Dosen Pengampu:
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
model-model konseling yang berjudul “KONSELING RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR
THERAPY (REBT)”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah model-model konseling tentang
konseling REBT dan manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1961, ia mengubah namanya menjadi rational emotive therapy (RET) (terapi
rasional emotif). Pada 1993, Ellis mengubah lagi nama-nya menjadi rational
emotive behavior therapy (REBT) (terapi perilaku rasional emotif). Yang dimaksud
Ellis dengan “rasional” adalah kognisi yang efektif dalam membantu diri daripada
kognisi yang sekedar valid secara empiris maupun logis. Ia berharap bahwa dirinya
telah menggunakan kata kognitif sejak awal karena banyak orang membatasi secara
sempit kata rasional yang mengandung maksud intelektual atau logis-empris.
Rasionalitas orang menyadarkan diri pada memutuskan dengan cara yang masuk
akal mana keinginan atau preferensi yang akan diikuti dan, oleh sebab itu,
didasarkan pada pikiran, emosi, dan perasaan.
Ellis memperkenalkan “perilaku” ke dalam nama pendekatannya demi akurasi.
Dari awal, pendekatan itu sangat menekankan perilaku bersama kognisi dan emosi.
Ellis menulis: “Jadi, untuk mengoreksi kesalahan saya sebelumnya, dan untuk
meluruskannya, sejak saat ini saya akan menyebutnya sebagaimana sifatnya yang
sebenarnya—rational emotive behavior therapy (REBT)”.
Penulis memilih jenis psikoterapi yang dikembangkan Albert Ellis ini sebagai
bahan pembahasan berdasarkan pemikiran bahwa REBT bisa membuat penulis
berpikir tetntang sejumlah masalah dasar yang mendasari psikoterapi.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki
kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkah
laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan
bertingkah laku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional
seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang
disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut
merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi
yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal,
dan irasional.
4
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang
biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara
irasional akan tercermin dari katakata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis
menunjukkan cara berpikir yang salah dan katakata yang tepat menunjukkan cara
berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan
dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal
sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
5
2.2 Hakikat Manusia
Hambatan psikologi atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang
tidak logis dan irrasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh
prasangka, sangat personal dan irrasional. Berfikir irrasional diawali dengan belajar
secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan kultur tempat dibesarkan. Dalam
proses pertumbuhannya, akan terus berfikir dan merasakan dengan pasti tentang
dirinya dan tentang yang lain. “ini adalah baik” dan yang “itu adalah jelek”.
Pandangan ini terus membentuk cara pandangannya selanjutnya.
6
Kita secara alami mempelajari keyakinan irasional dari orang lain yang
signifikan selama masa kanak-kanak. Kita menciptakan dogma irrasional dan
takhayul dalam diri kita sendiri. Selanjutnya kita secara aktif memperkuat keyakinan
pengalahan diri melalui proses autosuggestion dan pengulangan diri dan dengan
bertingkah laku seolah-olah hal tersebut berguna. Namun, adalah pemikiran
irrasional yang terdoktrin lebih awal yang berulang-ulanglah yang menghidupkan
sikap pemikiran disfungsional dan operatif dalam diri kita dan bukan karena
pengulangan yang dibuat oleh orang tua kita.
2.3 Kepribadian
7
dengan Disputing (D) dan Effect (E). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal
dengan konsep atau teori ABC.
1. A (Antecedent Event)
yaitu peristiwa yang terjadi kepada individu seperti kecelakaan, fakta, sikap
orang lain, perilaku orang lain, dan berita.
2. B (Belief)
Yaitu keyakinan-keyakinan terutama yang irrasional dan merusak diri
sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita. Kepercayaan,
keyakinan, pandangan, serta nilai yang ada dalam diri individu. Belief sendiri
dibagi menjadi Irrasional Belief atau iB dan Rational Belief atau rB. Ellis
dalam Lubis mengatakan bahwa individu akan mempunyai respon yang tidak
sama dalam menhadapi situasi yang sama. Keadaan ini dipengaruhi oleh
keyakinan (B) yang dipegang oleh setiap individu, keyakinan sendiri
mencakup keyakinan rasional (rB) maupun keyakinan irasional (iB).
3. C (Emotional Consequence)
8
D Disputing Melawan keyakinan irasional agar berubah
menjadi rasional.
Ellis menambahkan d dan e untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus
melawan (dispute:d) keyakinan-keyakinan irrasiona itu agar klien nya bisa
menik,mati dampak-dampak (effect:e) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan
yang rasional.
2.5 Tujuan
Peran konseli dalam REBT hampir sama seperti seorang “siswa”. Proses
konseling dapat dipandang sebagai proses “reedukatif” yang mana konseli belajar
cara-cara mengaplikasikan pemikiran logis untuk memecahkan masalahnya.
Pengalaman yang harus dimiliki konseli adalah pengalaman masa kini dan disini
dan kemampuan konseli untuk mengubah pola berfikir dan emosinya yang keliru.
Pengalaman sentral yang harus dimiliki konseli adalah bagaimana ia menemukan
kesadaran diri dan pemahaman (insight).
11
2.8 Teknik-teknik Konseling REBT
1. Dalam menyelenggarakan konseling konselor lebih bernuansa otoritatif
dengan menggunakan teknik-teknik yang bersifat langsung, persuasif,
sugestif, aktif, dan logis seperti pemberian nasehat, terapi kepustakaan,
pelaksanaan prinsip-prinsip belajar, konfrontasi langsung. Hal ini untuk
mendorong klien beranjak dari pola pikir tidak rasional ke rasional.
2. Tiga pola dasar : kognitif, emotif, behavioristik.
a. Konseling kognitif : memperlihatkan kepda klien bahwa ia haruslah
meninggalkan sikapnya yang perfeksionistik apabila ia ingin lebih
Bahagia dan terlepas dari kecemasannya. Di sini konselor sepertinya
melaksanakan proses mengajar. Perlengkapan yang perlu : pamphlet,
buku, rekaman kaset atau video, film.
b. Konseling emotif-evokatif : mengubah sistem nilai klien. Berbagai
teknik digunakan untuk menyadarkan klien antara yang benar dan
salah, seperti : memberikan contoh, bermain peranan ; teknik
unconditional acceptance dan humor, serta exhalation (pelepasan
beban) agar klien melepaskan pikirannya yang tidak rasional dan
menggantinya dengan yang rasional.
c. Konseling behavioral : mengembangkan pola pikir dan bertingkah
laku yang baru segera setelah klien menyadari kesalahan-
kesalahannya. Teknik yang dipakai bersifat eklektik, dengan
pertimbangan :
1) Ekonomis dari segi waktu untuk klien dan konselor
2) Kesegeraan hasil yang di capai
3) Efektifitas teknik yang dipakai untuk bermacam ragam klien
4) Kedalaman dan ketahanan (berlangsung lama) dari hasil yang
dicapai.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip utama dari konseling REBT adalah bahwa bukan situasi yang
menyebabkan emosi negatif, tetapi persepsi dan intepretasi individu terhadap situasi
tersebut. Dengan mengubah cara individu berpikir, mereka dapat mengubah respons
emosional mereka terhadap situasi yang sama. Konseling REBT menekankan
penerimaan diri, penerimaan orang lain, dan penerimaan dunia secara umum. Ini
berarti mengakui bahwa tidak ada yang sempurna dan menerima kenyataan bahwa
orang lain dan dunia mungkin tidak selalu memenuhi harapan kita.
14
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi.
Bandung : Refika Aditama.
Ellis. 1995. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT). In R.J. Corsini &
D. Wedding (Eds.), Current Psychotherapies, 5th. Pp. 162-196.
Itasca, Illinois; F.E Peacock. Publishers, Inc.
15