapat dijadikan panutan atau keteladanan bagi ASN di
lingkungannya dan masyarakat pada umumnya. Dalam melaksanakan tugas sehari-
hari mereka harus mampu mengendalikan diri sehingga irama dan suasana kerja
berjalan harmonis, Namun kenyataan yang berkembang sekarang justru jauh dari
kata sempurna. Masih ada ASN yang melakukan pelanggaran disiplin dengan
berbagai cara.
1. Hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang Aparatur Sipil Negara (kewajiban).
2. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (larangan).
3. Hukuman yang dapat dijatuhkan kepada Aparatur Sipil Negara yang tidak
memenuhi kewajiban (hukuman disiplin).
4. Tata cara pemeriksaan penjatuhan dan penyampaian keputusan hukuman
disiplin.
5. Badan pertimbangan kepegawaian.
Pada era sekarang ini, waktu menjadi komoditas yang berharga, karena itu perilaku
disiplin didalamnya adalah disiplin kerja. Sangat diperlukan bagi setiap individu.
Namun pada kenyataannya tidak semua pegawai instansi pemerintah memiliki etos
kerja yang baik bagi instansi pemerintah, hal ini salah satunya terjadi karena disiplin
kerja mereka berbeda-beda. Pemerintah Indonesia juga menyadari bahwa masalah
kepegawaian adalah merupakan masalah yang luas dan banyak seginya.
Dari berbagai pengertian disiplin diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mendorong
produktivitas atau disiplin merupakan sarana penting utnuk mencapai produktivitas.
Proses menuju kearah tersebut berkaitan erat dengan pengembangan Sumber Daya
Manusia, yakni: Proses Transformasi potensi manusia kekuatan efektif untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam mewujudkan hak dan kewajiban berarti adanya
kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap kesepakatan bersama dan adanya
pengendalian diri (self control) yang merupakan hakikat dari disiplin. Keputusan
dalam memenuhi berbagai ketentuan tersebut merupakan pemupukan disiplin dan
4
kesadaran masing-masing akan hak dan kewajiban akan mendorong
berkembangnya produktivitas.
1. Disiplin waktu
Disiplin waktu di sini diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang menunjukkan
ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi: kehadiran dan kepatuhan karyawan pada
jam kerja, karyawan melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan benar.
2. Disiplin peraturan
Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu
organisasi dapat dicapai dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sikap setia dari
karyawan terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan di sini
berarti taat dan patuh dalam melaksanakan perintah dari atasan dan peraturan, tata
tertib yang telah ditetapkan. Serta ketaatan karyawan dalam menggunakan
kelengkapan pakaian seragam yang telah ditentukan organisasi atau perusahaan.
Salah satu wujud tanggung jawab karyawan adalah penggunaan dan pemeliharaan
peralatan yang sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang kegiatan kantor berjalan
dengan lancar. Serta adanya kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan.
Sedangkan menurut Sutrisno (2009), terdapat empat indikator disiplin kerja, yaitu:
1. Taat terhadap aturan waktu. Dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang, dan
jam istirahat yang tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di
perusahaan.
2. Taat terhadap peraturan perusahaan. Peraturan dasar tentang cara
berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan.
5
3. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan. Ditunjukkan dengan cara-
cara melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan jabatan, tugas, dan
tanggung jawab serta cara berhubungan dengan unit kerja lain.
4. Taat terhadap peraturan lainnya di perusahaan. Aturan tentang apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pegawai dalam
perusahaan.
2) Teladan pimpinan
Teladan Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh bawahannya. Pimpinan
harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai
kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan
6
bawahanpun akan baik. Jika teladan pimpinan kurang baik, (kurang
berdisiplin), para bawahanpun akan kurang disiplin.
Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri
kurang disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh
dan diteladani bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan pimpinan
mempunyai kedisiplinan yang baik agar bawahanpun mempunyai disiplin
yang baik pula.
Pepatah lama mengatakan kalau guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
3) Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik
terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, perusahaan harus
memberikan balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak
mungkin baik apabila balas jasa mereka terima kurang memuaskan
memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarganya.
Jadi, Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.
Artinya semakin besar balas jasa maka semakin baik kedisiplinan karyawan. .
Sebaliknya apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan menjadi rendah.
Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya
tidak terpenuhi dengan baik.
4) Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan
sama dengan manusia lainnya.
Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa
(penguatan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan
karyawan yang baik. Manajer cakap dalam memimpin selalu berusaha
bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan
menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan
7
dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan
perusahaan baik pula.
5) Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat
berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap,
gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus
selalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan
petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
Wasket efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan
merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan
pengawasan dari atasannya.
Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan
kedisiplinan setiap individu bawahannya. sehingga konduite setiap bawahan
dinilai objektif. Waskat bukan hanya mengawasi moral kerja dan kedisiplinan
karyawan saja, tetap juga harus berusaha mencari sistem kerja yang lebih
efektif untuk mewujudkan tujuan organisasi, karyawan, dan masyarakat.
Dengan sistem yang baik akan tercipta internal kontrol yang dapat
mengurangi kesalahan-kesalahan dan mendukung kedisiplinan serta moral
kerja karyawan.
Jadi,waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan
bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Waskat adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/mengatahui
kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara, kedisiplinan,meningkatkan
prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-
sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem internal kontrol
yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan,
dan masyarakat.
6) Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
8
melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner
karyawan akan berkurang.
Berat/ringannya sanksi hukuman yang akan ditetapkan ikut memepengaruhi
baik/buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan
berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas
kepada semua karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan
atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk
mengubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap
tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk
memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
7) Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas,
bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan
sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas
menetapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan
diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian, pimpinan akan
dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya apabila
soorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum karyawan yang
indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan
sikap indisipliner karyawan semakin banyak karena mereka beranggapan
bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi. Pimpinan yang
tidak tegas menindak atau menghukum karyawan yang melanggar peraturan,
sebaiknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib pada perusahaan
tersebut.
8) Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-
hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct
single relationship. direct group relationship,
dan Cross relationship hendaknya harmonis.
9
Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang
serasi serta mengikat, vertikal maupul horizontal diantara semua
karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan
lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini karena motivasi
kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan
tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
Aparatur Sipil Negara yang sadar akan tanggung jawabnya adalah mereka yang taat
akan kewajiban dan tidak melakukan apa yang dilarang untuk dilakukan. Dengan
maksud untuk mendidik dan membina Aparatur Sipil Negara, bagi mereka yang
melakukan pelanggaran atas kewajiban dan larangan akan dikenakan sanksi,
berupa hukuman disiplin. Dalam pasal 29 Undang-undang Nomor 8 tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian menyebutkan bahwa : “Dengan tidak
mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, maka untuk
menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil”. Dalam penjelasannya disebutkan: “Peraturan Disiplin adalah
suatu peraturan yang memuat keharusan, larangan, dan sanksi, apabila keharusan
tidak diturut atau larangan itu dilanggar.
Lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil memberikan beberapa definisi antara lain: dalam pasal 1 ayat 1 yang
dimaksud dengan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah Kesanggupan Pegawai
Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan
dalam Peraturan Perundang-undangan dan/atau Peraturan Kedinasan yang apabila
tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin ini merupakan pengaturan
kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan
dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil. Dalam pasal 1 ayat 3 , pelanggaran disiplin
10
adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar
ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik yang dilakukan di dalam
maupun di luar jam kerja. Dan dalam pasal 1 ayat 4, hukuman disiplin adalah
hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Hukuman disiplin dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum, atas hasil
penelitian yang saksama terhadap Pegawai Negeri Sipil yang disangka melanggar
kewajiban dan larangan yang ditentukan, harus setimpal dengan pelanggaran
disiplin sehingga dapat diterima oleh rasa keadilan. Apabila hukuman disiplin
dirasakan oleh Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman sebagai tindakan yang
tidak adil, maka ia dapat mengajukan keberatan kepada pejabat atasan, dan dalam
hal-hal tertentu dapat disampaikan kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian.
Hukuman disiplin diberikan tidak lain adalah untuk memperbaiki serta mendidik
Pegawai Negeri Sipil itu sendiri, serta untuk melancarkan aktifitas penyelenggaraan
tugas-tugas kedinasan secara baik. Hukuman disiplin dapat dibagi menurut tingkat
dan jenis, masing-masing sesuai dengan sifat dan berat atau ringannya pelanggaran
yang diperbuat, serta akibat yang ditimbulkannya atas pelanggaran yang dibuat oleh
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Di dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah
Nomor : 53 Tahun 2010 disebutkan bahwa tingkat hukuman disiplin terdiri dari :
11
3) pernyataan tidak puas secara tertulis
b. hukuman disiplin sedang:
1) penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
2) penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun;
3) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun
c. hukuman disiplin berat:
1) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
2) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
3) pembebasan dari jabatan;
4) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
ASN
5) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai ASN.
Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang atasan adalah bagaimana
menegakkan disiplin kerja secara tepat. Jika karyawan melanggar aturan tata
tertib, seperti terlalu sering terlambat atau membolos kerja, berkelahi, tidak jujur
12
atau bertingkah laku lain yang dapat merusak kelancaran kerja suatu bagian,
atasan harus turun tangan. Kesalahan semacam itu harus dihukum dan atasan
harus mengusahakan agar tingkah laku seperti itu tidak terulang.
Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan:
13
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
3.1. Solusi
14
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Disiplin menunjuk kan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri
karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian, bila
peraturan atau ketetapan yang ada dalam perusahaan itu diabaikan atau sering
dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin kerja yang buruk.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggungjawab seseorang terhadap
tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat
kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan. Melalui disiplin akan mencerminkan
kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya adalah mereka
yang memilki disiplin tinggi. Guna mewujudkan tujuan perusahaan, yang pertama
harus segera dibangun dan ditegakkan diperusahaan tersebut adalah kedisiplinan
karyawannya. Jadi, kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahan
dalam mencapai tujuan.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://witaisma.wordpress.com/2013/05/19/a-pengertian-kedisiplinan-kedisiplinan-
adalah-suatu-kondisi-yang/
https://www.kajianpustaka.com/2019/04/disiplin-kerja-pengertian-jenis-indikator.html
http://eprints.undip.ac.id/18407/1/M._Herry_Indrawan_P.S.pdf
16
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/disiplin-kerja-karyawan.html
Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan
Administrasi dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Rivai, Veithzal. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari
Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutrisno, Edi. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Moekijat. 2002. Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja. Bandung: Pionir
Jaya.
Handoko, T Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
Robbins SP, at al. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
17